Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

DI APOTEK KIMIA FARMA PERINTIS

PERIODE 22 AGUSTUS 2022 – 30 SEPTEMBER 2022

DISUSUN OLEH :

RIZKA PUSPA AMELIA

(22039054)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan


Profesi Apoteker

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESJ APOTEKER


SEKOLAH TINGGI FARMASI
MAKASSAR
2022
PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI APOTEK KIMIA FARMA PERINTIS

PERIODE
22 AGUSTUS 2022 – 30 SEPTEMBER 2022

Disetujui Oleh :

Dosen pembimbing Preseptor

Apt. Sitti Rahimah, S.Si., M.Si Apt.Muh. Eko Indriyanto, S.Si


NIDN. 0902058702 NPP. 20000613

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker

Dr. Apt. Fajriansyah, M.Si


NIDN. 0919098802

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah penulis ucapkan selain rasa
syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas nikmat kesehatan dan
kesempatan yang telah diberikan sehingga tim penulis dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma perintis Makassar, sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker di
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi.
Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Studi Profesi Apoteker pada Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa keberhasilan dalam melaksanakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma Perintis Makassar hingga penyusunan
laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua saya yang selalu mendoakan dan menasehati serta
memberikan dukungan moral maupun materil selama penulis melaksanakan
studi Profesi Apoteker di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
2. Bapak Drs. Apt. H. Sahibuddin A. Gani., selaku Ketua Yayasan Almarisah
Madani Makassar yang telah memberikan segala fasilitas sarana dan
prasarana pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
3. Ibu Dr. Nursamsiar, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar
4. Bapak Dr. Apt. Fajriansyah,, M.Si selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
5. Ibu Apt. Sitti Rahimah, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing Mahasiswa
PKPA Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi di Apotek Kimia Farma Perintis
Makassar.
6. Bapak Apt. Eko Indriyanto., S.Si selaku Apoteker Penanggung Jawab
Apotek Kimia Farma Perintis.

ii
7. Segenap Dosen-Dosen, dan Staf Program Studi Profesi Apoteker Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi.
8. Para Staf di Apotek Kimia Farma Perintis yang telah berbagi ilmunya,
bimbingan dan motivasi selama PKPA di Apotek Kimia Farma Perintis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan, namun penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membacanya.

Makassar, 20 September 2022


Penulis

Rizka
Puspa Amelia

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
I.1 LATAR BELAKANG PKPA APOTEK........................... 1
I.2 TUJUAN PELAYANAN DI APOTEK............................. 2
I.3 MANFAAT PKPA APOTEK............................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3
II.1 APOTEK (DEFENISI, KETENTUAN UMUM,
PENDIRIAN, SURAT IZIN APOTEK)............................
II.2 TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER............................... 5
II.3 PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK............... 5
II.4 SISTEM PENGELOLAAN OBAT, BMHP DAN ALKES 6
II.5 PENGGOLONGAN OBAT PADA APOTEK.................. 12
BAB III PELAYANAN RESEP DI APOTEK ......................................... 19
III.1 CONTOH RESEP.............................................................. 19
III.2 SKRINING RESEP (SKRINING ADMINISTRATIF,
FARMASETIK, DAN PERTIMBANGAN KLINIS).......
III.3 URAIAN OBAT................................................................ 21
III.4 ANALISIS INTERAKSI OBAT....................................... 28
............................................................................................
III.5 ETIKET DAN COPY RESEP........................................... 29
III.6 KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI)............ 31
BAB IV PENUTUP................................................................................... 32
IV.1 KESIMPULAN.................................................................. 32
IV.2 SARAN.............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 32

iv
LAMPIRAN .................................................................................................. 34
Lampiran 1. Form surat pesanan narkotika
Lampiran 2. Form surat pesanan narkotika
Lampiran 3. Form surat pesanan Psikotropika
Lampiran 4. Contoh laporan penggunaan sediaan mengandung prekursor

