Anda di halaman 1dari 4

 HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI

Manusia sudah hidup sejak beberapa ratus tahun, serta manusia merupkan makhluk
ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat akal pikiran yang diberikan pada manusia. Sejak
dahulukala manusia sudah menciptakan realitas eksis yang dikenal di kalangan
masyarakat yang kita kenal kini sebagai agama. Agama selalu dianut dari jaman manusia
primitive hingga masyarakat modern, dengan begitu agama dan manusia tidak dapat
dipisahkan. Agama merupakan kata dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak kacau,
berasal dari a “tidak” dan gama “kacau”. Beberapa ahli mengartikan agama sebagai
kebiasaan atau tingkah laku manusia yang didasarkan pada jalan peraturan atau hukum
Tuhan yang ditetapkan oleh Allah. Semua agama tentu mengajarkan 3 hal pokok yaitu (1)
hakikat Tuhan, (2) etika/tata susila, dan (3) dan ritual/tata cara beribadat. Tujuan dari
semua agama adalah merealisasikan niali tertinggi. yaitu hidup di akhirat.

Agama juga memberi pengajaran kepada manusia untuk bersikap dan bertindak
dengan etika dalam masyarakat. karena etika dan agama tidak dapat dipisahkan. Kedua
hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena setiap agama pasti mengajarkan mengenai
etika pada umatnya, sebab dari itu kualitas iman seseorang tidak hanya dinilai dari cara
beribadatnya namun juga dari kualitas etika atau moral yang dicerminkan dalam setiap
tingkah lakunya di masyarakat. Maka dari itu, dengan adanya bertindak sesuai etika dan
moral dalam kehidupan masyarakat, maka seseorang tidak akan lepas dari nilai nilai
sosial yang ada dan harus dijalankan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam pandangan
sosial sendiri agama dan etika merupakan suatu hal pokok yang harus ada dan terpenuhi
dalam kehidupan manusia.

 HUKUM, ETIKA, DAN ETIKET

Hukum merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral kejiwaan watak
bangsa Indonesia yang meliputi nilai agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Maka
dari itu sistem hukum Indonesia berdasarkan dari Pancasila, serta persyaratan penegak
hukum ialah jujur, adil dan memiliki integritas serta moral yang baik. Hukum dapat
dilakukan atau di tindaki tidak sembarangan namun juga harus beserta nilai dasar yaitu
moral, menurut Prof. Agus Santoso moral merupakan suasana kejiwaan serta watak
maupun kegamaan dari masyarakat atau individu yang menjunjung nilai nilai keadilan
dalam bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Moral dan Etika sendiri mempunyai
perbedaan dasar, dimana moral ialah nilai yang tertanam dalam jiwa manusia yang
abstrak sebagai pengontrol tingkal laku, sedangkan etika sendiri merupakan wujud dari
nilai moral yang tampak dalam bentuk tingkah laku manusia, dengan makna lain moral
sebagai kompas nya dan etika sebagai penggeraknya.

Istilah yang selalu disandingkan oleh etika dan hampir sama ialah “etiket”. Jika etika
berbicara mengenai moral baik dan buruk, sedangkan etiket berbicara tentang sopan
santun. Maka dari itu etiket sendiri merupakan suatu hal yang mengatur tindakan manusia
dengan suatu cara tindakan itu dilakukan dan berlaku dalam pergaulan di dalam
masyarakat itu sendiri. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dari ketiga hal
tersebut.

1) Persamaan : Sama-sama mengatur tentang perilaku manusia


2) Perbedaan :
a) Hukum : Hukum memiliki sumber dari pemerintah dan Negara. Hukum
memiliki sifat secara tertulis berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintan, dan sebagainya. Objek yang diatur oleh hukum bersifat
lahiriah (Misalnya hukum warisan, hukum agrarian, hukum tata Negara)
dan berifat rohaniah (misalnya : hukum pidana).
b) Etika : Etika memiliki sumber dari masyarakat dengan sumber yang
bersifat lisan berupa adat istiadat dan ada yang tertulis beupa kode etik.
Objek yang diatur oleh etika bersifat rohaniah, misalnya perilaku etis
(jujur, tidak menipu, bertanggung jawab), dan perilaku tidak etis
(korupsi, mencuri, berzina dan sebagainya).
c) Etiket : Etiket memiliki sumber dari golongan masyarakat dengan sifat
pengaturan yang lisan dengan objek kajian yang bersifat lahiriah,
seperti tata cara berpakaian, tata cara memnerima tamu, tata cara
berbicara dengan orang lain, dan sebagainya.
 PARADIGMA MANUSIA UTUH
 Karakter dan Kepribadian

