TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat dari penyakit lain.
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Secara normal ruang pleura
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Huda Amin & Kusuma Hardhi (2015) efusi pleura dibagi
menjadi 2 yaitu :
8
9
yang rusak dan masuk kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau
0,5
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
2.1.3 Etiologi
2. Bakteri piogenik
fusobacterium.
3. TB
4. Fungi
5. Parasit
operasi atelektasis.
11
7. Gangguan sirkulasi
paru meningkat.
b. Emboli pulmonal
(warna merah).
c. Hipoalbuminemia
8. Neoplasma
ditemukan yaitu sesak napas dan nyeri dada. Gejala yang paling khas
Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul, laserasi,
a. Uremia
terdiri dari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites).
b. Miksedema
c. Limfedema
dan efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Pada
kuningan.
2.1.4 Patofisiologi
Efusi pleura disebabkan oleh virus maupun bakteri yang berasal dari
pleura. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu akibat trauma
didalam rongga pleura dapat menjadi faktor terjadinya efusi pleura karena
pleura.
dan hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini
kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral dan parietal dan saluran
berlebih didalam rongga pleura yaitu didalam rongga pleura viseralis dan
menjadi maksimal. Dari masalah itu dapat disimpulkan bahwa klien dapat
suatu kondisi
14
manfaat klinis yang terbatas, yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti
Menurut Saferi & Mariza (2013) gambaran klinis pada efusi pleura
1. Sesak napas
lebih dari 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung.
2. Ultrasonografi
jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
Pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Torakosintesis
c. Menghilangkan dispnea
3. Obat – obatan
2.1.8 Komplikasi
1. Fibrothoraks
2. Atelektasis
3. Fibrosis
2.1.9 Pathway
Berasal dariInfeksi
jaringanfungi
parenkim Infeksiparu
aktinomikis dari jaringan amoeba Komplikasi tuberculosis pa
Tropozoid
Menjalar secara hematogen Melalui subpleura yang rob
Diafragma
Rongga pleura
EFUSI PLEURA
Pengumpulan cairan yang berlebihan di rongga pleuraProses peradangan pada rongga pleura Fungsi pleura (torakosin
Kebutuhan
O2 tidak
terpenuhi
Gangguan
Metabolis Nutrisi
Ketidakefektifa Kurang Dari
n Pola me
Kebutuhan
Tubuh
19
2.2.1 Definisi
pemberian analgesik sebelum napas dalam dan batuk efektif, perkusi serta
mengeluarkan usaha.
hipoksemia.
2.2.2 Penyebab
5. Imaturitas neurologis
6. Penurunan energi
7. Obesitas
9. Sindrom hipoventilasi
1. Subjektif :
a. Dispnea
2. Objektif :
1. Subjektif :
a. Ortopnea
2. Objektif :
a. Pernafasan pursed-lip
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Stroke
Napas
2.3.1 Pengkajian
1. Data Umum
2013).
2. Keluhan Utama
dan nyeri pada dada saat bernapas. Kebanyakan efusi pleura bersifat
23
timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan
napas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang
sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada dan berat badan
melakukan
pernapasan?
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. Sifat mula
– lahan atau seketika itu juga. Tanyakan apakah timbul gejala secara
sebagai “tidak biasa” atau “tidak enak”. Tanyakan apakah klien sudah
(Somantri, 2012).
(Somantri, 2012).
c. Riwayat pengobatan
25
Mengenai obat – obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
2012).
fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan
(Muttaqin, 2012).
dan minum sebelum dan selama masuk rumah sakit. Pasien dengan
efusi
26
napas.
c. Pola eliminasi
sehat tiba – tiba mengalami sakit, sesak napas, nyeri dada. Sebagai
27
dirinya.
j. Pola kopping
penyakitnya.
(Tamtam, 2018).
28
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada dan
2012).
1) Pemeriksaan kepala
2) Pemeriksaan rambut
3) Pemeriksaan wajah
4) Pemeriksaan mata
5) Pemeriksaan hidung
6) Pemeriksaan telinga
8) Pemeriksaan leher
9) Pemeriksaan thoraks
a) Pemeriksaan paru
meningkat.
b) Pemeriksaan jantung
midclavicula sinistra.
perut.
otot lemah.