v
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG PKPA APOTEK
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. (Permenkes RI
No 73, 2016)
Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian
serta pencatatan dan pelaporan, sedangkan untuk Standar pelayanan kefarmasian
untuk farmasi klinik yang dimaksud meliputi pengkajian resep, dispensing,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah
(Home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO) dan Monitoring efek
samping Obat (MESO) (Permenkes RI No. 73, 2016).
Apoteker sangat berperan penting dalam sistem pelayanan kesehatan, oleh
karena itu, agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien.
Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar
menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di bidang
Perapotekan agar dapat membekali calon apoteker dalam pengelolaan apotek
serta pelayanan farmasi klinik dan dapat memahami peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab Apoteker, serta menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis dengan cara turut berpartisipasi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam praktik kefarmasian yang dilakukan di Apotek
Kimia Farma Sudiang 578 Makassar. Pelaksanaan PKPA di Apotek Kimia Farma
Sudiang 578 Makassar diselenggarakan mulai dari tanggal 28 Februari 2022
hingga 08 April 2022.

1
2

II.2 TUJUAN PELAYANAN DI APOTEK


Adapun tujuan dari pelayanan di apotek adalah agar mahasiswa calon
apoteker dapat :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang professional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
Apotek

III.3. MANFAAT PKPA APOTEK


Adapun manfaat dari pelayanan di apotek adalah agar mahasiswa calon
apoteker dapat :
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam
mengelola apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 APOTEK
1. Defenisi
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker (PP No.51, 2009).
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di
Apotek harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau (Permenkes RI No 73, 2016).
Surat Izin Apotek (SIA) merupakan bukti secara tertulis yang
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota/ Dinas Kesehatan
Setempat kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek
(Permenkes No 9, 2017).
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) merupakan bukti dokumen tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker
sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian
(Permenkes No 9, 2017).
2. Ketentuan Umum Dan Peraturan Perundang-Undangan
Adapun peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Apotek
adalah:
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.

3
4

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 31 tentang Perubahan Atas Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
3. Pendirian
Menurut Permenkes No 9 tahun 2017, Apotek dapat beroperasi jika
apotek tersebut telah memiliki surat ijin apotek dari pemerintah setempat.
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri yang
melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota serta SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi persyaratan.
Untuk memperoleh surat ijin apotek, Apoteker harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan menggunakan Formulir Permohonan dan harus ditandatangani oleh
Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi
(Permenkes No 9, 2017) :
a. Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan
5

II.2 TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK


Tugas dan fungsi Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
tahun 2017, yaitu
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyalur perbekalan yang harus mendistribusikan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata
4. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan
lainnya.

II.3. PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK


Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan
prasarana.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep;
2. Dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
6

4. Konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
II.4 SISTEM PENGELOLAAN OBAT, BMHP DAN ALKES
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai undang-undang yang berlaku meliputi meliputi:
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan (Permenkes No. 73, 2016)

1. Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan
tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun beberapa
metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, yaitu sebagai berikut
(Rusli, 2016) :
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi sediaan farmasi.
Metode ini sering dijadikan perkiraan yang paling tepat dalam
perencanaan sediaan farmasi. Klinik yang sudah mapan biasanya
menggunakan metode konsumsi. Metode konsumsi menggunakan data
dari konsumsi periode sebelumnya dengan penyesuaian yang
dibutuhkan.
b. Analisis ABC
Analisis ABC bukan merupakan singkatan melainkan suatu
penamaan yang menunjukkan peringkat/rangking dimana urutan
dimulai dengan yang terbaik/terbanyak.
Analisis ABC mengelompokkan item sediaan farmasi berdasarkan
kebutuhan dananya, yaitu:
7

