TESIS
OLEH :
IRA SYAFIRA
NIM : 1505195181
i
2
TESIS
Oleh:
IRA SYAFIRA
NIM : 1505195181
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan
berhak menyimpan, mengalih media format, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (Database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta izin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 16 November 2019
Yang menyatakan,
(Ira Syafira)
i
ABSTRAK
IRA SYAFIRA
1505195181
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Memengaruhi terjadinya
Osteoporosis pada Ibu Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten
Langkat Tahun 2017”.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) pada Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan
berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes, selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan, sekaligus pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan masukan dalam penyusunan Tesis ini.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia sekaligus Penguji II yang telah memberikan
waktu masukan dalam penyusunan Tesis ini.
3. Dr. H. Ismail Effendi, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
5. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan
bimbingan dan arahan terus-menerus sejak penyusunan proposal hingga tesis
ini selesai.
6. Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A, selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam memberi masukan tesis
ini.
iii
7. Seluruh Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah
mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8. Kepala Puskesmas dan staff yang telah memberikan bimbingan dan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas ini.
9. Orangtua tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan, dan semangat selama berlangsungnya masa perkuliahan hingga
memasuki masa penyelesaian perkuliahan.
10. Teman-teman seperjuangan seangkatan yang ikut memberikan doa dan
motivasi, juga dukungan moral, material kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan Tesis ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan Hidayah-Nya atas segala
kebaikan yang telah diberikan.
Ira Syafira
1505195181
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ira Syafira, lahir di Stabat 09 Desember 1993, putri dari
bapak A. Boynizar dan ibu Khairani, S.Pd. Penulis beragama islam dan beralamat
2005. Menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Hang Tuah Stabat pada
tahun 2008. Menyelesaikan SMA pada tahun 2011 di SMA Persialan Stabat.
dengan sekarang.
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT ..................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
vi
3.6. Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 57
3.7. Metode Pengukuran ................................................................. 58
3.8. Metode Pengolahan Data ........................................................ 59
3.9. Analisis Data ............................................................................ 60
3.10. Informan pada Pendekatan Kualitatif....................................... 62
3.11. Metode Pengumpulan Data pada Pendekatan Kualitatif .......... 63
3.12. Analisis dan Interpretasi Data pada Pendekatan Kualitatif ...... 63
vii
DAFTAR TABEL
viii
4.10. Tabulasi Silang Faktor Usia dengan Kejadian Osteoporosis di
Wilayah Kerja Puskesmas Stabat .................................................... 73
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
9 : Surat Izin Uji Validitas dari Institut Kesehatan Helvetia ........... 133
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang
diseases, karena menyerang secara diam, tanpa adanya tanda khusus, sampai
Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat
yang paling sering terjadi pada orang berusia lanjut, terutama pada wanita. Ketika
wanita mencapai usia menopause, maka semakin menurun pula kadar kalsium
dalam tulang. Sebelum terjadi fase menopause, biasanya didahului dengan fase
ringannya keropos tulang yang sudah diterima oleh seluruh dunia. Bila T-score<-
1
2
osteopenia atau massa tulang yang rendah. Nilai T-score di antara -1 sampai +1
tergolong BMD (Bone Mineral Density) normal. Osteoporosis terjadi jika laju
osteoporosis pada pria juga dipengaruhi oleh hormon. Bedanya laki-laki tidak
kekurangan vitamin D, usia lanjut dan rendahnya asupan kalsium. Hal ini terbukti
sebesar 254 mg per hari, hanya seperempat dari standar internasional, yaitu
Jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada
saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada2030, sedangkan wanita premenopause
3
sebanyak 342 juta. Di Asia, masih menurut data World Health Organization
(WHO), pada 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak
40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%. Angka kejadian
patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7
juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3
75juta penduduk, sedangkan di Cina 84 juta penduduk, dan ada 200 juta penderita
wanita dan satu dari dua belas pria diatas 50 tahun akan mengalami fraktur arena
usia 60-64 tahun menjadi 71% pada usia 80 tahun, dan bagi pria dengan usia yang
yang berusia diatas 50 tahun, adalah 32,3% pada wanita dan 28,8% pada pria.
Menurut hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada 14
setiap 2 dari 5 penduduk Indonesia memiiki risiko utuk terkena osteoporosis. Hal
ini lebih tinggi dari pravalensi dunia yang hanya 1 dari 3 berisiko Osteoprosis (8).
progesteron dan hormon seks lainnya mulai menurun (9). Perubahan yang terjadi
pada usia menopause antara lain: perubahan organ repoduksi, perubahan hormon,
kering, tidak dapat menahan air seni, hilangnya jaringan penunjang, penambahan
Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna
yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani, yang
terjadi pada usia 49-51 tahun. Hal ini merupakan akhir proses biologis dari siklus
5
datang) Semakin dini menarche terjadi, makin lambat menopause terjadi. Pada
saat ini, semakin dini datangnya menarche akan mengakibatkan semakin lambat
(12).
diseluruh dunia diperkirakan mencapai 33 juta jiwa, meningkat sekitar 5,6% dari
tahun sebelumnya dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun selanjutnya.
dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada tahun 2030. Menurut
data WHO, pada tahun 2025 jumlah perempuan yang berusia tua di Asia
memasuki menopause sebesar 7,4% dari populasi pada tahun 2000. Jumlah
tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun 2005 dan akan naik lagi
sebesar 14% atau sekitar 30 juta orang pada tahun 2015. Peningkatan populasi
perempuan menopause pada umumnya akan disertai berbagai tingkat dan jenis
akhir usia 40-an tahun atau di awal 50 tahun, namun kini menurut penelitian
terbaru, 1 dari 16 wanita berisiko menopause dini. Seperti profil penduduk yang
tergambar di salah satu Kelurahan Sei Sikambing Medan, pada tahun 2011 jumlah
penduduk perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki. Disana juga didapatkan
jumlah usia lansia yang cukup banyak. Ada sekitar 76 jiwa perempuan sudah
artinya kalium menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang.
Terutama terjadi pada persendian paha. Mengingat peningkatan yang stabil dalam
kehidupan masyarakat harapan dan perubahan dramatis dalam gaya hidup, seperti
perubahan dalam asupan makanan dan pekerjaan (misalnya, sedikit orang terlibat
beberapa faktor risiko terjadinya osteoporosis, yaitu faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat
fraktur, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain adalah indeks
7
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, pada tahun 2015 sebanyak 106 kasus
osteoporosis ditemukan pada wanita menopause dan lanjut usia. Jumlah kasus
osteoporosis meningkat setiap tahunnya terutama pada wanita lanjut usia yang
di Desa Pantai Gemi Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun
2019”.
menopause ?
wanita menopause ?
menopause ?
menopause ?
8
wanita menopause
Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor risiko
wanita menopause.
wanita menopause.
9
a. Reponden/Wanita
b. Puskesmas
memberikan bimbingan dan perhatian yang lebih kepada ibu yang mulai
c. Peneliti
kuantitatif. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan
sumber referensi yang menarik perhatian para penelitiyang lain untuk dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil
penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu
risiko osteoporosis pada pasien dengan usia diatas 50 tahun. Subyek penelitian
adalah pasien RSUP Dr. Kariadi Semarang yang diperiksa densitas tulang
ini menggunakan desain kasus-kontrol. Data yang digunakan adalah data primer
melalui hasil wawancara dan data sekunder dari catatan medik pasien. Data yang
terkumpul diolah dan dianalisis dengan uji bivariat dan multivariat. Total
kasus dan 25 pasien bukan osteoporosis sebagai kelompok kontrol. Variabel yang
terbukti menjadi faktor risiko osteoporosis adalah jenis kelamin wanita, usia lebih
dari 65 tahun, menopause dini, dan diabetes melitus. Indeks massa tubuh, riwayat
kebiasaan merokok, sirosis hepatis, hipertiroid, dan gagal ginjal kronik tidak
terbukti menjadi faktor risiko osteoporosis. Jenis kelamin wanita, usia, menopause
11
Penelitian lain juga dilakukan oleh Kridiana (2012) tentang faktor risiko
Kota Semarang) Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
uji chi square dengan α = 0,05). Dengan uji alternatif uji fisher. Dari hasil
penelitian ini didapatkan usia (p. value = 0,289 > 0,05), indeks massa tubuh (p.
