Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TREND DAN ISSU HIV/AIDS, FAMILY

CENTERED PADA ODHA DAN PENYALAHGUNAAN


NAPZA KEPERAWATAN HIV/AIDS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Anggun Risma Dewi (21120061)
Dinda aprilia kurniati(21120067)
Ella erlinda (21120070)
Julian syahputra (21120076)
Nilawati (21120084)
Putri melati (21120089)
Qurnia ananda (21120091)
Risa yulianti (21120097)
Sherly susanti (21120100)
Syarifatul azizah (21120102)
Winda darlika (21120109)
Yunei valenda. (21120110)

Dosen pengampuh : Siti Romadoni,S.Kep,Ns M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMADIYAH PALEMBANG

Tahun Ajaran 2021/2022


1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Trend Dan Issu
Hiv/Aids, Family Centered Pada Odha Dan Penyalahgunaan Napza” ini dengan baik dan
mampu diselesaikan dalam tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada Bapak selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Hiv/Aids yang telah membantu kami dalam revisi makalah
kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat dipahami, serta berguna bagi kami sendiri
dan pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini kedepannya.

Terima kasih.

Palembang, 13 mei 2022

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang


menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah berbagai
kumpulan gejala-gejala penyakit yang timbul karena terjadi penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang menyerang sistem
imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+ dipermukaannya seperti
makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu
kondisi immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit
akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIv (Hasdianah dkk, 2014).
Trend kejadian HIV/AIDS didunia cenderung meningkat setiap tahunnya. Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 di dunia didapatkan 36.900.000 orang
terinfeksi HIV/AIDS. Di Indonesia menurut Dirjen PP dan PL Kemenkes RI (2014),ada
sekitar 150.285orang terinfeksi HIV/AIDS.Bila dilihat keseluruhan provinsi di Indonesia,
DKI Jakarta menempati urutan pertama HIV/AIDS sebanyak 32.782 orang dan provinsi
Jambi menempati urutan ke23 sebanyak 751 orang dan 15,4% berasal dari kota Jambi
(Dinkes Kota Jambi, 2014). Jadi di Indonesia dan dunia memerlukan penangganan
HIV/AIDS yang samasehingga dapat menekan peningkatan HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa trend dan issu hiv/aids ?
b. Apa saja yang bisa dilakukan keluarga pada odha ?
c. Apa itu family centered care pada odha ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui trend dan issue hiv/aids
b. Untuk mengetahui pengertian fcc pada odha
c. Untuk bisa membantu odha dalam melawan penyakitnya

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia

Di Indonesia, kasus epidemi penyakit HIVAIDS masih terus meningkat, meskipun


jumlah infeksi baru menunjukkan tren penurunan di Myanmar, Nepal, dan Thailand.
Indonesia merupakan negara dengan penularan HIV-AIDS tercepat di Asia Tenggara (WHO,
2009). Indonesia merupakan negara yang menempati urutan pertama dalam penularan HIV-
AIDS di Asia Tenggara. Dari total populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa, Indonesia
memiliki prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA 186.000, bahkan bisa
mencapai 200.000 (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sangat mengancam oleh karena kaitannya dengan
faktor risiko, terutama perilaku seksual dan penggunaan NAPZA suntik yang semakin
meningkat dalam tiga tahun terakhir ini. Walaupun agama dan budaya Indonesia tidak
permisive terhadap hubungan seks diluar nikah, dalam kenyataannya penularan melalui
hubungan seksual meningkat di hampir semua propinsi. Dari hasil penelitian perilaku
diketahui bahwa lebih dari separuh laki-laki dari kelompok tertentu baik yang sudah menikah
maupun belum menikah, pernah berhubungan seks dengan wanita penjaja seks dalam tahun
terakhir. Dalam hubungan ini sembilan diantara sepuluh orang tidak selalu menggunakan
kondom, dan angka ini merupakan yang terendah di bandingkan dengan negara Asia lainnya.
Dengan perilaku berisiko ini laki-laki dapat tertular ataupun menularkan HIV kepada
pasangannya, isterinya selanjutnya kepada bayinya. Angka kejadian infeksi HIV pada ibu
hamil dari survei di propinsi Riau dan Papua adalah 0,35% dan 0,25 %. Namun dari hasil
testing sukarela pada ibu hamil di DKI Jakarta ditemukan infeksi HIV sebesar 2,86%. Dalam
kelompok wanita penjaja seks kecenderungan meningkat di beberapa propinsi misalnya
Papua, Riau dan Jawa Barat angka infeksi sudah diatas 5%. Di kota besar seperti Jakarta,
Surabaya walaupun masih dibawah 5% tetapi terlihat meningkat pula pada dua tahun terakhir
ini.
HIV-AIDS masih menjadi masalah kesehatan global dan penyebab utama kematian
akibat penyakit menular di seluruh dunia. Rendahnya pemahaman tentang HIV-AIDS sampai
saat ini karena masih banyak yang belum memahami risiko penularan penyakit tersebut dan
angka kejadian belum dapat diprediksi dengan baik. Permasalahan HIV-AIDS merupakan
fenomena gunung es, artinya data yang ada merupakan data kasus HIV-AIDS yang hanya
muncul di permukaan. Masih banyak kasus yang belum terdeteksi karena ada banyak orang
yang sudah terinfeksi HIV tetapi tidak terbuka untuk melakukan pemeriksaan di klinik. Hal
ini disebabkan karena perasaan takut dan malu untuk memeriksakan diri yang muncul karena
adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat bahkan keluaga sebagai lingkungan terdekat
terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA).