 Kelompok A
Kelompok A adalah jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
 Kelompok B
Kelompok B adalah jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
 Kelompok C
Kelompok C adalah jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
c. Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan
farmasi yang terbatas dengan mengelompokkan sediaan farmasi
berdasarkan manfaat tiap jenis sediaan farmasi terhadap kesehatan.
Semua jenis sediaan farmasi yang tercantum dalam daftar sediaan
farmasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berikut:
 Kelompok V (Vital)
Kelompok V merupakan sediaan farmasi yang mampu
menyelamatkan jiwa (life saving). Contoh: obat shock anafilaksis
 Kelompok E (Esensial)
 Kelompok E merupakan sediaan farmasi yang bekerja pada sumber
penyebab penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan. Contoh:
Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: anti
diabetes, analgesik, antikonvulsi). Sediaan farmasi untuk mengatasi
penyakit penyebab kematian terbesar.
 Kelompok N (Non Esensial)
8

Kelompok N merupakan sediaan farmasi penunjang yaitu sediaan


farmasi yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
Contoh: suplemen.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
di apotek dilaksanakan dengan pembelian. Pembelian merupakan suatu
metode penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan
harga. Apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan
pada kriteria berikut: mutu produk (kualitas produk terjamin ada
NIE/Nomor Izin Edar), reputasi produsen (distributor berijin dengan
penanggungjawab Apoteker dan mampu memenuhi jumlah pesanan), harga,
berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman (lead time cepat), mutu
pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang
dikembalikan, dan pengemasan (Permenkes, No. 9, 2017). Pengadaan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Sediaan farmasi diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
memiliki izin.
 Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan
(PAK) yang memiliki izin.
 Terjaminnya keaslian, legalitas dan kualitas setiap sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang dibeli.
 Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang dipesan datang tepat
waktu.
 Dokumen terkait sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP mudah
ditelusuri
9

 Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP lengkap sesuai dengan


perencanaan.
3. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan
pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang
diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur
Pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang yang sah.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu sediaan farmasi. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu
sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab,
menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan barang
sebagai berikut:
1) Penyimpanan obat atau bahan obat harus dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2) Obat dan bahan obat harus terjamin keamanan dan stabilitasnya
sehingga perlu diperhatikan kondisi penyimpanannya
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
10

5. Pemusnahan dan Penarikan


Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa
atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
sediaan farmasi selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Lampiran 7 sebagaimana terlampir.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Lampiran 8 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan
oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian
Kegiatan pengendalian dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan
jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik
11

dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat


nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan
sisa persediaan.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di apotek. Adanya
pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila
terjadi adanya mutu sediaan farmasi yang sub standar dan harus ditarik dari
peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital
maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan
adalah kartu stok. Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan
(nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan per Undang -
Undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.

II.5 PENGGOLONGAN OBAT PADA APOTEK


a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang cara memperolehnya tidak harus
dengan resep dokter. Obat golongan ini selain tersedia di apotek dan
toko obat, juga dapat diperoleh pedagang eceran. Contoh obat bebas
ialah : Paracetamol, Vitamn c, Multivitamin dan lain-lain.
12

Logo obat bebas


b. Obat bebas terbatas
Seperti halnya obat bebas, obat bebas terbatas dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Akan tetapi, karena mengandung bahan yang
relative berbahaya , perlu ada penandaan khusus pada kemasannya.
Simbol obat golongan ini adalah serta disertai dengan tanda
peringatan (P1-P6) seperti yang tertera pada gambar dibawah ,
menunjukkan contoh tanda peringan yang terdapat pada kemasan di
beberapa obat yang ber edar. Contoh obat bebas terbatas adalah CTM.

Logo obat bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang diberi batas pada
setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit
ringan yang dapat dikenali oleh penderita. Dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI
No.6355/DIRJEN/SK/69 terdapat tanda peringatan P.No 1 sampai
dengan P.No.6, peringatannya yaitu :
P. No: 1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pakai. Misalnya
Konidin, Mextril, Biogesic, Decolgen, Procold Tablet.
P. No: 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
Misalnya Listerin, Betadine obat kumur.
P. No: 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan,
misalnya, Canesten, Kalpanax.
P. No: 4 Awas! Obat Keras. hanya untuk dibakar, misalnya
skapolamin (obat asma)
P. No: 5 Awas! Obat Keras, tidak boleh ditelan, misalnya albothil.
P. No: 6 Awas! Obat Keras, obat wasir, jangan ditelan, misalnya
Borraginol N suppositoria.
13

c. Obat Keras
Obat keras ialah obat beracun yang mempunyai khasiat mengobati,
menguatkan, mendesinfektan tubuh manusia. Obat ini berada sebagai
substansi maupun bukan. Oleh karena sifatnya , obat golongan ini hanya
diperoleh di apotek dengan resep dokter. Selain itu , apoteker tidak
melayani pengulangan atau resep yang berisi obat golongan ini. Contoh
obat keras adalah asam mefenamat.

