Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sofia Mentari

NIM : 223302080162

Quiz Psikologi Dalam Praktik Kebidanan


Kasus I
Ny. S.S umur 69 tahun, seorang janda cerai mati dengan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga, dengan diagnose keperawatan CHF disertai GEDS. Kondisi klien saat
pengkajian tanggal 5 April 2018 adalah sebagai berikut, Keadaan Umum : terlihat sesak
napas, pernafasan 32 x /menit, klien menggunakan nasal canule oksigen 5ml/l, nadi 92
x/menit, suhu badan 370 C , sadar, kooperatif, ada kontak mata, klien mengeluh tidak bisa
tidur dengan nyenyak sejak dirawat di ruang ICU, mata terlihat merah, muka sembab, dan
bersekret, wajah sayu dan kusam, mengeluh pusing, klien terlihat banyak menghela napas
dengan berat dan tidak mampu melakukan apa-apa, klien merasa khawatir dengan
kondisinya, berkeringat, klien mengatakan merasa sendiri sejak ditinggal alm. suaminya 5
tahun yang lalu, merasa merepotkan anaknya, sudah tidak ada diare, BB 98 kg, TB 151
Cm, riwayat masuk rumah sakit baru pertama ini.

Solusi Untuk Kasus 1


Terapi psikoedukasi keluarga merupakan suatu jenis terapi modalitas dengan fokus
pengobatannya adalah pada keluarga dimana anggota keluarga dibantu untuk
mengidentifikasi dan menemukan problem solving terhadap masalah/kondisi maladaptif
baik terhadap diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain (Townsend, 2014).
Terapi psikoedukasi keluarga merupakan jenis psikoterapi yang membantu anggota
keluarga mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan jiwa yang dialami anggota
keluarganya, meningkatkan komunikasi serta meningkatkan fungsi keluarga secara
keseluruhan (Shives, 2012). Terapi spesialis ini dipilih karena sesuai dengan masalah yang
dialami oleh klien Ny.S.S dan keluarganya. Terapi ini lebih menekankan pada proses
pembelajaran bagaimana memahami masalah, mencari solusi pemecahan masalah dan
mampu melaksanakan solusi penyelesaian masalah dengan baik. Dalam penerapannya,
melalui terapi ini klien dan keluarga akan belajar dan menjalani latihan bagaimana
menyelesaikan masalah. Pada pemberian Famili Psyscho Education, klien dan keluarga
diberikan pemahaman tentang masalah yang dialami klien. Peningkatan pengetahuan
terhadap masalah yang dihadapi akan memberikan interpretasi yang benar dan tepat akan
masalah (Notoadmojo, 2010). Selanjutnya selain meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga terhadap masalah, klien juga dilatih dan belajar keterampilan menyelesaikan
masalah. Dalam hal ini, klien dan keluarga diberikan keterampilan memahami,
mengidentifikasi masalah lalu belajar cara mengatasi masalah. Menurut Notoadmojo (2010)
mengungkapkan bahwa latihan merupakan bagian penyempurnaan dari proses pengetahuan
melalui kegiatan pengulangan tindakan sehingga menjadi suatu pembiasaan atau budaya.
Family Psycho Education (FPE) merupakan salah satu dari enam terapi berdasarkan
bukti yang disahkan oleh Center for Mental Health Services bagi individu dengan gangguan
jiwa berat. Beberapa keluarga yang telah dilakukan terapi terbukti efektif mengurangi gejala
kekambuhan dan perawatan berulang pada individu dengan skizofrenia. Hal ini akan lebih
efektif jika keluarga secara konsisten meningkatkan pemahamannya mengenai konsep
gangguan, cara memberikan dukungan, mengurangi stress, dan mengembangkan jaringan
sial.Ketika digunakan bersama denganterapi obat, keluarga dapat membantu seorang
individu dengans kizofrenia menujut ahap rehabilitasi pemulihan (Jewell, Downing,
McFarlane, 2009). FPE dirancang agar keluarga ikut terlibat memberi informasi, mendidik
anggota keluarga, sehingga mampu membantu mengelola anggota keluarga yang menderita
gangguan jiwa. Berbagai penelitian membuktikan dampak positif pada klien skizofrenia dan
gangguan bipolar, mencegah kekambuhan, serta memperbaiki gangguan mood pada anak
dan remaja (Lucksted, McFarlane, Downing, & Dixon, 2012)

