Anda di halaman 1dari 14

BAB.

III
BENTUKLAHAN ASAL PROSES FLUVIAL

A. Tujuan Khusus Perkuliahan


Setelah mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengemukakan tiga aktivitas kerja sungai dalam pembentukan bentang lahan
sepanjang aliran sungai
2. Mengemukakan proses terjadinya bentuklahan asal proses fluvial
3. Menganalisis terjadinya satuan bentuklahan yang terjadi sepanjang aliran sungai
4. Menggambarkan bentukan-bentukan asal proses bentuklahan sepanjang aliran
sungai
A. Materi Perkuliahan
1. Pengertian Bentuklahan Fluvial
Bentuklahan ini berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan, seperti
lembah-lembah sungai besar dataran aluvial. Secara alami proses yang diakibatkan oleh
kerja sungai terdiri atas 3(tiga) aktivitas yang satu sama lain sangat erat hubungannya
yaitu erosi, transportasi dan penimbunan. Penimbunan terjadi karena lereng atau debit
sungai/aliran permukaan menjadi kecil, sehingga kecepatan dan energi aliran juga
menjadi kecil. Akibatnya tenaga mengangkut material hasil erosi juga berkurang. Hal
ini terjadi apabila suatu sungai mengalir dari daerah pegunungan yang belereng curam
menuju dataran aluvial yang lerengnya landai hingga datar atau air sungai mengalir dan
meluap melampaui tanggul alam (overtop banks). Penimbunan kemudian terjadi;
pertama-tama material ukuran besar seperti bongkah, krakal, kerikil kemudian disusul
pengendapan material-material lebih halus sperti pasir, dan lempung

16
Menurut Van Sleen et al, (1974) kondisi alam dari sedimen fluviatil tergantung pada:
1. Muatan sedimen pada tubuh perairan yang dikontrol oleh kecepatan aliran, gradien
dan pasok (supply) muatan sedimen itu sendiri.
2. Luas dan kondisi alami daerah aliran sungai, termasuk di dalamnya geologi, iklim,
relief, tanah dan vegetasi penutup serta ukuran dan bentuk DAS.
3. Air, meliputi kecepatan, kuantitas dan arah aliran air serta variasinya dari waktu ke
waktu.
Bentuk-bentuk fluvial pada daerah hulu sungai biasanya dikelompokkan ke
dalam bentuklahan denudasional kecuali apabila dijumpai pada sungai-sungai yang
besar. Bila sungai mencapai laut/danau terbentuklah peralihan ke bentuk-bentuk proses
marin/lacustrine. Delta sungai yang nyata dikelompok ke dalam bentuklahan asal
fluvial.

17
B. Sejarah Hidup Sungai

5. Youth (Sungai Muda)

Terjal, gradient besar dan berarus sangat cepat. Kegiatan erosi sangat kuat, khususnya
erosi kebawah. Terdapat air terjun, penampang longitudinal tak teratur, longsoran
banyak terjadi pada tebing – tebingnya.

6. Mature (Sungai Dewasa)

Pengurangan gradient, sehingga kecepatan alirannya berkurang. Daya angkut erosi


berkurang. Tercapai kondisi keseimbangan penampangnya ‘graded’ hanya cukup
untuk membawa beban (load), terdapat variasi antara erosi dan sedimentasi, terus
memperlebar lembahnya, dan mengembangkan lantai datar.

