Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“PROTEIN”
PERCOBAAN III
PROTEIN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal dan memahami beberapa reaksi protein

II. PRINSIP PERCOBAAN


Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu dapat diketahui adanya protein.

III. TEORI
Kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti "barisan
pertama". Kata yang diciptakan oleh Jons J. Barzelius pada tahun 1938 untuk
menekankan pentingnya golongan ini. Struktur protein merupakan sebuah struktur
biomolekuler dari suatu molekul protein. Setiap protein, khususnya polipeptida
merupakan suatu polimer yang merupakan urutan yang terbentuk dari berbagai asam
L-α-amino (urutan ini juga disebut sebagai residu). Perjanjiannya, suatu rantai yang
panjangnya kurang dari 40 residu disebut sebagai sebagai polipeptida, bukan sebagai
protein.
Protein adalah salah satu kelompok bahan makronutrien. Dibandingkan
dengan bahan makronutrien lain (lemak dan karbohidrat) protein berperan lebih
penting dalam pembentukan biomolekul daripada perannya sebagai sumber energi.
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya mengandung N, di samping C,H,O,
dan S. Protein merupakan makromolekul terbanyak dalam sel (hampir setengah berat
keringnya). Protein juga merupakan polimer asam amino yang terikat satu sama lain
dengan ikatan peptida berbobot molekul tinggi. Protein sederhana hanya mengandung
asam-asam amino sedangkan protein kompleks mengandung bahan tambahan bukan
asam amino seperti pada protein heme, glikoprotein, dan lipoprotein.
Protein memegang peranan penting dalam hampir semua proses biologi.
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.
Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat
dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
tubuh. Untuk dapat melakukan fungsi biologis, protein melipat ke dalam satu atau
lebih konformasi spasial yang spesifik, didorong oleh sejumlah interaksi non-kovalen
seperti ikatan hidrogen, interaksi ionik, gaya van der Waals, dan sistem kemasan
hidrofobik. Struktur tiga dimensi perotein sangat diperlukan untuk memahami fungsi
protein pada tingkat molekul.
 STRUKTUR PROTEIN
Protein dapat didefinisikan sebagai senyawa makromolekul polipeptida
yang berbobot molekul tinggi dan tersusun dari sejumlah asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Di alam dapat dijumpai beratus-ratus
macam asam amino, namun hingga saat ini diketahui bahwa pada dasarnya
protein tersusun hanya 20-21 macam asam amino yang khas; Kecuali prolin
dan hidroksiprolin, semua asam amino pembangun protein memiliki satu
gugus pada atom C primer berdampingan dengan salah satu gugus karboksi,
dikenal sebagai asam amino-α.
Dikelompokkan dalam empat tingkatan struktur yaitu:
1. Struktur Primer
Merupakan struktur linear dari residu asam amino sepanjang rantai
polipeptida, yang melibatkan pembentukkan ikatan kovalen berupa ikatan
peptida dan ikatan disulfi da dari intra atau antar rantai polipeptida.

2. Struktur Sekunder
Merupakan struktur tiga demensi dari rantaipeptida dimana terjadi
pelipatan dari bagian-bagian rantai polipeptida membentuk struktur
tertentu yang beraturan seperti α-helik, yang melibatkan pembentukan
ikatan kovalen antar asam amino dan ikatan disulfi da dari sistein juga
terdapat ikatan-ikatan hidrogen dari gugus polar pada residu asam amino.
3. Struktur Tersier
Merupakan tiga demensi dari molekul protein secara keseluruhan. Dalam
pembentukkan struktur tersier disamping pelipatan membentuk struktur
tersier disamping pelipatan membentuk struktur α heliks maupun lembar β,
juga terjadi interaksi-interaksi non kovalen lain seperti Van der Waals dan
interaksi gugus non polar yang mendorong terjadinya pelipatan yang tepat
dari rantai peptide.

4. Struktur Kwatener
Merupakan molekul yang kompleks tidak hanya terdiri dari satu rantai
polipeptida, tetapi mengandung beberapa rantai polipeptida. Jadi pada
struktur ini, rantai polipeptida yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi
pula satu sama lain baik berupa interaksi polar, non polar amupun intereksi
Van der Waals.