Kasus II
Ny.M P3A0 Tempat Praktik Mandiri Bidan DM Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang
Bawang Barat mengeluh terganggu karena bayinya rewel, tidak nafsu makan dan mudah marah,
ibu sering merasa sedih dan terlihat matanya berkaca- kaca ketika diwawancarai petugas. Mudah
tersinggung karena memang dari awal kehamilan belum direncanakan karena anak kedua masih
berusia 1,2 tahun jadi ibu masih merasa belum bisa memberikan kasih sayang penuh kepada
anaknya tetapi sang ibu sudah memiliki bayi lagi, Ibu terlihat menyusui anaknya namun
saat bayi menangis ibu tidak menenangkan bayi, seperti ibu pada umumnya.
Solusi Untuk Kasus II
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.M dengan masalah postpartum blues menurut
Tonasih (2019) antara lain dengan menganjurkan ibu untuk melepaskan emosi, tidak perlu
ditahan-tahan ingin menangis, marah, lebih baik diekspresikan, istirahat yang cukup, membrikan
motivasi kepada ibu, meminta bantuan kepada suami untik mengurus si kecil, menghindari
makanan manis serta yang mengandung kafein. Memberitahu ibu bahwa dirinya adalah ibu yang
baik, dimana seorang ibu yang baik akan memberikan kebutuhan anak seperti menyusui,
merawat bayi, menenangkan bayi ketika menangis dan menyayangi bayi, Mengajarkan ibu cara
menyusui yang baik dan benar serta menjelaskan kepada ibu maka akan membuat hubungan ibu
dan anak akan terjalin, Melakukan bounding attachment antara ibu dengan bayinya,
menganjurkan ibu untuk terapi mendengarkan murotal al-quran dan melakukan perawatan bayi.
Menganjurkan ibu untuk mengisi lembar Edinburgh post natal depression (EPDS). Asuhan pada
ibu nifas dengan post partum blues pada Ny. M dilaksanakan dari tanggal 24 Januari – 04
Februari 2021 sesuai dengan rencana asuhan, menganjurkan ibu untuk melepaskan emosi, tidak
perlu ditahan-tahan ingin menangis, marah, lebih baik diekspresikan, terapi mendengarkan
murotal al-quran serta melakukan hal positif lainnya. Pada kasus Ny. M usia 26 tahun setelah
diberikan konseling dan terapi mendegarkan murotal al-quran selama 4 kali kunjungan
didapatkan hasil : KU ibu baik, post partum blues teratasi dengan ibu mengisi kuisioner dan
hasilnya baik, post partum blues teratasi dengan ibu mengisi kuisioner dan hasilnya didapati: ibu
tidak memiliki tanda dan gelaja depresi post partum dengan total nilai : 7 dimana hasil dari
EPDS jika nilai <10 menunjukkan tidak ada gejala depresi post partum dan jika nilai >10 maka
menunjukkan ibu terkena depresi post partum.

Kasus III
Seorang perempuan bernama Ny.M Saat dilakukan pengkajian dirumahnya mengtakan sudah
menderita Ca Mammae selama 2 tahun terakhir dan sudah dioperasi selalu menolak dengan
keadaan tubuhnya dan tidak ingin menyentuh tubuhnya yang sudah dioperasi dengan keadaannya
setiap kali kambuh. Ny. M mengatakan saat bernapas, napas nya pendek, saat dilakukan
pengukuran tekanan darah didapatkan hasil 90/80 mmHg, diare dan gelisah.

Solusi Untuk Kasus III


Ny. M dengan keluhan utama merasa malu dengan kondisi payudaranya, masih merasakan nyeri
pada bagian bekas operasi. pasien menarik diri dari lingkungannya. Data objektif yaitu klien
tampak lemas, bingung, sering khawatir dan cemas. Dari masalah masalah diatas maka diperoleh
prioritas masalah yang diangkat adalah tentang gangguan citra tubuh. Kemudian diberikan
intervensi secara konsep yaitu terapi kognitif perilaku, terapi distraksi, hipnotis lima jari dan
pendidikan kesehatan. Dari hasil implementasi ada beberapa intervensi yang berhasil teratasi
seperti klien mengatakan sudah lebih tenang dan rasa malu dengan keadaannya sedikit berkurang
dan mampu mengenali gejala, tanda, penyebab dan akibat dari kehilangan anggotatubuh.
Kasus IV
Ny. H umur 27 Tahun P1 A0, bersalin pada tanggal 01Maret 2018, keluhan ibu mengatakan
merasa lelah, tidak ingin mendekati bayinya, nafsu makan turun dan susah tidur.

Solusi Untuk Kasus IV


Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum terindentifikasi dalam diagnosa dan
masalah. Kebutuhan muncul setelah dilakukan pengkajian dimana ditemukan hal-hal yang
membutuhkan asuhan, dalam hal ini klien tidak menyadari pada kasus Ny. H Usia 27
Tahun PI A0 membutuhkan banyak dukungan baik dari suami, keluarga dan orang terdekat,
istirahat yang cukup. Sehingga mengurangi depresi pada ibu.

Kasus V
Ny. H umur 50 tahun P3 A0 dengan gangguan kecemasan menghadapi gejala premenopause di
Posyandu

Solusi Untuk Kasus V


Solusi diberikan pada Ny. H memberikan penjelasan tentang menopause, gejala menopasue,
menganjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, olahraga secara teratur,
menggunakan pakaian tipis, berikan obat Klonidin. memberikan vit. E 12 tablet 3x sehari, Vit B
Kompleks 12 tablet 3x sehari, CTM 6 tablet 1x sehari.

Vitamin B kompleks untuk mencegahdepresi, vitamin E untuk memperlancar oksigen dan


mengurangi rasa panaspada wajah serta leher, CTM agar ibu bisa istirahat, Klonidin yaitu utuk
mengurangi tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai