Anda di halaman 1dari 8

The 16th University Research Colloqium 2022

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

PERBEDAAN PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS


DALAM DENGAN VIRTUAL REALITY TERHADAP
PENURUNAN NYERI PASIEN POST OP DI RSUD
MUNTILAN
Erwan Aditanto1, Robiul Fitri Masithoh2*, Sodiq Kamal3
123
Fakultas Kesehatan, Universirtas Muhammadiyah

Magelang,Indonesia.

erwanaditanto01@gmail.com

Abstract
Introduction: Surgery or surgery has an impact on the appearance of pain for patients. This pain
appears, one of which is when wound treatment is carried out. The thing that can be done to reduce
pain during wound care is to provide deep breath relaxation techniques and virtual reality distration
techniques. Objectives: Knowing the difference between giving deep breath relaxation techniques with
virtual reality to reduce the pain of post-op patients at Muntilan Hospital, Magelang Regency.
Methods: This study uses a quantitative approach with quasi-experiment, the design of two groups of
pretest posttest with control group design. Sampling system with purposive sampling technique with a
total of 38 samples in each group. The results of the research. The results: The level of pain before
being given deep breath is the highest at the severe level. The level of pain after being given deep
breath is highest at a severe level. The level of pain before being given VR is highest at a severe level.
The level of pain before being given VR is highest at a moderate level. The results of the statistical test
obtained p value results of 0.004 in the deep breath group and 0.000 in the VR group. Conclusion.
There are differences in pain levels before and after being given VR

Keywords: Pain, Deep breath, VR, Post Op

PERBEDAAN PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI


NAFAS DALAM DENGAN VIRTUAL REALITY
TERHADAP PENURUNAN NYERI PASIEN POST OP DI
RSUD MUNTILAN
Abstrak
Pembedahan atau operasi memberikan dampak munculnya nyeri bagi penderita. Rasa nyeri ini muncul
salah satunya saat dilakukan perawatan luka. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada
saat dilakukan perawatan luka adalah dengan memberikan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik
distrasi pemberian virtual reality. Tujuan: Mengetahui perbedaan pemberian teknik relaksasi nafas
dalam dengan virtual reality terhadap penurunan nyeri pasien post op di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan quasi-experimen,
desain two grup pretest posttest with control group design. Sistem Sampling dengan teknik purposive
sampling dengan jumlah 38 sampel pada masing-masing kelompok. Hasil: Tingkat nyeri sebelum
diberikan nafas dalam terbanyak pada tingkat berat. Tingkat nyeri setelah diberikan nafas dalam

1
e-ISSN: 2621-0584

terbanyak pada tingkat berat. Tingkat nyeri sebelum diberikan VR terbanyak pada tingkat berat.
Tingkat nyeri sebelum diberikan VR terbanyak pada tingkat sedang. Hasil uji statistic didapatkan hasil
p value sebesar 0,004 pada kelompok nafas dalam dan 0,000 pada kelompok VR Kesimpulan:
Terdapat perbedaan tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan VR.

Kata kunci: Nyeri, Nafas dalam, VR, Post Op

1. Pendahuluan
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan serta
penjahitan luka melalui tahap perioperatif (Suddarth, 2013). Tujuan pembedahan adalah untuk
mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh yang akan mencederai jaringan yang
dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya (Ketahui
Prosedur Pembedahan Saat Operasi, n.d.).
Berdasarkan data World Helath Organization (WHO) terdapat 473 juta tindakan operasi dalam kurun
waktu tahun 2018, dan terus meningkat setiap tahun dengan perkiraan peningkatan sebanyak 11%.
Tercatat di tahun 2019 terdapat 517 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun
2020 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa (Sangadah & Kartawidjaja, 2020). Tindakan
operasi di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 4,2 juta jiwa, berdasarkan Data Tabulasi Nasional
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2019, tindakan bedah menempati ururan ke-8 dari 50
pertama penanganan pola penyakit di rumah sakit se Indonesia (Widyaningsih, 2020).
Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu tindakan
pembedahan, akibat peristiwa yang bersifat bifasik terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada
pengelolaan nyeri (Setiyo et al., 2020). Menurut Internasional Association for the study of pain (IASP),
nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Jitowiyono, 2013).
Dalam mengurangi nyeri digunakan teknik farmakologis dan non farmakologis. Teknik farmakologis
menggunakan obat-obatan yang bersifat analgesic narkotik maupun non narkotik. Sedangkan non
farmakologis dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan diafragma, teknik relaksasi
progresif, guided imagery, meditasi dan teknik relaksasi (Chi et al., 2020).
Salah satu penatalaksanaan nyeri non farmakologi yang mudah dilakukan adalah relaksasi. Relaksasi
merupakan suatu tindakan pengalihan perhatian ke hal-hal lain diluar nyeri agar pasien tidak terlalu fokus
terhadap nyeri (Mayenti & Sari, 2020).Menurut penelitian Mayenti (2020) yang berjudul Efektifitas
Teknik Relaksasi Musik Klasik Mozart untuk Mengurangi Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur
didapakan hasil ada pengaruh pemberian terapi musik klasik Mozart untuk mengurangi nyeri pada pasien
post operasi dengan P value 0,000 < 0,05. Penelitian pada 43 responden menunjukkan bahwa relaksasi
efektif untuk menurunkan nyeri. Intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi dengan prosentase
tertinggi masuk interval nyeri skor 4–6 sebesar 41,86% dan intensitas nyeri setelah dilakukan teknik
relaksasi relaksasi dengan interval nyeri skor 4–6 sebesar 58,14% (Marusinec, 2019). Penelitian
sebelumnya, hasil penelitian terhadap 11 responden dengan intensitas nyeri hebat terkontrol berkurang
menjadi 10 responden dengan intensitas nyeri sedang dan 1 responden dengan intensitas tidak nyeri. Hal
yang sama juga terjadi pada 8 responden (40,0%) dengan intensitas nyeri sedang berkurang menjadi
intensitas nyeri ringan. Intensitas nyeri ringan 1 responden (5,0%) berkurang menjadi tidak nyeri
(Tamsuri, 2012).
Salah satu bentuk teknik relaksasi adalah penggunaan virtual reality (VR). Virtual reality merupakan
sebuah teknologi yang membuat pengguna atau user dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada
dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer, sehingga pengguna merasa berada di dalam
lingkungan tersebut (Parisi 2015). Menurut Hua et al., (2015) yang melakukan meta analisis terhadap 14
penelitian didapatkan hasil yaitu penggunaan VR dapat efektif dalam mengurangi nyeri eksperimental.
Sejalan yang disampaikan oleh Hoffman (2021) VR dapat digunakan dalam mengurangi nyeri akut yang

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 2


e-ISSN: 2621-0584

dialami selama berbagai prosedur medis (kontraksi persalinan, repair episiotomi, tindakan periodontal)
atau nyeri terkait luka bakar (debridement luka) atau remobilisasi rentang gerak/range of motion terbatas
pada sendi oleh luka bakar (Ang et al., 2021).
Dampak dari pembedahan yang sering muncul adalah rasa nyeri, rasa ini ditemukan paling sering saat
dilakukan tindakan perawatan luka. Salah satu cara mengurangi nyeri dengan farmakologis dan non
farmakologis. Di RSUD Muntilan teknik non farmakologis yang digunakan untuk mengurangi nyeri saat
perawatan luka yaitu relaksasi nafas dalam. Teknik ini efektif digunakan saat perawatan luka pada skala
nyeri ringan, sedangkan pada skala sedang dan berat mengandalkan teknik farmakologis yang
berkolaborasi dengan dokter. Berdasarkan alasan tersebut, perlu dikembangkan teknik relaksasi berupa
penggunaan VR yang digabungkan dengan perangkat smartphone. Dengan menggunakan instrumen ini
maka pasien akan diarahkan menuju tempat atau sesuatu yang paling disenangi pasien sehingga rasa nyeri
saat dilakukan dapat dikurangi atau terkontrol (Jitowiyono, 2013).

2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan quasi-experimen
dengan desain two grup pretest posttest with control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
rata-rata pasien post operasi tiap bulan yang ada di ruang Flamboyan RSUD Muntilan yang berjumlah 42
orang periode Januari sampai Juni 2022. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
purposive sampling dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 pasien Jumlah tersebut
masing-masing pada kelompok pemberian perlakuan nafas dalam dan Virtual Reality. Instrumen pertama
yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar instrumen dengan menggunakan Numeric Rating Scale
(NRS) oleh Iswari, (2016) dengan hasil validitas 0,86, yang digunakan sebagai alat pengukur skor nyeri
atau tingkat nyeri dengan rentan nilai 0 (nol) tidak nyeri, 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri sedang), dan 7-10
(nyeri hebat) dengan alat ukur Numeric Rating Scale (NRS). Instrumen kedua menggunakan video 3D
Ocean World: Underwater dengan menggunakan handphone untuk memutar video tersebut, kemudian
headphone dihubungkan ke alat yang dipasang di mata untuk menonton video tersebut. Pemberian
terapiVR diberikan selama 10-24 menit atau sampai selesai perawatan luka dan dilakukan 2 jam sebelum
minum obat. Analisa data yang digunakan menggunakan Uji Wilcoxon.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 1. karakteristik responden berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan


dan Riwayat Operasi

Karakteristik Nafas Dalam Virtual Reality


Frekuensi % Frekuensi %
Usia
Remaja 3 7,9 3 7,9
Dewasa Awal 6 15,8 4 10,5
Dewasa Akhir 10 26,3 10 26,3
Lansia Awal 6 15,8 9 23,7
Lansia Akhir 9 23,7 9 23,7
Manula 4 10,5 3 7,9
Jenis Kelamin
Laki-Laki 26 68,4 23 60,5
Perempuan 12 31,6 15 39,5
Tingkat Pendidikan
SD 4 10,5 7 18,4

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 3


e-ISSN: 2621-0584

SMP 13 34,2 14 36,8


SMA 20 20 14 36,8
PT 1 1 3 7,9
Riwayat Operasi
1 kali 35 92,5 35 92,1
2 kali 2 5,3 5 7,9
3 kali 1 2,6 0 0

Berdasarkan tabel 1 karakteristik usia responden diketahui rata-rata usia responden pada kelompok
perlakuan VR 47,68 tahun, nilai yang sering muncul 45 tahun dengan usia termuda 17 tahun dan yang
paling tua 71 tahun. Pada responden yang diberikan perlakuan nafas dalam rata-rata usia 46,74 tahun,
nilai yang sering muncul 45 tahun dengan usia termuda 17 tahun dan paling tua 71 tahun.
Pada kelompok perlakuan VR, karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki 23 responden
dan perempuan 15. Laki-laki lebih mendominasi jenis kelamin responden. Karakteristik tingkat
pendidikan responden paling banyak berpendidikan SMP dan SMA masing-masing 14 responden, dan
terendah Perguruan Tinggi 3 responden. Karakteristik berdasarkan jumlah operasi yang telah dijalani
paling banyak satu kali sebanyak 35 responden dan paling sedikit dua kali sebanyak 3 responden. Pada
kelompok perlakuan nafas dalam, karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki 26
responden dan perempuan 12 responden. Tingkat Pendidikan terbanyak SMA sebanyak 20 responden dan
terendah Perguruan Tinggi sebanyak 1 responden. Berdasarkan jumlah operasi yang telah dijalani paling
banyak satu kali sebanyak 35 responden dan paling sedikit tiga kali sebanyak 1 responden.

3.2 Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Nafas dalam


Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberikan perlakuan Nafas dalam responden
lebih banyak mengalami nyeri berat dengan jumlah 37 responden (97,4%), dan nyeri sedang 1 responden
(2,6 %)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Setelah Diberikan Nafas Dalam


Sebelum Setelah
Kategori Nyeri Frekuensi % Frekuensi %
Sedang 1 2,6 5 13,2
Berat 37 97,4 32 86,8
Total 38 100 38 100
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa setelah diberikan perlakuan Nafas dalam responden
lebih banyak mengalami nyeri berat dengan jumlah 32 responden (86,8 %), dan nyeri sedang 5
responden (13,2%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Virtual Reality
Sebelum Setelah
Kategori Nyeri Frekuensi % Frekuensi %
Sedang 3 7,9 32 84,2
Berat 35 92,1 6 15,8
Total 38 100 38 100

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberikan perlakuan virtual reality responden
lebih banyak mengalami nyeri berat dengan jumlah 35 responden (92,1%), dan nyeri sedang 3 responden
(7,9%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa setelah diberikan perlakuan virtual reality
responden lebih banyak mengalami nyeri sedang dengan jumlah 32 responden (84,2%), dan nyeri berat 6
responden (15,8%).
3.3 Pengaruh nafas dalam dan VR terhadap tingkat nyeri pasien Post Op

