Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2745-7001

Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41

Aspek Motivasi dalam Pembentukan Perilaku

Des Indri Prihantony


BPSDM Provinsi Sumatera Barat
e-mail : prihantony@gmail.com

Abstrak

Teori motivasi dan hubungannya dengan perilaku telah menarik minat para ahli sejak Maslow
memperkenalkan teori Piramida Kebutuhan pada tahun 1940-an. Sejak itu banyak kajian yang
berusaha mempelajari aspek motivasi dalam pembentukan perilaku ini. Dalam kaitan itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi teori-teori tentang motivasi dan perilaku yang telah berkembang
saat ini. Adapun metodologi yang digunakan adalah dengan cara melakukan kajian kepustakaan
untuk menemukan hubungan antar penelitian dan menarik kesimpulan. Hasil kajian memperlihatkan
bahwa motivasi terhadap sebuah perilaku bersifat multifaset dan dibentuk dari kombinasi antara
dorongan yang terdapat dalam diri seorang dan relasi sosialnya. Ia bisa muncul dalam bentuk motif-
motif sadar yang mendorong munculnya perilaku diskursif maupun motif-motif tanpa sadar yang
memunculkan perilaku praktis. Karena itu motivasi atas sebuah perilaku tidak bisa digeneralisir serta
harus memperhatikan konteks yang dihadapi oleh individu pada saat ia mengambil tindakan.
Kata Kunci: motivasi;perilaku;piramida Maslow

Motivational Aspects in Formation of Human Behavior


Abstract

The theory of motivation and its relationship to human behavior has attracted the interest of scholars since
Maslow introduced the Pyramid of Needs theory in the 1940s. Since then, many studies have tried to examine
the motivational aspect in the formation of human behavior. Related to this topic, this study aims to explore the
developing theories about motivation and human behavior. The methodology used is to conduct a literature
review to find the relationship among studies and getting a conclusion. The results showed that the motivation
of human behavior has many aspects and is formed from a combination of personal interest drives and social
relationships. It can appear in the form of conscious motives that encourage the emergence of discursive behavior
or unconscious motives that lead to practical behavior.Therefore, the motivation of human behavior cannot be
generalized and must be placed in the context faced by the individual when he performs the action.
Keywords: motivation;human behavior;Maslow’s pyramide

PENDAHULUAN kebutuhan dasar yang tersusun


Sejak lama para ahli tertarik berlapis seperti piramida. Jika
untuk memahami latar belakang yang kebutuhan pada lapisan bawah telah
mendorong manusia untuk melakukan terpenuhi, maka keinginan manusia
suatu tindakan. Salah satu teori paling termotivasi untuk bergerak ke lapisan
populer adalah yang dikemukakan di atasnya. Kelima hal tersebut secara
oleh Maslow (1943) yang dikenal berurut dari dasar adalah kebutuhan
sebagai ‘piramida kebutuhan Maslow’. fisik, rasa aman, kasih sayang,
Maslow berpendapat bahwa penghargaan dan aktualisasi diri.
motivasi manusia didorong oleh lima