Logo obat keras


d. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah kelompok obat yang termasuk golongan
obat keras. Simbol pada obat wajib apotek sama dengan obat
keras.meskipun obat keras disyaratkan hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter, pengecualian diberikan kepada obat wajib apotek. Pemerintah RI
menuangkan ketentuan ini sejak tahun 1990, yaitu melalui penerbitan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotek, selanjutnya dikenal sebagai OWA.
Peraturan tentang OWA meliputi:
 Kepmenkes No. 347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib apotek, berisi
Daftar Obat Wajib Apotek No.1
14

Contoh: Asam Mefenamat maksimal 20 tablet; sirup 1 botol,


Betametason maksimal 1 tube, Gentamisin maksimal 1 tube,
vKloramfenikol 1 tube, Salbutamol maksimal 20 tablet; sirup 1 botol;
inhaler 1 tabung.
 Kepmenkes No. 924 Tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 2
Contoh: Bacitracin maksimal 1 tube, Clindamisin maksimal 1 tube,
Fenoterol maksimal 1 tabung, Omeprazol maksimal 7 tablet, Sucralfat
maksimal 20 tablet
 Kepmenkes No. 1176 Tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 3
Contoh: Ranitidin maksimal 10 tablet 150 mg, Allopurinol maksimal
10 tablet 100 mg, Natrium Diklofenak maksimal 10 tablet 25 mg,
Piroksikam maksimal 10 tablet 10 mg, Cetrizin maksimal 10 tablet.
Menurut Permenkes No.919 Tahun 1993, obat yang dapat diserahkan
tanpa resep harus memenuhi kriteria :
 Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
 Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
 Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
 Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia
 Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
e. Obat Narkotika
Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
15

dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam


Undang-Undang tentang Narkotika. Contoh obat narkotik ialah morfin ,
dan petidin.

Logo obat narkotika . ( PerBPOM no.4, 2018 ).


f. Obat Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital.

Logo obat Psikotropika ( PerBPOM no.4, 2018 ).

g. Obat Prekursor
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk
keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine / phenylpropanolaminee, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat. Contoh obat Prekursor ialah Rhinos SR.

Logo obat Prekursor ( PerBPOM no.4, 2018 )


h. Penggolongan Obat herbal
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan
tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan
menjadi 3 yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.
8. jamu
16

Berdasarkan BPOM No. HK 00.05.4.2411, Jamu adalah obat tradisional


yang dibuat atau diramu dengan menggunakan bahan tanaman sebagai
komponen jamu tersebut. Jamu sebagai obat tradisional harus memenuhi
beberapa kriteria diantaranya, aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, berkhasiat secara empiris dan memenuhi persyaratan mutu
yang berlaku. Penandaan obat bahan alam jamu berupa logo “Ranting
Daun Terletak Dalam Lingkaran”

Penandaan Jamu
(Sumber :BPOMNo. HK.00.05.41.1384)
Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil,
atau cairan. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris. Walaupun demikian, jamu harus
memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Jamu hanya dapat
dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau mengatasi keluhan yang
dialami seseorang bukan menyembuhkan suatu diagnosa penyakit. Contohnya
yaitu Batugin elixir, Buyung Upik, Gemuk Sehat, Kuldon, Kuku Bima, Rapet
Wangi, Selangking Singset, Susut Perut, Tuntas.

9. Obat Herbal Terstandar


Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dankhasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah di standarisasi (Keputusan Kepala BPOM No.HK
00.05.41.1384).
Penandaan obat herbal terstandar berupa logo “jari-jari daun (3 pasang).
Terletak dalam lingkaran”.

Penandaan Obat Herbal Terstandar


17

(Sumber : BPOM No. HK.00.05.41.1384)

Obat herbal terstandar umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah


berupa penelitian praklinis yang meliputi standarisasi kandungan senyawa
berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang higenis,
serta uji toksisitas akut maupun kronis. Contohnya yaitu Bilon, Diapet, Herba
Cold, Herbapain, Kiranti Pegal Linu, Kenis, Mastin, Murat, Niran, OB Herbal,
Sehat Segar, Tulak.
10. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produkjadinya telah di standarisasi (Keputusan Kepala BPOM
No.HK 00.05.41.1384). Penandaan obat herbal terstandar berupa logo “jari-jari
daun (yang kemudian membentuk bintang) terletak dalam lingkaran”.

Penandaan Fitofarmaka
(Sumber : BPOM No. HK.00.05.41.1384)
18

BAB III

PELAYANAN RESEP DI APOTE

III.1 CONTOH RESEP

Dokter : dr. Firda Abdullah

R/ Erysanbe chew 100 g


R/ Histapan 15 g
R/ Tremenza ¼ Tab
R/ Erdostein 60 g
R/ Salbutamol 1 g
R/ Kenicort 1,5 g
R/ Sirplus ad Lib

mf dtd pulv no.XV

Pro : An.Aqila Queenara


19

III.2 SKRINING RESEP


a. Skrining administratif

b. Skrinin No Persyaratan Administratif Ada Tidak Keterangan


g

1 Nama Pasien  Ada (Anwar Nurdin)

2 Jenis Kelamin  Tidak ada

3 Usia/tanggal lahir  Tidak ada

4 Berat Badan  Tidak ada

5 Nama Dokter  Ada (dr. Firda Abdullah)

6 No. SIP Dokter  Tidak ada

7 No. Telp Dokter  Tidak Ada

8 Paraf Dokter  Tidak Ada

9 Tanggal Resep  Ada

10 Alamat Praktek  RSUP Dr.WAHIDIN


SUDIROHUSODO
MAKASSAR

Farmasetik

Bentuk Kekuatan Kompatibilitas


Nama Stabilitas
Sediaan Sediaan
Obat
20

Dalam wadah

Erysanbe tertutup rapat, pada


Tablet 250 mg Kompatibel
Chew suhu 20 °C−25 °C

Dalam wadah

tertutup rapat, pada


Histapan Tablet 50 mg Kompatibel
suhu 20 °C−25 °C

Dalam wadah
pseudoefed
rin 60 mg tertutup rapat, pada
Tremenza Tablet Kompatibel
triprolidin suhu 20 °C−25 °C

2,5 mg

Dalam wadah

tertutup rapat, pada


Erdostein Tablet 300 mg Kompatibel
suhu 20 °C−25 °C

Dalam wadah

Salbutamol Tablet 2 mg tertutup rapat, pada Kompatibel


suhu 20°C−25 °C
4 mg

Dalam wadah

Konicort Tablet Kompatibel


4 mg tertutup rapat, pada
suhu 20°C−25 °C

Sirplus Sirup Dalam wadah Kompatibel

tertutup rapat, pada


21

- suhu 20°C−25 °C

c. Pengembangan Klinis
Untuk resep pertama Erysanbe chew adalah obat yang mengandung Erytromicyn 250
mg merupakan obat antibiotik golongan makrolida diminum setelah makan. Histapan adalah
obat anti alergi yang mengandung mebhidrolin 50 mg. Tremenza mengandung
Pseudoefedrin 60 mg dan Tripolidin Hcl 2,5 mg diindikasikan untuk flu karena alergi pada
saluran pernafasan. Erdostein adalah golongan obat mukolitik pada gangguan saluran
pernafasan. Salbutamol adalah obat antiasma. Konicort obat yang mengandung
Triamcinolone 4 mg yang merupakan obat anti peradangan golongan kortikosteroid.

