PENDAHULUAN
1
Sekarang dipahami bahwa semua biaya ini memperlamban daya saing bisnis,
mengurangi kesejahteraan ekonomi negara dan dapat dihindari melalui tindakan di
tempat kerja yang sederhana tetapi konsisten.
Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat
kerjatidak harus mahal. Namun, seperti perbaikan dalam operasional atau penjualan,
hal itu perlu dilakukan sebagai komitmen jangka panjang oleh para pekerja, manajer
dan perwakilan mereka. Hal ini tidak bisa hanya ditangani dalam seminggu sebelum
inspeksi pabrik atau kunjungan oleh Pengawasan Ketenagakerjaan. Juga tidak
bisadiabaikan begitu saja karena resesi. Pencegahan gangguan kesehatan kerja yang
terkait cedera, sakit dan kematian adalah bagian kontinuitas dari hari-hari kegiatan
usaha.
Selain membutuhkan perhatian yang terus menerus, tindakan efektif pada
keselamatan dan kesehatan kerja menuntut komitmen bersama dari pekerja dan
pengusaha. Pekerja dan pengusaha harus siap untuk menghormati prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja yang diakui dengan baik. Mereka juga harus
menjaga, mengikuti dan terus mengevaluasi kebijakan dan praktek-praktek yang
ditetapkan. Tingkat komitmen hanya dapat dibangun jika pekerja, supervisor dan
manajer bekerja sama untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja yang mereka mengerti dan percaya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sementara itu tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai/tenaga kerja.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
3
f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat
bekerja apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut.
Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada
penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk
mencegah kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.
4
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan
kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan pekerjaannya.
Sejak beberapa abad yang lalu, melakukan suatu pekerjaan atau bekerja
hakikatnya merupakan sumber kepuasan manusia yang paling mendasar, katalis
sosial dan sekaligus juga pelengkap status serta martabat manusia.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat faktor yakni:
5
Dengan demikian, dalam pengelolaan kesehatan keempat faktor tersebut perlu
diperhatikan, khususnya dalam aspek lingkungaan dan pelayanan kesehatan.
6
tercapai iklim sosial yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan
produktivitas.
7
2.1.3. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi:
a) Faktor manusia/pribadi (personal factor)
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental
dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian, dan stress
serta motivasi yang tidak cukup.
b) Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan
penyalahgunaan.
8
peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi
peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan
mesin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
a) Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b) Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun
psikososial.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan kerja,
alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan
lingkungan kerja.
9
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam
setiap masalah operasional, baik di sektor tradisional maupun sektor modern. Masalah
yang terjadi khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan
kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa
permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai
akibat buruk bahkan fatal.
10
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05/MEN/1996, penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan yang kemudian
akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu:
a. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah
harus menetapkan sebanyak 64 kriteria.
b. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko
menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria
c. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko
tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria.
2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit.
4) Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau tidak layak
pakai lagi.
11
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat pula terjadi karena kondisi dan
lingkungan kerja yang tidak aman, misalnya dalam bentuk ledakan, kebakaran, dan
kebocoran atau perembesan unsur-unsur kimia berbahaya. Bencana kecelakaan kerja
tersebut dapat menimbulkan korban dan kerugian dalam bentuk:
b) Cacat permanen total adalah cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen
tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak
berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan
atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas
tubuh.
c) Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh
hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
d) Tidak mampu bekerja sementara, dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja
hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.
1) Faktor biologis
12
2) Faktor kimia termasuk debu dan uap logam
4) Faktor fisiologis
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras.
13
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organik.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
14
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau derivatnya yang
beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot-otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
biologik.
27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat tersebut.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat.
15
c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan frostbite,
trenchfoot, dan hypothermia.
d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.
e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan kelainan
pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan.
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan lainnya.
5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak
baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
16
Pedoman Penerapan
Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun
demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan
aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan
beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang
diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
17
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis
yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi
dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan
kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
Perencanaan
Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan
system keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik.
Perencanaan K3 meliputi beberapa komponen yaitu:
a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi
kecelakaan atau gangguan kesehatan.
b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat dilaksanakan.
18
Penerapan
Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 05/1996. Dalam
menerapkan terdapat kegiatan yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan,
pendokumentasian, dan pengendalian dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak
hanya meliputi pengauditan melainkan juga mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian resiko.
b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh
karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang
bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang
memiliki tugas khusus di bidang K3.
e. Tenaga ahli K3
19
Tinjauan ulang terhadap penerapan K3
Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk menilai
kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan. Peninjauan yang
dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir tidak
sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3.
1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
20
3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global
5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait
dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
21
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala dan
sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja untuk
menggunakannya dengan benar sesuai aturan. Helm ini digunakan
untuk melindungi kepala dari bahaya benda jatuh
f. Penutup telinga
Alat ini dgunakan untuk melindungi dari bunyi-bunyi yang
dikeluakan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup
keras dan bising. Terkadang efeknya untuk jangka panjang, bila
setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga
g. Masker
Pelindung bagi pernafasan sangat diperlukan untuk pekerja
mengingat lokasi itu sendiri
22