value = 0,259 < 0,05), aktifitas fisik (p. value = 0,087 < 0,05), riwayat keluarga
(p. value = 0,422 > 0,05 ), riwayat fraktur (p. value = 0,319 < 0,05), kortiosteroid
jangka panjang (p. value = 0,089 < 0,05), menopause dini (p. value = 0,343 <
0,05), diabetus mellitus (p. value = 0,429 < 0,05), serosis hati (p. value = 0,130 <
0,05), hipertiroid (p. value = 0,003 < 0,05), gagal ginjal kronik (p. value = 0,141 <
0,05). Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia,
indeks massa tubuh, riwayat keluarga, riwayat fraktur, menopause dini, diabetus
hubungan antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kejadian
osteoporosis pada lansia di Panti Werdha Bogor. Tujuan penelitian ini adalah
12
untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik
kriteria tertentu dan jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
energi dan protein adalah normal, fosfor pada kategori cukup dan kalsium
antara status gizi, tingkat kecukupan energi, protein, dan fosfor dengan kejadian
Tingkat kecukupan kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang kurang merupakan
dengan pendekatan case control. Data diambil secara consecutive sampling untuk
27 subjek kasus dan kontrol. Subjek yang memenuhi kriteria diukur densitas
aktivitas fisik GPAQ. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan
13
SPSS 20. Hasil terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas fisik total dan
kesimpulan adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik total dan
(2013) tentang gambaran risiko osteoporosis berdasrkan indeks massa tubuh pada
lanjut usia di Panti Sosial Tresnawerdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya
dengan metode total sampling. Berat badan diukur dengan timbangan digital,
71,4% pada lansia dengan IMT< 17, 100% pada lansia dengan IMT 17-18,4,
60% pada lansia dengan IMT 18,5-24,9, 50% pada lansia dengan IMT 25-27, dan
20% pada lansia dengan IMT >27. Kesimpulan: Kejadian osteoporosis di Panti
Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya terjadi paling
banyak pada lansia dengan IMT 17-18,4, dan paling sedikit pada lansia dengan
2014, Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data yang digunakan
adalah data primer melalui hasil wawancara dengan responden dan data
Betung Tangerang Selatan. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan
uji univariat dan bivariat. Total responden yang diteliti adalah 51 responden,
yaitu semua pasien dengan osteoporosis. Variabel yang terbukti menjadi faktor
terbukti menjadi faktor risiko osteoporosis adalah indeks massa tubuh dan riwayat
Fraktur (19).
Nastiti (2015) tentang hubungan antara aktifitas fisik dengan resiko osteoporosis
Rho dengan α = 0.01 diperoleh Nilai Sign.(2tailed) = 0.00 atau < α . Hasil ini
antara aktifitas fisik dengan resiko kejadian osteoporosis pada wanita menopouse
0.699 menunjukkan bahwa korelasi ini memiliki kekuatan yang cukup kuat
dengan arah hubungan negatif atau berlawanan yang artinya jika aktifitas fisik
15
tinggi maka resiko osteoporosis rendah, begitupun sebaliknya jika aktifitas fisik
2.2.1. Osteoporosis
dan mineral yang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan
Sedangkan tulang yang rendah kepadatan tulangnya adalah salah satu faktor risiko
tahun 1991 adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa
Mineral Density (BMD) yaitu jika BMD mengalami penurunan lebih dari 2,5 SD
dari nilai rata-rata BMD pada orang dewasa muda sehat (Bone Mineral
Density T-score< -2,5 SD). Osteopenia adalah nilai BMD -1 sampai-2,5 SD dari
orang dewasa muda sehat (21). 13-18% wanita di atas 50 tahun memiliki
tidak menimbulkan gejala yang nyata, gambaran radiologi baru jelas bila
dapat terjadi pada tiap tempat. Meskipun fraktur yang berhubungan dengan
kelainan ini meliputi thorak dan tulang belakang (lumbal), radius distal dan
femur proksimal. Definisi tersebut tidak berarti bahwa semua fraktur pada
menyebabkan fraktur. Ini semua dapat berdiri sendiri atau berhubungan dengan
A. Epidemologi
osteoporosis adalah wanita, tapi kira-kira 2 juta pria di Amerika Serikat menderita
untuk osteoporosis. Satu dari 2 wanita dan satu dari 4 pria diatas berusia 50
17
tahun akan menjadi fraktur yang berhubungan dengan fraktur selama hidup
populasi kaukasian. Studi juga mendapatkan bahwa massa tulang orang Asia lebih
rendah dibandingkan massa tulang orang kulit putih Amerika, akan tetapi fraktur
B. Klasifikasi Osteporosis
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi bisa
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita mempunyai risiko
yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopause, wanita kulit putih dan
daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.
b. Osteoporosis Senilis
tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
postmenopausal
18
c. Osteoporosis Sekunder
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid dan
tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memilki kadar dan fungsi
hormonal yang normal, kadar vitamin yang normal tidak memiliki penyebab yang
berikut : (28)
a. Osteoporosis Primer
terutama pada bagian lumbar dan tulang lengan. Osteoporosis tipe I l ebih
banyak terjadi pada wanita pascamenopouse yang berumur antara 51-65 tahun
atau 1-15 tahun sesudah menopause, karena itu osteporosis tipe I sering
pelvis, humerous dan tibia. Terjadi pada laki-laki dan perempuan yang
berumur diatas 70-75 tahun. Pada osteoporosis tipe II, tulang trubekular dan
dalam ginjal dan penurunan absorbsi kalsium intestinal karena penuaan. Jika
ini terjadi keadaan akan berlipat ganda apabila ditambah dengan rendahnya
asupan kalsium dan atau tingginya asupan fosfor yang memacu peningkatan
Osteoporosis
No. Parameter
Tipe I (Menopause) Tipe II (Senile)
7 Absorbsi Kalsium Turun Turun
8 Hormon Paratyroid Turun Naik
Sumber: Ai Sri Kosnayati (2007)
b. Osteoporosis Sekunder
yaitu karena adanya penyakit lain yang mendasari, definisi atau konsumsi obat
1) Penyebab Genetik
(e) Hemokromatosis
(f) Homosistinuria
2) Keadaan Hipogonad
(c) Hiperprolaktinemia
3) Gangguan endokrin
(a) Akromegali
21
(e) Hiperparatiroidism
(f) Hipertiroidisme
(g) Hipogonadism
(h) Kehamilan
(i) Prolaktinoma
(a) Glukokortikoid
(b) Heparin
(c) Antikonvulsan
(d) Barbiturate
(e) Antipsikotik
C. Patogenesis Osteoporosis
merupakan fungsi 2 sel tulang yaitu osteoblas dan osteoklas. Dalam masa
pertumbuhan bone remodeling atau sampai mencapai puncak pada usia dekade ke
(estrogen, PTH, kalsitonin) serta kegiatan fisik yang menurun atau gaya hidup
(29).
Tulang terdiri dari dari 2 bagian yaitu bagian dalam yang terdiri dari
tulang trabekula berbentuk seperti sarang lebih (spongiosa) dan bagian luar yang
padat (korteks) yang pada proses penuaan, trabekula berkurang dan tulang
korteks menipis sebagai akibat dari metabolisme negatif (artinya katabolik lebih
dasar dari anabolik) karena pengaruh hormonal dan hal ini jelas tampak bahwa
pengaturan kecepatan bone turnover, secara lokal yang dipengaruhi pula oleh
faktor mekanik. Osteoklas yang merupakan sel dengan banyak inti berasal dari
makrofag sumsum tulang atau dari monosit dalam sirkulasi yang disebut
oleh aktivitas osteoklas sehingga terbentuk Lakuna Howship pada trabekula dan
tulang lebih banyak dari kerusakan yang mencapai puncaknya pada usia dekade
ke 3 dan kemudian setelah usia 30 aktivitas osteoklas tidak dapat diimbangi oleh
23
(BMD-1SD dan -2,5 SD dari T-score). Apabila terus berlanjut akan terjadi
osteoporosis (-5 SD dari T-score atau kurang) dengan risiko timbulnya fraktur
Massa tulang pada orang dewasa yang lebih tua setara dengan puncak
massa tulang puncak yang dicapai pada usia 18-25 tahun dikurangi jumlah
tulangyang hilang. Puncak massa tulang sebagian besar ditentukan oleh faktor
genetik, dengan kontribusi dari gizi, status endokrin, aktifitas fisik dan kesehatan
dengan tulang baru. Kehilangan tulang terjadi ketika keseimbangan ini berubah,
usia (29).