2.2 Trend Kasus Baru Infeksi HIV di Indonesia Periode Tahun 2012–2016

4
Setelah tiga tahun berturut-turut (2010–2012) cukup stabil, perkembangan jumlah kasus
baru HIV positif di Indonesia pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan secara
signifikan sebesar 34,99%. Pada tahun 2012 jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan
adalah sebanyak 21.511 kasus, dan meningkat menjadi 29.037 di tahun 2013. Jumlah kasus
baru HIV di tahun 2014 juga kembali mengalami peningkatan secara signifikan sebesar
12,65% dari sebelumnya, yaitu tahun 2013. Akan tetapi, jumlah kasus baru HIV positif yang
dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus, mengalami penurunan 5,43%
dibandingkan tahun 2014. Penghujung tahun 2016, kasus baru HIV positif ini kembali
meningkat tajam sebesar 33,34% menjadi 41.250 kasus.
Analisis perbandingan data laporan epidemic kasus infeksi HIV positif baru di Indonesia
berdasarkan wilayah 34 Provinsi, dilakukan dengan menggunakan uji Friedman dan
dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji Friedman perbandingan kasus
infeksi baru HIV dari periode tahun 2012 hingga tahun 2016 dengan menggunakan uji
Friedman menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,001 (<0,01) sehingga dapat disimpulkan
bahwa minimal terdapat perbedaan yang signifikan jumlah kasus HIV dari periode tahun
2012 hingga tahun 2016.
Secara global data jumlah kasus HIV per tahun, untuk tahun 2012 rata-rata kejadian kasus
baru HIV sebanyak 652 kasus, meningkat pada tahun 2013 dengan rata-rata kejadian kasus
HIV dari ke-33 provinsi sebanyak 880 kasus. Tahun 2014 mengalami peningkatan kembali
dengan rata-rata kejadian kasus HIV dari ke 33 provinsi yaitu sebesar 994 kasus. Akan tetapi,
selang tahun berikutnya mengalami penurunan pada tahun 2015 dengan rata-rata kejadian
kasus HIV dari ke-34 provinsi sebesar 911 kasus. Di akhir tahun 2016, kasus HIV tersebut
malah menjadi masalah besar terkait dengan terjadinya peningkatan tajam dari kasus tersebut
dengan rata-rata kejadian menjadi 1.214 kasus HIV baru.

Apabila diamati secara nilai rata-rata, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan dari
tahun 2013 menuju tahun 2014, kemudian terjadi penurunan dari tahun 2014 menuju tahun
2015. Akan tetapi, mengalami peningkatan tajam sampai akhir tahun 2016.

Perbedaan jumlah kasus HIV dari periode tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk melihat perbedaan secara
masing-masing tahun periode dapat dianalisis menggunakan uji Wilcoxon.

Meskipun demikian, masih terdapat hasil yang menunjukkan tidak terlalu berbeda secara
signifikan dari perbandingan antar tahunnya. Berikut merupakan gambaran singkat
perbandingan antar-tahun dengan selang waktu 1 tahun dari tahun 2012 hingga tahun 2016.

1. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2012 dengan tahun 2013 menunjukkan
perbedaan yang signifikan dengan terjadi peningkatan yang cukup tajam (34,99%)
dari ratarata jumlah kasus HIV.
2. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2013 dengan tahun 2014 menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan secara statistic dengan bukti terjadi peningkatan
12,65% rata-rata jumlah kasus HIV.

5
3. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2014 dengan tahun 2015 menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan secara statistic dengan bukti penurunan rata-
rata jumlah kasus HIV yang terjadi sebesar 5,43%.

4. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2015 dengan tahun 2016 menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan secara statistic dengan bukti terjadinya peningkatan
ratarata jumlah kasus HIV yang cukup tajam (33,34%).

2.3 Isu-Isu Mengenai Media Penyebaran HIV/AIDS

1. Terompet tahun baru


Pergantian tahun identik dengan pesta kembang api dan tiup-tiup terompet.
Beberapa waktu lalu pun ramai beredar pesan berantai yang menyebutkan bahwa
virus HIV bisa menyebar lewat terompet. Hal ini ditepis oleh praktisi kesehatan dari
Klinik Cempaka Putih, dr Ayu Yuni Andini. Menurutnya, HIV tidak menular melalui
air liur. Penularan virus ini memang terjadi melalui kontak cairan tubuh, tetapi bukan
melalui mulut. Darah dan sperma paling sering menularkan virus tersebut.
2. Baju bekas
Pada sekitar tahun 2015, Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat Gobel,
sempat mendapat kecaman dari aktivis Indonesia AIDS Coalition (IAC). Gobel
menyebut pakaian bekas impor berbahaya karena bisa menularkan HIV (Human
Imunodeficiency Virus). Dalam rilisnya, IAC menyebut pernyataan Gobel tersebut
menyesatkan dan ‘berbau hoax’ karena HIV hanya menular melalui kontak cairan
tubuh. Salah paham tentang cara penularan virus mematikan tersebut, dikhawatirkan
akan menciptakan stigma negatif terhadap upaya penanggulangan HIV.
3. Makanan kalengan
Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV-AIDS di dalam kemasan makanan
kalengan impor. Pesan yang dikirim melalui broadcast message blackberry messenger
tersebut mengatakan bahwa para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut
dibuat memasukkan darah mereka ke dalam kemasan makanan tersebut. Lalu apakah
benar seperti itu? Menanggapi hal tersebut, dr Roy Sparringa yang kala itu menjabat
sebagai Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa
berita tersebut hoax dan menyesatkan. “Itu berita hoax. Sudah lama beredar, tidak
benar dan menyesatkan. Tolong hal ini diluruskan kepada masyarakat,” tutur dr Roy
ketika dihubungi detikHealth. dr Roy mengatakan bahwa BPOM tidak pernah
menemukan hal-hal seperti yang disebutkan dalam pesan berantai tersebut, termasuk
kandungan darah dan virus HIV. Selain itu menurut dr Roy, virus HIV tidak akan
mampu bertahan hidup jika sudah keluar dari host atau tubuh manusia.
4. Pembalut
Salah satu benda yang disebut-sebut bisa menjadi media penularan HIV-AIDS
dan sempat ramai dibicarakan adalah pembalut. Masyarakat kala itu diminta berhati-
hati karena ada produk pembalut yang sudah ‘disisipi’ oleh virus HIV.

6
Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa menular melalui produk
pembalut yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut yang dibelinya kotor,
terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah pernah dipakai, tentu tidak ada
orang yang mau menggunakannya. “Isu-isu seperti makanan atau pembalut yang
terkontaminasi HIV seperti itu tidak masuk akal sama sekali,” ungkap Prof
DrdrSamsuridjalDjauziSpPD-KAI, FACP beberapa waktu lalu.
5. Bangku bioskop
Selain di toilet umum, jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus HIV juga
pernah dipasang di bangku bioskop. Jika ada orang yang duduk di bangku tersebut,
maka ia otomatis akan tertular oleh virus tersebut. drSarsanto Wibisono Sarwono,
SpOG menyebutkan bahwa rasanya sulit menularkan virus HIV-AIDS. Ini karena
darah yang terinfeksi harus benar-benar masuk ke dalam pembuluh darah seseorang.
“Kalau beneran ada jarum di kursi bioskop, misal ada yang menduduki, jarumnya kan
tertahan sama kain bajunya. Kalau celana juga kan biasanya tebal, itu juga udah susah
kena ke kulit,” imbuh drSarsanto.