Tabel 4 Perbedaan Rerata tingkat nyeri setelah Nafas dalam dan Virtual reality

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 4


e-ISSN: 2621-0584

Variabel Mean ± SD P-value


Nafas Dalam 0,105 0,044
Virtual Reality 0,763 0,000

Berdasarkan data di atas dapat diketahui pada kelompok pemberian perlakuan VR maupun nafas dalam
mengalami penurunan rata-rata skor nyeri. Namun, pada kelompok VR penurunan rata-rata skor nyeri
lebih banyak dibandingkan kelompok
Hasil uji hipotesis pada kelompok perlakuan VR didapatkan hasil 0,000 (< 0,05) yang berarti Ha diterima
dan Ho ditolak. Pada kelompok perlakuan nafas dalam didapatkan hasil 0,044 (< 0,05) maka Ha diterima
dan Ho ditolak.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pada pemberian nafas dalam tidak mengalami penurunan tingkat
nyeri, sebelum diberikan nafas dalam terbanyak pada tingkat berat dan setelah diberikan nafas dalam
tetap pada tingkat berat. Sedangkan pada pemberian virtual reality perubahan tingkat nyeri sebelum
diberikan VR tingkat berat. Setelah diberikan VR mengalami penurunan menjadi tingkat sedang. Hasil
Penelitian ini sama dengan penelitian Nurman (2017) yang meneliti tentang Efektifitas Antara Terapi
Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Desa Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Timur Tahun 2017.
Respon nyeri yang dirasakan oleh setiap pasien berbeda-beda sehingga perlu dilakukan eksplorasi untuk
menentukan nilai nyeri tersebut. Menurut Wijaya (2013) perbedaan tingkat nyeri yang dipersepsikan
oleh pasien disebabkan oleh kemampuan sikap individu dalam merespon dan mempersepsikan nyeri
yang dialami. Kemampuan mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor dan berbeda
diantara individu. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang
lain. Lebih lanjut disebutan bahwa nyeri yang dapat diberikan nafas dalam adalah tingkat nyeri ringan dan
sedang. Berbeda dengan pemberian teknik distraksi berupa pemberian VR dapat mengurangi nyeri tingkat
sedang sampai berat. Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian (Suharyo et al., 2021) Pengaruh Rehabilitasi
Berbasis Virtual Reality dalam Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Bedah Ortopedi.
Menurut peneliti nyeri post pembedahan akan timbul setelah hilangnya efek dari pembiusan, nyeri hebat
akan dirasakan 24 jam pertama atau hari kedua post pembedahan baik pasien yang baru pertama kali
dilakukan pembedahan sebelumnya maupun yang sudah berulang kali dilakukan pembedahan. Rasa
nyeri bersifat subjektif dan berbeda satu sama lain, merupakan gambaran awal sebelum diberikan
intervensi untuk menurunkan rasa nyeri. Rasa nyeri yang tinggi disebabkan karena adanya sikap dan
keyakinan yang ada pada diri pasien sehingga rasa nyeri dipersepsikan.
Virtual reality melibatkan modalitas sensorik berupa visual dan auditori yang memungkinkan
penggunanya terdistraksi terhadap stimulus nyeri (Muhammad, 2017). Sebagai alat yang memanfaatkan
metode distraksi, teknologi VR dapat mengalihkan pasien dari stimulasi nyeri dan meningkatkan
perhatian pasien pada stimulasi yang menyenangkan sehingga mengurangi sinyal nyeri dan mereduksi
persepsi nyeri. Distraksi melibatkan pengalihan perhatian (atensi) dengan cara pemberian stimulus
tertentu sehingga perhatian difokuskan pada hal lain akibatnya pasien toleransi terhadap sensasi nyeri.
Distraksi dengan pemanfaatan teknologi digital virtual reality, walaupun terlihat kompleks namun dalam
aplikasinya terlihat sederhana tetapi ampuh untuk meredakan nyeri khususnya nyeri prosedural. Ketika
pengguna VR “tenggelam” atau imersif dalam lingkungan yang diciptakan VR, pasien tidak dapat melihat
langsung luka mereka dan secara audio-visual terisolasi dari lingkungan nyata. Pasien merasa bahwa
tampilan audio-visual VR dianggap sebagai pengalaman baru yang lebih memukau, sangat menarik
perhatian dan memiliki kesan yang menakjubkan. Peran virtual reality dalam mengurangi nyeri
berhubungan dengan keterbatasan kapasitas perhatian yang dimiliki oleh manusia. Nyeri membutuhkan
perhatian, dan jika sebagian dari perhatian itu dapat dialihkan akan berespons lebih lambat terhadap
stimulus/sinyal nyeri yang masuk (Sitopu et al., 2022). Studi Hoffman (2021) menemukan bahwa

