JIWA
Pengalaman PSIKO
traumatis EDUKASI
GANGGUAN
JIWA
STRESOR KOPING TIDAK
PSIKOSOSIAL KONSTRUKTIF
PEMAHAMAN
/KEYAKINAN
AGAMA
KURANG
1. BIOLOGIS
A. GENETIKA
ditemukan bahwa dari orang tua dan anak dapat menurunkan sebesar
10%. Dari keponakan atau cucu sebesar 2 – 4 % dan saudara kembar
identik sebesar 48 %.
B. Gangguan sturktur dan fungsi otak
Menurut Frisch & Frisch (2011), Hipoaktifitas lobus frontal telah
menyebabkan afek menjadi tumpul, isolasi sosial dan apati. Sedangkan
gangguan pada lobus temporal telah ditemukan terkait dengan
munculnya waham, halusinasi dan ketidak mampuan mengenal objek
atau wajah. Disfungsi sistim limbik berkaitan erat dengan terjadinya
waham , halusinasi, serta gangguan emosi dan perilaku
C. Infeksi, kerusakan otak, trauma, perdarahan, keracunan, pemakaian
alkohol/ napza berkepanjangan, kekurangan vitamin, epilepsi.
Sistem limbik (emosi, motivasi,
memori)
LOBUS LOBUS
FRONTAL PARIETAL
LOBUS
OCCIPITAL
LOBUS
TEMPORAL
C. NEUROTRANSMITER
Dopamin: berfungsi membantu otak mengatasi depresi,
meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental.
Serotonin: pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status
mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi
atau marah dan libido
Norepinefrin: Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan,
pusat perhatian dan orientasi; mengatur “fight-flight”dan proses
pembelajaran dan memory
Asetilkolin: mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan
pemusatan perhatian
Glutamat: pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi
automatic
2. PSIKOEDUKASI
Sebuah penelitian di Jawa yang dilakukan oleh Pebrianti, Wijayanti,
dan Munjiati (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tipe pola asuh keluarga dengan kejadian
Skizofrenia.
Sekitar 69 % dari responden (penderita skizofrenia) diasuh dengan
pola otoriter, dan sekitar 16,7 % diasuh dengan pola permissive.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Erlina, Soewadi dan Pramono
Di Sumatra Barat tentang determinan faktor timbulnya skizofrenia
menemukan bahwa pola asuh keluarga patogenik mempunyai
risiko 4,5 kali untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia
dibandingkan dengan pola asuh keluarga tidak patogenik
Pola asuh Patogenik :
1. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya
2. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus
tunduk saja”
3. Sikap penolakan terhadap kehadiran si anak (rejected child)
4. Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
5. Penanaman disiplin yang terlalu keras
6. Penetapan aturan yang tidak teratur atau yang bertentangan
7. Adanya perselisihan dan pertengkaran antara kedua orang tua
8. Perceraian
9. Persaingan dengan sibling yang tidak sehat
10. Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral)
11. Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak)
12. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-
psikotik)
3. KOPING yang tidak konstruktif
Individu yang menggunakan problem –solving focused coping
cenderung berorientasi pada pemecahan masalah yang
dialaminya sehingga bisa terhindar dari stres yang
berkepanjangan
sebaliknya individu yang senantiasa menggunakan emotion-
focused coping cenderung berfokus pada ego mereka sehingga
masalah yang dihadapi tidak pernah ada pemecahannya yang
membuat mereka mengalami stres yang berkepanjangan
bahkan akhirnya bisa jatuh kekeadaan gangguan jiwa berat.
4. PENGALAMAN TRAUMATIS
Sebuah survey yang dilakukan oleh Whitfield, Dubeb, Felitti,
and Anda (2005) di San Diego, Amerika Serikat selama 4
tahun terhadap 50,000 pasien psychosis menemukan
sebanyak 64% dari responden pernah mengalami trauma
waktu mereka kecil (sexual abuse, physical abuse, emotional
abuse, and substance abuse).
Hardy et al. (2005) di UK terhadap 75 pasien psychosis
menemukan bahwa ada hubungan antara kejadian halusinasi
dengan pengalaman trauma. 30,6% mereka yang mengalami
halusinasi pernah mengalami trauma waktu masa kecil
mereka
5 . STRESOR PSIKOSOSIAL
Seseorang mengalami stressor yang berat seperti kehilangan
suami tentunya berbeda dengan seseorang yang hanya
mengalami strssor ringan seperti terkena macet dijalan.
Banyaknya stressor dan seringnya mengalami sebuah stressor
juga mempengaruhi respon dan koping. Seseorang yang
mengalami banyak masalah tentu berbeda dengan seseorang
yang tidak punya banyak masalah.