35
Kebutuhan fisik (physiological
needs) merupakan kebutuhan yang
paling mudah terpuaskan, meliputi

36
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41

kebutuhan akan makanan,


pakaian dan tempat tinggal atau yang METODE
biasa kita kenal dengan istilah sandang, Metode yang digunakan dalam
pangan dan papan. Kebutuhan akan penelitian ini adalah kajian
rasa aman (security needs) meliputi rasa kepustakaan. Melalui studi literatur ini,
aman secara fisik dari hal-hal yang penelitian berusaha menggali teori-
mengancam seperti kriminalitas dan teori yang relevan dengan konsep
bencana serta secara psikis seperti tentang motivasi dan pembentukan
hinaan. Kebutuhan akan kasih sayang perilaku.
(social needs) meliputi rasa memiliki dan
dimiliki oleh keluarga dan HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungannya. Kebutuhan akan Dalam memulai pembahasan
penghargaan (esteem needs) meliputi ini, kiranya perlu diperhatikan 4
penghargaan untuk dihargai orang lain (empat) pertanyaan dasar yang perlu
baik karena status maupun prestasi. dijawab berkaitan dengan motivasi
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self- yaitu (Kanfer dan Chen, 2016):
actualization needs) meliputi kebutuhan a. Mengapa seseorang bersedia
untuk menjadi diri sendiri dan berkorban untuk suatu perilaku
mewujudkan keinginan-keinginannya. atau tindakan tertentu.
Secara ringkas hal ini terlihat b. Apa pengaruh lingkungan
pada Gambar 1. terhadap motivasi seseorang –
dimana dan kapan.
c. Bagaimana pengaruh dari tujuan
dan proses mencapainya terhadap
motivasi dan tindakan.
d. Sumber daya apa saja yang
digunakan oleh seseorang dalam
upaya pencapaian tujuan.
Selanjutnya Kanfer dan Chen
menyatakan bahwa motivasi dapat
dipahami sebagai proses dan tindakan
yang berkaitan dengan pemahaman
Gambar 1. Piramida Kebutuhan dan perilaku seseorang terhadap
(Maslow, 1943) pencapaian tujuannya pada suatu
waktu tertentu.
Sejak diperkenalkan oleh Dalam perkembangannya para
Maslow, piramida kebutuhan dalam ahli membahas hal tersebut dalam
konteks tinjauan motivasi terhadap bentuk teori motivasi Intrinsik (dari
perilaku manusia menjadi topik diskusi dalam) dan motivasi Ekstrinsik (dari
para ahli, khususnya dalam dikursus luar) serta pengaruh kedua jenis
tentang hubungan antara motivasi dan motivasi tersebut terhadap perilaku
perilaku. Pembahasan-pembahasan seseorang.
tersebut sangat beragam dan Motivasi intrinsik muncul jika
kadangkala sepintas terlihat suatu aktivitas yang dilakukan
bertentangan bahkan membingungkan. seseorang atas dasar kesenangan,
Penelitian ini bertujuan untuk ketertarikan, kenyamanan dan
mengekspolarasi lebih dalam tentang kepuasan pribadi. Sedangkan
teori-teori motivasi dan perilaku yang motivasi ekstrinsik muncul jika
berkembang melalui sebuah kajian sesorang berusaha untuk mencapai
kepustakaan. Hal ini dimaksudkan suatu tujuan tertentu, memperoleh
untuk menggambarkan perkembangan penghargaan maupun menghindari
dan relasi antara teori-teori tersebut.
37
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41