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 5


e-ISSN: 2621-0584

teknologi virtual reality memanipulasi otak dalam menerima stimulus nyeri. Bagian/area otak yang
berkaitan dengan nyeri, yaitu anterior cingulate gyrus, korteks, insula, talamus, serta korteks
somatosensorik primer dan sekunder mengalami penurunan aktivitas sebesar 50% ketika memakai
perangkat virtual reality. Secara sederhana mekanisme virtual reality dalam menurunkan persepsi nyeri
dengan mengalihkan/mendistraksi otak dari stimulus nyeri yang berasal dari bagian tubuh tertentu dan
memblok nyeri tidak sampai ke otak. Namun belum ada konsensus lengkap dari para ahli mengenai detail
mekanisme yang mendasari bagaimana virtual reality dalam mengurangi nyeri. Dibutuhkan studi lebih
lanjut di masa depan mengenai hal tersebut (Matamala-Gomez et al., 2019). Otak manusia tidak
dirancang untuk fokus pada banyak fenomena secara sekaligus pada waktu yang bersamaan, tetapi
dirancang untuk fokus hanya pada satu fenomena yang dianggap lebih prioritas dan relevan. Akibatnya
kita menjadi “buta” terhadap fenomena-fenomena sekitar yang diluar prioritas. Hal ini disebut dengan
inattentional blindness. Jadi jika ingin mengalihkan/mendistraksi perhatian seseorang, tidak ada cara yang
lebih baik selain memanipulasi indra manusia. Tindakan manipulasi indra khususnya indra penglihatan
dan pendengaran melalui visualisasi yang dinamis dan audio yang memukau akan mengarahkan otak
lebih fokus pada audio-visual yang disajikan virtual reality sedangkan fokus/perhatian nyeri menjadi
terabaikan, sehingga pasien mempersepsikan nyeri berkurang bahkan hilang (Hoffman, 2021). Perangkat
(virtual reality) ini sangat minim efek samping dan mudah digunakan bahkan secara signifikan
mengurangi penggunaan analgesik di rumah sakit pada pasien yang menjalani prosedur medis karena efek
positifnya mereduksi nyeri (Abd-Elsayed et al., 2021). Hal ini menandakan bahwa virtual reality dapat
digunakan di fasilitas kesehatan rumah sakit dan berpotensi sebagai terapi non farmakologi manajemen
nyeri multimodal.
Menurut peneliti pasien yang telah menjalani operasi akan merasakan nyeri hal ini dikarenakan tindakan
yang dilakukan adalah dengan cara membedah atau menyayat lapisan perut lapis demi lapis sehingga
menyebabkan nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi. Menurut peneliti terapi distraksi visual
dengan media virtual reality dapat diberikan kepada pasien post operasi untuk menurunkan skala nyeri.
Jika dilihat dari analisa bivariat dapat disimpulkan terdapat pengaruh terapi distraksi visual dengan media
virtual reality terhadap intensitas nyeri pada pasien post opersi.

4 Kesimpulan
Karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak ber usia 45 tahun pada kedua kelompok.
berdasarkan jenis kelamin paling banyak berjenis kelamin laki-laki, berdasarkan Pendidikan pada
kelompok VR terbanyak. Sedangkan tingkat nyeri sebelum diberikan nafas dalam terbanyak pada tingkat
berat, tingkat nyeri setelah diberikan nafas dalam terbanyak pada tingkat berat, tingkat nyeri sebelum
diberikan VR terbanyak pada tingkat berat tingkat nyeri sebelum diberikan VR terbanyak pada tingkat
sedang.
Penelitian ini dapat memberikan edukasi tentang penggunaan video virtual reality dalam melakukan
perawatan luka.

