Abstrak
Teori motivasi dan hubungannya dengan perilaku telah menarik minat para ahli sejak Maslow
memperkenalkan teori Piramida Kebutuhan pada tahun 1940-an. Sejak itu banyak kajian yang
berusaha mempelajari aspek motivasi dalam pembentukan perilaku ini. Dalam kaitan itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi teori-teori tentang motivasi dan perilaku yang telah berkembang
saat ini. Adapun metodologi yang digunakan adalah dengan cara melakukan kajian kepustakaan
untuk menemukan hubungan antar penelitian dan menarik kesimpulan. Hasil kajian memperlihatkan
bahwa motivasi terhadap sebuah perilaku bersifat multifaset dan dibentuk dari kombinasi antara
dorongan yang terdapat dalam diri seorang dan relasi sosialnya. Ia bisa muncul dalam bentuk motif-
motif sadar yang mendorong munculnya perilaku diskursif maupun motif-motif tanpa sadar yang
memunculkan perilaku praktis. Karena itu motivasi atas sebuah perilaku tidak bisa digeneralisir serta
harus memperhatikan konteks yang dihadapi oleh individu pada saat ia mengambil tindakan.
Kata Kunci: motivasi;perilaku;piramida Maslow
The theory of motivation and its relationship to human behavior has attracted the interest of scholars since
Maslow introduced the Pyramid of Needs theory in the 1940s. Since then, many studies have tried to examine
the motivational aspect in the formation of human behavior. Related to this topic, this study aims to explore the
developing theories about motivation and human behavior. The methodology used is to conduct a literature
review to find the relationship among studies and getting a conclusion. The results showed that the motivation
of human behavior has many aspects and is formed from a combination of personal interest drives and social
relationships. It can appear in the form of conscious motives that encourage the emergence of discursive behavior
or unconscious motives that lead to practical behavior.Therefore, the motivation of human behavior cannot be
generalized and must be placed in the context faced by the individual when he performs the action.
Keywords: motivation;human behavior;Maslow’s pyramide
35
Kebutuhan fisik (physiological
needs) merupakan kebutuhan yang
paling mudah terpuaskan, meliputi
36
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41
38
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41
insentif yang terlalu sering juga akan diming-imingi penghargaan lagi. Reiss
dapat menurunkan motivasi intrinsik. berpendapat tidak selalu kehilangan
b. Teori Prestasi (Achievement need motivasi ekstrinsik akan
theories) mempengaruhi motivasi intrinsik
Teori ini timbul karena manusia seperti teori yang telah berkembang.
memiliki sifat tertantang untuk Karena itu Reiss memunculkan
menaklukkan lingkungannya, bersaing teori motivasi Multifaset. Teori ini
dengan sesama atau mencapai menyatakan bahwa setiap tindakan
kesempurnaan. Kebutuhan akan manusia memiliki motivasi yang
tantangan dan prestasi ini merupakan beragam sesuai konteks yang
motivasi internal dalam diri seseorang dihadapinya seperti kelaparan,
yang dapat dimanfaatkan untuk ketakutan, kekuasaan, keingintahuan,
mendorong kinerja. penghargaan terhadap diri sendiri, dan
c. Teori Takut Gagal (Fear of failure lain-lain.
theories) Bahwa perilaku manusia
Teori ini dapat menjadi motivasi merupakan gabungan dari motivasi
terutama jika kegagalan yang terjadi ekstrinsik dan intrinsik sebenarnya
akan membawa akibat yang luar biasa. juga telah diungkapkan oleh Ryan dan
Penggunaan teori ini akan sangat Deci. Meskipun mereka masih tetap
menguras energi karena ketegangan berpegang kepada konsep teori
yang timbul, sehingga biasanya pemisahan antara motivasi intrinsik
digunakan pada manajemen krisis saja. dan motivasi ekstrinsik, namun mereka
Teori dan pandangan diatas juga menyatakan bahwa:
dapat dianggap mewakili pandangan “konteks kondisi sosial yang mendukung
dualisme atau pemisahan terhadap perasaan seseorang terhadap
konsep motivasi, yaitu adanya kompetensinya, kemandiriannya dan
motivasi yang dinilai sebagai motivasi keterkaitannya terhadap sesuatu hal akan
internal dan motivasi eksternal. mampu memelihara motivasi intrinsik dan
Dualisme motivasi ini dikritik oleh membuat seseorang tersebut memiliki tekad
Reiss (2012). Ia menyatakan bahwa pribadi yang kuat dengan tetap
motivasi dari perilaku manusia terlalu mempertimbangkan motivasi
beragam untuk dibagi hanya menjadi ekstrinsiknya.” (Ryan dan Deci . 2000)
dua kategori. Contohnya seseorang Dengan pernyataan ini terlihat
yang pernah mendapat penghargaan bahwa dualisme antara motivasi
untuk tindakan yang pernah ia intrinsik dan ekstrinsik dalam
lakukan, akan tetap bisa memiliki mempengaruhi perilaku seseorang
motivasi yang sama meskipun tanpa semakin kabur batasan-batasannya.