hukuman atau konsekuensi negatif lain Adapun dalam hal motivasi


akibat perbuatannya itu (Levesque ekstrinsik, Ryan dan Deci membaginya
dkk., 2010). Motivasi intrinsik juga menjadi beberapa kelompok yaitu:
dipercaya memuaskan kebutuhan a. Regulasi Eksternal, dimana motivasi
dasar manusia atas kemampuan diri berhubungan dengan upaya untuk
dan kontrol atas tindakan yang memenuhi keinginan pihak lain
dilakukannya. (Sansone dan atau demi memperoleh
Harackiewicz, 2000) penghargaan dari pihak lain
Adapun motivasi ekstrinsik tersebut. Hal ini juga dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar berhubungan dengan upaya
diri pelakunya. Ironisnya motivasi seseorang dalam menghindari
ekstrinsik sering dianggap sebagai hukuman atau berusaha
perusak dari motivasi intrinsik memenuhi kepatuhan terhadap
seseorang. Pemberian uang atau suatu aturan.
hadiah sebagai penghargaan yang b. Introjeksi, dimana motivasi
notabene bersifat ekstrinsik misalnya, berhubungan dengan pemenuhan
akan menurunkan daya tarik intrinsik ego dan kebanggaan pribadi atau
terhadap suatu pekerjaan. Apabila untuk menghindari perasaan
motivasi ekstrinsik ini hilang atau bersalah atau gelisah. Motivasi ini
dihilangkan maka motivasi intrinsic berhubungan dengan pengakuan
akan ikut hilang atau setidaknya kemampuan baik dari dalam diri
mengalami penurunan. Sebaliknya sendiri maupun oleh orang lain.
kalimat motivasi dan umpanbalik akan c. Identifikasi, dimana seseorang
lebih memperkuat motivasi intrinsik melakukan suatu tindakan dengan
(Deci, 1971). kesadaran penuh dan menganggap
Penelitian Hung dkk (2011) tindakannya itu sebagai suatu
menemukan bahwa pengaruh eksternal perilaku yang mewakili
dalam bentuk penghargaan yang kepentingan pribadinya sehingga
bernilai ekonomis terrnyata tidak harus dilakukan.
cukup untuk memotivasi orang untuk d. Integrasi, dimana aturan yang ada
berbagi ilmu. Namun jika nilai sudah melekat ke dalam pribadi
ekonomi tersebut digabungkan dengan seseorang sehingga perilaku itu
nilai kebaikan (altruism) dan rasa saling sejalan dan cocok dengan tujuan
menghargai yang dimiliki seseorang, pribadinya.
maka hasilnya akan bebeda. Selanjutnya Ryan dan Deci
Ryan dan Deci (2000) menjabarkan pendapat mereka tentang
menambahkan bentuk amotivasi motivasi ke dalam sebuah taksonomi
sebagai pelengkap dari motivasi sebagaimana Gambar 2.
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Beberapa teori motivasi yang
Mereka mendefinisikan amotivasi berkembang dalam prinsip motivasi
sebagai seseorang yang tidak memiliki intrinsik dan ekstrinsik adalah antara
minat sama sekali terhadap sesuatu hal lain (Flannes dan Levin, 2001):
dengan berbagai alasan. Baik karena ia a. Teori Insentif (Incentive theories)
menilai bahwa suatu tindakan itu tidak Teori ini merujuk bahwa perilaku
bermanfaat, menganggap diri tidak seseorang itu dapat didorong oleh
kompeten untuk melakukan tindakan kondisi ekternal berupa insentif dalam
yang diharapkan atau menganggap suatu situasi tertentu. Teori ini tidak
bahwa hasil yang akan diperoleh dari akan berjalan baik jika insentif yang
melakukan tindakan tersebut tidak diberikan dinilai tidak memadai atau
akan sepadan dengan ekspektasi tidak pantas. Namun penggunaan teori
pribadinya.