Referensi
Abd-Elsayed, A., Hussain, N., & Stanley, G. (2021). Combining Virtual Reality and Behavioral
Health to Promote Pain Resiliency: Analysis of a Novel BioPsychoSocial Modality for
Solving Pain in the Workplace. Pain and Therapy, 10(2), 1731–1740.
https://doi.org/10.1007/s40122-021-00333-1
Ang, S. P., Montuori, M., Trimba, Y., Maldari, N., Patel, D., & Chen, Q. C. (2021). Recent
Applications of Virtual Reality for the Management of Pain in Burn and Pediatric Patients.
Current Pain and Headache Reports, 25(1), 4. https://doi.org/10.1007/s11916-020-00917-0
Chi, A., Chi, A., Jockusch, J., Long, M., Lund, P., & Sherry, S. (2020). Use of Virtual Reality as a
Distraction Technique to Limit Opiate Use in Traumatic and Surgical Wound Dressing

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 6


e-ISSN: 2621-0584

Management. American Journal of Surgical Case Reports.


https://doi.org/10.31487/j.ajscr.2020.02.12
Hoffman, H. G. (2021). Interacting with virtual objects via embodied avatar hands reduces pain
intensity and diverts attention. Scientific Reports, 11(1). https://doi.org/10.1038/s41598-021-
89526-4
Hua, Y., Qiu, R., Yao, W. Y., Zhang, Q., & Chen, X. L. (2015). The Effect of Virtual Reality
Distraction on Pain Relief During Dressing Changes in Children with Chronic Wounds on
Lower Limbs. Pain Management Nursing, 16(5). https://doi.org/10.1016/j.pmn.2015.03.001
Iswari. (2016). Gambaran Tingkat Nyeri Dan Kecemasan Pasien Post Operasi Orthopedi Di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Jurnal Keperawatan: Prodi S1 Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Palembang.
Jitowiyono. (2013). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Nuha Medika.
Ketahui Prosedur Pembedahan Saat Operasi. (n.d.).
Marusinec, L. (2019). Cara Menyembuhkan Patah Tulang . Https://Id.Wikihow.Com.
Matamala-Gomez, M., Donegan, T., Bottiroli, S., Sandrini, G., Sanchez-Vives, M. V., &
Tassorelli, C. (2019). Immersive Virtual Reality and Virtual Embodiment for Pain Relief.
Frontiers in Human Neuroscience, 13. https://doi.org/10.3389/FNHUM.2019.00279
Mayenti, F., & Sari, Y. (2020). Efektifitas Teknik Distraksi Musik Klasik Mozart Untuk
Mengurangi Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi,
9(1), 98. https://doi.org/10.36565/jab.v9i1.193
Muhammad, J. (2017). Pemanfaatan Teknologi Virtual Reality ( VR ). Jurnal Informatika, 99–117.
NURMAN, M. (2017). Efektifitas Antara Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa
Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Timur Tahun 2017. Jurnal Ners, 1(2),
108–126. https://doi.org/10.31004/jn.v1i2.122
Parisi, T. (n.d.). Learning virtual reality : developing immersive experiences and applications for desktop,
web, and mobile. 151.
sangadah, khotimatus, & Kartawidjaja, J. (2020). Tinjauan Global Terkini daripada ISAPS
Melaporkan Peningkatan Berterusan dalam Pembedahan Estetik di Seluruh Dunia.
Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Setiyo, D., Arto, B., Banyumas, P. Y., Keperawatan, D. I. I. I., Dan, P., & Dari, P. (2020). Dwi
Setyo Budi Arto : Literatur Review : Pengaruh Teknik Distraksi Musik Klasik Mozart
Untuk Mengurangi Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur LITERATURE REVIEW
PENGARUH TEKNIK DISTRAKSI MUSIK KLASIK MOZART UNTUK MENGURANGI
NYERI PADA PASIEN POST OPERASI. Jurnal Politeknik Yakpermas Banyumas, 13(1), 1–7.
Sitopu, R. F., Purba, J. M., & Ritarwan, K. (2022). Pengaruh penerapan teknologi virtual reality
terhadap perilaku nyeri pada pasien pasca bedah ORIF fraktur ekstremitas bawah saat
penggantian balutan luka. Journal of Telenursing (JOTING), 4(1), 320–330.
Suddarth, B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.). EGC.
Suharyo, Dewi, Y. S., & Pratiwi, I. N. (2021). Pengaruh Rehabilitasi Berbasis Virtual Reality
dalam Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Bedah Ortopedi: Systematic
Review. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 12(7), 391–397.
Tamsuri. (2012). Konsep dan Pelaksanaan Nyeri. EGC.
Widyaningsih. (n.d.). (1) Data Penggunaan Pisau Bedah (Scalpel) di Indonesia dan Dunia |
Widyaningsih B.S. - Academia.edu.

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 7


e-ISSN: 2621-0584

Prosiding 16th Urecol: Seri …………….. 8

Anda mungkin juga menyukai