Menurut Soedarsono (2002) kepribadian merupakan totalitas kejiwaan seseorang yang


menampilkan sisi yang didapat dari keturunan dan sisi yang di dapat dari pendidikan,
pengalaman hidup serta, lingkungan, sedangkan karakter ialah sisi kepribadian yang
didapat dari pengalaman, pendidikan dan lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa
karakter adalah bagaian dari kepribadian. Sisi yang berasal dari keturuan yaitu
kepribadian sendiri akan sulit diubah, namun sisi yang di bentuk dari pengalaman,
lingkungan dan pendikan akan bisa diubah. Cloud (2007) mengatakan bahwa karakter
merupakan dari seseorang akan mementukan kemampuan untuk memenuhi tuntutan
kenyataan. Terdapat benang merah dari pegertian tersebut yaitu :

a) Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki manusia yang terdiri dari body,
mind,dan spiritual
b) Karakter bisa menjadi penentu keberhasilan seseorang
c) Karakter dapat diubah dan dipelajari melalui pengalaman, pendidikan dan
pelatihan
d) Tingkat keberhasilan seseorang dilihat dari tingkat kecocokan karakter dengan
tuntutan kenyataan

Chopra (2005) mengatakan bahwa karakter yang dimiliki manusia yang telah
mencapai tingkat kesadaran Tuhan, sebenarnya sama persis dengan karakter yang
dimiliki oleh sel tubuh manusia. Chopra menyebutkan ada 10 karakter sel yang dapat
dijadikan sebagai karakter manusia yaitu : “Ada maksud yang lebih tinggi” berarti setiap
sel menyadari bahwa masing masing sel bekerja untuk kesejahteraan tubuh secara
menyeluruh, “Kesatuan” berarti semua sel saling berhubungan dan berkomunikasi dengan
segala jenis sel lainnya,” Kesadaran” berarti sel sel tersebut beradaptasi dari waktu ke
waktu, “Penerimaan” berarti setiap sel saling mengenal dengan satu dengan yang lain dan
bekertergantungan, “Kretifitas” berarti sel mampu menggabungkan atau menemukan cara
cara baru yang kreatif, “Keberadaan” berarti sel sel patuh pada siklus universal berupa
saat istirahat dan masa aktif dalam kegiatannya, “Efisiensi” berarti dalam menjalankan
fungsi nya sel sel mengeluarkan energy sekecil mungkin, “Pembentukan ikatan” berarti
karena kesamaan genetika mereka sadar bahwa pada dasarnya mereka sama, “Memberi”
berarti kegiatan dari sel yang utama ialah memberi dan menjaga integritas sel sel lainnya,
dan “Keabadian” berarti sel sel itu berproduksi untuk meneruskan pengetahuan,
pengalaman, dan talenta mereka pada generasi selanjutnya.

 Kecerdasan, Karakter, dan Etika

Stephen R. Covey menyebut 3 jenis kecerdasan dengan 3 golongan etika, yaitu (1)
psiko etika yang berarti masalah aku dengan aku, (2) sosio etika yang berarti masalah
aku dengan orang lain, dan (3) teo etika yang berarti masalah aku dengan Tuhan.
Masing masing dari golongan etika ini terdiri dari 3 karakter yaitu :

a) Teo etika (saling bergantungan) : (9)takwa / pasrah diri, (8)ikhlas / tulus, dan
(7)tawakal / tahan uji
b) Sosio Etika (ketergantungan) : (6)silaturahmi / tali kasih, (5)amanah / integritas,
dan (4)husnuzan / baik sangka
c) Psiko Etika (kemandirian) : (3) tawaduk / berilmu, (2) syukur, dan (1) sabar

Konsep etika yang dipelajari selama ini hanyalah sebatas hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya, amuan konsep etika dari Nafis berdasarkan paraidgma utuh
yaitu manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dan alam, serta
manusia dengan Tuhan. Hubungan antara pemikiran kecerdasan Covey, karateristik sel
Chopra dan golongan etika menurut Nafis dapat ditunjukan sebagai berikut :

a)PQ : Efisiensi : Psiko Etika


b)IQ : Kesadaran dan Keabadian : Psiko Etika
c)EQ : Penerimaan, memberi dan pembentukan ikatan : Sosio etika
d)SQ : Maksud yang lebih tinggi, kesatuan, kreatifitas, dan keberadaan : Teo
etika
 Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh

Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat jauh berkembang pada masa ini
sehingga menimbulkan kemajuan dan pengembangan dalam sisi hidup manapun, baik
ekonomi dan sosial, namun hal seperti itu juga tidak selalu memberi kebahagiaan pada
manusia. Seperti yang kita tau bahwa kebahagiaan tidak dapat d ukur dari satu macam
sisi saja karena kebahagiaan merupakan hal yang relative bagi setiap orang.
Perkembangan yang muncul ini justru memberi banyak masalah pada kehidupan
manusia, seperti makin banyak masyarakat yang miskin, melebarnya jurang antara
golongan kaya dan miskin, keresahan, meluasnya kekerasan , korupsi dan kolusi dan
sebagainya.

Permasalahan yang timbul sungguh banyak, sehingga Covey (2005) memberikan


jawaban bahwa untuk membangun manusia yang berkarakter, diperlukan pengembangan
kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap kemampuan manusia, yaitu tubuh (PQ),
intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa/roh (SQ). Pemahaman yang diberikan Covey
membuahkan pemikiran pemikiran lain yang senada dengannya seperti Cloud. Cloud
(2007) mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah integritas yang
pemahaman nya tidak hanya jujur atau punya prinsip moral, melainkan juga utuj dan tidak
terbagi, menyatu, berkonstruksi kokoh, serta mempunyai konsistensi.

Anda mungkin juga menyukai