Anda di halaman 1dari 49

PROSES TERJADINYA GANGGUAN

JIWA

Ns. WIWI SUSANTI PIOLA, M.Kep


KESEHATAN JIWA
Suatu kondisi
mental
sejahtera yang
memungkinkan
hidup harmonis
dan produktif
 Kesehatan jiwa
bukan hanya
terbebas dari
gangguan jiwa tetapi
sesuatu yang
dibutuhkan oleh
semua orang
CIRI-CIRI SEHAT JIWA
 Bersikap positif terhadap diri sendiri
 Mampu tumbuh, berkembang & mencapai
aktualisasi diri
 Mampu mengatasi stres/perubahan pada dirinya
 Bertanggung jawab thd keputusan & tindakan
yang diambil
 Persepsi realistik
 Menghargai perasaan & sikap orang lain
 Menyesuaikan diri dengan lingkungan
DEFINISI GANGGUAN JIWA

 Gangguan Jiwa menurut PPDGJ (Pedoman


Penggolongan & Diagnosis Gangguan Jiwa) III
adalah sindrom pola perilaku seseorang yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment)
di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia yaitu fungsi psikologik, biologik,
perilaku dan gangguan itu tidak hanya terletak
dalam hubungan antara orang itu tetapi juga
dalam masyarakat (Maslim 2002; Maramis 2010
dalam A.H Yusuf 2015)
Gangguan Jiwa
 Suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi
kehidupan, menimbulkan
penderitaan pada individu
dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial.
MASALAH PSIKOSOSIAL
 Setiap perubahan dalam kehidupan individu baik
bersifat psikologis ataupun sosial

Berpotensi cukup Masalah


Mempunyai
besar sebagai faktor kesehatan jiwa
pengaruh
penyebab yang
timbal balik
terjadinya berdampak
gangguan pada
jiwa/kesehatan lingkungan
secara nyata sosial
CIRI-CIRI MASALAH PSIKOSOSIAL

 Cemas, khawatir berlebihan, takut


 Mudah tersinggung
 Sulit konsentrasi
 Ragu-ragu/merasa rendah diri
 Kecewa
 Pemarah dan agresif
 Reaksi fisik : jantung berdebar, otot tegang, sakit
kepala.
PENYEBAB GANGGUAN JIWA
BIOLOGIS

Pengalaman PSIKO
traumatis EDUKASI

GANGGUAN
JIWA
STRESOR KOPING TIDAK
PSIKOSOSIAL KONSTRUKTIF

PEMAHAMAN
/KEYAKINAN
AGAMA
KURANG
1. BIOLOGIS
A. GENETIKA
ditemukan bahwa dari orang tua dan anak dapat menurunkan sebesar
10%. Dari keponakan atau cucu sebesar 2 – 4 % dan saudara kembar
identik sebesar 48 %.
B. Gangguan sturktur dan fungsi otak
Menurut Frisch & Frisch (2011), Hipoaktifitas lobus frontal telah
menyebabkan afek menjadi tumpul, isolasi sosial dan apati. Sedangkan
gangguan pada lobus temporal telah ditemukan terkait dengan
munculnya waham, halusinasi dan ketidak mampuan mengenal objek
atau wajah. Disfungsi sistim limbik berkaitan erat dengan terjadinya
waham , halusinasi, serta gangguan emosi dan perilaku
C. Infeksi, kerusakan otak, trauma, perdarahan, keracunan, pemakaian
alkohol/ napza berkepanjangan, kekurangan vitamin, epilepsi.
Sistem limbik (emosi, motivasi,
memori)