deskriptif. Penurunan massa tulang dan kerapuhan meningkat dapat terjadi karena
kegagalan untuk mencapai puncak massa tulang yang optimal, kehilangan tulang
tulang yang tidak adekuat sebagai akibat menurunnya pembentukan tulang. Selain
D. Diagnosis Osteoporosis
terjadinya patah tulang punggung, tulang pinggul, tulang pergelangan tangan atau
patah tulang lainnya pada lanjut usia, baik pria maupun wanita (30). Diagnosis
osteoporosis dulunya ditentukan dengan sinar-X biasa. Namun dengan cara ini
berkurangnya massa tulang baru terlihat setelah kehilangan 40% dari massa
tulang. Setelah tahun 1980an dikembangkan metode baru yang lebih akurat untuk
tes. Metode ini tidak menyebabkan rasa sakit dan noninvasif scan serta dosis
radiasinya sangat rendah. Tes ini sebaiknya dilakukan bagi orang-orang yang
terhadap kejadian fraktur. Risiko fraktur pada orang dewasa dua kali rata-rata
rusuk, pinggul dan pergelangan tangan). Maksudnya adalah risiko fraktur pada
seorang individu dengan BMD dibawah 20% dari populasi adalah lima kali lebih
tinggi dibandingkan dengan individu lain dengan usia dan jenis kelamin yang
sama (32).
penyakit osteoporosis.
b) Osteopenia : densitas tulang antara 1 standar deviasi dan 2,5 standar deviasi
c) Osteoporosis: densitas tulang lebih dari 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata
paling banyak diterima dan digunakan. Beberapa metode BMD tes yang saat ini
Ada beberapa cara untuk mengukur massa tulang, namun yang paling
sering digunakan adala DXA (Dual energy X-ray Absorptiometry). Metode ini
seluruh rangka dan sering disebut dengan scan tulang. Nilai massa tulang yang
densitometri tulang. Untuk mengukur massa tulang dengan scan tulang, pasien
perlu berbaring. Sebuah bantal diletakkan di bagian bawah paha agar tulang
belakang bagian bawah berada dalam posisi selurus mungkin selama pengukuran.
Batang logam tipis bergerak dari atas ke bawah daerah yang diukur dan pasien
perlu masuk kedalam tabung, seperti mesin scan lainnya. Pasien tidak perlu
bawah (low spine), tempat dimana biasa mengalami perubahan massa tulang
paling sering pasa usia lanjut. QCT digunakan untuk mengukur kepadatan tulang
lengan bawah. Dosis radiasi pada tes ini lebih besar 10 kali dari pada DXA dan
kepadatan tulang tumit, tulang kering (tibia) dan jari-jari. Massa tulang juga bisa
untuk mengukur tulang tumit (tulang kalkaneus), biasanya kaki direndam dalam
air. Cara ini tidak menggunakan radiasi, oleh karena itu sangat aman (33).
melalui bantalan elastomerik yang diolesi dengan gel. Alat ini dapat bekerja pada
suhu lingkungan antara 15°C hingga 37,7° C dan kelembaban relatif 20% hingga
80%. Alat ini menggabungkan pengukuran BUA (desibel per megahertz) dan
densitas mineral tulang tumit (Heel Bone Mineral Density) yang kemudian
mengukur kecepatan dan jumlah suara yang ditransmisikan ke tulang dan alat ini
dapat digunakan pada tulang dengan jaringan lunak dalam jumlah sedikit seperti
calcaneus atau tumit. Calcaneus terdiri atas 95% tulang trabekular. Menurut
penelitian ultrasound pada tumit merupakan prediktor risiko fraktur yang lebih
baik dibandingkan ultrasound pada phalanges. Kecepatan suara lebih tinggi pada
tulang yang padat dan lebih rendah pada tulang yang tidak padatatau tulang yang
E. Gejala Osteoporosis
patah secara spontan atau terkena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara
nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan
terasa sakit, akan tetapi biasanya rasa sakit akan menghilang secara bertahap
b. Tubuh memendek
timbul rasa sakit. Tulang lain bisa ikut patah, kerap kali disebabkan oleh
d. Disertai gejala menopause: panas, banyak keringat, keputihan, dan susah tidur
F. Patofisiologi Osteoporosis
membentuk tulang). Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keretakan,
akan dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak tersebut akan diidentifikasi oleh
sel osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang). Kemudian terjadi
yang sudah diserap osteoklas yang berasal dari prekusor di sumsum tulang
mempengaruhi yaitu hormon paratiroid (resopsi tulang menjadi lebih cepat) dan
osteoblas. Dan secara menyeluruh massa tulangpun akan menurun, dan akhirnya
disebabkan oleh karena jumlah dan aktifitas sel osteoklas melebihi dari jumlah
dan aktifitas sel osteoblas (sel pembentuk tulang). Keadaan ini mengakibatkan
dengan pertumbuhan linier dan dengan aposisi dari jaringan tulang baru pada
permukaan luar korteks. Remodeling tulang mempunyai dua fungsi utama, yaitu:
kerusakan mikro pada tulang sebagai hasil dari kelebihan atau akumulasi stress.
juga faktor pertumbuhan yang diproduksi lokal seperti IGF-I dan IGF-II,
(PTHrP), ILs, prostaglandin dan anggota superfamili tumor necrosis factor (TNF).
Faktor ini secara primer memodulasi kecepatan dimana tempat remodeling baru
30
teraktivasi, suatu proses yang menghasilkan resorpsi tulang oleh osteoklas, diikuti
oleh suatu periode perbaikan selama jaringan tulang baru disintesis oleh
sel sumsum tulang lain dan osteoklas telah diidentifikasi sebagai RANK ligan
TFN, disekresi oleh osteoblas dan sel-sel tertentu dari system imun (36).
RANK dan RANKL merupakan suatu jalur final umum dalam perkembangan
osteoklas tampaknya berkaitan dengan interaksi antara tiga faktor ini. Pengaruh
tambahan juga termasuk gizi (khususnya asupan kalsium) dan tingkat aktifitas
sebelumnya sudah ada. RANKL, aktivator reseptor faktor inti NBF, PTH,
hormone paratiroid, PGE2, prostaglandin E2, TNF, tumor necrosis factor, LIF,
growth factor. Pada dewasa muda tulang yang diresorpsi oleh jumlah yang
Masa tulang rangka tetap konstan setelah massa puncak tulang sudah
tercapai pada masa dewasa. Setelah usia 30-45 tahun, proses resorpsi dan formasi
ini dapat dimulai pada lokasi tulang rangka yang berbeda, ketidakseimbangan
ini terlebih pada wanita setelah menopause. Kehilangan massa tulang yang
panjang (21).
pembentukan tulang dan kenaikan resorpsi tulang. Terapi steroid secara kronik
32
seksual dan sekresi dari adrenal, ovarium dan testis yang juga mengakibatkan
a. Faktor Demografi
1) Usia
Usia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat
direkayasa, Pada lanjut usia daya serap kalsium akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia (7). Setelah usia 40 tahun, akan terjadi peningkatan risiko
fraktur hal ini berkaitan dengan osteoporosis pada laki-laki juga perempuan.
Insiden fraktur distal radius meningkat setelah usia 40 tahun dan meningkat
hingga usia 55 tahun pada laki-laki dan usia 65 tahun pada wanita. Rasio
terjadinya fraktur distal radius antara wanita dan pria adalah 2:1 (pada usia lebih
dari 35 tahun) sedangkan rasionya menjadi 8:1 (setelah usia 80 tahun) (38).
akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia (lansia) diatas 50 tahun pada tahun
33
2015 kelak akan mencapai kurang lebih 24 juta orang kira-kira 10% dari
jumlah total penduduk Indonesia yang ada. Pada tahun 2020 jumlah lansia akan
meningkat lagi menjadi 29 juta orang atau menjadi 11,4% dari total penduduk
(39).
Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007 yaitu osteoporosis pada wanita
yang berusia di atas 50 tahun mencapai 32,3% dan pada pria usia diatas 50 tahun
pada wanita Indonesia sebesar 80% dan pria 20% (35). Prevalensi osteoporosis
pada usia kurang dari 55 tahun lebih tinggi pada laki-laki, tetapi setelah usia
diatas 55 tahun ternyata prevalensi osteoporosis lebih tinggi pada perempuan (8).
dan setiap permukaan memiliki bentuk anatomi yang berbeda. Permukaan tulang
periosteum melebihi apa yang dipisahkan pada permukaan endosteal dari tulang
Proporsi osteoporosis lebih rendah pada kelompok lansia dini (usia 55-56
tahun) dari pada lansia lanjut (usia 65-85 tahun). Peningkatan usia memiliki
1) Riwayat Keluarga
terutama diturunkan dari pihak ibu kepada anak wanitanya. Wanita yang dalam
sejarah kesehatan keluarga, nenek atau ibunya, pernah mengalami patah tulang
wanita akan lebih muda untuk mengalami penurunan masa tulang lebih
2) Riwayat Fraktur
fraktur lagi karena mungkin tulangnya sudah keropos. Pada wanita yang
tangan sebanyak 1-2 kali, tulang belakang 4-19 kali dan tulang panggul 2-3 kali.
Pada orang yang pernah mengalami patah tulang pergelangan tangan akan
berisiko mengalami patah tulang pergelangan tangan 3-4 kali, patah tulang
belakang 2-7 kali dan patah tulang panggul 1-2 kali. Pada orang yang pernah
35
patah tulang panggul akan berisiko mengalami patah tulang belakang 2-3 kali
dan patah tulang panggul 1-2 kali. Beberapa penelitian sebelumnya telah
osteoporosis (42).
1) Merokok
menopause. Suatu penelitian terhadap 300 wanita muda usia 20-29 tahun yang
sehat tapi perokok ternyata BMD tulang relatif lebih rendah. Demikian juga
wanita setelah menopause yang merokok lebih banyak mengalami patah tulang
panggul daripada yang tidak merokok. Penyerapan kalsium di usus orang yang
estrogen dalam tubuh seseorang beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko
kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20%-30% pada
sehingga kadar estrogen pada orang yang merokok akan cenderung lebih rendah
daripada yang tidak merokok. Wanita pasca menopause yang merokok dan
badan perokok juga lebih ringan dan dapat mengalami menopause dini (kira-kira
36
riwayat sebagai perokok, sebagian besarnya (86,8%) berada pada tingkat risiko
meningkatkan kehilangan massa tulang dan semakin tinggi risiko pada tulang
level endrogen atau memiliki efek langsung terhadap jaringan tulang (36).
Selain itu pada wanita, merokok juga dapat menurunkan sirkulasi konsentrasi
melaporkan bahwa wanita yang merokok satu bungkus rokok selama masa
2) Aktifitas Fisik
Orang yang tidak bergerak lama, tidak ada rangsangan gravitasi bumi
atau tekanan mekanik lain, akan membuat banyak mineral tulang hilang dan
tulang dan kekuatan tulang. Namun olahraga yang sangat berlebih (maraton,
atlit) pada usia muda, terutama anak perempuan yang telah haid akan
menyebabkan tulang menjadi keropos. Pada usia lanjut, kurang gerak badan
menyebabkan lemahnya otot dan meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang.
mengurangi risiko terjadinya patah tulang pinggul sebesar 1/3 nya (43).
hasil penelitian menunjukkan aktifitas fisik seperti berjalan kaki, berenang, dan
menunjukkan aktifitas fisik seperti berjalan kaki, dan naik sepeda pada dasarnya
anggota gerak dan penekanan pada aksis tulang, seperti jalan kaki, jogging,
aerobik (termasuk dansa) atau jalan naik turun bukit. Aktifitas fisik juga dap at
dilihat dari kebutuhan energi untuk aktifitas yang dilakukan sehari-hari dengan
cara mencatat semua waktu kegiatan dalam satuan jam dan selanjutnya
dikalikan dengan kebutuhan energi untuk tiap jenis aktivitas dalam satuan
(a) Ringan (jenis kegiatan 25 % waktu yang digunakan untuk duduk atau berdiri,
(b) Sedang (jenis kegiatan 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri, 60%
untuk berdiri atau bergerak) untuk wanita kebutuhan energi totalnya (AMB+
(c) Berat (jenis kegiatan 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,
25% untuk beridir atau bergerak) untuk wanita kebuutuuhan energi totaknya
Adapun aktivitas fisik yang baik seperti berjalan kaki, bersepeda, berlari,
berenang, dan lain-lain berdasarkan waktu pelaksanaan yang baik dan sehat
dilakukan minimal 3 kali setiap minggu selama 30 menit dan menjadi rutinitas.
Adapun kurang dari angka tersebut dikatakan aktivitas fisik atau olahraga yang
b. Faktor Metabolik
1) Penyakit
Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis lebih
buruk juga akan memperberat metabolisme vitamin D pada penyakit tiroid atau
penurunan massa tulang, begitu pula pada hipotiroid yang diberi pengobatan
terjadi fraktur. Penurunan massa tulang bersama sama dengan onset DM, namun
terbuangnya kalsium pada saat glikosuria, atau peningkatan resorpsi karena sebab
lain. Pada DM tipe I, telah diamati dalam beberapa penelitian ternyata di dapatkan
Hal ini diduga disebabkan akibat kontrol gula darah yang buruk. Tetapi dalam
penelitian yang lebih besar tidak ditemukan hubungan kejadian frantur dengan
terhadap osteoporosis biasa terjadi pada tulang berongga biasanya pada penderita
dengan neurapati perifer, yaitu pada pergelangan kaki. Pada DM tipe II, densitas
tulang pada wanita tidak terjadi penurunan. Hal ini disebabkan pembentukan
massa tulang yang lebih daripada normal, yang berhubungan dengan peningkatan
indeks massa tubuh pada DM tipe II. Beberapa penelitian menduga hal tersebut
karena penderita dalam keadaan obese, mungkin juga adanya kadar estrogen dan
2.2.3. Menopause
A. Defenisi
Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna
yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani, yang
digunakan untuk menjelaskan gambaran berhentinya haid atau menstruasi. Hal ini
menopause adalah 51,4 tetapi 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40 dan
terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Menopause terjadi karena penurunan
Umumnya, wanita akan memasuki masa menopause pada awal atau pertengahan
wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi secara berangsur-angsur yang
semakin hari semakin jelas penurunan fungsi kelenjar indur terlurnya (48).
B. Tahap Menopause
sebagai berikut:
42
a. Pra menopause
Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium.
b. Perimenopause
Yaitu fase peralihan antara masa pra menopause dan pasca menopause.
c. Menopause
Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir akibat adanya
perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam
tubuh. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut:
pada vagina,
d. Post Menopause
masa menopause. Pada masa postmenopause seorang wanita akan muda sekali
C. Penyebab Menopause
Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah
yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur
telah kehabisan sel terlur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormon dalam
tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks wanita yang tidak lain
penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan
yang diproduksi indung telur mengakibatkan haid tidak teratur, dan akhirnya
berhenti (49).
44
D. Jenis Menopause
a. Menopause prematur
menjadi lebih mudah untuk mengalami gangguan siklus haid dalam bentuk
hilangnya periode haid selama satu tahun sebelum usia 40 tahun. Menopause yang
terjadi pada usia kurang dari usia 40 tahun adalah suatu keadaan abnormal dan
b. Menopause terlambat
apabila ada seorang wanita yang masih mengalami menstruasi atau dalam arti
(49).
Perdarahan yaitu keluarnya darah dari vagina. Gejala ini biasanya akan
terlihat pada awal permulaan masa menopause. Perdarahan akan terlihat beberapa
45
kali dalam rentang beberapa bulan dan akhirnya akan berhenti sama sekali. Gejala
ini sering kali disebut dengan gejala peralihan. Apabila perdarahan bertambah
berat ini bisa menjadi tanda suatu masalah yang lebih serius sehingga sebaiknya
membahayakan.
Gejala ini dirasakan mulai dari wajah sampai ke seluruh tubuh. Selain rasa
panas juga disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa
panas ini akan mempengaruhi pola tidur wanita menopause yang akibatnya
masalah ini dalam tingkat yang berbeda-beda. Hot flush berlangsung dalam 30
detik sampai 5 menit. Keluhan hot flush berkurang setelah tubuh menyesuaikan
wanita akan mengalami gejolak panas ini. Gejolak panas mungkin sangat ringan
dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-
keringat yang mengucur siseluruh tubuh anda. Rasa panas ini tidak
membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi
Masalah insomnia atau susah tidur akan dialami oleh beberapa wanita
menopause. Selain itu juga wanita menopause akan terbangun pada malam hari
Pada vagina akan terlihat adanya perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina, pada masa menopause vagina akan terlihat menjadi lebih kering
dan kurang elastis. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kadar hormon estrogen.