18
C. Satuan Bentuklahan Asal Proses Fluvial
Satuan bentuklahan asal proses fluvial dapat dikemukakan seperti di bawah ini:
1. Kipas Aluvial (Alluvial Fan)
Merupakan kipas atau kerucut rendah dari akumulasi gravel dan pasir, terjadi
pada mulut suatu jeram (canyon) atau lembah pada suatu pegunungan yang berbatasan
dengan dataran; seperti terlihat pada gambar 1

19
Gambar 1. Kipas aluvial dengan Sistem Sungai yang Radial dari Apex (Strahler,
1975)

Kalau dilihat secara melintang (cross section) maka akan terlihat adanya
gradasi ukuran butir pada suatu kipas aluvial. Alur sungai dalam suatu kipas ditandai
adanya sistem distribusi distribusi alur yang radial dan braided mulai dari kepala (apex)
dengan lembah yang sempit dan dalam pada apex serta berangsur-angsur ke bawah
kipas tingkat braided sungainya bertambah besar.
2. Crevasse-splays
Ketika terjadi banjir besar jumlah air dan sedimen yang melimpah ke dataran
banjir sekitar sungai juga besar. Sebagian besar luapan terjadi pada bagian tanggul alam
yang rendah (cekung).
Akibat kuatnya aliran maka tanggul alam terpotong membentuk celah
(crevasse). Dengan terjadinya crevasse tersebut maka banyak sedimen yang terangkut
melalui celah dan terendapkan pada dataran banjir membentuk suatu lidah sedimen.
Bentuklahan ini mempunyai lebar dari beberapa puluh meter hingga beberapa ratus
meter dengan ketebalan sedimen dari beberapa puluh sentimeter hingga beberapa meter.
Crevasse-splay ini umumnya terjadi pada cekungan luar (outer band) suatu sungai.
Tekstur dari material penyusun tergantung dari keadaan muatan sedimen sungai itu
sendiri.

20
Gambar 2. Crevasse-Splay pad Sungai Seyhan Turki (Gredory. et al, 1973)
3. Tanggul Alam (Natural Levee)
Merupakan akumalasi sedimen berupa igir/tanggul memanjang dan
membatasi alur sungai. Tinggi maksimum suatu tanggul terdapat pada bagian tepi dalam
tanggul yang berbatasan dengan alur sungai dengan lereng yang curam. Hal ini
menunjukkan bahwa tinggi muka air sungai pernah mencapai permukaan tanggul
tersebut pada saat terjadinya banjir besar. Sebaliknya menjauhi alur sungai kearah
dataran banjir lereng tanggul berangsur-angsur berkurang besarnya dari miring hingga
landai.
Tanggul alam mempunyai struktur berlapis karena terbentuk oleh sesri
endapan sedimen pada saat banjir meluap melampaui tanggul sungai. Akibatnya
kecepatan aliran yang menurun maka terjadilah pengendapan sedimen. Material
sedimen yang kasar di endapkan dekat alur sungai, sedangkan yang lebih halus
terangkut jauh kearah dataran banjir.

Gambar 3. Tanggul Alam (Natural Levee) Sungai Mississippi (Reineck et al,


1975)

4. Point Bar
Merupakan kenampakan morfologik yang umum pada sungai yang sedang
mengalami meandering dan pada saat yang bersamaan pengendapan point bar
merupakan proses sedimentasai yang dominan di dalam alur sungai tersebut. Bentuk dan
akuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta berkembang pada
bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai, seperti pada Gambar 4.

21
Gambar 4. Point Bar pada Sungai Klaralvan (Reineck et al, 1975)
Pada gambar 4 di atas terlihat bahwa di dalam point bar terdapat adanya igir-
igir (scroll) yang diantaranya diselingi oleh alur-alur (swales) dengan kedudukan hampir
sejajar satu sama lain. Masing-masing scroll dan wales menunjukan terjadinya migrasi
alur secara lateral pada masing-masing banjir yang terjadi. Pada wales sering terisi
material halus, tetapi secara keseluruhan tekstur dari material point bar tergantung pada
keadaan sedimen yang terangkut pada saat banjir terjadi. Kelerengan umumnya miring
kearah aliran menuju lengkung luar.

5. Dataran Banjir ( Floodplain)


Bentuk ini terutama tersusun dari timbunan material lepas (unconsolidated)
yang berasal dari sedimen yang terangkut sunagi didekatnya. Mempunyai topografi

22
datar dan merupakan daerah yang sering tergenang air banjir dengan periode ulang
antara 1 – 2 tahun. Tersusun atas material sedimen halus hingga sedang. Material yang
kasar diendapkan dekat alur sungai sedangkan makin jauh dari alur sungai semakin
halus material yang diendapkan, karena sering sekali mendapat pasok (supply) material
sedimen baru maka umumnya belum terjadi perkembangan tanah.

