PEMERINTAHAN ELEKTRONIK
Petunjuk : Penulis hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan
sesuai dengan petunjuk pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi
template atau penghapusan di setiap bagian
JUDUL USULAN
[Analisis Perilaku Birokrasi Level Bawah Dalam Pembangunan]
Ringkasan Penulisan tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang, tujuan dan
tahapan metode penulisan .
RINGKASAN
[Birokrasi adalah suatu sistem pengorganisasian negara dengan tugas yang
sangat kompleks dan hal ini jelas memerlukan pengendalian operasi manajemen
pemerintahan yang baik. Sangatlah disayangkan, apabila kerja rutinitas apparat
birokrasi sering menyebabkan masalah baru yang menjadikan birokrasi statis dan
kurang peka terhadap perubahan lingkungan bahkan terkesan cenderung resisten
terhadap pembaharuan. Kondisi seperti ini seringkali memunculkan potensi
praktek maladministrasi yang mengarah pada korupsi, kolusi, dan nepotisme
Birokrasi pembangunan adalah pemerintahan yang menyelenggarakan
salah satu bidang khusus dalam rangka mencapai tujuan pembanguna.
Pelaksanaan birokrasi dalam hal pembangunan ditiap negara tentu saja berbeda-
beda begitu juga diantara negara berkembang dan negara maju. Di Indonesia,
pembangunan di Indonesia belu m dikatakan maksimal ata belum bisa dikatak
baik karena tidak semua lapisan masyarakat belum bisa menikmati pelayanan
birokrasi yang berbelit-belit. Dengan system yang berbelit-belit, tenti saja
masyarakat tidak ambil pusing untuk menikmati hasil dari pembangunan tersebut
Jika birokrasi buruk, maka upaya pembangunan akan dipastikan
mengalami banyak hambatan. Sebaliknya, apabila birokrasi bekerja dengan baik,
maka program-program pembangunan yang telah diselenggarakan akan berjalan
dengan atau berjalan secara maksimal sesuai apa yang diharapkan. Pada tataran
ini, birokrasi menjadi salah satu prasyarat penting dalam keberhasilan
pembangunan. Pembangunan bukan hanya diartikan sebagai bangunan fisik akan
tetapi pembangunan merupakan perubahan sebagai manusia seiring berjalannya
waktu. Birokrasi dan pembangunan dua kata yang diibaratkan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan atau keduanya saling memiliki keterkaitan. Meskipun
keduanya memiliki pengertian dan karakteristik yang berbeda akan tetapi
keduanya memmiliki hubungan yang sangat baik apabila tugas dan fungsinya
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Birokrasi level bawah dalam pembangunan adalah setiap orang yang
bekerja dalam pelayanan publik, dimana mereka yang selalu bersentuhan atau
berinteraksi langsung dengan masyarakat. Birokrat level bawah memiliki peranan
yang penting karena mereklah yang berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana perilaku birokrasi
level bawah dalam pembangunan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe studi kasus. Proses pengmpulan data
melalui obsrevasi, wawancara, dan dokumentasi,]
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 1000 kata yang berisi latar belakang dan
permasalahan yang akan ditulis, tujuan khusus, dan urgensi masalah.
LATAR BELAKANG
[Dari sekian banyak masalah pembangunan di Indonesia, masalah
birokrasi paling sering menjadi topik hangat yang tidak pernah tuntas
diselesaikan. Budaya birokrasi pelayanan publik menarik untuk dikaji. Budaya
organisasi sebenarnya merupakan system tindakan yang berbeda dalam organisasi
yang telah terpola dalam mengarahkannya untuk menanggapi rangsangan dari luar
dengan cara yang berbeda. Sebagaimana birokrasi patrimonial masih sangat
mewarnai birokrasi pembanguna di Indonesia. Sistem tindakan yang terpola
dalam menghadapi warganegara antara organisasi pemerintah satu dengan yang
lain akan berbeda sesuai dengan budaya organisasinya. Pada organisasi yang
patrimonial, pola pelayanan akan sangat berorientasi pada pelayan dan bukan pada
pelanggan(Rusfiana dkk, 2020).