Efek dari gelaja ini akan timbul rasa sakit pada saat melakukan hubungan seksual.
hal ini dikarenakan wanita menopause akan mudah merasakan lelah sehingga
g. Sembelit
bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha untuk beradaptasi
rendah dan akan menimbulkan penipisan pada jaringan kandung kemih dan
saluran kemih. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kontrol dari
a. Faktor psikis
Keadaan seseorang wanita yang tidak menikah dan bekerja akan mempengaruhi
mengalami waktu menopause yang lebih mudah atau cepat dibandingkan yang
b. Cemas
merasa cemas dalah kehidupannya, maka bisa diperkirakan bahwa dirinya akan
mengalami menopause lebih dini. Sebaliknya juga, jika seorang wanita yang lebih
santai dan rileks dalam menjalani hidup biasanya masa-masa menopause-nya akan
lebih lambat. Beberapa hal yang bisa menimbulkan kecemasan antara lain :
keluarga misalnya, hubungan dengan suami apakah suami menerima keadaan istri
dengan baik, hal ini akan berdampak pada kondisi psikologis. Selain itu juga
maka akan semakin tua atau lama untuk memasuki atau mengalami masa
48
akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini
d. Usia melahirkan
tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini
e. Merokok
menopause. Pada wanita perokok diperoleh usia menopause lebih awal, sekitar
komponen tertentu dari rokok juga berpotensi membunuh sel telur. Menurut
hampir semua studi yang pernah dilakukan, wanita perokok akan mengalami masa
menopause pada usia yang lebih muda yaitu 43 hingga 50 tahun. Selama
menopause, ovarium wanita akan berhenti memproduksi sel telur sehingga wanita
f. Pemakaian kontrasepsi
Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini dikarenakan
cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung telur. Pada wanita
49
yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki
masa menopause.
g. Sosial ekonomi
kesehatan, dan pendidikan. Bila faktor tersebut cukup baik, akan mempengaruhi
wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan klimakterium dini.
i. Diabetes
menyerang FSH.
j. Status gizi
awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti
merokok, serta mengkonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda
atau pepaya.
k. Stress
salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan mengalami
50
menopause. Jika seseorang sering merasa stress maka sama halnya dengan cemas,
oleh Kemenkes dan Tandra mengenai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
Adapun faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dalam hal ini adalah
usia dan status kesehatan seseorang. Status kesehatan seseorang yang merupakan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat osteoporosis dalam
keluarga, riwayat fraktur yang pernah dialami, indeks massa tubuh (IMT) dan
pengguna stereoid. Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dirubah
adalah gaya hidup seseorang. Aktifitas atau kebiasaan seperti merokok dan
melakukan olahraga atau latihan cenderung lebih rentan dan mudah untuk
terserang osteoporosis, begitu juga dengan tubuh seorang perokok aktif akan lebih
mudah untuk terkena osteoporosis daripada seseorang yang tidak merokok dan
Usia
Faktor Risiko Yang
Tidak Dapat
Dimodifikasi
Status Kesehatan:
a. Riwayat Keluarga
b. Riwayat Fraktur
Osteoporosis
2.5. Hipotesis
menopause
menopause
menopause
menopause
52
BAB III
METODE PENELITIAN
asumsi bahwa dalam menunjukan arah atau memberi petunjuk tentang cara
karena diwilayah tersebut tingginya kejadian osteoporosis. Hal ini sesuai dengan
53
data yang diperoleh dari rekam medis Wilayah Kerja Puskesmas Stabat
Penelitian ini dilakukan pada saat seminar proposal selesai hingga sampai
selesai penelitian pada bulan Oktober 2019. Dimulai dari pengumpulan data
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah memasuki usia
Langkat dari bulan Maret tahun 2018, sebanyak 87 ibu yang dirawat yang telah
Dalam penelitian ini jumlah sampelnya adalah 87 orang ibu yang dirawat yang
Langkat.
54
data sekunder dan data tertier yaitu data yang diperoleh dari catatan atau
dalam penelitian ini diperoleh dari data-data rekam medis Puskesmas Stabat
Kabupaten Langkat dan data tertier dalam penelitian ini adalah data-data
pendukung dari berbagai sumber seperti data dari BPS (Badan Pusat Statistik),
data dari RISKESDAS dan data yang didapat dari studi kepustakaan, jurnal, text
responden.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan
uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total
55
kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna
berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur
konsep yang kita ukur. Pengujian validitas konstruk dengan SPSS adalah
correlation) adalah positif dan nilai probabilitas korelasi (sig 2-tailed) < taraf
signifikan (α) sebesar 0,05. Uji validitas ini dilakukan kepada 20 responden dan
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel aktivitas
fisik menunjukkan bahwa seluruh item soal dinyatakan valid karena memiliki
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel merokok
menunjukkan bahwa 4 item soal dinyatakan valid karena memiliki nilai rhitung >
rtabel, sedangkan 1 item soal lainnya dinyatakan tidak validi karena memiliki rhitung
< rtabel.
56
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel riwayat
keluarga menunjukkan bahwa seluruh item soal dinyatakan valid karena memiliki
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel riwayat
fraktur menunjukkan bahwa seluruh item soal dinyatakan valid karena memiliki
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala social (non
fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. Untuk itu sebelum digunakan,
untuk penelitian harus dites (diuji coba) sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba
57
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen diperoleh hasil bahwa nilai uji
reliabilitas diperoleh cronbach’s alpha dari variabel aktifitas fisik sebesar 0,872,
merokok sebesar 0,687, riwayat keluarga sebesar 0,657 dan riwayat fraktur
sebesar 0,786 yang menunjukkan bahwa hasil cronbach’s alpha pada keenam
variabel lebih besar dari nilai rtabel 0,444, sehingga instrumen penelitian
usia, faktor aktivitas fisik, faktor merokok, faktor riwayat keluarga dan faktor
riwayat fraktur serta variabel terikat (dependen) yaitu kejadian osteoporosis pada
wanita menopause.
58
2. Aktivitas fisik merupakan kondisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh ibu
menopause terkait apakah seorang perokok aktif atau tidak perokok aktif
4. Riwayat keluarga merupakan kondisi ada atau tidaknya riwayat keluarga yang
osteoporosis atau tidak ada kejadian osteoporosis yang didapatkan dari rekam
a. Collecting
kuesioner.
60
b. Checking
pengolahan data memberikan hasil yang valid dan realiabel; dan terhindar dari
bias.
c. Coding
Setelah data yang diperlukan terkumpul lalu dilakukan proses coding atau
pengkodean menjadi bentuk angka serta pemberian nomor atau kode pada tiap
d. Entering
Kuesioner yang telah dicoding dan dinilai lengkap maka dilakukan entry data
atau mengimput data dari jawaban responden kedalam program atau software
komputer.
e. Data Processing
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dalam
bentuk tabel atau grafik. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
pada analisis bivariat ini adalah uji Chi-square dengan menggunakan derajat
Dalam uji ini kemaknaan hubungan dapat diketahui, pada dasarnya uji chi-square
nilai p < (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara
Analisis multivariat yaitu analisis multi variabel dalam satu atau lebih
hubungan. Analisis ini berhubungan dengan semua teknik statistik yang secara
keefektifan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan dan
dengan SPSS, dimana uji statistik yang digunakan adalah persamaan regresi linier
berganda (52).