2.4 Isu Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia

Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi


dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam
perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu
memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan
memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan
dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan
pasien dan keluarga-keluarga merek.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa
faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia,
sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang
penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat
menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak
tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari
rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.

2.5 Family Centered Care pada ODHA

1. Konsep dari Family Centered Care pada ODHA


 Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan
menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan
dan latar belakang budaya pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan
intervensi keperawatan pada ODHA.

7
 Berbagi informasi. Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan
informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak
memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima
informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam
perawatan dan pengambilan keputusan pada ODHA.

 Partisipasi. Pasien pada ODHA dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam


perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah
mereka buat.

 Kolaborasi. Pasien pada ODHA dan keluarga juga termasuk ke dalam


komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien pada
ODHA dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan
program, implementasi dan evaluasi, desain

2. Penyebab dilakukan Family-Centered Care pada ODHA


 Membangun sistem kolaborasi dari pada kontrol atau penyembuhan pada
ODHA( orang dengan HIV AIDS).

 Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga daripada kelemahan keluarga.

 Mengakui keahlian keluarga dalam merawat ODHA( orang dengan HIV


AIDS) seperti sebagaimana professional

 Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan

 Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA( orang


dengan HIV AIDS) , keluarga dan pemberi pelayanan dari pada
informasihanya diketahui oleh professional.

 Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku.

3. Elemen Family-Centered Care pada ODHA


Sembilan element Family-Centered Care pada ODHA( orang dengan HIV AIDS)
yaitu :
 Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara kehadiran profesi
kesehatan fluktuatif
 Memfasilitasi kolaborasi keluarga professional pada semua level perawatan
kesehatan.

 Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode


alternative dalam koping.

 Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh
keluarga tentang perawatan pada ODHA( orang dengan HIV AIDS) yang
tepat.

8
 Menimbulkan kelompok support antara orang tua dengan ODHA( orang
dengan HIV AIDS).

 Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi


kebutuhan pelayanan pada ODHA (orang dengan HIV AIDS)

 melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi


dukungan emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarganya.

 Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel, accessible,


dan responsive ODHA( orang dengan HIV AIDS) terhadap kebtuhan pasien
pada

 Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi


dukunga nemosional dengan staff. Element Family Centered Care

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan jumlah kasus baru HIV di Indonesia mengalami peningkatan secara


signifikan pada tahun 2013 dan 2014, bila dibandingkan dengan perkembangan jumlah kasus
baru pada tahun 2010–2012 yang relatif cukup stabil. Pada tahun 2012 jumlah kasus baru
HIV sebesar 21.511 kasus, sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar
29.037 dan 32.711 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta,
Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Berdasarkan kondisi yang berkembang saat ini dapat dipahami bahwa HIV-AIDS adalah
sebuah isu yang sangat rumit. Hal ini bukan hanya menjadi masalah kesehatan semata, tetapi
sekaligus telah menjadi masalah sosial. Mengingat kompleksitas permasalahan tersebut,
penyelesaiannya pun menjadi tidak mudah.
4.2 Saran

Mari bersama-sama berikan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS sehingga tidak
menimbulkan stigma buruk pada ODHA. HIV/AIDS tidak menular melalui pakaiain, alat-alat
makan, bersalaman ataupun berpelukan. Mari cegah HIV dengan :

1. Tidak berhubungan seks saat jauh dari pasangan


2. Tidak gonta-ganti pasangan
3. Menggunakan condom saat melakukan hubungan seksual
4. Tidak mengonsumsi narkoba
5. Aktif mencari informasi yang benar

10
DAPTAR PUSTAKA

http://nazuanjesica.blogspot.com/2018/07/trend-dan-isu-hivaids-family-centered.html

https://turnbackhoax.id/2018/01/04/edukasi-isu-isu-mengenai-media-penyebaran-hiv-aids/

http://www.scribd.com/presetation/373074831/Family-Centered-Care-Pada-ODHA

https://www.scribd.com/document/342408414/Trend-Dan-Isu-HIV

http://www.academia.edu/11910753/A._Trend_Dalam_Keperawatan_HIV_AIDS_Di_Indonesia

https://edoc.site/trend-dan-isu-penularan-hiv-pdf-free.html

https://edoc.site/queue/trend-dan-isu-penularan-hiv-pdf-free.html

https://www.scribd.com/document/327828999/Trend-Dan-Isu-Penularan-Hiv

11

Anda mungkin juga menyukai