Berdasarkan resep yang diberikan pasien mengalami batuk pilek yang disertai sesak
yang disebabkan karena adanyan alergi

III.3 Uraian Obat


1. Erysanbe Chew
a. Kandungan (MIMS, 2022)
Erytromicyn 250 mg
b. Indikasi (MIMS, 2022)
Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan lunak, pneumonia, infeksi karena
kuman yang peka terhadap erytromicyn.
c. Dosis dan Aturan Pakai (MIMS, 2022)
Dewasa dan anak > 20 kg 2 kali sehari 2 tablet kunyah
d. Kontraindikasi (MIMS, 2022)
Pasien dengan hipersensitivitas terhadap erytromicyn
e. Farmakologi
Erythromycin adalah golongan obat antibiotic golongan makrolida yang dapat
membunuh bakteri sensitive dengan mengurangi produksi protein penting yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk bertahan hidup. Eritromisin digunakan untuk mengobati atau mencegah
berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri. (Drug.com, 2022)
f. Interaksi obat
22

Meningkatkan efek Karbamazepin, siklosporin, teofilin, warfarin dan digoksin.


(MIMS,2022).
g. Efek samping
Gangguan gastrointestinal, reaksi alergi, superinfeksi, ototksitas, colitis
pseudomembran. (MIMS,2022)
h. Peringatan dan Perhatian (Drugs.com,2022)
Penggunaan Erytromicyn yang tidak tepat dosis dapat meningkatkan risiko infeksi
lebih lanjut atau resisten terhadap antibiotik. Eritromisin tidak diindikasikan untukn
pengobatan infeksi virus seperti flu biasa atau flu. Obat antibiotik dapat menyebabkan
diare, yang mungkin merupakan tanda infeksi baru. Jika mengalami diare yang berair atau
berdarah, hentikan penggunaan eritromisin dan hubungi dokter . Jangan gunakan obat anti-
diare kecuali dengan arahan dokter. (Drug.com, 2022)

2. Histapan
a. Kandungan (MIMS, 2022)
Mebhidrolin napadisylate 50 mg
b. Indikasi (MIMS,2022)
anti alergi
c. Kontraindikasi (MIMS, 2022)
Serangan asma akut, Bayi prematur
d. Farmakologi (MIMS,2022)
Bekerja degan cara memblok aksi histamine (mediator alergi) pada reseptor H1,
sehingga terjadi penghambatan reaksi inflamasi dan gejala alergi.
e. Dosis dan Aturan Minum(MIMS,2022)
Dewasa 100-300 mg/hari. Anak 6-12 tahun 100-200 mg/hari, diberikan terbagi dalam
2 dosis.
f. Interaksi Obat(MIMS,2022)
Alkohol, SSP depresan, antikolinergik, MAOI
g. Efek samping
Sedasi, gangguan gastrointestinal, efek antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot,
tinnitus, euphoria, sakit kepala, stimulasi SSP, alergi, gangguan darah
23

h. Peringatan dan perhatian


Glaukoma sudut sempit, hamil, retensi Urin, hipertropi prostat, lesi fokal dikorteks
serebri, hindari pengoprasian kendaraannatau mesin, sensitivitas silang pada obat lain
(MIMS,2022)
3. Tremenza
a. Kandungan
Pseudoefedrin 60 mg dan Tripolidine HCL 2,5 mg
b. Indikasi
Diindikasikan untuk penderita Flu yang disebabkan karena alrgi saluran
pernafasan.
c. Kontra Indikasi (MIMS, 2022).
Penyakit saluran nafas bawah, termasuk asma, glaucoma, hipertensi, diabetes,
penyakit arteri coroner, terapi MAOI.
d. Farmakologi
Simvastatin, penghambat kompetitif 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A
(HMG-CoA) reduktase, enzim yang mengkatalisis konversi HMG-CoA untuk
menghasilkan mevalonat, langkah awal dan pembatas laju dalam biosintesis
kolesterol, menghasilkan penurunan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida,
dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Onset: >3 hari
e. Dosis dan Aturan Pakai
Dewasa 3-4 kali sehari I tablet, anak < 12 tahun 1-2 tablet perhari.
(MIMS,2022).
f. Efek Samping
Tremor, kelelahan, mual muntah, insomnia, gugup, hipertensi, infark miokard, koliytis
iskemik (Medscap, 2022).
g. Peringatan dan Perhatian
Penggunaan pada pasien hipertensi ringan hingga sedang, penyakit jantung,
hipertiroidisme, hiperglikemia, BPH, DM, gangguan ginjal, gangguan kejang,
disfungsi tiroid, glaukoma, laktasi dan Lansia mungkin lebih sensitif terhadap efek
samping. (Medscap, 2022).
24

