Para guru umum, pada umumnya tidak dipersiapkan untuk mengajar peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK), sehingga seringkali mengalami kesulitan ketika
berhadapan dengan PDBK. Beberapa alternatif program pelayanan yang dapat dipilih
sesuai dengan kebutuhan peserta didik di antaranya adalah:
c. Layanan pendidikan individualisasi .
a. Menetapkan tujuan.
b. Merencanakan pengelolaan kelas; termasuk mengatur lingkungan fisik dan sosial.
c. Menetapakan dan pengorganisasian bahan/materi; topik apa yang ingin diajarkan
kepada peserta didik.
d. Merencanakan strategi pendekatan kegiatan pembelajaran; bagaimana bentuk
kegiatannya, apakah peserta didik mendapat kesempatan untuk berperan aktif
dalam pembelajaran.
e. Merencanakan prosedur kegiatan pembelajaran; bagaimana bentuk dan urutan
kegiatannya, apakah kegiatan itu sesuai untuk semua peserta didik, dan
bagaimana peserta didik mencatat, mendokumentasikan, dan menampilkan hasil
belajarnya.
f. Merencanakan penggunaan sumber dan media belajar; sumber belajar mana
yang akan digunakan, media apa yang sesuai dan tidak membahayakan peserta
didik.
g. Merencanakan penilaian; bagaimana cara peserta didik telah menyelesaikan
tugasnya dalam suatu proses pembelajaran, dan apa bentuk tindak lanjut yang
diinginkan.
2. PPI adalah adalah asumsi guru terhadap kemampuan yang mungkin dapat
dikuasai oleh PDBK dalam periode waktu tertentu melalui pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan belajar, potensi, hambatan, dan karakteristik unik
PDBK.
a. Prinsip-Prinsip PPI
1. Pelajarilah hasil asesmen peserta didik yang meliputi kemajuan peserta didik, dan
masalah kontekstual yang ada di lingkungan rumah, dan sekolah.
2. Identifikasi potensi dan hambatan peserta didik saat ini.
3. Tetapkan tujuan jangka panjang bagi PDBK yang bersangkutan.
4. Identifikasi dan prioritaskan hasil pembelajaran yang diharapkan dicapai pada
akhir periode PPI.
5. Identifikasi tujuan spesifik, dapat dicapai, dan terukur yang dibangun diatas
kekuatan saat ini dan mencerminkan langkah-langkah pembelajaran selanjutnya
untuk mengatasi area yang membutuhkan pengembangan.
6. Identifikasi kriteria keberhasilan spesifik untuk setiap tujuan.
7. Susun rencana berkelanjutan untuk mendukung pencapaian tujuan, misalnya
adaptasi lingkungan kelas, bahan ajar, dan strategi pengajaran serta pembedaan
isi bahan ajar dan tanggapan yang diharapkan dari peserta didik.
8. Identifikasi strategi untuk mengatasi hambatan apa pun untuk mencapai tujuan.
9. Memperjelas peran dan tanggung jawab untuk memastikan implementasi penuh
dari PPI.
10. Mengevaluasi efektivitas PPI dan meninjau kemajuan sebelum PPI berikutnya.
Pembelajaran Akomodatif
Lakukan: Ikuti aktivitas sampai akhir
Pengantar
Berkenaan dengan kesiapan guru dalam membelajarkan PDBK, Kaufman dan Hallahan
(2006: 19) memberikan poin-poin penting yang baik dilakukan oleh guru, yaitu:
Banyak aspek yang perlu diakomodasi dalam memenuhi kebutuhan PDBK seperti: 1)
lingkungan belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi belajar PDBK,
dengan motivasi tinggi PDBK akan senang untuk belajar dan berusaha untuk memahami
materi yang disampaikan, 2) materi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
PDBK, 3) penyampaian materi yang menarik perhatian peserta didik dengan membuat
permainan atau kegiatan menyenangkan lainnya, 4) penyesuaian waktu pembelajaran
dan pengerjaan tugas yang disesuaikan dengen kondisi PDBK.
Berikut adalah contoh akomodasi metode untuk PDBK dengan kondisi lamban belajar
menurut Swason (dalam Pujaningsih, 2010):
4. Pertanyaan dan jawaban langsung, adalah saat dimana guru bertanya kepada
peserta didik slow learner secara langsung dan peserta didik diminta untuk
menjawab pertanyaan tersebut secara langsung. Pertanyaan langsung yang
diberikan guru ke peserta didik dapat memfokuskan peserta didik untuk tetap
memperhatikan materi pelajaran. Selain itu, guru dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta didik.