38
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41

insentif yang terlalu sering juga akan diming-imingi penghargaan lagi. Reiss
dapat menurunkan motivasi intrinsik. berpendapat tidak selalu kehilangan
b. Teori Prestasi (Achievement need motivasi ekstrinsik akan
theories) mempengaruhi motivasi intrinsik
Teori ini timbul karena manusia seperti teori yang telah berkembang.
memiliki sifat tertantang untuk Karena itu Reiss memunculkan
menaklukkan lingkungannya, bersaing teori motivasi Multifaset. Teori ini
dengan sesama atau mencapai menyatakan bahwa setiap tindakan
kesempurnaan. Kebutuhan akan manusia memiliki motivasi yang
tantangan dan prestasi ini merupakan beragam sesuai konteks yang
motivasi internal dalam diri seseorang dihadapinya seperti kelaparan,
yang dapat dimanfaatkan untuk ketakutan, kekuasaan, keingintahuan,
mendorong kinerja. penghargaan terhadap diri sendiri, dan
c. Teori Takut Gagal (Fear of failure lain-lain.
theories) Bahwa perilaku manusia
Teori ini dapat menjadi motivasi merupakan gabungan dari motivasi
terutama jika kegagalan yang terjadi ekstrinsik dan intrinsik sebenarnya
akan membawa akibat yang luar biasa. juga telah diungkapkan oleh Ryan dan
Penggunaan teori ini akan sangat Deci. Meskipun mereka masih tetap
menguras energi karena ketegangan berpegang kepada konsep teori
yang timbul, sehingga biasanya pemisahan antara motivasi intrinsik
digunakan pada manajemen krisis saja. dan motivasi ekstrinsik, namun mereka
Teori dan pandangan diatas juga menyatakan bahwa:
dapat dianggap mewakili pandangan “konteks kondisi sosial yang mendukung
dualisme atau pemisahan terhadap perasaan seseorang terhadap
konsep motivasi, yaitu adanya kompetensinya, kemandiriannya dan
motivasi yang dinilai sebagai motivasi keterkaitannya terhadap sesuatu hal akan
internal dan motivasi eksternal. mampu memelihara motivasi intrinsik dan
Dualisme motivasi ini dikritik oleh membuat seseorang tersebut memiliki tekad
Reiss (2012). Ia menyatakan bahwa pribadi yang kuat dengan tetap
motivasi dari perilaku manusia terlalu mempertimbangkan motivasi
beragam untuk dibagi hanya menjadi ekstrinsiknya.” (Ryan dan Deci . 2000)
dua kategori. Contohnya seseorang Dengan pernyataan ini terlihat
yang pernah mendapat penghargaan bahwa dualisme antara motivasi
untuk tindakan yang pernah ia intrinsik dan ekstrinsik dalam
lakukan, akan tetap bisa memiliki mempengaruhi perilaku seseorang
motivasi yang sama meskipun tanpa semakin kabur batasan-batasannya.

39

Gambar 2. Taksonomi dari motivasi manusia (Ryan and Deci, 2000)


Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41

Karena itu Ryan dan Deci selanjutnya kebutuhan, tetapi juga didorong oleh
mengembangkan Teori Pencapaian faktor-faktor intrinsik dan ektrinsik
Pribadi (Self-determination Theory/SDT). bahkan multifactor, baik yang ada
Teori ini mengasumsikan bahwa pada diri pelaku maupun lingkungan
manusia pada dasarnya memiliki yang melingkupi diri pelaku.
kecenderungan untuk termotivasi Karena itu dalam menilai
secara intrinsik, membaur dengan motivasi atas suatu perilaku individu
lingkungan fisik dan sosialnya, tidak cukup hamya dilakukan dengan
menggabungkan aturan luar diri memandang kebutuhan individu
kedalam dirinya, dan menggabungkan secara umum sebagaimana teori
dirinya ke dalam lingkungan sosial Maslow, melainkan harus melihat
yang lebih luas (Sansone dan konteks yang dihadapi oleh si pelaku
Harackiewicz, 2000). pada saat ia melakukan tindakan. Hal-
Dalam perkembangannya, hal seperti adanya kebutuhan,
motivasi dan perilaku juga dikaitkan dorongan untuk memperoleh
oleh Giddens dengan motif-motif sadar kepuasan, menghindari ketakutan,
dan motif-motif tanpa sadar. Motif- memperoleh kekuasaan, dorongan
motif sadar membawa seseorang keingintahuan, pencapaian pribadi,
melakukan sesuatu tindakan yang ia perolehan insentif dan lain-lain akan
istilahkan sebagai kesadaran diskursif. menciptakan motif-motif atas sebuah
Artinya adalah perilaku, baik perilaku yang dapat
“tindakan disengaja, memiliki alasan- dijelaskan dan memiliki alasan
alasan atas aktivitasnya dan mampu -jika (diskursif) maupun perilaku yang
diminta- mengelaborasi secara diskursif berlangsung begitu saja akibat telah
alasan-alasan itu (termasuk berbohong menjadi kebiasaan (praktis).
tentangnya)”. (Giddens, 1984) Dengan demikian teori-teori
Lawan kesadaran diskursif yang berkembang memperlihatkan
menurut Giddens adalah kesadaran bahwa motivasi atas sebuah perilaku
praktis yaitu kesadaran yang didorong seseorang merupakan kombinasi yang
oleh motif-motif tanpa sadar. Artinya bersifat situasional antara aspek
perilaku didorong oleh kebiasaan yang individu dan relasi sosialnya. Namun
berlangsung secara alamiah tanpa demikan kedua aspek tersebut tidak
melibatkan pertimbangan pemikiran bisa dipisahkan dalam pembentukan
yang kompleks sebelumnya. perilaku.
Contohnya adalah kegiatan-kegiatan
harian yang dilakukan secara rutin SARAN
tanpa perlu berpikir lagi dalam Penelitian teoritis ini perlu
melakukannya, misalnya bangun tidur ditindaklanjuti dengan penelitian
yang dilanjutkan dengan menggosok lapangan untuk mengetahu apakah
gigi dan mandi. Motif tanpa sadar ini teori-teori sosial yang umumnya
menurut Giddens yang menjadi kunci berkembang di negara-negara Barat
dalam memahami bagaimana cocok dengan apa yang terjadi di
perulangan tindakan-tindakan lambat Negara Timur seperti di Indonesia.
laun berubah menjadi perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Deci, E. E. L. (1971) ‘Effects of externally mediated
SIMPULAN rewards on intrinsic motivation.’, Journal of
Teori motivasi sebagai aspek personality and Social Psychology, 18(1),
penyebab perilaku telah berkembang pp. 105–115. doi: 10.1037/h0030644.
jauh dari dasar yang telah diletakkan Flannes, S. W. dan Levin, G. (2001) People Skills
oleh Maslow pada tahun 1940-an. for Project Managers. Vienna, VA:
Management Concepts.
Motivasi tidak hanya berdasarkan
40
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41

Giddens, A. (1984) Teori Strukturisasi: Dasar-


dasar Pembentukan Stuktur Sosial
Masyarakat. Terjemahan Daryatno and
Maufur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hung, S. Y. Durcikova, A., Lai, H. M., Lin, W. M.
(2011) ‘The influence of intrinsic and extrinsic
motivation on individuals knowledge sharing
behavior’, International Journal of Human
Computer Studies. Elsevier, 69(6), pp. 415–
427. doi: 10.1016/j.ijhcs.2011.02.0
Kanfer, R. dan Chen, G. (2016) ‘Motivation in
organizational behavior: History, advances
and prospects’, Organizational Behavior
and Human Decision Processes. Elsevier
Inc., 136, pp. 6–19. doi:
10.1016/j.obhdp.2016.06.002.
Levesque, C. Copeland, K. J., Pattie, M. D., Deci,
E. L.. (2010) ‘Intrinsic and extrinsic
motivation’, International Encyclopedia of
Education, pp. 618–623. doi:
10.1016/B978-0-08-044894-7.00612-6.
Maslow, A. H. (1943) ‘A theory of human
motivation’, Psychological Review, 50(4),
pp. 370–396. doi: 10.1037/h0054346.
Reiss, S. (2012) ‘Intrinsic and Extrinsic Motivation’,
Teaching of Psychology, 39(2), pp. 152–
156. doi: 10.1177/0098628312437704.
Ryan, R. M. dan Deci, E. L. (2000) ‘Intrinsic and
Extrinsic Motivations: Classic Definitions and
New Directions’, Contemporary
Educational Psychology, 25, pp. 54–67.
doi: 10.1006/ceps.1999.1020.
Sansone, C. dan Harackiewicz, J. M. (2000)
Intrinsic and extrinsic motivation: The
search for optimal motivation and
performance. San Diego.

41

Anda mungkin juga menyukai