Masalah birokrasi di Indonesia akan selalu terkait dengan dua sumber
permasalahan yang sangat kompleks. Pertama, permasalahan yang muncul dari
faktor internal, dan kedua, permasalahan yang bersumber dari faktor eksternal.
Dari faktor internal misalnya, terkait dengan masalah yang meliputi hal-hal seperti
kualitas SDM yang dianggap masih rendah, sistem dan prosedur bertele-tele
(birokratis), budaya kerja yang feodalistik, kepemimpinan yang kaku dan
cenderung tidak visioner, mental dan moral rendah, struktur organisasi yang
gemuk tapi kurang jelas fungsinya, serta kesejahteraan pegawai yang rendah.
Faktor tersebut menyangkut masalah perilaku administrasi maupun
perilaku organisasi. Sedangkan dari faktor eksternal, paling tidak terkait dengan
hal-hal seperti kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap birokrasi, tuntutan
masyarakat terhadap perlunya birokrasi yang profesional, bebas KKN, budaya
yang dianut oleh masyarakat umum kurang kondusif bagi perbaikan birokrasi,
tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat terhadap sistem kebijakan yang
berlaku masih rendah, kesenjangan sosial, serta hal-hal lain yang terkait dengan
pola, struktur, dan aktivitas publik yang dapat mempengaruhi tugas-tugas
birokrasi.
Birokrasi di Indonesia, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah,
sepanjang Orde Baru kerap mendapat sorotan dan kritik yang tajam karena
perilakunya yang tidak sesuai dengan tugas yang diembannya sebagai pelayan
masyarakat. Sehingga apabila orang berbicara tentang birokrasi selalu berkonotasi
negatif. Birokrasi adalah lamban, berbelitbelit, menghalangi kemajuan, cenderung
memperhatikan prosedur dibandingkan substansi, dan tidak efisien. Dalam
kenyataannya, keberadaan birokrasi pemerintah seringkali dipandang secara
dikotomis, selain dibutuhkan untuk melaksanakan urusan pemerintahan
seharihari, birokrasi juga seringkali dianggap sebagai sistem yang menyebabkan
jalannya pemerintahan dan layanan publik tersendat dan bertele-tele.
Gejala patologi (penyakit) birokrasi tersebut telah lama menggerogoti
system birokrasi pemerintahan di Indonesia. Patologi birokrasi merupakan sesuatu
yang kompleks, karena memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek
organisasional, baik yang menyangkut struktur maupun kultur. Bentuk-bentuk
patologi dan berbagai penyebabnya pada dasarnya dapat diidentifikasi, namun
terapi atau solusi untuk mengatasinya bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini
seperti yang dialami di Indonesia, dimana reformasi birokrasi telah lama
dilakukan oleh pemerintah, namun sampai saat ini system birokrasi belum mampu
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi.
Berkaitan dengan pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat, birokrasi tentunya memberikan kontribusi yang sangat besar, apabila
birokarasi disuatu negara itu baik, maka pembangunan juga akan sangat baik atau
maksimal. Dalam pembangunan suatu negara, birokrasi pemerintah memegang
peran utama, bahkan peran tunggal. Pandangan tersebut didasarkan pada asumsi
bahwa dalam mengolah sumber daya yang dimiliki, organisasi mengerahkan para
intelektual dari beragam latar belakang pendidikan, sehingga keberhasilannya
lebih dapat terjamin).
Namun bagaimanapun pandangan tentang birokrasi, dalam praktiknya di
dunia empirik, image negatif terhadap birokrasi cenderung lebih berkembang,
sehingga istilah birokratis menjadi suatu stigma terhadap perilaku administrasi
pemerintahan yang berbelit-belit, biaya mahal, pemborosan, penyelewengan, dan
sebagainya. Karena kondisi seperti inilah maka berkembang pula upaya-upaya
konseptual untuk melakukan perbaikan dan perubahan dalam mengembalikan
citra birokrasi melalui gerakan refomasi birokrasi atau dalam peristilahan lain ada
pula yang menyebutnya dengan reformasi administrasi publik/pemerintahan.
Terkait permasalahan diatas maka sangat penting untuk dikaukan
penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku Birokrasi Level Bawah dalam
Pembangunan. Adpaun tujuan penelitian ini adala bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis bagaimana perilaku birokrasi level bawah dalam pembangunan]
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1.000 kata. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten
(buku) yang terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
[- Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pertama berjudul mengenai “Sikap Perilaku Birokrat
Garis Depan Dalam Pelayanan Publik Di Tinjau Dari Prespekktif Islam”, di dalam
penilitian ini penulis memakai teori yang telah di populerkan oleh Michel Lipsky
mengenai Street Level Bureucrat. Penulis menggunakan teori tersebut karena
menganggap bahwa teori tersebut cocok dengan permasalahan yang akan diteliti.
Berdasarkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka
penulis menyimpulkan bahwa pelayanan birokrat garis depan street level
bureaucrat mampu meneladani Ahklak Rasulullah saw, bahwa di dalam
pelayanan publik yang selama ini banyak mendapatkan kritikan dari masyarakat
akan berubah menjadi lebih baik untuk menuju pelayanan yang banyak
mendapatkan sanjungan dari masyarakat serta dapat terwujud pelayanan publik
yang berkualitas(Hasniati, 2013).
Penelitian terdahulu ke-dua berjudul mengenai “ Motivasi Pelayanan Pada
Street Level Bureucracy (Studi Kasus Pegawai TK2D Badan Perpustakaan Dan
Arsip Daerah Kabupaten Kutai Timur), di dalam penelitian ini penulis
menggunakan teori street level bureaucrat yang di perkenalkan oleh Michel
Lipsky konsep dan juga teori tersebut membahas mengenai birokrasi pelayanan
publik yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Birokrat level bawah telah
berhadapan dengan tugas-tugas yang memiliki karakteristikseperti pengambilan
kebijakan controlversial, dimana membuat kebijakan personal bersifat langsung
Atau immediate, redistibutif dan alokatif dimana nantinya berhadapan langsung
dengan reaksi masyarakat lalu dipengaruhi oleh karakter dari komunitas dan pengatur
konflik dari Nurmadi sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Michel Lipsky
berpendapat jika praktek street level bureaucracy untuk mengatasi situasi yang
frustasif atau yang sulit, yaitu salah satunya sebagai upaya untuk keluar dari situasi
frustasif antara besarnya permintaan pelayanan dan keterbatasan sumberdaya yang
dimiliki jadi teori yang di jelaskan oleh Michel Lipsky memiliki dua konsep yaitu “
Public Service Secara Langsung” dan “ Pelaksana Penguasa(Rante,2013).
- Pengertian Birokrasi
Secara etimologis, birokrasi kata bureaucracy (Bahasa inggris bureau +
cracy). Pada organisasi negara, birokrasi dianggap sebagai mesin dalam
penyelenggaraan negara artinya bahwa pemahaman birokrasi disamakan dengan
pemerintah yang merupakan personifikasi dari negara. Dalam keseharian istilah
birokrasi dapat dimaknai sebagai organisasi rasional hal ini didasari oleh
pemikiran bahwa birokrasi merupakan organisasi yang dapat diselenggarakan
secara rasional kemudian birokrasi dapat dipahami sebagai sesuatu yang bersifat
normatif yang dijalankan oleh aktor negara atau pemerintah dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Pada tataran yang lebih praktis Birokrasi dilaksanakan oleh actor negara
atau pegawai pemerintah dalam suatu organisasi yang memiliki struktur dan
aturan-aturan yang jelas, formal serta memiliki tugas dan fungsi dalam proses
pencapaian tujuan negara antara lain administrasi public, pelayanan dan
pembangunan Sehingga actor dimaksud sebagai Organizational Society.