4. Erdostein
a. Nama dagang
Vestein, ertusin, edopect, vectrin, edotin, erdobat, erdomex, ertusin (MIMS,2022).
b. Indikasi
Mukolitik, pengencer dahak, untuk gangguan saluran pernafasan akut maupun kronik.
(MIMS, 2022)
c. Kontraindikasi
Sirosis hati, defesiensi enzim sistationin sintase, gagal ginjal berat, hipertiroid,
gastritis, pembesaran prostat, tukak peptic aktiv. (MIMS,2022).
d. Farmakologi
Memutuskan ikatan ikatan disulfide glikoprotein lendir sehingga mengurangi
konsistensi lendir.(Medscap, 2022)
e. Dosis dan Aturan Minum (MIMS,2022)
Dewasa : 2-3 kali 1 kapsul per hari, anak-anak dengan BB >30 Kg 10 mL2 kali
sehari. (mimis, 2022).
f. Efek samping
Mual, muntah, kulit ke,merahan dan gatal, nyeri perut, gagguan pengecapan,
sakit kepala, menggigil, sesak nafas. (MIMS,2022)
g. Peringatan dan perhatian
Penggunaan pada pasien dengan ganguan hati ringan dosis yang diberikan tidak
boleh >300 mg/hari, kehamilan dan laktasi. (MIMS,2022).

5. Salbutamol
a. Nama dagang
Salbuven, Lasal, Astharol, Azmacon, Fartolin, (MIMS, 2022).
b. Indintrikasi
Pengobatan gangguan pernafasan, asma bronkila, bronchitis kronis, emfisema.
(MIMS, 2022).
c. Kontraindikasi
25

Pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen salbutamol,


tidak boleh digunakan selama kehamilan (Trimester 1 dan 2) karena dapat menjadi
ancaman. (MIMIS,2022).
d. Farmakologi
Salbutamol adalah bronkodilator yang bekerja cepat termasuk golongan obat
agonis adrenergic beta-2 kerja pendek. Bekerja dengan merangsang adrenoseptor beta-
2 diotot bronkial yang merupakan otot polos yang melapisi bronkus yang membawa
udara dari trakea ke paru-paru.. Hal ini menyebabkan bronkus menjadi rileks dan
membesar dan memberi efek vasodilatsi pada saluran pernafasan dalam waktu 4-6
jam. (Drug.com, 2022).
e. Dosis
Dewasa > 12 tahun 2-4 mg/hari, 3-6 tahun 1-2 mg per hari diberikan 3-4 kali sehari.
(MIMIS, 2022).
f. Interaksi Obat
Interaksi obat ini dapat di antagonisisr oleh propranolol dan beta adrenergic
bloker dan efek obat ini ditingkatkan jika digunakan bersamaan dengan xantin.
(MIMS, 2022).
g. Efek samping
Tremor otot rangka, khususnya tangan, palpitasi dan kram otot. (MIMS, 2022).
h. Peringatan
Pasien yang sedang menggunakan antihipertensi dan zat anastesi yang
berhalogenasi, pasien penderita hipertiroidiusme, aneurisme, DM, glaucoma sudut
tertutup. (MIMS,2022).
6. Konikort
a. kandungan
Triamcinolone
b. Indikasi
Diindikasikan untuk mengobati berbagai kondisi seperti gangguan alergi,
kondisi kulit, kolitis ulserativa, radang sendi, lupus, psoriasis, atau gangguan
pernapasan. (Drug.com, 2022).
c. Kontraindikasi
26