6. PEMAHAMAN AGAMA YANG TIDAK
KUAT
Sebuah penelitian ethnografi yang dilakukan oleh Saptandari
(2001) di Jawa tengah melaporkan bahwa lemahnya iman dan
kurangnya ibadah dalam kehidupan sehari – hari berhubungan
dengan kejadian gangguan jiwa. Penelitian saya di tahun 2011
juga telah menemukan adanya hubungan antara kekuatan
iman dengan kejadian gangguan jiwa. Pada pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran, halusinasinya tidak
muncul kalau kondisi keimanan mereka kuat (Suryani, 2011)
CIRI-CIRI GANGGUAN JIWA
Marah-marah tanpa sebab
Mengamuk
Mengurung diri
Tidak mengenali orang
Bicara kacau
Bicara/tertawa sendiri
Tidak mampu merawat
diri.
Rentang Sehat – sakit Jiwa
Definisi
1. Psikosis Organik
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang
disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau organik,
yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga
penderita mengalamai inkompeten secara sosial,
tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal
dalam menyesuaikan diri terhadap realitas.
Jenis Psikosis yang termasuk psikosis
organik
Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak
terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum
minuman keras.
Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang
(mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat
luka atau trauma pada kepala karena kena pukul,
tertembak, kecelakaan, dst.
Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat
infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan
sel-sel otak.
2. Psikosis
Fungsional
Merupakan penyakit jiwa secara
fungsional yang bersifat nonorganik,
yang ditandai dengan disintegrasi
kepribadian dan ketidak mampuan
dalam melakukan penyesuaian sosial.
Terdapat 3 jenis psikosis fungsional, yaitu:
a. Schizophrenia/skizofrenia
Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah
kepribadian yang terbelah (split of
personality). Sebutan ini diberikan
berdasarkan gejala yang paling menonjol dari
penyakit ini, yaitu adanya jiwa yang terpecah
belah.
Gejala Schizophrenia/skizofrenia
Penderita lebih banyak hidup dalam dunia khayal sendiri,
dan berbicara serta bertingkah laku sesuai dengan
khayalannya,
Isi pembicaraan penderita sukar untuk diikuti karena
meloncat-loncat (inkoheren) dan seringkali muncul kata-
kata aneh yang hanya dapat dimengerti oleh penderita
sendiri.
Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, sehingga ia
dapat menceritakan kejadian yang menyedihkan sambil
tertawa.
Halusinasi.
b. Psikosis
mania-depresif
Merupakan kekalutan mental yang berat,
yang berbentuk gangguan emosi yang
ekstrim, yaitu berubah-ubahnya
kegembiraan yang berlebihan (mania)
menjadi kesedihan yang sangat mendalam
(depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.
Gejala-gejala psikosis mania-depresif
(a) Gejala-gejala mania antara lain:
Euphoria (kegembiraan secara berlebihan)
Waham kebesaran
Hiperaktivitas
Pikiran melayang.
(b) Gejala-gejala depresif antara lain :
Kecemasan
Pesimis
Hipoaktivitas
Insomnia
c. Psikosis paranoid
Merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan
banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide
yang salah yang bersifat menetap.
Gejala-gejala psikosis paranoid
Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis,
terutama waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-
sendiri maupun bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku,
dan paksaan..
Mudah timbul rasa curiga
Tanda-Tanda dan Gejala Psikosis
Perilaku penderita akan tampak aneh dan tidak
terduga.
Ada yang mengatakan bahwa mereka mendengar
suara yang memberitahu mereka untuk
melakukan hal-hal tertentu (halusinasi
pendengaran).
Ada pula yang melihat tanda-tanda atau gambar
yang memberi tahu mereka untuk melakukan
sesuatu (halusinasi visual).
Penyebab Psikosis
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar
di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin
memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres
berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah
pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang
dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat.
Pengobatan
Upaya penyembuhan psikotik dapat ditempuh dengan dua cara,
yakni dengan obat-obatan (farmakologi) dan psikoterapi (terapi
kejiwaan). Biasanya proses penyembuhan dipadu antara
keduanya. Dan yang paling menentukan, keluarga pasien harus
memahami kalau kelainan jiwa psikotik memerlukan waktu
penyembuhan yang lama. Di samping itu, kata Malawaty, stigma
masyarakat terhadap penderita psikotik sebagai orang gila dan
mengucilkannya menyebabkan proses penyembuhan psikotik
butuh waktu lama.
Perbedaan Neurosis dan Psikosis
NO ASPEK PSIKOSIS NEUROSIS
1. Perilaku Gangguan terjadi pada seluruh aspek Gangguan terjadi pada sebagian
umum kepribadian, tidak ada kontak dengan kepribadian, kontak dengan realitas
realitas. masih ada.