1. Jika anda sebagai seorang guru di dalam sebuah kelas dan menjadi nahkoda bagi kapal
yang berisi penumpangnya adalah murid anda. Anda harus mengajarkan metode
pembelajaran IPS SD yang berlandaskan pendekatan kognitif. Rancanglah dan berilah
contoh terkait metode pembelajaran IPS SD dengan berlandaskan pendekatan kognitif
digunakan untuk mengajarkan materi pendidikan IPS di SD kepada peserta didik anda
sesuai dengan pengalaman anda sebagai seorang guru profesional!
Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan kognitif adalah latihan inquiri
(Inquiry training). Metode ini berangkat dari suatu kenyataan bahwa perkembangan individu itu
bersifat indipenden (bebas). Oleh karena itu, dalam penerapannya lebih menitikberatkan pada
penyelidikan yang bersifat bebas, tetapi terarah dan sisteatis. Metode latihan inkuiri didasarkan atas
terjadinya konfrontasi intelektual. Guru memulainya dengan mengajukan suatu situasi teka-teki kepada
siswa untuk dipecahkan/diselidiki. Guru dalam kegiatan ini harus mampu menyajikan peristiwa-
peristiwa yang membangkitkan siswa untuk terjadinya konfrontasi intelektual.
1. Menyajikan masalah
Guru menunjukkan situasi yang mengandung masalah dan menentukan prosedur inkuiri yang akan
ditempuh oleh siswa.
4. Merumuskan penjelasan
Siswa bersama guru merumuskan penjelasan atau uraian secara mendetail, rapi, dan sistematis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan metode latihan inkuiri adalah berikut ini:
a. Rencanakan waktu yang akan digunakan.
b. Siswa dapat melakukan secara kelompok.
c. Lanjutkan latihan inkuiri dengan jalan diskusi
CONTOH :
Sebagai contoh, saya ambil kurikulum Sekolah Dasar Kelas 6 Semester II:
1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
2. Materi Pokok
Gejala alam dan sosil negara Indonesia dan negara tetangga.
3. Hasil Belajar
4. Indikator
a. Menunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia.
b. Membandingkan ciri-ciri gejala alam Indonesia dengan negara-negara tetangga.
c. Membandingkan ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dengan negara tetangga.
d. Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.
Setelah memahami hal di atas, maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan masalah.
Guru mengajukan masalah dengan pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana gejala alam dan
sosial di Indonesia jika dibandingkan dengan negara tetangganya?
4. Merumuskan penjelasan.
Guru membantu siswa dalam merumuskan penjelasan untuk mnjawab atas masalah secara
mendetail, rapi, dan sistematis.
1. Tahap Orientasi
Dalam tahp ini, siswa diminta memilih masalah sosial (tentu saja yang relevan dengan GBPP)
yang akan dijadikan pokok bahsan. Masalah dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa sosial
dikelas atau disekolah atau masyarakat sekitar sekolah.
2. Tahap Hipotesis
Tahap hipotesis diakukan setelah perumusan dan pembahasan masalah. Fungsi perumusan
hipotesis adalah sebagai acuan dalam usaha menemukan pemecahan masalah.
Untuk membuat hipotesis yang baik, diperlukan beberapa kriteria sbb :
a. Valid atau mempunyai kejelasan untuk melakukan pengujian (menguji apa yang
seharusnya diuji).
b. Kompatibilitas, yaitu kesesuaian antara hipotesis dengan pengalaman siswa atau guru yang
pernah diperoleh.
c. Mempunyai hubungan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sebelumnya.
3. Tahap definisi
Pada tahap ini siswa mengadakan pembahasan tentang pengertian latihan-latihan yang terdapat
dalam hipotesis. Hal ini penting agar terdapat pengertian yang sama pada setiap siswa.
4. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi adalah tahap pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan mengembangkan
hipotesis dengan implikasi serta asumsi-asumsi. Apabila telah teruji antara hipotesis dengan dasar
logika maka tahap berikutnya adalah pembuktian dengan fakta-fakta.
5. Tahap Pembuktian
Dalam tahap ini, para siswa mengumpulkan data dengan metode yang sesuai. Misalnya, melaui
wawancara, angket dan observasi. Jika data telah terkumpul, kemudian diadakan analisis data
untuk disimpulkan, apakah hipotesis diterima atau ditolak.
6. Tahap Generalisasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari model inkuiri sosial. Pada tahap ini telah dapat disusun
pernyataan terbaik dalam pemecahan masalah. Generalisasi yang dihasilkan hendaknya disusun
secara sederhana sehingga mudah dipahami oleh siswa
CONTOH :
Setelah kita memahami hal di atas, maka selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Tahap Orientasi
Mengambil dan menetapkan masalah yang berkaitan dengan jumlah penduduk yang
meledak, golongan penduduk muda, persebaran tidak merata, dan kepadatan yang tinggi. Salah
satu akibatnya adalah masalah sosial yaitu kemiskinan masih ditambah penodongan, pencurian,
tuna susila, dan tuna wisma. Rumusan masalahnya adalah “Faktor-faktor apa yang
menyebabkan kemiskinan di suatu daerah?” Jadi, masalah pokoknya adalah terjadinya
kemiskinan.
2. Tahap Hipotesis
Menyusun hipotesis, yaitu berikut ini:
a. Kondisi fisis suatu daerah yaitu lahan pertanian yang sempit, mempunyai hubungan dengan
terjadinya kemiskinan.
b. Kualitas sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan yang rendah, mempunyai hubungan
dengan terjadinya kemiskinan.
3. Tahap Definisi Membahas pengertian dari istilah-istilah yang ada dalam hipotesis.
a. Kondisi fisis adalah keadaan lingkungan alam yang mempunyai pengaruh terhadap peri
kehidupan manusia, misalnya keadaaan sumber daya alam suatu daerah.
b. Kualitas SDM adalah derajat kemampuan manusia mengolah sumber daya alam yang ada
dengan tekonologi yang dimiliki.
c. Kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
struktural/buatan. Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan sebagai akibat
terbatasnya sumber daya alam atau daya dukung sumber daya alam terhadap sumber daya
manusia rendah.
4. Tahap Eksplorasi
Peserta didik mengadakan pengujian hpotesis dengan logika deduksi dan mengembangkan
hipotesis dengan implikasinya serta asumsi-asumsi yang mendasarnya.
Cara merancang dan menyusun alat evaluasi IPS aspek sikap sosial di SD Nilai dan sikap sosial
terjadi apabila ada interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain, dengan kelompok atau antar
kelompok. Untuk dapat terjadi interaksi sosial harus ada kontak sosial dan komunikasi.
Model ini dikemukakan oleh David Johnson dan Frank Johnson dalam Udin S. Winataputra
(2003), di mana model ini menitikberatkan pada pemecahan masalah secara kelompok, yaitu pada
kemampuan mengambil keputusan.
Kemampuan pemecahan masalah secara kelompok meliputi beberapa unsur sebagai berikut :
a. dapat menghasilkan kesepakatan tentang sesuatu keadaan yang dikehendaki;
b. sepakat menetapkan struktur dan prosedur untuk menghasilkan, memahami dan memakai
informasi yang relevan dengan keadaan yang aktual:
c. sepakat untuk menetapkan struktur dan prosedur untuk menemukan kemungkinan pemecahan
masalah, memutuskan dan mempergunakan cara pemecahan yang terbaik dan efektif.
Langkah-langkah pemecahan masalah kelompok yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson
sebagai berikut :
a. Definisi masalah
Definisi masalah merupakan langkah yang paling sulit. Apabila mampu merumuskan dengan
baik maka langkah selanjutny akan lebih mudah. Untuk perumusan masalah ini dianjurkan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Tampunglah secara terbuka semua pernyataan masalah.
Rumuskan kembali setiap pernyataan sehingga dapat memperoleh gambaran yang ideal dan
aktual. Pilihlah salah satu definisi yang penting dan dapat dipecahkan.
b. Diagnosis Masalah
Langkah kedua ini kita ingin mengetahui dimensi dan sebab-sebab timbulnya masalah.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan yang mendorong ke arah
situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang menghambat ke arah tersebut.
c. Merumuskan alternatif strategi
Dalam kelompok ketiga ini kelompok harus mencari dan menemukan berbagai alternatif cara
pemecahan masalah, di mana kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami
pertentangan antar idea dan punya daya temu yang tinggi.