39
Karena itu Ryan dan Deci selanjutnya kebutuhan, tetapi juga didorong oleh
mengembangkan Teori Pencapaian faktor-faktor intrinsik dan ektrinsik
Pribadi (Self-determination Theory/SDT). bahkan multifactor, baik yang ada
Teori ini mengasumsikan bahwa pada diri pelaku maupun lingkungan
manusia pada dasarnya memiliki yang melingkupi diri pelaku.
kecenderungan untuk termotivasi Karena itu dalam menilai
secara intrinsik, membaur dengan motivasi atas suatu perilaku individu
lingkungan fisik dan sosialnya, tidak cukup hamya dilakukan dengan
menggabungkan aturan luar diri memandang kebutuhan individu
kedalam dirinya, dan menggabungkan secara umum sebagaimana teori
dirinya ke dalam lingkungan sosial Maslow, melainkan harus melihat
yang lebih luas (Sansone dan konteks yang dihadapi oleh si pelaku
Harackiewicz, 2000). pada saat ia melakukan tindakan. Hal-
Dalam perkembangannya, hal seperti adanya kebutuhan,
motivasi dan perilaku juga dikaitkan dorongan untuk memperoleh
oleh Giddens dengan motif-motif sadar kepuasan, menghindari ketakutan,
dan motif-motif tanpa sadar. Motif- memperoleh kekuasaan, dorongan
motif sadar membawa seseorang keingintahuan, pencapaian pribadi,
melakukan sesuatu tindakan yang ia perolehan insentif dan lain-lain akan
istilahkan sebagai kesadaran diskursif. menciptakan motif-motif atas sebuah
Artinya adalah perilaku, baik perilaku yang dapat
“tindakan disengaja, memiliki alasan- dijelaskan dan memiliki alasan
alasan atas aktivitasnya dan mampu -jika (diskursif) maupun perilaku yang
diminta- mengelaborasi secara diskursif berlangsung begitu saja akibat telah
alasan-alasan itu (termasuk berbohong menjadi kebiasaan (praktis).
tentangnya)”. (Giddens, 1984) Dengan demikian teori-teori
Lawan kesadaran diskursif yang berkembang memperlihatkan
menurut Giddens adalah kesadaran bahwa motivasi atas sebuah perilaku
praktis yaitu kesadaran yang didorong seseorang merupakan kombinasi yang
oleh motif-motif tanpa sadar. Artinya bersifat situasional antara aspek
perilaku didorong oleh kebiasaan yang individu dan relasi sosialnya. Namun
berlangsung secara alamiah tanpa demikan kedua aspek tersebut tidak
melibatkan pertimbangan pemikiran bisa dipisahkan dalam pembentukan
yang kompleks sebelumnya. perilaku.
Contohnya adalah kegiatan-kegiatan
harian yang dilakukan secara rutin SARAN
tanpa perlu berpikir lagi dalam Penelitian teoritis ini perlu
melakukannya, misalnya bangun tidur ditindaklanjuti dengan penelitian
yang dilanjutkan dengan menggosok lapangan untuk mengetahu apakah
gigi dan mandi. Motif tanpa sadar ini teori-teori sosial yang umumnya
menurut Giddens yang menjadi kunci berkembang di negara-negara Barat
dalam memahami bagaimana cocok dengan apa yang terjadi di
perulangan tindakan-tindakan lambat Negara Timur seperti di Indonesia.
laun berubah menjadi perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Deci, E. E. L. (1971) ‘Effects of externally mediated
SIMPULAN rewards on intrinsic motivation.’, Journal of
Teori motivasi sebagai aspek personality and Social Psychology, 18(1),
penyebab perilaku telah berkembang pp. 105–115. doi: 10.1037/h0030644.
jauh dari dasar yang telah diletakkan Flannes, S. W. dan Levin, G. (2001) People Skills
oleh Maslow pada tahun 1940-an. for Project Managers. Vienna, VA:
Management Concepts.
Motivasi tidak hanya berdasarkan
40
Jurnal Bestari
Vol. 2 No. 1, September 2021, P.35-41
41