Gambar 5. Dataran Banjir


6. Cekungan Fluvial (Fluvial Flood Basin)
Cekungan fluvial merupakan bagian terendah dari dataran banjir sungai,
seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Diagram Balok Menunjukkan Berbagai Macam Bentuklahan Timbunan


Fluvial (Reineck et al, 1975)

Tersusun dari material sangat hulus dari muatan suspensi dengan tebal
penimbunan sekitar 1 hingga 2 Cm, untuk setiap peristiwa banjir. Ukuran dan bentuk
cekungan fluvial biasanya memanjang dan sejajar dengan arah alur sungai. Di daerah
tropika basah cekungan fluvial adalah rendah, selalu basah dan ditumbuhi vegetasi yang
lebat. Kenampakan seperti ini sering disebut sebagai rawa belakang (backswamp)
karena letaknya dibelakang tanggul dan selalu berawa dengan tumbuhan rawanya.
7. Teras Aluvial
Teras adalah suatu bentuklahan yang dibatasi oleh dataran yang belereng
curam disuatu sisi dan lereng landai/datar disisi lain. Tras aluvial merupakan salah satu
macam teras yang penting, terjadi pada endapan aluvium yang mengisi dasar lemah
(agradasi) seperti terlihat pada Gambar 6.

23
Gambar 6. Beberapa Pasang Teras Aluvial pada Dasar Lembah yang Terisi
oleh Aluvium (Strahler, 1976)

Pada dasar lembah yang lebar terjadi suatu pemotongan ke bawah


(donwcutting) oleh sungai atau degradasi. Pada saat yang sama terjadi pula pemotongan
ke samping sehingga terjadi pemindahan (shiftted) alur sungai kearah lateral pada
dataran banjirnya, sehingga terjadilah satu pasang teras (Gambar 6) lainnya terjadi
pendalaman lembah dan perpindahan kesamping atau dapat secara berulang-ulang maka
beberapa pasang teras suangai seperti pada gamabar 6.

8. D e l t a.
Apabila sungai mengalir masuk ke laut atau ke tubuh perairan tenang seperti
danau, maka akan terbentuk delta. Menurut Reineck et al, (1975) adapun faktor-faktor
yang mengontrol terbentuknya delta baik bentuk maupun ukurannya adalah sepereti
berikut:
1. Morfologi pantai termasuk di dalamnya konfiqurasi garis pantai.
2. Arah dan intensitas gelombang yang datang dari laut

24
3. Kekuatan mengangkut sedimen oleh laut dekat pantai dalam kaitannya dengan
sedimen yang terangkut oleh sungai dari daratan
4. Julat (range) dari pasang-surut muka air laut.
Di bawah ini gambar beberapa contoh delta yang dapat dijumpai di muara sungai.

25
Gambar 8. Beberapa Bentuk Delta yang Dikenal (Morisawa, 1960)

26
Macam–Macam Pola Aliran
· Dendritik adalah seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah
dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol
oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada
batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
· Paralel adalah anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang
di lerengyang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling
sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
. Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Radial sentrifugal adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya.
Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.

Sungai Radial Sentrifugal

2. Radial sentripetal adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini
terdapat di daerah basin (cekungan).

 Trellis adalah percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus,
sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen
te rlipat atau terungkit dengan litologiyang berselang-seling antara yang lunak
dan resisten.

27
 Annular adalah sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk
sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling

antara lunak dan keras.


 Centripetal adalah sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.

Multibasinal adalah percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama,
melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.

Pinate adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk
sudut lancip.


Rektangular adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir
siku-siku 90o

28
29

Anda mungkin juga menyukai