- Pengertian Birokrasi Level Bawah
Birokrasi level bawah dalam pembangunan adalah setiap orang yang
bekerja dalam pelayanan publik, dimana mereka yang selalu bersentuhan atau
berinteraksi langsung dengan masyarakat. Birokrat level bawah memiliki peranan
yang penting karena mereklah yang berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Dalam Konsep street level bureaucracy menggambarkan para aparat
birokrasi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat untuk melakukan
pelayanan publik. teori tersebut muncul pada tahun - 1980 di kemukakan oleh
Michael Lipsky yang berpendapat bahwa street level bureaucrat merupakan
mereka yang telah menjalakan tugas dan fungsinya secara langsung berhubungan
dengan masyarakat. Lipsky juga mengemukakan bahwa didalam praktek street
level bureaucrat terdapat mekanisme untuk mengatasi situasi yang sulit, yaitu
sebagai upaya jalan tengah untuk keluar dari masalah frustasif antara besarnya
permintaan pelayanan dan keterbatasan sumber daya yang telah dimiliki.
Dalam kenyataanya permintaan peningkatan sebuah pelayanan publik
tidak pernah akan habis. Lipsky di tahun 1980, mengemukakan bahwa street level
bureaucrat mempraktekan pemberian diskresi atas dispensasi manfaat atau
alokasi sebuah sanksi. Maka dari situlah terjadilah konflik antara pembuat
kebijakan dan street level bureaucrat sebagai pelaksana.13 Adapun konsep street
level bureaucrat ada dua type yang telah di perkenalkan oleh Michel Lipsky pada
tahun 1980 dijelaskan bahwa street level bureaucracy berperan sebagai orang “
public service secara langsung” dan berperan sebagai “ pelaksana dari kebijakan
penguasa”. Jadi menurut saya dapat di simpulkan bahwasanya Public Service
secara langsung (Nurmandi).
- Peran Birokrasi Dalam Pembangunan
Birokrasi dalam pembangunan adalah dua kata ibarat dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan meskipun keduanya memiliki pengertian dan
karakteristik yang berbeda akan tetapi memiliki hubungan yang sangat baik
apabila tugas dan fungsinya dilaksanakan sesuai perundang-undangan yang
bersangkutan. Di negara berkembang, seperti Indonesia pelayanan yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat sepertinya belum bisa dikatakan baik atau
maksimal akrena tidak semua lapisan masyarakat bisa menikmati pelayanan yang
ada dan system birokrasi yang berbelit-belit(Riyadi,2020).
Menurut Weber tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam
cara-cara sebagai berikut:
1 Individu pejabat secara personal bebas tetapi dibatasi oleh jabatannya agar
tidak sewenang-wenang.
2 Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas kebawah dn
kesamping.
3 Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik
berbeda satu sama lainnya.
4 Setiap pejabat memiliki kontrak jabatan yang harus dijalankan.
5 Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya
6 Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pension sesuai
dengan tingkatan hierarki jabtan yang disandangnya
7 Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi berdasrkan
senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang objektif
8 Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatan dan resourse
instansinya untuk kepentingan keluarga dan pribadinya.
- Perilaku Birokrasi
James Q Wilson membagi tiga kategori birokrat dalam organisasi
pemerintah menurut hirarki dalam organisasi, yaitu operator, manajer dan
eksekutif. Ia berusaha menggambarkan perilaku tiga jenis birokrat tersebut dalam
melaksanakan tugas-tugas kesehariannya. Operator yang dimaksud adalah
birokrat yang bertugas di bagian frontline organisasi yang berhadapan langsung
dengan masyarakat dan masalah Operator yang dimaksud oleh Wilson adalah
birokrat pada hirarki bawah, yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang
dilayani. Organisasi public mempunyai goal yang sangat tidak jelas dan untuk
memahaminya kita harus melihat bagaimana pelayanan frontline belajar apa yang
dilakukan. Goal yang tidak jelas dan snagat umum ini dapat kita lihat dalam
pernyataan visi birokrasi pelayanan publik, seperti Dinas Pendidikan mempunyai
visi tercapainya masyarakat yang cerdas, Dinas Pertanian mempunyai visi
“tercapainya kesejahteraan petani” dan seterusnya. Oleh karena itu yang paling
penting bagi organisasi publik adalah mendefinisikan tugasnya(Nurmandi).]