62
Informan penelitian adalah orang yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
pengambilan sampel tersebut dipilih karena peneliti ingin menjaga kualitas data
dan data yang dihasilkan benar dari orang yang dianggap paling tahu tentang apa
permasalahan atau yang akan diteliti. Pada penelitian yang dilakukan informan
kunci ditujukan pada ibu yang dirawat yang telah memasuki usia menopause dan
permasalahan yang diteliti. Pada penelitian yang akan dilakukan, informan non
kunci ditujukan pada tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
pemeriksaan osteoporosis, keluarga atau orang terdekat yang berada sekitar ibu
mana akan dilakukan dengan wawancara. Sedangkan data sekunder dan data
tertier yaitu data yang diperoleh dari catatan atau dokumen-dokumen yang
diperoleh dari data-data rekam medis Puskesmas dan data tertier dalam penelitian
ini adalah data-data pendukung dari berbagai sumber seperti data dari BPS (Badan
Pusat Statistik), data dari RISKESDAS dan data yang didapat dari studi
sebagai panduan yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari
informan.
model interaktif, yang mana data yang kita peroleh berupa kata-kata bukan angka-
tersebut dianalisis dimana prosesnya terdiri dari tiga alur kegiatan yang
yang muncul dari catatan-catatan ataupun tulisan dilapangan (field note), dimana
reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penelitian yang berorientasi
kualitatif berlangsung
keputusan yang terus berkembang menjadi sebuah siklus dan penyajian data bias
kualitatif yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini adalah
BAB IV
HASIL PENELITIAN
utara, Indonesia ibu kotanya stabat. Kabupaten langkat terdiri dari 23 kecamatan
dengan luas 6.272 km2 dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa. Wilayah
kabupaten langkat terletak pada koordinat 3,140- 4,130 LU dan 9,7520 BT dengan
Darussalam
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai
4.1.2. Demografi
penduduk sebanyak 8341 jiwa yang terdiri dari kepala keluarga sebanyak 2167
65
66
KK, jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 4170 jiwa dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 4171 jiwa. Jumlah sarana kesehatan diDesa Pantai Gemi terdapat 7 unit
kelamin laki-laki 2.478 jiwa dan jenis kelamin perempuan berjumlah 2.659 jiwa.
Mayoritas mata pencarian desa pantai gemi adalah petani dengan jenis kelamin laki-
mengunjungi petugas untuk mengetahui ibu yang mana saja yang telah mengalami
mana waktu dan tempat wawancara disesuaikan dengan waktu luang yang
1. Karakteristik Responden
No Umur Frekuensi %
1 < 50 Tahun 44 50,6
2 ≥ 50 Tahun 43 49,4
Total 87 100,0
Pendidikan
1 SD 31 35,6
2 SMP 30 34,5
3 SMA 21 24,1
4 Sarjana 5 5,7
Total 87 100,0
Pekerjaan
1 IRT 66 75,9
2 Pegawai Swasta 20 23,0
3 PNS 1 1,1
Total 87 100,0
berdasarkan kategori umur, 44 orang (50,6%) yang berusia <50 tahun dan usia ≥
orang (76,9%), pegawai swasta sebanyak 20 orang (23,0%) dan PNS sebanyak
Pada analisa univariat semua variabel yaitu variabel x dan variabel y akan
diukur dan diolah kedalam sebuah table frekuensi, analisa univariat dari masing –
2. Aktifitas Fisik
tentang aktifitas fisik, menunjukkan bahwa pada pertanyaan No. 1 sebagian besar
pada pertanyaan No. 5 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak
51 responden (58,6%).
responden diketahui sebanyak 44 orang (50,6%) memiliki aktifitas fisik yang baik
dan ibu yang memiliki aktifitas fisik yang tidak baik ada 43 orang (49,4%).
3. Merokok
dikategorikan baik dan ibu yang merokok dikategorikan buruk ada 34 orang
(39,1%).
4. Riwayat Keluarga
(52,9%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu
orang (43,7%) yang tidak mempunyai riwayat keluarga osteoporosis dan yang ada
5. Riwayat Fraktur
gemi Kec. Stabat Kab. Langkat, berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang
(50,6%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu
orang (44,8%) yang tidak ada riwayat fraktur dan yang ada riwayat fraktur
uji untuk mengetahui apakah variabel bebas memengaruhi variabel terikat, uji
yang digunakan adalah uji chi square. Uji chi square merupakan uji komperatif
yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan antara data yang
(a<0.05) yang aritinya apabila diperoleh p-value <a, berarti ada hubungan yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan apabila nilai p<value
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel dan
variabel terikat.
osteoporosis dilakukan dengan uji silang chi square dengan windows, hasil
pengujian menggunakan bantuan aplikasi spss for windws, hasil pengujian usia
0,000 (< 0,05). Hal ini membuktikan usia memiliki hubungan dengan kejadian
osteoporosis dilakukan dengan uji silang chi square dengan windows, hasil
aktifitas fisik dengan terjadinya osteoporosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
memiliki memiliki aktifitas fisik yang baik, sebanyak 34 responden (39,1%) tidak
75
yang tidak baik, sebanyak 1 responden (1,1%) tidak mengalami osteoporosis dan
0,000 (< 0,05). Hal ini membuktikan aktifitas fisik memiliki hubungan dengan
osteoporosis dilakukan dengan uji silang chi square dengan windows, hasil
aktifitas fisik dengan terjadinya osteoporosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
osteoporosis.
0,268 (> 0,05). Hal ini membuktikan merokok tidak memiliki hubungan dengan
kejadian osteoporosis dilakukan dengan uji silang chi square dengan windows,
hasil pengujian menggunakan bantuan aplikasi spss for windws, hasil pengujian
aktifitas fisik dengan terjadinya osteoporosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
0,000 (> 0,05). Hal ini membuktikan riwayat keluarga memiliki hubungan dengan
osteoporosis dilakukan dengan uji silang chi square dengan windows, hasil
aktifitas fisik dengan terjadinya osteoporosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
0,000 (> 0,05). Hal ini membuktikan riwayat fraktur memiliki hubungan dengan
Analisis data multivariat dilakukan degan uji regresi logistik yang bertujuan
terikat. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilihat dari nilai
Exp (B). Positif atau negatifnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
dilihat dari nilai B, jika bernilai positif berarti mempunyai pengaruh positif, begitu
dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat
mempunyai nilai p < 0,005. Metode yang digunakan dalam analisis regresi
dari analisis. Proses akan berhenti sampai tidak ada lagi variabel yang dapat
Berdasarkan tabel 4.15. di atas uji yang dilakukan pada penelitian ini
a. Apabila sig < α (0,05) maka terdapat pengaruh antara variabel independen
b. Apabila sig > α (0,05) maka tidak terdapat pengaruh antara variabel
1) Usia memiliki nilai sig-p 0,044 < 0,05 artinya usia memiliki pengaruh
2) Aktifitas fisik memiliki nilai sig-p 0,012 < 0,05 artinya aktifitas fisik
3) Riwayat keluarga memiliki nilai sig-p 0,014 < 0,05 artinya riwayat
4) Riwayat fraktur memiliki nilai sig-p 0,035 < 0,05 artinya riwayat fraktur
riwayat keluarga dan riwayat fraktur) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
2. Odds Ratio
Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai Exp (B) atau disebut juga
Odds Ratio (OR) pada uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 4.15.
b. Variabel aktifitas fisik dengan OR 31,259, maka aktifitas fisik yang tidak
dari 31,259 = 3,442. Oleh karena nilai B bernilai positif, aktifitas fisik
Natural dari 36,869 = 3,607. Oleh karena nilai B bernilai positif, riwayat
kali lipat dibandingkan yang tidak memiliki riwayat fraktur. Oleh karena
kejadian osteoporosis.
& Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square sebesar
0,913 dan Cox & Snell R Square 0,676 yang menunjukkan bahwa kemampuan
variabel independen (usia, aktifitas fisik, riwayat keluarga dan riwayat fraktur)
0,676 atau (67,6%) dan terdapat 100-67,6 = 32,4% faktor lain (pengetahuan,
sikap, status gizi, pola hidup sehat dukungan tenaga kesehatan dan lain-lain) di
Stabat.
Pada penelitian kualitatif ini informan utama yang diteliti terdiri dari 10
osteoporosis dan telah mengalaminya sejak berusia 56 tahun dan dikeluarga Ny.D
juga mengatakan tidak pernah ada riwayat fraktur, Ny.D tidak pernah olahraga
dikarenakan keseharian Ny.D beraktivitas sebagai tukang cuci, Ny.D tidak pernah
sebelumnya, Ny.A juga mengatakan tidak pernah ada riwayat fraktur, Ny.A tidak
pernah olahraga dikarenakan Ny.A tidak sempat, Ny.A tidak pernah merokok.
fraktur, Ny.B tidak pernah olahraga dikarenakan tidak ada waktu luang untuk
Ny.B mengalami osteoporosis dikarenakan faktor usianya yang sudah cukup tua.
mengalami osteoporosis dan telah mengalaminya sejak Ny.G berusia 57 tahun dan
fraktur, Ny.G tidak pernah olahraga dikarenakan tidak memiliki waktu luang
tahun dan Ny.An mengatakan dikeluarga Ny.An tidak ada riwayat bahwasannya
mengalami fraktur, Ny.An tidak pernah olahraga dikarenakan tidak ada waktu
dan Ny.K mengatakan dikeluarga Ny.K tidak ada riwayat bahwasannya keluarga
fraktur, Ny.B tidak pernah olahraga dikarenakan Ny.K harus berjualan sehingga
tidak ada waktu luang untuk berolahraga, Ny.K tidak pernah merokok. Ny.K juga
diantaranya Ayah dan kakak Ny.J. Ny.J juga mengatakan tidak pernah mengalami
fraktur, Ny.J jarang berolahraga dikarenakan tidak memiliki waktu luang untuk
mengatakan ibu dari Ny.N memiliki riwayat mengalami osteoporosis, Ny.N juga
Ny.B tidak pernah olahraga dikarenakan Ny.Y dulunya bekerja mulai pagi hingga
sore hari sehingga tidak ada waktu luang untuk berolahraga, Ny.N tidak pernah
tahun yang lalu beriringan dengan kejadian Ny.S mengalami jatuh dari tangga,
ada waktu luang untuk berolahraga, Ny.S tidak pernah merokok. Ny.S
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan yaitu ibu yang
mengatakan dikarenakan usia informan yang sudah memasuki usia tua dan 1 dari
riwayat osteoporosis pada keluarganya, dan dari 10 informan tidak ada informan
yang merokok.
88
BAB V
PEMBAHASAN
Variabel usia memiliki nilai sig-p 0,044 < 0,05 artinya usia memiliki
Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR pada variabel usia menunjukkan nilai OR
sebanyak 14 kali lipat dibandingkan usia < 50 tahun. Oleh karena nilai B =
Logaritma Natural dari 14,317 = 2,661. Oleh karena nilai B bernilai positif, usia
rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis merupakan penyakit tulang
degeratif yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang, dan adanya kelainan
Bersamaan dengan penuaan, isi mineral tulang menurun secara lebih cepat pada
wanita dari pada laki-laki, dan setelah menopause sampai 8% masa tulang hilang
per dekade. Meskipun itu telah dipercaya efek dari penuaan dan perubahan
88
89
keputusan uji chi square untuk uji hipotesis dimana nilai p < 0,05. Karena nilau
p= 0,023 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
<50 tahun sebanyak 11 orang (12,6%) yang mengalami osteoporosis dan ada 32
orang (36,8%) yang tidak mengalami osteoporosis, sedangkan usia ≥ 50 ibu ada
41 orang (47,1%) yang mengalami osteoporosis dan ada 3 orang (3,4%) yang
organ akan semakin menurun dan peluang untuk kehilangan tulang semakin
meningkat. Sekitar 0,5–1% pada wanita paska menopause dan pria dengan usia
lebih dari 80 tahun kehilangan massa tulang setiap tahunnya, sehingga lebih besar
untuk berisiko osteoporosis. Dengan bertambahnya usia, sel osteoblast akan lebih
cepat mati karena adanya sel osteoclast yang menjadi lebih aktif, sehingga tulang
tidak dapat digantikan dengan baik dan massa tulang akan terus menurun.
semakin berkurang seiring berjalannya waktu dan usia hidup. Sekitar 35% tulang
padat dan 50% tulang berongga pada wanita akan hilang, sedangkan pada pria
akan berkurang sekitar dua per tiga dari jumlah tersebut. Wanita akan kehilangan
90
tulang lebih banyak daripada pria, karena laju penghancuran tulang meningkat
akibat menopause. Pada usia 80 tahun hampir semua wanita mempunyai massa
tulang lebih sedikit sehingga sangat mudah mengalami patah tulang. Massa tulang
akan berkurang setelah usia sekitar 40 tahun. Penyerapan tulang tulang jauh lebih
menginjak usia 50 tahun, estrogen mulai pada saat usia 40 tahun dan estrogen
pada usia 60 tahun sehingga sering timbul osteoporosis pada usia ini, namun tidak
pada penelitian ini, bahwasannya peneliti menemukan hal yang berbeda dari teori,
penelitian ini menemukan bahwa ibu yang mengalami osteoporosis lebih dominan
terjadinya osteoporosis. Hal ini dikarenakan dengan kebiasaan hidup sehat pada
usia berapapun maka terjadinya osteoporosis dapat dihindari. Namun begitu ibu
osteoporosis, dimana semakin tinggi usia ibu, proporsi osteoporosis juga semakin
besar. Secara teori juga disebutkan bahwa setelah usia 30 tahun, masa tulang yang
hilang akan lebih banyak dari pada masa tulang yang dibentuk, sehingga dengan
estrogen sebagai pelindung massa tulang, maka massa tulang akan lebih cepat
91
Variabel aktifitas fisik memiliki nilai sig-p 0,012 < 0,05 artinya aktifitas
Wilayah Kerja Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR pada variabel usia
menunjukkan nilai OR 31,259, maka aktifitas fisik yang tidak baik memiliki
aktifitas fisik yang baik. Nilai B = Logaritma Natural dari 31,259 = 3,442. Oleh
karena nilai B bernilai positif, aktifitas fisik mempunyai pengaruh positif terhadap
kejadian osteoporosis.
tekanan darah tinggi, kencing manis, serta berat badan terkendali, otot lebih lentur
dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional, lebih percaya
diri, lebih bertenaga dan bugar, dan secara keseluruhan keadaan kesehatan
Lansia yang tidak aktif dalam beraktivitas fisik memiliki peluang lebih
tulang merupakan manfaat yang dapat dirasakan tubuh apabila banyak bergerak.
untuk bertumbuh dan melatih tulang menjadi lebih kuat, padat dan keras. Semakin
teratur dan rajin berolahraga, maka peredaran darah menjadi semakin baik, dan
nutrisi yang baik akan terus dialirkan ke tulang untuk keperluan pertumbuhan.
Olahraga berguna agar tulang tidak banyak mengalami pengeroposan. Selain itu
Tangerang, yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisia
diperoleh p= 0,354 berdasarkan pengambilan keputusan uji chi square untuk uji
hipotesis dimana nilai p > 0,05. Karena nilai p= 0,354 > 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko
badan kurus, 51% responden memiliki aktifitas rendah dari 54,9% responden
memiliki diet buruk. Terdapat hubungan yang bermakna antara ukuran tubuh,
untuk wanita tentang pentingnya aktifitas (latihan) dan meningkatkawn diet bagi
antara aktifitas fisik terhadap terjadinya osteoporosis, dimana dalam penelitian ini
ditemukan dari 44 orang yang melakukan aktifitas fisik dengan baik terdapat
Kebiasaan masyarakat dalam gaya hidup yang kurang sehat dapat memicu
timbulnya resiko osteoporosis lebih cepat, ditambah dengan aktifitas fisik yang
tidak baik yang mengakibatkan keseimbangan kalsium menjadi negatif maka akan
semua otot tubuh, akan merangsang tulang untuk bertumbuh dan melatih tulang
menjadi lebih kuat, padat dan keras. Semakin teratur dan rajin berolahraga, maka
peredaran darah menjadi semakin baik, dan nutrisi yang baik akan terus dialirkan
Selain itu olahraga juga menguatkan otot, mengurangi rasa nyeri, melatih
diciptakan oleh latihan maka semakin kuat pula massa tulang. Seseorang yang
jarang melakukan aktifitas fisik akan mengakibatkan turunnya massa tulang dan
dengan bertambahnya usia terutama pada usia lanjut, otot pun akan menjadi
lemah, sehingga akan berpeluang untuk timbulnya patah tulang, sejalan pada
94
osteoporosis yang mana pada penelitian ini ibu yang mengalami osteoporosis
tulang, beberapa hasil penelitian menunjukkan aktifitas fisik seperti berjalan kaki,
berenang dan naik sepeda pada dasarnya memberi pengaruh melindungi tulang
masa tulang. Hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dapat menghasilkan massa
tulang yang lebih besar. Proporsi osteoporosis seseorang yang memiliki tinggi
aktifitas fisik dan beban pekerjaan harian tinggi saat berusia 25 sampai 55 tahun
cenderung sedikit lebih rendah daripada yang memiliki aktifitas fisik tingkat
Variabel merokok memiliki nilai sig-p 0,223 > 0,05 artinya aktifitas fisik
kejadian osteoporosis sebanyak 0,1 kali lipat dibandingkan yang tidak merokok.
Nilai B = Logaritma Natural dari 0,064 = -2,742. Oleh karena nilai B bernilai
osteoporosis.
95
sehingga kadar estrogen, pada orang yang merokok akan cenderung lebih rendah
daripada yang tidak merokok. Wanita pasca menopause yang merokok dan
badan perokok juga lebih ringan dan dapat mengalami menopause dini (kira-kira
antara merokok terhadap terjadinya osteoporosis yang dilihat dari hasil analisia
diperoleh p= 0,000 berdasarkan pengambilan keputusan uji chi square untuk uji
hipotesis dimana nilai p<0,05. Karena nilau p = 0,000 < 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko riwayat
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadani tahun 2010
yang bisa dirubah (alkohol, merokok, BMI kurang, kurang gizi, kurang olahraga,
jatuh berulang) dan faktor yang tidak bisa diubah (umur, jenis kelamin, riwayat
puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar usia 25 tahun, maka sangatlah
penting untuk membangun tulang yang kuat di sepanjang usia, sehingga tulang-
96
tulang akan tetap kuat dikemudian hari. Asupan kalsium yang memadai
Pengaruh Antara Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok dan Sikap Lansia terhadap
Odds Ratio (OR) yang diketahui dalam penelitian ini, yaitu pada aktivitas fisik
sebesar 14,764, kebiasaan merokok sebesar 9,646, dan sikap sebesar 5,623.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik yang paling berpengaruh
lansia (55).
jangka panjang, sehingga semakin muda usia seseorang pertama kali merokok
maka semakin besar mengalami osteoporosis di masa tua. Saat usia anak-anak
hingga usia 30 tahun merupakan masa dimana tubuh menyimpan nutrisi untuk
membangun kepadatan tulang. Ketika individu merokok pada masa tersebut maka
yang merokok akan memiliki masa tulang yang lebih rendah saat
lebih rendah 15-30% dibandingkan orang-orang yang tidak merokok. Setelah usia
30 tahun maka massa tulang akan menurun dengan sendirinya secara perlahan,
dan proses regenerasinya pun ikut melambat. Pada masa ini, kepadatan tulang
yang hilang tidak akan bisa kembali. Dengan ditambah kebiasaan merokok, maka
97
proses penurunan kepadatan tulang bisa terjadi bahkan lebih cepat lagi
osteoporosis.
Efek jangka panjang dari bahaya rokok terhadap kesehatan tulang juga
tidak terbatas pada individu yang menghisap rokok saja namun juga orang lain
yang menghirup atau terpapar asap rokok. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar racun terdapat pada asap rokok yang dapat terhirup dan diserap sehingga
menimbulkan efek kerusakan yang sama pada tubuh dan tulang orang-orang di
sekitar perokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, yang mana ibu
bahwa ibu tidak merokok, namun ibu sering terpapar asap rokok di keseharian
ibu.
Variabel riwayat keluarga memiliki nilai sig-p 0,014 < 0,05 artinya riwayat
Wilayah Kerja Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR pada variabel riwayat
osteoporosis. Oleh karena nilai B = Logaritma Natural dari 36,869 = 3,607. Oleh
98
satu anggota keluarga akan lebih mudah mengalami osteoporosis. Pada ibu yang
pernah mengalami patah tulang belakang, maka anak perempuannya akan lebih
osteoporosis. Ukuran dan densitas tulang dipengaruhi oleh adanya genetik. Selain
itu, faktor keluarga memberi pengaruh dalam seseorang melakukan aktivitas fisik
dan kebiasaan makan. Sehingga dengan aktivitas fisik yang kurang, kebiasaan
makan yang tidak baik dan kepadatan tulang yang rendah akan lebih berpeluang
mineral tulang.
keluarga terhadap terjadinya osteoporosis yang dilihat dari hasil analisia diperoleh
p = 0,000 berdasarkan pengambilan keputusan uji chi square untuk uji hipotesis
dimana nilai p < 0,05. Karena nilau p = 0,000 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko riwayat keluarga yang
bahwa faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah faktor yang bisa dirubah
(alkohol, merokok, BMI kurang, kurang gizi, kurang olahraga, jatuh berulang)
dan faktor yang tidak bisa diubah (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
kepadatan tulang dicapai pada sekitar usia 25 tahun, maka sangatlah penting untuk
membangun tulang yang kuat di sepanjang usia, sehingga tulang-tulang akan tetap
kuat dikemudian hari. Asupan kalsium yang memadai merupakan bagian penting
massa tulang. Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang
osteoporosis rata-rata memiliki masa tulang yang lebih rendah daripada anak
seusia mereka (kira-kira 3-7% lebih rendah). Riwayat adanya osteoporosis dalam
patah tulang, sama halnya pada penelitian ini yang mana menunjukan faktor
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat yang mana dapat dilihat dari hasil uji
Variabel riwayat fraktur memiliki nilai sig-p 0,035 < 0,05 artinya riwayat
Wilayah Kerja Puskesmas Stabat tahun 2019. Hasil OR pada variabel merokok
menunjukkan nilai OR 21,859, maka yang ada riwayat fraktur memiliki pengaruh
memiliki riwayat fraktur. Oleh karena nilai B = Logaritma Natural dari 21,859 =
3,085. Oleh karena nilai B bernilai positif, riwayat fraktur mempunyai pengaruh
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan
kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka
terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres
kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Fraktur dapat
terjadi oleh karena beberapa sebab, dan sebab-sebab itu tidak hanya trauma berat.
sendiri terkena penyakit tertentu. Trauma atau tekanan ringan yang berulang dan
osteoporosis.
patah tulang pergelangan tangan sebanyak 1-2 kali, tulang belakang 4-19 kali
dan tulang panggul 2-3 kali. Pada orang yang pernah mengalami patah tulang
4kali, patah tulang belakang 2-7 kali dan patah tulang panggul 1-2 kali.
antara riwayat fraktur terhadap terjadinya osteoporosis yang dapat dilihat dari
square untuk uji hipotesis dimana nilai p<0,05. Karena nilai p= 0,011 < 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko
penyebab yang ada ditemukan adanya penurunan densitas masa tulang yang nyata
disertai dengan peningkatan risiko terjadinya fraktur pada tulang tersebut (56).
Menurut peneliti pada orang yang pernah patah tulang panggul akan
berisiko mengalami patah tulang belakang 2-3 kali dan patah tulang panggul
terbalik dengan penelitian ini, yang mana pada penelitian ini menunjukan faktor
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat yang mana dapat dilihat dari hasil uji
statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035 < 0,05. Fraktur atau patah
tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus.
apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah
dapat terjadi pada tiap tempat. Meskipun fraktur yang berhubungan dengan
kelainan ini meliputi thorak dan tulang belakang (lumbal), radius distal dan femur
proksimal.
Pelaksaan penelitian ini telah dilakukan sebaik mungkin, hal ini dilakukan
agar memperoleh hasil dan kesimpulan yang benar-benar merupakan kondisi yang
sesungguhnya terjadi. Akan tetapi pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari
kekurangan dan kelemahan karena tidak sedikit hal-hal yang terjadi yang mana
kondisi yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena kondisi dan pemahaman
responden terhadap pernyataan butir pertanyaan dan saat wawancara pada saat
melakukan penelitian dikarenakan ada saja kegiatan yang tidak bisa diketahui
peneliti terhadap informan yang diteliti, dan demikian juga keterbatasan waktu
BAB VI
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
1. Bagi Responden
103
104
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi puskesmas dalam
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber ilmu, wawasan serta dapat
menjadi acuan dan sumber referensi nantinya bagi peneliti untuk dapat
proses pengembangan ilmu dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain
DAFTAR PUSTAKA
105
106
Lampiran 2
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
No. AF1 AF2 AF3 AF4 AF5 Jumlah M1 M2 M3 M4 M5 Jumlah RK1 RK2 RK3 RK4 RK5 Jumlah RF1 RF2 RF3 RF4 RF5 Jumlah
1 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5
2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1
4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5
5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 1 4 0 0 1 1 1 3
6 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3 1 0 0 0 0 1
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 1 1
8 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 4 1 0 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5
11 1 1 1 1 0 4 1 0 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
12 0 1 0 0 1 2 0 1 0 0 1 2 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 2
13 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1
14 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 0 0 1 1 1 3 1 1 0 1 1 4
15 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3 0 0 1 1 1 3
16 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2
17 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 1 1
18 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2
20 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
Keterangan :
1 : Ya
0 : Tidak
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
Lampiran 6
131
Lampiran 7
132
Lampiran 8
133
Lampiran 9
134
Lampiran 10
135
Lampiran 15
DOKUMENTASI PENELITIAN