 FUNGSI PROTEIN
Protein memegang peranan penting dalam hampir semua proses biologi. Peran dan
aktivitas protein diantaranya adalah sebagai katalisis enzimatik, transpor dan
penyimpanan, koordinasi gerak, penunjang mekanis, proteksi imun, membang-kitkan
dan menghantar impuls saraf, serta pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi.
- Katalis Enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalis oleh
makromolekul spesifik yang disebut enzim. Sebagian reaksi seperti hidrasi
karbon dioksida bersifat sederhana, sedangkan reaksi lainnya seperti replikasi
kromosom sangat rumit. Enzim mempunyai daya katalitik yang besar, umumnya
meningkatkan kecepatan reaksi sampai jutaan kali. Transformasi kimiawi in vivo
sukar berlangsung tanpa kehadiran enzim. Ribuan enzim telah diketahui sifatnya
dan banyak diantaranya telah dapat dikristalisasi. Fakta menunjukkan bahwa
hampir semua enzim yang dikenal adalah protein. Jadi protein merupakan pusat
dalam menentukan pola transformasi kimia dalam sistem biologis.
Sebagai katalis, enzim adalah satu-satunya dibanding dengan kataliskatalis
anorganik atau organik sederhana. Sifat-sifat katalis khas dari enzim termasuk
hal-hal berikut :
a. Enzim meningkatkan laju reaksi pada kondisi biasa (fisiologik) dari
tekanan, suhu, dan pH. Hal ini merupakan keadaan yang jarang dengan
katalis-katalis lain.
b. Enzim berfungsi dengan selektivitas atau spesifisitas bertingkat luar biasa
tinggi terhadap reaktan yang dikerjakan dan jenis reaksi yang
dikatalisasikan. Maka reaksi-reaksi yang bersaing dan reaksi-reaksi
sampingan tidak teramati dalam katalisasi enzim.
c. Enzim memberikan peningkatan laju reaksi yang luar biasa dibanding
dengan katalis biasa.
- Transpor Dan Penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion ditranspor oleh protein spesifik. Misalnya
transpor oksigen dalam eritrosit oleh hemoglobin; dan mioglobin suatu protein
sejenis mentransport oksigen dalam otot. Besi dalam plasma darah terikat pada
transferin dan disimpan dalam hati dalam bentuk kompleks dengan feritin,
protein yang lain lagi. Dalam suatu sel heterotropik, suatu molekul organik
seperti glukosa, dioksidasi untuk membentuk CO2 dan H2O.
Proses ini membebaskan sejumlah penting energi yang kemudian tersedia
bagi sel untuk melaksanakan kerja berguna. Energi ini tersimpan atau diubah
dari suatu bentuk “simpanan” energi menjadi bentuk energi “biosintetik berguna"
yang dapat dimanfaatkan oleh sel. Karena sel berfungsi secara isotermal (pada
suhu tetap) maka bentuk energi seluler berguna ini bukanlah kalor karena kerja
atau usaha hanya dapat diperoleh dari energi kalor apabila kalor dipindahkan dari
benda panas ke benda lebih dingin. Karena semua proses seluler pada dasarnya
bersifat kimiawi, maka energi dari katabolisme bahan makanan disimpan dalam
bentuk kimia, seperti halnya energi kimia pada ikatan fosfor-oksigen dalam
adenosin triposfat (ATP).
- Koordinasi Gerak
Gerakan yang terkoordinasi sangat penting dalam kehidupan tiga sistem
motilitas eukariotik yang digerakkan oleh ATP. Pada eukariot yang lebih tinggi,
konraksi otot terjadi melalui pergeseran filamen miosin dan aktin yang saling
menyela. Memang sebagian besar sel eukariot, mulai dari ragi sampai manusia,
mampu bergerak aktif karena interaksi aktin-miosin ini. Pada Bakteri
menggunakan jenis motor dan sumber energi lain untuk bergerak. Bakteri
digerakkan oleh “rotasi motor flagela" yang ada di membran sitoplasma. Motor
ini ditenagai oleh gaya yang digerakkan proton dan bukan oleh ATP.
- Penunjang Mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh adanya kolagen yang
merupakan protein fibrosa. kolagen merupakan protein utama jaringan ikat yang
membentuk suatu heliks tiga untai yang sangat berbeda dengan heliks α . Heliks
tiga untai kolagen distabilkan oleh ikatan hidrogen antaruntai dan efek pengunci
sterik residu prolin dan hidroksiprolin, yang menjaga agar tulang tetap sekitar-
60°. Kolagen pada spesies yang berbeda mempunyai suhu leleh berbeda pula.
kolagen pada ikan es mempunyai Tm paling rendah, sedangkan kolagen mamalia
berdarah panas Tm-nya paling tinggi. Tm meningkat dengan meningkatnya
kandungan prolin dan hidroksiprolin.
- Proteksi Imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang berasal dari
organisme lain. Tiap antibodi mempunyai afinitas spesifik terhadap materi asing
yang memicu sintesis antibodi itu. Suatu makromolekul asing yang mampu
memicu pembentukan antibodi disebut antigen (atau imunogen). Protein,
polosakarida dan asam nukleat pada umumnya merupakan antigen yang efektif.
Afinitas spesifik suatu antibodi tidaklah untuk seluruh permukaan antigen
makromolekul tetapi untuk suatu situs khusus pada makromolekul yang disebut
“determinan antigenik" (atau epitop).
- Membangkitkan Dan Menghantar Impuls Saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh protein
reseptor. Misalnya rodopsin suatu protein yang sensitif terhadap cahaya
ditemukan pada sel batang retina. Protein reseptor yang dapat dipicu oleh
molekul kecil spesifik seperti asetilkolin, berperan dalam transmisi impuls saraf
pada sinap menghubungkan sel-sel saraf.
- Pengaturan Pertumbuhan Dan Diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh
protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan
pertumbuhan jaringan saraf. Aktivitas sel-sel yang berbeda pada organisme
multisel dikoordinasi oleh hormon. Banyak hormon seperti insulin dan TSh
(Thyroid-stimulatinghormone) merupakan protein. Protein dalam sel berperan
dalam pengaturan arus energi dan unsur-unsur.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Pipet tetes
4. Erlenmeyer
5. Alat refluks
6. Pembakar Bunsen.

Pereaksi :
1. NaOH 10%
2. HCl P
3. HNO3 P
4. CuSO4 2%
5. Pb Asetat
6. NaNO2 5%

V. HASIL DAN REAKSI


 Jelaskan perbedaan sifat kasein dan hasil hidrolisisnya terhadap uji biuret dan asam
nitrit, serta tuliskan reaksinya !
UJI NITRIT
Asam amino dapat bereaksi dengan NaNO2 menghasilkan gas N2 karena
mengandung gugus amin bebas. Pada percobaan ini, glisin yang direaksikan dengan
HCl dan NaNO2 menghasilkan larutan hijau jernih dan banyak gelembung gas N2.
Hal ini menandakan bahwa asam amino yang mengandung gugus amin bebas yang
akan bereaksi dengan nitrit menghasilkan gas N2. Sedangkan pada larutan
pembanding (tanpa glisin) diperoleh larutan tidak bewarna dan tidak terdapat
gelembung gas, begitupun dengan kasein tidak terdapat gelembung gas. Hal ini
membuktikan bahwa kasein tidak bereaksi dengan asam nitrit karena kasein tidak
mempunyai gugus amin bebas.
UJI BIURET
Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan adanya ikatan peptide. Pada pengujian
ini, urea dipanaskan sehingga menghasilkan gas NH3 yang berbau tengik. Uap yang
terbentuk diuji dengan kertas lakmus, ternyata terhadap kertas lakmus merah menjadi
biru. Hal ini menandakan bahwa urea bersifat basa. Pemanasan kemudian dilanjutkan
sampai pembentukan gas berhenti dan sisanya mulai memadat. Kemudian zat padat
terbentuk dilarutkan dengan aquadest panas agar urea larut kembali, lalu disaring dan
filtratnya ditambahkan larutan NaOH 10% untuk mencegah endapan Cu (OH)2 yang
memecah ikatan protein dan CuSO4 2% sebagai donor Cu2+ sehingga menghasilkan
larutan berwarna ungu muda. Hal ini menandakan bahwa pada urea terdapat ikatan
peptide karena apabila urea dipanaskan sehingga melebihi titik leburnya, maka urea
tersebut akan diubah menjadi “biuret”. Ion tembaga (II) akan menghasilkan ion
kompleks yang berwarna merah ungu bila direaksikan dengan biuret dalam suasana
basa.
Sebagai pembanding, urea dilarutkan dengan aquadest dan ditambahkan larutan
NaOH 10% untuk mencegah endapan Cu (OH)2 yang memecah ikatan protein dan
CuSO4 2% sebagai donor Cu2+ sehingga menghasilkan larutan berwarna biru muda.
Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat ikatan peptide karena urea tidak
dipanaskan sehingga tidak terbentuk biuret. Larutan kasein yang direaksikan dengan
CuSO4 2% akan menghasilkan larutan berwarna ungu tua. Hal ini menandakan
adanya ikatan peptide pada kasein.

VI. DAFTAR PUSTAKA


1. Rosana, Dadan. 2008. Biofisika. Tangerang: Universitas Terbuka.
2. Tim Penyusun Penuntun Praktikum Kimia Organik. 2018. Institut Sains dan
Teknologi Nasional. Jakarta.
3. Wahjuni, Sri. 2014. Dasar-Dasar Biokimia. Denpasar: .Udayana University
Press

Anda mungkin juga menyukai