LOBUS LOBUS
FRONTAL PARIETAL

LOBUS
OCCIPITAL

LOBUS
TEMPORAL
C. NEUROTRANSMITER
 Dopamin: berfungsi membantu otak mengatasi depresi,
meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental.
 Serotonin: pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status
mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi
atau marah dan libido
 Norepinefrin: Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan,
pusat perhatian dan orientasi; mengatur “fight-flight”dan proses
pembelajaran dan memory
 Asetilkolin: mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan
pemusatan perhatian
 Glutamat: pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi
automatic
2. PSIKOEDUKASI
 Sebuah penelitian di Jawa yang dilakukan oleh Pebrianti, Wijayanti,
dan Munjiati (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tipe pola asuh keluarga dengan kejadian
Skizofrenia.
 Sekitar 69 % dari responden (penderita skizofrenia) diasuh dengan
pola otoriter, dan sekitar 16,7 % diasuh dengan pola permissive.
 Penelitian lain yang dilakukan oleh Erlina, Soewadi dan Pramono
Di Sumatra Barat tentang determinan faktor timbulnya skizofrenia
menemukan bahwa pola asuh keluarga patogenik mempunyai
risiko 4,5 kali untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia
dibandingkan dengan pola asuh keluarga tidak patogenik
Pola asuh Patogenik :
1. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya
2. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus
tunduk saja”
3. Sikap penolakan terhadap kehadiran si anak (rejected child)
4. Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
5. Penanaman disiplin yang terlalu keras
6. Penetapan aturan yang tidak teratur atau yang bertentangan
7. Adanya perselisihan dan pertengkaran antara kedua orang tua
8. Perceraian
9. Persaingan dengan sibling yang tidak sehat
10. Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral)
11. Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak)
12. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-
psikotik)
3. KOPING yang tidak konstruktif
 Individu yang menggunakan problem –solving focused coping
cenderung berorientasi pada pemecahan masalah yang
dialaminya sehingga bisa terhindar dari stres yang
berkepanjangan
 sebaliknya individu yang senantiasa menggunakan emotion-
focused coping cenderung berfokus pada ego mereka sehingga
masalah yang dihadapi tidak pernah ada pemecahannya yang
membuat mereka mengalami stres yang berkepanjangan
bahkan akhirnya bisa jatuh kekeadaan gangguan jiwa berat.
4. PENGALAMAN TRAUMATIS
 Sebuah survey yang dilakukan oleh Whitfield, Dubeb, Felitti,
and Anda (2005) di San Diego, Amerika Serikat selama 4
tahun terhadap 50,000 pasien psychosis menemukan
sebanyak 64% dari responden pernah mengalami trauma
waktu mereka kecil (sexual abuse, physical abuse, emotional
abuse, and substance abuse).
 Hardy et al. (2005) di UK terhadap 75 pasien psychosis
menemukan bahwa ada hubungan antara kejadian halusinasi
dengan pengalaman trauma. 30,6% mereka yang mengalami
halusinasi pernah mengalami trauma waktu masa kecil
mereka
5 . STRESOR PSIKOSOSIAL
 Seseorang mengalami stressor yang berat seperti kehilangan
suami tentunya berbeda dengan seseorang yang hanya
mengalami strssor ringan seperti terkena macet dijalan.
 Banyaknya stressor dan seringnya mengalami sebuah stressor
juga mempengaruhi respon dan koping. Seseorang yang
mengalami banyak masalah tentu berbeda dengan seseorang
yang tidak punya banyak masalah.
6. PEMAHAMAN AGAMA YANG TIDAK
KUAT
 Sebuah penelitian ethnografi yang dilakukan oleh Saptandari
(2001) di Jawa tengah melaporkan bahwa lemahnya iman dan
kurangnya ibadah dalam kehidupan sehari – hari berhubungan
dengan kejadian gangguan jiwa. Penelitian saya di tahun 2011
juga telah menemukan adanya hubungan antara kekuatan
iman dengan kejadian gangguan jiwa. Pada pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran, halusinasinya tidak
muncul kalau kondisi keimanan mereka kuat (Suryani, 2011)
CIRI-CIRI GANGGUAN JIWA
 Marah-marah tanpa sebab
 Mengamuk
 Mengurung diri
 Tidak mengenali orang
 Bicara kacau
 Bicara/tertawa sendiri
 Tidak mampu merawat
diri.
Rentang Sehat – sakit Jiwa