Pasien dengan riwayat penyakit hati (seperti sirosis), penyakit ginjal,


gangguan tiroid, diabetes, riwayat malaria, TBC, osteoporosis, gangguan otot seperti
myasthenia gravis, glaukoma atau katarak, infeksi herpes pada mata, tukak lambung,
kolitis ulserativa, atau diverticulitis, depresi atau penyakit mental, gagal jantung
kongestif; ata, tekanan darah tinggi. (Drug.com,2022).
d. Farmakologi
Farmakologi triamcinolone adalah sebagai glukokortikoid sintetik yang
bekerja dengan menghambat sitokin proinflamasi, seperti interleukin 6, interleukin 8,
monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1), dan siklooksigenase 2. (Uva L, Miguel
D, Pinheiro C, Antunes J, Cruz D, Ferreira J, Filipe P. Mechanisms of action of topical
corticosteroids in psoriasis. Int J Endocrinol. 2012;2012:561018).
e. Dosis
Ddewasa 40mg-80 mg sehari. (Drug.com).
f. Interaksi Obat
Triamcinolone dapat mengganggu kontrol glukosa darah dan mengurangi
efektivitas acarbose dan obat diabetes lainnya. Carbamazepine dapat mengurangi
kadar triamcinolone dalam darah, yang dapat membuat obat kurang efektif.
(Drug.com, 2022).
g. Efek samping
Gangguan pada penglihatan, pembengkakan, penambahan berat badan yang
cepat, merasa sesak napas, depresi berat, pikiran atau perilaku yang tidak biasa,
kejang (kejang-kejang), tinja berdarah atau berdarah, batuk darah, pankreatitis (sakit
parah di perut bagian atas Anda menyebar ke punggung Anda, mual dan muntah,
detak jantung cepat);, kalium rendah (kebingungan, detak jantung tidak merata, rasa
haus yang ekstrem, peningkatan buang air kecil, ketidaknyamanan kaki, kelemahan
otot atau perasaan lemas). (Drug.com.com, 2022).
h. Peringatan
Obat ini tidak boleh diberikan kepada pasien yang memiliki hipersensitivitas
terhadap triamcinolone dan pasien yang memiliki infeksi jamur. (drug.com, 2022).

III.4 ANALISIS INTERAKSI OBAT


27

Antibiotik adalah golongan senyawa antimikroba yang mempunyai efek menekan


atau menghentikan suatu proses biokimia pada organisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri. Penggunaan antibiotik harus sesuai dengan petunjuk dokter untuk
menghindari terjadinya resistensi mikroba terhadap antibiotik. Salah satu upaya
menhindari resistensi ini yaitu dengan mengkonsumsi antibiotik secara rasional dan durasi
serta lama terapi yang telah ditentukan (Buku Panduan umum penggunaan antibiotic),
untuk terapi antibiotik harus dihabiskan sesuai dosis yang telah ditentukan meski gejala
yang dirasakan telah hilang. Penggunaan Erysanbe chew yang mengandung Erytromycin
250 mg yang diracik dengan beberapa obat lainnya dianggap tidak tepat karena perbedaan
lama terapi antara Erysanbe Chew dengan obat lainnya (Histapan, Tremenza, Konikort,
Erdostein dan Salbutamol) yang mana terapinya dapat dihentian saat gejala hilang
sedangkan terapi Erysanbe Chew tetap harus dilanjutkan sesuai dengan dosis yang telah
diresepkan dokter.
Salah satu cara untuk mnghindari resistensi antibiotik pada resep tersebut hendaknya
peracikan erysanbe Chew dilakukan secara terpisah tanpa mengubah dosis dan aturan
minumnya atau dengan menggantikan sediaan pulveres menjadi sediaan sirup dengan
menyesuaikan dosis berdasarkan kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai