Anda di halaman 1dari 13

BAHAN PRESENTASI MATA KULIAH PERPAJAKAN 2

PERTEMUAN KE-3

1. Klasifikasi Aktiva Lancar


1.1. Pengertian Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah seluruh asset perusahaan yang akan dijual, dikonsumsi,
digunakan atau dihabiskan sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berarti
nilainya akan berubah menjadi nilai uang selama satu tahun ke depan dan
perhitungannya harus ada di balance sheet. Aktiva jenis ini merupakan asset yang
mempunyai sifat mudah untuk menukarnya atau mencairkannya melalui transaksi
uang tunai, dan semua asset lancar ini harus dapat dicairkan tidak lebih dari 1
siklus akuntansi (1 tahun)

1.2. Syarat-Syarat pengakuan Aktiva Lancar


Aset perusahhaan akan dianggap sebagai aktiva lancar jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Perusahaan mengharapkan akan menggunakan atau menjual aktiva lancar
dalam siklus operasi normal
b. Perusahaan memiliki aktiva untuk tujuan diperdagangkan
c. Perusahaan mengharapkan akan merealisasi aktiva dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan
d. Kas atau setara kas kecuali aktiva tersebut dibatasi pertukaran atau
penggunaannya untuk menyelesaikan kewajiban (liabilities sekurang-kurangnya
12 bulan setelah periode pelaporan

1.3. Klasifikasi aktiva lancar


Aset lancar terbagi menjadi 6 jenis, dengan jenis dan perhitungan pajak
yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan jenis-jenis aktiva lancar, yaitu :
a. Kas dan Bank
Kas merupakan uang tunai yang siap dan bebas digunakan untuk
membiayai kegiatan perusahaan sehingga dalam pencatatannya akan
ditempatkan paling atas. Hal-hal yang termasuk dalam kas adalah uang kertas,
uang logam, dan saldo rekening giro di bank. Namun, ada beberapa yang tidak
termasuk kedalam kas aktiva lancar yaitu :
 Deposito
 Perangko dan materai
 Bon kas atau uang muka
 Cek mundur atau cek kosong

Adapun bunga dari rekening giro dicatat sebagai penghasilan. Sedangkan


dalam akuntansi perpajakan, bunga rekening giro tidak dicatat sebagai
penghasilan karena sudah dikenakan PPh dengan tarif final 15%

b. Investasi Jangka Pendek


Investasi jangka pendek ini meliputi surat-surat berharga, kepemilikian
saham atau obligasi yang bersifat sementara dan dapat dijual sewaktu-waktu.
Menurut prinsip Akuntansi Indonesia, ada beberapa syarat untuk surat berharga
dianggap sebagai penyertaan sementara, diantaranya :
 Mempunyai pasaran dan dapat diperjual belikan dengan segera
 Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain
 Dimaksudkan unntuk dijual dalam jangka waktu dekat jika terdapat
kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan

Jenis investasi jangka pendek terbagi menjadi 5, diantaranya :

 Saham biasa dan saham preferen, penghasilan dari saham seperti dividen
tidak dikenakan pajak
 Obligasi, bunga obligasi dihitung sebagai PPh tidak boleh dikapitalisasi
namun harus dicatat sebagai pajak dibayar dimuka (Pasal 23)
 Sekuritas yang lain, meliputi commercial paper, promissory notes, bill of
exchange, bankers, acceptance, sertifikat deposito, repurchase agreement.
Selisih nilai beli dan nilai jual atau pelunasan adalah penghasilan bagi
pemegang sekuritas
 Deposito, bunga deposito dikenakan pajak 15% dan final, serta merupakan
penghasilan kena pajak pada SPT sehingga pajaknya tiddak dapat
dikreditkan
 Wesel tagih, timbul dari utang piutang penyerahan barang atau jasa. Bunga
yang diterima saat pelunasan merupakan penghasilan pemegang wesel dan
merupakan objek pemotongan PPh 23 atau PPh 26

c. Piutang (Account Receivable)