Pembahasan atau uraian masalah 1.000 s/d 1.500 kata. Menulis dan menguraikan
sesuai permasalahan, fakta di lapangan dan harapan . Pembahasan tidak keluar dari
topik/judul yang sudah ditetapkan. Pembahasan dapat dilengkapi dengan foto yang
berhubungan dengan pembahasan.
Tata cara penulisan mengikuti format yang ada yaitu ; a. Time New Roman ukuran
12, b. spasi 1,5. Margin 4-4-4-3 denga menggunakan A4.
PEMBAHASAN
[Birokrasi pembangunan, ialah institusi pemerintahan yang menyelenggarakan
salah satu bidang khusus dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, misalnya
pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, dan lain-lain. Tujuan birokrasi
pembanguna : Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melakukan
pembangunan secara netral dan profesional. Mengaplikasikan seluruh aspek
manajemen pemerintahan, mulai dari aspek perencanaan, koordinasi, pengawasan,
preventif, represif, evaluasi, dan lain lain.
Karakteristik Individu
Karakteristik birokrasi
1. Hierarki
Hirarki merupakan suatu tingkatan Struktur yang sering terlihat di
birokrasi Pemerintahan, di mana hirarki tersebut Dapat menjelaskan tugas
pokok dan fungsi Masing-masing pegawai di dalamnya. Adanya susunan
hirarki tersebut akan Mengantarkan pengelolaan organisasi atau Birokrasi
menjadi terarah. Hirarki yang Dimaksud dalam penelitian ini dapat Berupa
susunan struktur yang menjalankan Pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan
Fungsinya.
Fakta di lapangan Menggambarkan Bahwa perilaku birokrasi level bawah
menunjukkan bahwa perilaku Mereka belum dijalankan sesuai dengan
Struktur yang ada. Artinya pegawai bekerja Belum berdasarkan tugas pokok
dan fungsi mereka. Hal ini juga Diakibatkan oleh adanya struktur yang
Kosong di dalam kelurahan sehingga Membuat pegawai lain merangkap
jabatan Meskipun telah memiliki jabatan yang lain Sehingga dalam bekerja
pegawai belum Menunjukkan perilaku yang sesuai dalam Hal tanggung jawab
terhadap tugas pokok Dan fungsinya masing-masing.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Perilaku
birokrasi level bawah secara struktur belum Berjalan dengan baik, artinya
pegawai Belum memiliki perilaku kerja yang sesuai Dengan tugas pokok dan
fungsinya karena Pegawai tidak memiliki kemampuan dan Usaha untuk
mengetahui aturan yang ada Mengenai pembagian tugas sehingga dalam
Pembangunan Tidak dapat berjalan secara maksimal.
2. Tugas-tugas
3. Wewenang
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat dikatakan Sebagai suatu sikap dan perilaku yang
Dapat menerima sesuatu dan Menjalankannya dengan baik. Tanggung Jawab
sangat penting dalam membentuk Karakteristik birokrasi karena
denganadanya tanggung jawab tersebut pegawai dapat menunjukkan perilaku
yang berani menerima konsekuensi dari resiko pekerjaannya.
5. Sistem Kontrol
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan
pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada penulisan yang dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusfiana Yudi, Supriatna Cahya, 2021. “Memahami Birokrasi Pemerintahan
dan Perkembangan”. Bandung, ALVABETA cv, edisi I. hl 1&8.
2. Achmad Nurmandi. “Perilaku Birokrasi Indonesia “Sebuah Kajian Teoritis.
Yogyakarta”
3. Riyadi,2020.”Reformasi Birokrasi Dalam Perspektif Perilaku Administratif”.
Sumedang.
4. Hasniati,“Sikap Perilaku Birokrat Garis Depan Dalam Pelayanan Publik Di
Tinjau Dari Prespektif Syariat Islam” , Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Hasanuddin, Volume 17 Nomor 1 Tahun 2013,. Hlm.190
5. Rante Yulianti,”Motivasi Pelayanan Pada Street Level Bureucracy (Studi
Kausu Pegawai TK2 Badan Perpustakaan Dan Arsip DaerahKabupaten
Kutai Timur), Vol 13, Hal.4