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif


Sehat Jiwa Masalah Psikososial Gangguan Jiwa
• Pikiran Logis • Pikiran kadang •Waham
menyimpang •Halusinasi
•Persepsi Akurat •Ilusi •Ketidakmampuan
•Emosi Konsisten •Reaksi Emosional mengendalikan emosi
•Perilaku Sesuai •Perilaku kadang tidak •Ketidakteraturan
sesuai •Isolasi Sosial
•Hub. Sosial •Menarik Diri
Memuaskan
KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
 Menurut RiskesdasThn 2013 terbagi
menjadi 2 bagian yaitu :
1. Gangguan Jiwa Ringan meliputi : semua
ggn mental emosional (neurosis) berupa
kecemasan, panik, ggn mood, dsb
2. Gangguan Jiwa Berat (psikotik) meliputi
: Skizofrenia, ggn skizotipal, ggn waham,
dsb
NEUROSIS

Definisi

Neurosis berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘neuron’


artinya ‘saraf ’ dan ‘osis’ artinya penyakit atau
gangguan.
Neurosis kadang-kadang disebut dengan
psikoneurosis.
Neurosis adalah gangguan jiwa yang penderitanya
masih menyadari atas kondisi dirinya yang tengah
terganggu.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari
para ahli tersebut dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada
taraf ringan.
2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek
3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang
menyertainya dengan ciri khas kecemasan.
4. Penderita neurosis masih mampu
menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas
sehari-hari.
Ciri-Ciri Neurosis

 Kecemasan  Selalu merasa


 Hipersensitif kekurangan
 Tidak Bahagia  Ketakutan
 Keinginan yang
yang berlebihan
berlebihan  Kelelahan
 Merasa selalu yang
dalam berlebihan
ketegangan
 Gelisah
Jenis-Jenis Neurosis
1. Neurosis Cemas
Gejala:
 Gejala somatis (sesak nafas, dada
tertekan, kepala ringan seperti
mengembang, mudah lelah, keringat
dingin, dst)
 Gejala psikologis (kecemasan,
ketegangan, panik, depresi, dst)
Penyebab:
Karena foktor-faktor yang menahun,
seperti kemarahan yang dipendam
2. Histeria
Merupakan gangguan jiwa yang ditandai
dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak
terkendali sebagai cara untuk
mempertahankan diri dari kepekaannya
terhadap rangsang-rangsang emosional.
Jenis-jenis:
 Histeria minor (reaksi konversi)
Gejala: Lumpuh, kejang-kejang, mati rasa,
buta, tuli, dll
 Histeria mayor (reaksi disosiasi)
Gejala: Amnesia, kepribadian ganda.
Penyebab:
Karena adanya pengalaman traumatis
(pengalaman menyakitkan) yang kemudian
ditekan ke dalam alam tidak sadar.
3. Neurosis Fobik
Merupakan gangguan jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu
rasa takut yang hebat bersifat irasional terhadap suatu benda
atau keadaan.
Macam-macam fobia, yaitu:
 Hematophobia :Takut melihat darah
 Hydrophobia :Takut pada air
 Pyrophibia :Takut pada api
 Acrophobia :Takut berada di tempat yang
tinggi
Penyebab:
Karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock
hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang
disertai perasaan malu dan bersalah.
4. Neurosis Obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada
suatu ide yang mendesak ke
dalam pikiran atau menguasai
kesadaran dan istilah kompulsi
menunjuk pada dorongan atau
impuls yang tidak dapat
ditahan untuk tidak dilakukan,
meskipun sebenarnya
perbuatan tersebut tidak perlu
dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain:
 Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri
meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
 Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk
membakar sesuatu.
 Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk
bepergian.
 Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan
secara terus menerus.
Faktor penyebab neurosis:
 Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
 Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu
(masa kecil).
5. Neurosis Depresif
Merupakan neurosis dengan
gangguan utama pada perasaan
dengan ciri-ciri kurang/tidak
bersemangat, rasa harga diri rendah,
dan cenderung menyalahkan diri
sendiri.
Gejala:
 Gejala jasmaniah: Senantiasa lelah
 Gejala psikologis : Sedih, putus asa,
cepat lupa, insomnia, anoreksia,
ingin mengakhiri hidupnya, dst.
6. Neurasthenia
Gejala: Tidak bersemangat, cepat lelah, emosi labil,
kemampuan berpikir menurun, insomnia, kepala pusing,
sering dihinggapi bermacam-macam penyakit.
Penyebab:
 Terlalu lama menekan perasaan, pertentnagan batin,
kecemasan
 Terhalanginya keinginan-keinginan
 Sering gagal dalam menghadapi persaingan-
persaingan
Penyebab Neurosis
 Stres mental dan jasmani yang berlebihan
 Pengalaman emosional yang sangat
menyakitkan atau mendalam
 Ada masalah yang tidak bisa dipecahkan
 Jadwal kerja yang sangat padat sehingga
tidak ada waktu untuk instirahat atau
bersantai
 Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
Gejala Neurosis

