Anda di halaman 1dari 12

10 Model Pembelajaran Matematika di SD_ Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap

sulit bagi sebagian orang, hal tersebut tak lepas dari bidang kajian matematika yang dominan
tentang rumus dan angka-angka sehingga bagi sebagian orang menganggap pembelajaran
metematika kelihatan rumit dan butuh teknik khusus dalam mempelajarinya. Pembelajaran
matematika memang bersifat abstrak sehingga butuh perantara atau media khusus dalam
mengajarkan matematika.

Ilmu matematika adalah ilmu dasar yang menunjang ilmu yang lain dalam pengaplikasiannya oleh
karena itu pemahaman matematika dengan benar akan berimplikasi terhadap kemampuan dalam
mengakaji beberapa ilmu yang berkaitan dengan matematika. Sejak kapan matematika sebaiknya
harus dipelajari? adalah sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian orang. belajar
matematika sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. namun yang paling tepat adalah
penguasaan dan pemahaman pembelajaran matematika memang sebaiknya ditanamkan sejak anak
masih duduk dibangku sekolah dasar.

Baca juga:
10 Model Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar) menjadi bekal awal anak dalam mengembangkan
kemampuannya tentang pelajaran matematika, selain itu usia sekolah dasar merupakan moment
bagi anak untuk belajar matematika karena pada usia sekolah dasar kemampuan anak dalam
beberapa aspek sangat menonjol.

Baca juga: 8 Cara Mengajarkan Pelajaran Matematika Agar Mudah dimengerti Siswa
Namun bagaimana cara mengajarkan anak mata pejaran matematika di SD? untuk mengajarkan
mata pelajaran matematika di SD tidak boleh asal-asalan karena sifat matematika yang abstrak
kadang justru membuat anak sulit memahaminya. dibutuhkan model pembelajaran yang memang
sesuai dengan mata pelajaran matematika agar tujuan pembelajaran matematika bisa tercapai. Apa-
apa saja 10 model pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar)? berikut sedikit ulasan Model
Pembelajaran Matematika di SD.

10 Model Pembelajaran Matematika di SD

1. Model Pembelajaran Matematika Realistik


Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari suatu pendekatan
pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda dengan nama Realistic Mathematics
Education (RME) yang artinya pendidikan matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang
dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita
yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat
membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta
didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta
didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR, sebagai
berikut.
1.Langkah pertama: memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan masalah kontekstual
dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut.
2.Langkah kedua: menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami masalah siswa
mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan
petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari
permasalahan yang belum dipahami.
3.Langkah ketiga: menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual menyelesaikan
masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda
lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi
siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
4.Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu
dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah secara
berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya
dengan interaksi siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5.Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik
kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

2. Model Pembelajaran Open-Ended


Model pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu model
pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) model pembelajaran open-ended adalah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang
benar lebih dari satu. model pembelajaran open-ended dapat memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah
dengan beberapa teknik
 
Problem Open-Ended tidak mudah dikembangkan oleh siswa dengan beragam kemampuan. Melalui
penelitian di Jepang ditemukan beberapa hal yang menjadi acuan dalam mengkreasi problem
tersebut diantaranya: 1) Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata 2) Soal-soal
pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-
sifat dari variabel dalam persoalan itu. 3) Sajikan bentuk- bentuk atau bangun- bangun geometri. 4)
Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika. 5) Berikan
beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori 6) Berikan beberapa latihan serupa sehingga
siswa dapat mengeneralisasi dari pekerjaanya 
 Mengembangkan Rencana Pembelajaran Setelah guru mengknstruksi dengan baik, tiga hal yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem itu ditampilkan di kelas adalah : · Apakah
problem itu kaya dengan konsep- konsep matematika dan berharga? Problem harus mendorong
siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang.
Apakah level matematika dari problem itu cocok untuk siswa? Pada saat siswa menyelesaikan
problem Open- ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah
mereka punyai · Apakah problem itu mengundang perkembangan konsep matematika lebih lanjut ?
Problem harus memiliki keterkaitan atau dihubungkan dengan konsep- konsep matematika yang
lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi Setelah kita memformulasi
problem mengikuti kriteria yang dikemukakan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan
rencana pembelajaran yang baik. Tahapnya adalah sebagai berikut:  Tuliskan respon siswa yang
diharapkan Siswa diharapkan merespon problem open- ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu
guru harus menulis daftar antisipasi respon siswa terhadap problem.  Tujuan dari problem itu harus
jelas 
langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran OpenEnded Problems adalah sebagai
berikut : 
1. Persiapan 
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat Program Satuan Pelajaran Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan OpenEnded Problems.
2. Pelaksanaan, terdiri : 
a. Pendahuluan, yaitu Siswa menyimak guru yang memberikan motivasi bahwa yang akan dipelajari
berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari hari sehingga siswa semangat dalam belajar.
Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru supaya guru dapat mengetahui
pengetahuan awal siswa mengenai konsep konsep yang akan dipelajari.
b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah langkah sebagai berikut : 
1. siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang tiap kelompok;  
2. siswa mendapatkan pertanyaan Openended Problems mengenai perhitungan statistik dan
perhitugan matematis;
3. siswa berdiskusi bersama kelompoknya masingmasing mengenai penyelesaian dari pertanyaan
OpenEnded Problems yang telah diberikan oleh guru; 
4. setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang
ditawarkan kelompoknya secara bergantian;  
5. siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawabanjawaban yang telah dikemukakan, mana
yang benar dan mana yang lebih efektif.
c. Kegiatan Akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan kemudian kesimpulan
tersebut disempurnakan oleh guru; 
3. Evaluasi  
Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi
pertanyaan Open Ended Problems yang merupakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Dalam jurnal
internasional J.Nikos, mourtos ,dkk