Guru memberi bantuan saat anak mengajarkan tugas atau guru memberikan tugas
soal dengan urutan tingkat kesulitan dari yang rendah ke tingkat kesulitan yang lebih
tinggi. Hal ini dilakukan secara bertahap. Pemberian tugas dengan peningkatan urutan
tingkat kesulitan dapat menuntun peserta didik dalam membangun konsep yang
matang. Dengan konsep yang matang diharapkan dapat mengupayakan peserta didik
dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Alternatif dalam mengevaluasi PDBK dalam kelas reguler dapat dilakukan dengan cara
berikut:
1. Evaluasi sesuai dengan standar dan dengan cara yang sama dengan peserta didik
lain.
2. Evaluasi sesuai dengan standar namun disertai dengan akomodasi tertentu.
3. Evaluasi ini disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak.
4. Evaluasi alternatif dengan standar kesulitan yang sama dengan peserta didik lain.
5. Evaluasi alternatif dengan standar kesulitan yang disesuaikan dengan
kemampuan anak.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah tiga istilah dalam evaluasi pendidikan. Ketiga
istilah memiliki signifikan khusus dalam konteks pendidikan, dan meskipun banyak orang
cenderung menggunakan istilah tersebut secara bergantian, ada perbedaan jelas antara
ketiganya. Dalam setiap evaluasi selalu melibatkan pengukuran dan penilaian.
Tujuan Penilaian
Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah disebutkan
bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengetahui kebutuhan belajar dan capaian perkembangan atau hasil belajar peserta
didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian
secara berkeadilan, objektif, dan edukatif. Yang dimaksud penilaian hasil belajar secara
berkeadilan adalah penilaian yang tidak bias oleh latar belakang, identitas, atau
kebutuhan khusus peserta didik. Penilaian hasil belajar secara objektif merupakan
penilaian yang didasarkan pada informasi faktual atas pencapaian perkembangan atau
hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, penilaian hasil belajar secara edukatif merupakan
penilaian yang hasilnya digunakan sebagai umpan balik bagi pendidik, peserta didik, dan
orang tua untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.
Bentuk Penilaian
a. Penilaian formatif
Dilaksanakan pada pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang
pendidikan menengah. Bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Dilakukan dengan
mengumpulkan informasi mengenai peserta didik yang mengalami hambatan atau
kesulitan belajar dan perkembangan belajar peserta didik. Informasi tersebut digunakan
sebagai umpan balik bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam
memonitor proses dan kemajuan belajar sebagai bagian dari keterampilan belajar
sepanjang hayat; dan bagi pendidik untuk merefleksikan dan meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
b. Penilaian sumatif
Pelaporan
Pelaporan hasil penilaian dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar. Laporan
kemajuan belajar berupa laporan hasil belajar yang disusun berdasarkan pengolahan
hasil penilaian. Laporan hasil belajar paling sedikit memuat informasi mengenai
pencapaian hasil belajar peserta didik. Selain memuat informasi mengenai pencapaian
hasil belajar peserta didik, laporan hasil belajar untuk pendidikan anak usia dini juga
memuat informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Laporan hasil
belajar sebagaimana dimaksud dituangkan dalam rapor atau bentuk laporan hasil
penilaian lainnya.
Teknik Penilaian
Teknik penilaian
Penilian sikap; Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku
peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial.
Penilaian projek; merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam
proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki
karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan sehingga teknik
penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan
untuk membina perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
a. Sikap Spiritual Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah
menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
b. Sikap Sosial Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku
antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. Berikut
disajikan skema Penilaian Sikap.
Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat musik,
bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan atau
mengoperasikan suatu alat. Hasil penilaian praktik menggunakan rerata dan/atau nilai
optimum.
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat
menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi,
musik.
Penilaian Diri
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di
kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam
mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Bagi peserta didik yang menggunakan model kurikulum reguler penuh, maka
model laporan hasil belajarnya (rapor) menggunakan model rapor reguler yang
sedang berlaku.
2. Bagi peserta didik yang menggunakan model kurikulum yang di modifikasi, maka
model laporan hasil belajarnya (rapor) menggunakan rapor reguler yang
dilengkapi dengan deskripsi (narasi) yang menggambarkan kualitas kemajuan
belajarnya.
3. Bagi peserta didik yang menggunakan kurikulum yang diindividualisasikan, maka
menggunakan model rapor kuantitatif yang dilengkapi dengan deskripsi (narasi).
Penilaian kuantitatif didasarkan pada kemampuan dasar (baseline).
4. Model rapor pada pendidikan inklusif pada dasarnya sama dengan sekolah
reguler di semua satuan pendidikan meliputi SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK,
perbedaannya terletak pada jenis satuan pelajaran dan program khusus.