Gejala neurosis yang paling menonjol adalah kecemasan yang


berlarut-larut dengan intensitas yang cukup kuat. Gejala lain
berupa
1. Gejala psikis
Rasa takut berlebihan, depresi, apatis dengan lingkungan,
merasa tidak aman, gangguan percaya diri, merasa tidak
mampu, suasana hati yang berubah-ubah, mudah tersinggung
atau marah, kesedihan mendalam, kebingungan, penghindaran,
berpikiran negatif, suka menyendiri, dan lain-lain.
2. Gejala Fisik
Rasa lemah dan kurang fit, mudah letih, kurang
semangat, bermalas-malasan, sesak nafas, dada
rasa tertekan, panik, berkeringat dingin,
gangguan pencernaan, tidak nafsu makan,
tangan gemetar, sering kencing, serta sakit
kepala, perut, atau dada.
Pengobatan

Pengobatan utama neurosis


yaitu dengan psikoterapi.
Selain itu, agar lebih berhasil,
pengobatan neurosis harus
didukung oleh keluarga,
teman, pasangan, dan lain-lain.
Psikosis

 Psikosis merupakan gangguan


kejiwaan yang parah, karena di
tingkatan ini penderita tidak lagi
sadar akan dirinya.
 Dalam bahasa sehari-hari, psikosis
disebut dengan istilah orang
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Jenis-Jenisi Psikosis

1. Psikosis Organik
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang
disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau organik,
yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga
penderita mengalamai inkompeten secara sosial,
tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal
dalam menyesuaikan diri terhadap realitas.
Jenis Psikosis yang termasuk psikosis
organik
 Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak
terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum
minuman keras.
 Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang
(mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
 Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat
luka atau trauma pada kepala karena kena pukul,
tertembak, kecelakaan, dst.
Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat
infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan
sel-sel otak.
2. Psikosis
Fungsional
Merupakan penyakit jiwa secara
fungsional yang bersifat nonorganik,
yang ditandai dengan disintegrasi
kepribadian dan ketidak mampuan
dalam melakukan penyesuaian sosial.
Terdapat 3 jenis psikosis fungsional, yaitu:
a. Schizophrenia/skizofrenia
Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah
kepribadian yang terbelah (split of
personality). Sebutan ini diberikan
berdasarkan gejala yang paling menonjol dari
penyakit ini, yaitu adanya jiwa yang terpecah
belah.
Gejala Schizophrenia/skizofrenia
Penderita lebih banyak hidup dalam dunia khayal sendiri,
dan berbicara serta bertingkah laku sesuai dengan
khayalannya,
Isi pembicaraan penderita sukar untuk diikuti karena
meloncat-loncat (inkoheren) dan seringkali muncul kata-
kata aneh yang hanya dapat dimengerti oleh penderita
sendiri.
Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, sehingga ia
dapat menceritakan kejadian yang menyedihkan sambil
tertawa.
Halusinasi.
b. Psikosis
mania-depresif
Merupakan kekalutan mental yang berat,
yang berbentuk gangguan emosi yang
ekstrim, yaitu berubah-ubahnya
kegembiraan yang berlebihan (mania)
menjadi kesedihan yang sangat mendalam
(depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.
Gejala-gejala psikosis mania-depresif
(a) Gejala-gejala mania antara lain:
Euphoria (kegembiraan secara berlebihan)
Waham kebesaran
Hiperaktivitas
Pikiran melayang.
(b) Gejala-gejala depresif antara lain :
Kecemasan
Pesimis
Hipoaktivitas
Insomnia
c. Psikosis paranoid
Merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan
banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide
yang salah yang bersifat menetap.
Gejala-gejala psikosis paranoid
Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis,
terutama waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-
sendiri maupun bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku,
dan paksaan..
Mudah timbul rasa curiga
Tanda-Tanda dan Gejala Psikosis
 Perilaku penderita akan tampak aneh dan tidak
terduga.
 Ada yang mengatakan bahwa mereka mendengar
suara yang memberitahu mereka untuk
melakukan hal-hal tertentu (halusinasi
pendengaran).
 Ada pula yang melihat tanda-tanda atau gambar
yang memberi tahu mereka untuk melakukan
sesuatu (halusinasi visual).
Penyebab Psikosis
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar
di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin
memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres
berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah
pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang
dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat.
Pengobatan
Upaya penyembuhan psikotik dapat ditempuh dengan dua cara,
yakni dengan obat-obatan (farmakologi) dan psikoterapi (terapi
kejiwaan). Biasanya proses penyembuhan dipadu antara
keduanya. Dan yang paling menentukan, keluarga pasien harus
memahami kalau kelainan jiwa psikotik memerlukan waktu
penyembuhan yang lama. Di samping itu, kata Malawaty, stigma
masyarakat terhadap penderita psikotik sebagai orang gila dan
mengucilkannya menyebabkan proses penyembuhan psikotik
butuh waktu lama.
Perbedaan Neurosis dan Psikosis
NO ASPEK PSIKOSIS NEUROSIS
1. Perilaku Gangguan terjadi pada seluruh aspek Gangguan terjadi pada sebagian
umum kepribadian, tidak ada kontak dengan kepribadian, kontak dengan realitas
realitas. masih ada.

2. Gejala- Gejalan bervariasi luas dengan Gejala psikologis dan somatik


gejala waham, halusinasi, kedangkalan bisa bervariasi, tetapi bersifat
emosi, dst. yang terjadi secara terus temporer dan ringan.
menerus.
3. Orientasi Penderita sering mengalami Penderita tidak atau jarang
disorientasi (waktu, tempat, dan orang- mengalami disorientasi .
orang).
4. Pemahaman Penderita tidak memahami bahwa Penderita memahami bahwa
(insight) dirinya sakit. dirinya mengalami gangguan
Jiwa.
5. Resiko sosial Perilaku penderita dapat Perilaku penderita jarang atau tidak
membahayakan orang lain dan diri membahayakan orang lain dan diri
sendiri. sendiri.

6. Penyembuha Penderita memerlukan perawatan di Tidak begitu memerlukan perawatan di


n rumah sakit. Kesembuhan seperti rumah sakit. Kesembuhan seperti
keadaan semula dan permanen sulit semula dan permanen sangat mungkin
dicapai. untuk dicapai.

Anda mungkin juga menyukai