32
bawah.
5 5
5 5
baik normal kembalinya tidak lebih dari 2 detik, tidak ada nyeri
tekan.
a) Nervus olfaktorius
b) Nervus optikus
c) Nervus okulomotoris
d) Nervus trochlearis
e) Nervus trigeminus
untuk
34
pasien normal/tidak.
f) Nervus abdusen
g) Nervus facialis
h) Nervus akustikus
pada telinga kiri dan kanan, pada tuli saraf bunyi lebih
tuli.
i) Nervus glosofaringeus
j) Nervus vagus
k) Nervus asesoris
l) Nervus hipoglosus
a) Reflek bisep
b) Reflek trisep
c) Reflek brakioradialis
d) Reflek patella
tendon
39
e) Reflek achilles
f) Reflek abdominal
h) Reflek chaddock
dibawah ibu jari kaki, chaddock (+) jika dorsum fleksi ibu
i) Reflek openheim
j) Reflek Gordon
– jari.
k) Reflek schaffer
keras, amati respon schaffer (+) jika dorsum fleksi ibu jari
l) Reflek gonda
m) Reflek hoffman
lingkar kepala, lingkar lengan atas, IMT (Indeks Masa Tubuh). Indeks
masa tubuh (IMT) mengukur berat badan yang sesuai dengan tinggi
Klien dikatakan memiliki berat badan yang berlebihan jika skor IMT
konjungtiva anemis/tidak.
4. D (Diet) meliputi :
a. Nafsu makan
8. Pemeriksaan Diagnostik
biasanya menurun.
Mariza, 2013).
SDKI DPP PPNI, (2016) diagnosis yang sering muncul pada klien efusi
pleura meliputi :
(pemasangan WSD)
alveolus – kapiler
43
Objektif : b. Dokumentasi
1. Penggunaan otot hasil pemantauan
bantu Edukasi
2. Fase ekspirasi a. Jelaskan tujuan
memanjang dan prosedur
3. Pola napas pemantauan
abnormal b. Informasikan
Gejala dan tanda hasil pemantauan,
minor jika perlu
Subjektif :
a. Ortopnea 2. Managemen
Objektif : Jalan Nafas
1. Pernafasan Observasi
pursed-lip a Monitor pola
2. Pernapasan nafas (frekuensi,
cuping hidung kedalaman, usaha
3. Diameter napas)
thoraks anterior- b Monitor bunyi
superior napas tambahan
meningkat (mis, wheezing,
4. Ventilasi ronchi kering,
semenit mengi, gurgling)
menurun c Monitor sputum
Kondisi klinis (jumlah, warna,
terkait : aroma)
1. Depresi sistem Terapeutik
saraf pusat a. Pertahankan
2. Cedera kepala kepatenan jalan
3. Trauma thoraks napas dengan
4. Stroke head-tilt dan
chin-lift (jaw
trust jika curiga
trauma servikal)
b. Posisikan semi
fowler atau
fowler
c. Berikan minuman
hangat
d. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
e. Lakukan
penghisapan
lendir kurang dari
15 detik
f. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan
sumbatan benda
45
padat dengan
forsep McGill
h. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan
cairan
2000ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
Sumber : Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018.
farmakologi yaitu pemberian posisi semi fowler. Posisi semi fowler atau
setengah duduk adalah posisi tempat tidur yang meninggikan batang tubuh
dan kepala dinaikkan 15 – 45º. Apabila klien berada dalam posisi ini,
NIM 17613090
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Efusi Pleura Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas
No. Judul Jurnal Kata Kunci Penulis Nama Jurnal Asal Jurnal Metode Tujuan Hasil
1. Pengaruh Semi Fowler, Aneci Boki Ejournal https://ejournal.unsra Penelitian ini Penelitian ini Teridentifikasi
Pemberian Kestabilan Majampoh, Keperawatan (e- t.ac.id/index.php/jkp bersifat bertujuan frekuensi
Posisi Semi Pola Napas Rolly Kp) Volume 3. /article/view/6696 kuantitatif untuk pernapasan
Fowler Rondonuwu, Nomor 1 dengan jenis menganalisis sebelum
Terhadap Franly Februari 2013 penelitian Pra- pengaruh diberikan posisi
Kestabilan Onibala Eksperimental pemberian semi fowler
Pola Napas desain satu posisi semi sebagian besar
Pada Pasien Tb kelompok Pre- fowler terhadap termasuk
Paru Di Irina Post Test (one kestabilan pola frekuensi sesak
C5 Rsup Prof group pre-post napas pada napas sedang
Dr. R. D. test design). pasien tb paru. sampai berat.
Kandou Penelitian ini Terindentifikasi
Manado dilakukan di frekuensi
Irina C5 RSUP pernapasan
46
Prof Dr. R.D. setelah diberikan
Kandou posisi semi
Manado pada fowler sebagian
tanggal 5 besar termasuk
Desember frekuensi
2014 – 6 pernapasan
Januari 2015. normal, serta
terdapat
pengaruh
pemberian posisi
semi fowler
terhadap
kestabilan pola
napas pada
pasien TB paru
di Irina C5
RSUP Prof Dr.
R.D.
Kandou Manado.
2. Penerapan Posisi Ahmad Nursing Science http://journal.akperk Desain Penelitian ini Penerapan posisi
Posisi Semi Semifowler, Muzaki, Yuli Journal (NSJ) abpurworejo.ac.id/in penelitian ini bertujuan semi fowler
Fowler Posisi Tidur Ani Volume 1, dex.php/nsj/article/vi adalah untuk (posisi duduk
Terhadap 45, Nomor 1, Juni ew/16 deskriptif, menganalisis 45º) selama 3x24
Ketidakefektif Congestive 2020 Hal 19-24. dalam bentuk penerapan jam sesuai
an Pola Nafas Heart Failure p-ISSN : 2722- studi kasus. posisi semi dengan SOP
pada Pasien 4988 Penelitian fowler membantu
Congestive e-ISSN : 2722- diarahkan terhadap mengurangi
5054 untuk ketidakefektifa sesak nafas dan
47
Heart Failure mendeskripsik n pola nafas membantu
(CHF) an penerapan pada pasien mengoptimalkan
posisi semi congestive RR pada klien
fowler terhadap heart failure sehingga
ketidakefektifa (CHF). masalah
n pola nafas ketidakefektifan
pada pasien pola nafas dapat
Congestive teratasi.
Heart Failure
(CHF) di
ruangan ICCU
selama 3 hari.
Subyek dala
penelitian ini
adalah dua
orang klien
yang
mengalami
gagal jantung
kongestif
dengan kriteria
mengalami
sesak nafas dan
kesadaran
composmentis.
3. Posisi Semi Posisi semi Suhatridjas Jurnal https://doi.org/10.31 Metode Penelitian ini Kondisi
Fowler fowler, dan Isnayati Keperawatan 539/jks.v3i2.1116 penelitian bertujuan responden I
Terhadap Silampari menggunakan untuk sebelum
48
Respiratory respiratory Volume 3, desain menganalisis dilakukan
Rate Untuk rate,TB paru Nomor 2, Juni penelitian pengaruh intervensi pasien
Menurunkan 2020 deskriptif dan posisi semi mengeluh sesak
Sesak Pada e-ISSN : 2581- dilaksanakan fowler napas, nyeri
Pasien TB 1975 dengan terhadap dada, batuk, RR
Paru p-ISSN : 2597- pendekatan respiratory rate 21x/menit, SPO2
7482 studi kasus untuk : 98%,
yaitu menurunkan sedangkan
merupakan sesak pada setelah dilakukan
metode ilmiah pasien TB intervensi posisi
yang dimulai paru. semi fowler
dari selama 3 hari,
mengumpulkan didapatkan hasil
data dan pasien
menarik mengatakan
kesimpulan nyaman, sudah
dari data-data tidak merasa
tersebut. sesak, RR :
Populasi yang 18x/menit, dan
diambil pada SPO2 100%.