Secara umum, piutang atau Account Receivable adalah tagihan uang
perusahaan pada para pelanggan yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu
paling lama 1 tahun sejak tanggal keluarnya tagihan. Dalam aktiva lancar, ada 3
jenis piutang yaitu :
 Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain atau debitur
karena penjualan barang atau jasa secara kredit
 Piutang wesel adalah surat perintah penagihan pada seseorang atau badan
untuk membayar sejumlah uang ditanggal yang telag ditentukan
sebelumnya
 Piutang pendapatan adalah pendapatan yang sudah menjaddi hak namun
pembayarannya belum diterima
d. Beban Dibayar di Muka
Beban dibayar dimuka atau pembayaran diterima dimuka adalah
pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, namun pengeluaran itu
belum jadi biaya atau jasa tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada saat
pembayaran dilakukan

e. Persediaan
Persediaan merupakan asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal, untuk proses produksi dan/atau dalam perjalanan, serta bentuk
bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa
Dalam akuntansi perpajakn, penyerahan barang kena pajak ke pedagang
perantara diaggap sebagai penyerahan penjualan sehingga dikenakan PPN.
Namun jika merupakan konsinyasi, barang tersebut tidak termasuk dalam
persediaan consignor.

1.4. Pentingnya Aktiva Lancar dalam Perusahaan


Dalam suatu bisnis atau perushaan, aktiva lancar penting untuk pengerjaan
operasional. Perusahaan menggunakan asset lancar ini unyuk membayar beban-
beban, seperti gaji karyawan, membeli bahan baku, membayar sewa gedung, dsb.
Oleh karena itu, umumnya asset lancar ini cepat habis untuk kebutuhan yang
bersifat rutin maupun tak terduga. Namun, akan kembali ada dalam jurnal dari
hasil penjualan atau pembayaran atas aaset lain. Maka, dapat dikatakan jika aktiva
lancar bersifat dinamis
Karena digunakan untuk pengerjaan operasional, maka penting bagi perusahaan
untuk memiliki aktiva lancar. Jika hanya memiliki jenis aktiva lainnya belum tentu
dapat digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan.
1.5. Pentingnya Aktiva Lancar dalam Perpajakan
Dalam pencatatan akuntansi perpajakan, tiap-tiap aktiva lancar memiliki
penghitungan pajak yang berbeda. Untuk mempermudah urusan perpajakan
terhadap aktiva lancar
perusahaan……….

2. Perolehan Aktiva
2.1. Definisi Aktiva Tetap
Menurut PSAK Nomor 16 Paragraf 5 menyebutkan bahwa Aktiva tetap
adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijal dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun.
Aktiva tetap dapat dikelommpokkan dalam berbagai sudut, antara lain sebagai
berikut :

a. Berdasarkan Sudut Substansi


 Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan
peralatan
 Intangible Asset atau Aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill, Panten,
Copyright, Franchise, Hak Cipta, dan lain-lain.
b. Berdasarkan Sudut Disusutkann atau Tidak
 Depreciated Plant Assets yaitu akiva tetap yang disusutkan seperti
Bangunan, Peralatan, Mesin, Inventaris, Jalan dan lain-lain.
 Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan, seperti
Tanah

2.2. Definisi Harga Perolehan


Menurut Haryono Jusup, 2005:155, pengertian harga perolehan adalah
pengeluaran keseluruhan yang dikorbankan seseorang untuk mendapatkan aktiva
tetao serta pengeluaran lainnya agar dapat menjadi aktiva yang siap digunakan.
Sederhananya, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap yang bisa
digunakan dan dioleh oleh seseorang agar dapat menghasilkan kembali
pendapatan.
2.3. Cara Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Mayangsari dan Nurjanah, 2018, ada beberapa cara memperoleh
asset tetap, antara lain adalah :
a. Pembelian secara tunai
Asset tetap yang dibeli dari pembelian tunai dicatat dalam pembukuan
sebesar jumlah uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh asset yaitu termasuk harga yang tercantum di faktur dan semua
biaya yang dikeluarkan agar asset tetap tersebut siap untuk dipakai.
Apabila dalm pembelian asset ada potoongan tunai, maka potongan tunai
tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktu, idak memandang
apakah potongan itu didapat atau tidak. Dan apabila dalam suatu pembelian
diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap, maka harga perolehan harus
dialokan pada masing-masing.

b. Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetaoo diperoleh dari pembelian secara angsuran, maka tidak
boleh termasuk biaya bunga. Bunga selama angsuran dibebankan ke beban
bunga, dan yang termasuk ke harga perolehan adalah total angsuran ditambah
biaya tambahan seperti biaya angkut, biaya pemasangan, biaya pengiriman, dll
Cara pencatatannya adalah pembayaran setiap tahun dibuat jurnal yang
mengurangi utang sebesar pokok pinjaman yang dilunasi dan mendebit biaya
bunga untuk tahun yang bersangkutan dan kreditnya kas sebesar angsuran.

c. Ditukar dengan surat berharga


Asset tetap yang ditukar dengan surat berharga, baik saham atau obligasi,
dicatat dalam buku besar sebesar harga pasar saham atau obligasi yang
digunakan sebagai penukar.
Apabila harga pasar saham atau obligasi tidak diketahui, maka harga
perolehan ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut
Jika harga pasar suart berharga dan aktiva yang ditukar tidak diketahui, maka
dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditenukan oleh keputusan pimpinan
perusahaan. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga
perolehan aktiva tetao dan nilai-nilai surat berharga yang dikeluarkan.

d. Ditukar dengan asset tetap lain


Asset yang diperoleh dengan menukar terhadap asset tetap lain, harga
perolehan asset yang baru tetap harus dikapitalisasi dengan jumlah sebesar
harga pasar asset lama ditambah dengan uang yang dibayarkan (jika ada). Dan
selisih antara harga perolehan dengan harga nilai buku asset lama diakui
sebagai laba atau rugi pertukaran.

e. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi


Jika asset tetap diperoleh sebagai hadiah atau donasi maka asset tetap
dicatat sebesar harga pasarnya.

f. Aktiva yang Dibuat Sendiri


Perusahaan seringkali membuat sendiri aktiva atau asset tetap yang
diperlukan seperti contoh gedung, alat-alat, dan perabot. Harga perolehan
aktiva yang dibangun sendiri oleh perusahaan terdiri dari harga material atau
bahan bangunan yang dipakai, upah tenaga kerja dan biaya lain-lain.
Dimungkinan pula adanya biaya bunga jika perusahaan dalam membangun
tersebut meminjam dari pihak luar sehingga biaya bunga dimasukkan dalam
unsur harga perolehan tetapi hanya pada saat masa konstruksi saja. Jika setelah
masa konstruksi belum lunas maka biaya bunga dibebankan sebagai biaya
periodik dalam kelompok biaya diluar usaha dalam laporan laba rugi.
Jika harga oerolehan aktiva dengan membangun sendiri lebih kecil dari
harga aktiva sejenis, maka perusahaan tidak diperkenankan mengakui adanya
keuntungan akibat membangun sendiri

2.4. Penghentian Asset Tetap


Menurut PSAK 16 paragraf 67 dalam (Siswati, 16) jumlah tercatat asset etap
dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan dan atau ketika tidak terdapat lagi
manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari penggunaan dan
pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan
asset tetap ditentukan sebesar selisih antara jumlah hasil pelepasan neto, dan
jumlah tercatatnya dimasukkan ke dalam laba rugi namun tidak diklasifikasikan
sebagai pendapatan
Pelepasan asset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
a. Penjualan asset tetap
b. Disewakan dalam sewa pembiayaan
c. Disumbangkan
Imbalan yang akan diterima atas pelepasan asset tetap diakui awalnya pada
nilai wajarnya. Jika pembayaran ditangguhkan, maka imbalan yang akan diterima
diakui pada nilai yang setara dengan harga jual tunai. Perbedaan antara jumlah
nominal dan nilai yang setara dengan harga jual tunai diakui sebagai pendapatan
bunga, pendapatan yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang tersebut.