3. Model pembelajaran Example non example


Model Example non Example adalah strategi pembelajaran yang menggunakan media gambar
dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh
gambar yang disajikan. 
Example non example 
a. Materi: Bangun Datar (mengidentifikasi sifat bangun datar)  
b. Alasan: Di dalam materi bangun datar, materi yang disajikan terutama  adalah gambar-gambar 
dari bangun datar, sehingga cocok menggunakan model Examples Non Examples yang langkah 
langkah di dalamnya menyajikan gambar.  
c. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 
-Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 
-Guru menempelkan gambar di papan. 
-Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar 
-Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas 
-Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 
-Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai 
-Kesimpulan

4. Model pembelajaran Picture n picture


Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar

Langkah–langkah Model Pembelajaran Picture and Picture


Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Jamal Ma’mur Asmani
terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana
yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari
sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum
siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa
untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar
kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti
gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang
kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada
diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang urutan gambar tersebut.
Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator agar siswa berani
mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi, sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ingin dicapai dengan
meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja diterimanya.
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses
pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang
gambar tersebut 
Picture n picture 
a. Materi     : Operasi Hitung (Mengurutkan bilangan)
b. Alasan    : Guru dapat menggunakan gambar-gambar yang berjumlah tertentu dan tidak
berurutan agar dapat disusun oleh siswa menjadi urutan yang logis. 
c. Langkah-langkah :  
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
Menyajikan materi sebagai pengantar 
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 
Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis 
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai 
Kesimpulan/rangkuman
 
5 Model Pembelajaran NHT (Numbered head together)
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti
ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). 

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah
sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran
(SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru
membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di
dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing
kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang
sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan. 
Numbered head together 
a.   Materi     : Keliling dan Luas Bangun Datar 
b.   Alasan    : Pada dasarnya model ini memang dapat digunakan. 
c.   Langkah-langkah : 
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya 
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama
mereka 
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 
Kesimpulan 

6. Model Pembelajaran Jigsaw


Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik
beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie
( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang
secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri. 
menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-
langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw  sebagai berikut: 
>Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa. 
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda 
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
>Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
>Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama.
>Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
>Guru memberi evaluasi.
>Penutup  
Jigsaw 
a. Materi     : Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Desimal serta Sebaliknya 
b. Alasan    : Model ini meningkatkan kerjasama antar siswa, melibatkan semua siswa, dan bisa
digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c. Langkah-langkah : 
-Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim 
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, ada yang persen, pecahan, dan decimal. 
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 
-Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 
-Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh 
-Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 
-Guru memberi evaluasi
-Penutup 

7. Model pembelajaran role playing


Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam
kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang
lain (Basri Syamsu, 2000).

Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : 
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
-Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
-Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
-Guru memberikan kesimpulan secara umum.
-Evaluasi.
-Penutup. 
Role Playing  
a.   Materi: Mata Uang / Jual Beli 
b.   Alasan: Praktik jual bel dapat diperagakan oleh siswa agar lebih mudah memahami.  
c.   Langkah-langkah :  
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm 
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan 
-Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati
skenario yang sedang diperagakan 
-Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk
membahas 
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 
-Guru memberikan kesimpulan secara umum 
-Evaluasi 
-Penutup  

8. Model pembelajaran berdasarkan masalah 


Menurut Suherman (2003: 7) Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa
dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Konsep yang
dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana
interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran. Gijselaers ( 1996) Pembelajaran
berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif
mengkontruksi pengetahuan.
Berikut langkah-langkah PBM.
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan
dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa
melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangusungnya pemecahan masalah.
 
Pembelajaran Berdasarkan Masalah 
a. Materi     : Mengenal satuan waktu 
b. Alasan    : Menghitung waktu merupakan hal yang mudah. Dalam soal cerita, hal tersebut dapat
menjadi masalah yang harus dipecahkan. Makanya dapat menggunakan model ini. 
c.   Langkah-langkah : 
-Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 
-Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
-Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah. 
-Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 
-Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan. 
d. Contoh soal yang dapat diberikan : 
Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan softball bersama.
Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan waktu ¾ jam untuk menjemput Soni dan
pergi ke warung Pak Bimo dekat lokasi latihan softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan
diperlukan waktu 1 ¼ jam. Mereka ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul
berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?

9. Model pembelajaran Course review horay


Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay yaitu model pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap kelompok yang
dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak "HOREY" atau yel-yel lainnya
yang disukai. Course Review Horay adalah salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa
untuk ikut aktif dalam belajar. Dengan model pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat
melatih kerja sama dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok,
pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk terjun kedalamnya, tidak monoton karena
diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan serta siswa lebih semangat belajar
karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan sehingga mampu membantu siswa dalam
meraih nilai yang tinggi. 
Menurut Widodo (2009: 1) langkah-langkah penerapan metode Course Review Horay dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut : 
-Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kompetensi ini disampaikan agar
pembelajaran lebih terarah tujuannya.  
-Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi sesuai topik bahasan yang sedang diajarkan.
-Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat tempat jawaban. Tempat jawaban disini
berbentuk tabel (kotak) yang berisi sembilan tempat, enam belas kotak ataupun dua puluh lima
kotak. Banyaknya kotak tempat jawaban disesuaikan dengan kebutuhan dan tiap kotak jawaban diisi
angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
-Guru membaca soal secara acak sesuai dengan nomor yang telah disiapkan sebelumnya. Siswa
menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru. Soal yang telah dibacakan
langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x). disini
dibutuhkan kejujuran dari siswa yang telah menjawab salah ataupun benar.
-Siswa yang sudah mendapat tanda (v) secara vertikal atau horizontal, atau diagonal harus segera
berteriak horay atau yel-yel lainnya.
-Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang diperoleh.
-Penutup pembahasan. Penutup dari pembahasan ini dapat berupa penyimpulan dari guru ataupun
disimpulkan sendiri oleh siswa,  
Course review horay 
a.       Materi        :  Operasi hitung penjumlahan 
b.      Alasan       : Model ini bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c.       Langkah-langkah :  
Þ  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Þ  Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 
Þ  Memberikan kesempatan siswa tanya jawab 
Þ  Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan
tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa 
Þ  Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya
disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda
silang (x) 
Þ  Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay
… atau yel-yel lainnya 
Þ  Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh 
Þ  Penutup  
d.   Contoh: Guru memberikan soal perkalian pada 9 kotak yang tertutup, diacak dari tingkat mudah
hingga ke tingkat sulit, kemudian bagi siswa yang memilih soal nomor tertentu akan mendapat soal,
bila benar diberi ceklis, bila salah diberi silag, pabila membentuk garis maka semua bersorak
horee!! 

10. Model pembelajaran Take anda Give 


Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud take and give dalam
model pembelajaran ini adalah dimana siswa mengambil dan memberi pelajaran pada siswa yang
lainnya. “beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila
peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain.
Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu
yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi berikut juga
memberikan kepada pengajar tambahan-tambahan apabila mengajar dilakukan oleh peserta didik”
(Melvin silberman, active learning 101 strategi pembelajaran aktif).

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang
memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan  guru dan
teman sebayanya (siswa lain)
Langkah-langkah model pembelajaran take and give
Dalam melakukan metode take and give ini ada beberapa yang langkah yang harus dilakukan oleh
pendidik  yaitu :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
-Jelaskan materi sesuai topik menit.
-Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk
dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit.
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan materi sesuai
kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu control.
-Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-
masing.
-Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai dengan kartunya (kartu
orang lain).
-Strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan.
-Kesimpulan. 
Take n give  
a. Materi        :  Operasi hitung perkalian 
b. Alasan       :  Model ini bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c. Langkah-langkah :
-Siapkan kelas sebagaimana mestinya 
-Jelaskan materi sesuai TPK 
-Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk
dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit 
-Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus
mencatat nama pasangannya pada kartu contoh 
-Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-
masing (take and give) 
-Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu
orang lain) 
-Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan 
-Kesimpulan 

Demikianlah 10 Model Pembelajaran Matematika di SD adapun dalam pengaplikasiannya


tinggal sesuaikan model mana yang paling sesuai dengan tema atau materi pelajaran matematika
yang akan diajarkan, Sebenarnya masih ada model pembelajaran matematika di SD yang belum
diulas dalam artikel ini, mungkin lain waktu admin akan mengulasnya.

Anda mungkin juga menyukai