penelitian ini Pada responden
adalah pasien II sebelum
TB paru yang dilakukan
mengalami intervensi pasien
sesak nafas, mengeluh sesak
berjenis pada dada, nyeri
kelamin laki- saat bernapas,
laki, dan batuk, RR:
22x/menit,
49
menjalani sedangkan
perawatan di setelah dilakukan
ruang rawat tindakan selama
inap Rumah 3 hari pasien
Sakit Pelni mengatakan
Jakarta tahun merasa nyaman,
2018. sudah tidak
sesak, RR
:18x/mnt, SPO2
100%.Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa terdapat
perubahan
respiratory rate
pada subjek I
dari 21x/menit
menjadi
18x/menit dan
pada subjek II
dari 22x/menit
menjadi
19x/menit pada
selama 3 hari
perawatan.Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa dalam
50
penelitian
tentang analisis
intervensi posisi
semi fowler
terhadap
respiratory rate
untuk
menurunkan
sesak nafas pada
pasien TB paru
yang dilakukan
selama 3 hari
dalam 2x
pertemuan setiap
harinya terdapat
perubahan pada
subjek I dan
subjek II, yang
dibuktikan
dengan
penurunan sesak
nafas dengan
angka
respiratory rate
normal 12–
20x/menit
setelah dilakukan
51
intervensi posisi
semi fowler.
52
5
paru – paru dan tuberculosis. Menurut Ibnu Qayyim, penyakit ini memiliki
dari penyakit radang selaput dada dengan kayu bahar (qusthul bahri) dan
seperti batuk dan sesak nafas sudah terdapat dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Ibrahim bin
‘Utsman yang berasal dari kalangan Tabi’ul Atba’ dan ditemukan dalam
Kitab Shahih Bukhori No. 5255, Shahih Muslim No. 4105, Sunan at-
Tirmidzi No. 1964, Sunan Ibnu Majah No. 3440, dan Musnad Ahmad No.
6989. Sabda Nabi SAW ini menjelaskan bahwa segala penyakit dapat
جنَا
َ س َرا ْ ْ ص ْ خا ب ْع ٍد نkّ َثkع َب ْيد حد نkّ َثkب ن أ ش حد kُث نَ ا ع ْب دkَّkحد
ِئيل ن ن و ن ِل ِد ِن ال س ر ا ا ا ِبي ْي ا
ٍر َّ ل َبة َّ ل
خ ع ع م ل ل
ت ز ْيت
َ ْنkَها ِفي أ ُ ا ًع اسحقُو ها ثkْ س ْ ح َب ْي َب ْودَا ِء خذ عَل ْي ُك ْم ِب َه ِذ
ِف ِه ِبق ر َّم ا ْق ر ْو اkَم أ ِة ال َف س وا ن ِه ا ْل
ا و س َها
ط ط ْب خ م
5
َّن
حدّثَْkت ِني أ ِ ت ال َّن صل َّkى ا علَ وسل ُقول هذا ا ْل ج ب و هذ ج ب َفإ ع ش
ي َ
ْي ّ َم ِبي ل َّ َّن َها kم ِفي ا ا ْل ا َّن ا ة ا
ل َع ِئ ِن ِن
س
ا ْل َ م
ت و سا شَفا ْ دَا ٍء َ م سا ِم ه ِذ ِه ا ْل ح َّبة ْودَ
ْوت ال
َما ال ُم ٌء ن كل َّّل ْن ال قُ ْل ال ا َء
س
م
5
kami Isra`il dari Manshur dari Khalid bin Sa'd dia berkata; Kami pernah
jatuh sakit, ketika sampai di Madinah ia masih menderita sakit, lalu Ibnu
memberinya habbatus sauda' (jintan hitam), ambillah lima atau tujuh biji,
dengan tetesan minyak sebelah sini dan sebelah sini, karena sesungguhnya
adalah obat dari segala macam penyakit kecuali saam." Aku bertanya;
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
keperawatan
dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self
care)
kesehatan
yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
berikut :
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik
masalah klien, pendidikan klien bagi individu atau keluarga dan tujuan
diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
2015).
Menurut Olfah (2016) ada 3 keputusan pada tahap evaluasi antara lain :
berhasil.
3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu :