Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mita Analiya

Nim : 041842762

Kelas : Manajemen CSR

Mata kuliah : Pengembangan SDM


1. Jelaskan model pelatihan untuk sistem kerja

Model proses pelatihan untuk sistem kerja (Training for Performance System /TPS)
model menggambarkan 5 tahap proses pelatihan yang saling berhubungan dan
mendukung melalui kepemimpinan. Hal ini sangat penting karena merupakan proses
yang sistematis.
Langkah-langkah proses pelatihan untuk sistem kinerja merupakan suatu proses untuk
mengembangkan keahlian seseorang yang bertujuan untuk memperbaiki organisasi,
proses dan kinerja individu.
a. Analisis
Menganalisis kebutuhan kinerja yang terdapat di dalam organisasi. Proses
analisis ini sangat membantu kita untuk membuat sebuah program pelatihan,
karena kita akan membuat pelatihan yang tepat sasaran, efektif, dan efisien.
Sehingga ke depan kita dapat memperbaiki kinerja para karyawan pada
sebuah perusahaan.
b. Desain
Setelah analisis, kita harus membuat atau mendesain pelatihan serta strategi-
strategi apa yang akan kita berikan sesuai dengan kesenjangan yang telah kita
peroleh di tahap analisis. Semua strategi yang digunakan harus didesain secara
ekonomis, sistematis dan psikologis, agar mendapatkan hasil yang optimal.
Dalam tingkat desain ini yang menjadi tahap akhir adalah tahap perencanaan.
c. Pengembangan
Setelah mendapatkan desain dan strategi-strategi yang dibutuhkan, selanjutnya
adalah tahap pengembangan. Kita harus mengembangkan segala jenis desain
yang telah di rancang ,baik dalam unsur peserta, materi, serta instruktur yang
dibutuhkan dalam proses pelatihan tersebut. Jika tidak ada proses
pengembangan, makan pelatihan akan bersifat statis.
d. Implementasi
Dalam tahap implementasi kita melaksanakan program pelatihan dan
menyampaikan apa yang telah dirancang untuk peserta. Pelaksanaan pelatihan
merupakan proses yang paling kritis bagi para peserta dan penyelenggara
pelatihan.
e. Evaluasi
Setelah mengadakan proses pelatihan yang sebelumnya dimulai dengan
analisis, desain,pengembangan dan implementasi maka selanjutnya ialah
proses evaluasi. Dalam tahap evaluasi kita mengevaluasi pelatihan yang telah
kita laksanakan.

2. Tujuan pengembangan SDM Menurut Lawrence (2000) adalah untuk mendorong dan
mempercepat pendayagunaan SDM melalui kebijakan yang jelas dan kohesif dalam
bidang pendidikan, pelatihan dan kesehatan serta ketenagakerjaan pada semua jenjang
baik skala organisasi maupun skala nasional. Sedangkan tujuan pengembangan SDM
Menurut Ronald R.Sims (2006) adalah untuk meningkatkan kinerja sehingga aktivitas
pengembangan SDM seharusnya dirancang dengan menggunakan informasi analisis
jabatan yang berkaitan dengan apa yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Jadi
Tujuan pengembangan SDM adalah meningkatkan kinerja organisasi dengan
memaksimalkan efisiensi dan kinerja karyawan melalui pengembangan pengetahuan
dan keterampilan, tindakan dan standar, motivasi, insentif, sikap dan lingkungan
kerja.

3. Pendekatan metateori pembelajaran dibagi 5 yaitu:


a. Behaviorisme
Teori behaviorisme ini menekankan pada adanya perubahan perilaku yang
disebabkan adanya proses belajar. Teori ini meliputi pengembangan model
kondisi klasikal (pavlov) dan model operant conditioning (skinner). Jadi teori
behaviorisme merupakan salah satu dasar dalam pengembangan SDM yang
berorientasi pada pelatihan. Pemberian stimulus dan respons menjadi unsur
penting dalam menunjang perubahan perilaku yang dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kinerja yang lebih optimal.
b. Kognitivisme
Teori kognitivisme ini membatasi pemberian stimulus bila dibandingkan
dengan behavioristik. Teori ini menekankan pada proses belajar yang
mengharuskan individu untuk dapat mengembangkan stimulus yang didapat
olehnya.
c. Humanisme
Teori humanisme ini kurang dapat berperan besar dalam pengembangan SDM.
Namun demikian konsep ini lebih menekankan pada pendekatan aspek
psikologis. Melalui teori ini kita dapat melihat belajar dalam sudut pandang
yang berbeda di mana seseorang dapat mengelola proses belajar nya sendiri
guna mendapatkan hasil yang lebih optimal.
d. Belajar sosial
Proses belajar akan menjadi lebih optimal bila individu tersebut belajar dari
kondisi lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan behaviorisme, mala seorang
fasilitator dalam hal ini bertugas untuk mengarahkan individu agar dapat
belajar melalui lingkungannya. Dengan kata lain ,suatu komunitas sosial akan
berperan sebagai sumber belajar dan akan menempatkan individu tersebut
yang kemudian akan mengarahkannya untuk mendapatkan kinerja yang lebih
baik.
e. Konstruktivisme
Konsep konstruktivisme ini lebih menekankan pada penyampaian (transfer)
pengetahuan baru melalui serangkaian proses pengalaman belajar. Selanjutnya
seseorang akan berupaya mengarahkan dirinya untuk belajar secara mandiri,
dan ia dapat membangun pengetahuan dalam dirinya.

Anda mungkin juga menyukai