3. Penyusutan dan amortisasi


Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pembebanan
biaya atas perolehan harta berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun harus dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Penyusutan aktiva tetap dan amortisasi harta tak berwujud tersebut dapat dibebankan
sebagai pengurang penghasilan (biaya fiskal)
Pada dasarnya, tujuan penyusutann dan amortisasi aktiva tetap menurut UU
PPh (fiskal) sama dengan menurut akuntansi/komersial. Tujuan penyusutan dan
amortisasi komersial dimaksudkan untuk mengalokasikan nilai perolehan ke masa
manfaat aktiva tetap dan harta tak berwujud tersebut untuk dapat dibebankan sebagai
biata dalam menghitung laba neto. Metode penyusutan dan amortisasi dalam
akuntansi banyak jenisnya, namu metode penyusutan dan amortisasi untuk
kepentingan penghitungan pajak telah diatur tersendiri dalam UU PPh dengan tujuan
adanya keseragaman.
3.1. Definisi Penyusutan dan Amortisasi
Penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali tanah)
selama masa manfaat tertentu sesuai dengan kelompok harta. Penyusutan fiscal ini
diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasikan (UU PPh).
Sedangkan, amortisasi adalah alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa
manfaat tertentu, ketentuan mengenai amortisasi diatur dalam Pasal 11A Undang-
Undang Pajak Penghasilan (UU PPh)

3.2. Pengelompokan Aktiva Berwujud Bukan Bangunan


Untuk menghitung penyusutan fiscal, setiap aktiva tetap harus
dikelompokkan. Hal inni diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No. 96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok
harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan.
Berikut kelomok aktiva tetap berdasarkan PM 96/2009:
a. Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 1
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua Jenis Usaha 1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
2. Mesin kantor (computer, printer, fotokopi,
dll)
3. Perlengkapan lainnya (televise, video
recorder, dll)
4. Sepeda motor, sepeda, dan beca
5. Alat perlengkapan khusus(tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan
6. Dies, jigs, dan mould
7. Alat-alat komunikasi seperti telepon
seluler, facsimile, dll
2. Pertanian, Perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin
kehutanan seperti cangkul, peternakan, perikanan, garu,
dan lain sebagainya.
3. Industri Makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan
Minuman seperti huller, penyosoh, pengering, palet,
dan sejenisnya.
4. Transportasi dan Mobil taksi, bus dan truk yang diguakan
pergudangan sebagai angkutan umum
5. Industri Semi Konduktor Falsh memory tester, writer machine, biporar
test system, elimination (PE8-1), pose checker
6. Jasa Persewaan Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel
Peralatan Tambat Air Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris
Dalam
7. Jasa Telekomunikasi Base Station Controller
Seluler

b. Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 2

No. Jenis Usaha Jenis Harta


1. Semua Jenis 1. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja,
Usaha bangku, dll yang bukan merupakan bagian dari
bangunan. alat pengatur udara seperti AAC, Kipas
Angin, dan sejenisnya.
2. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya
3. Container dan sejenisnya
2. Pertanian, 1. Mesin pertania/perkebunan seperti traktor dan
Perkebunan, mesin bajak, penggaruk, penanaman, dll
kehutanan, 2. Mesin yang
perikanan mengolah/menghasilkan/memproduksi bahan
atau barang pertanian, perkebunan, peternakan
dan perikanan
3. Industri 1. Mesin yang mengolah produk asal binatang,
Makanan dan unggas dan perikanan
Minuman 2. Mesin yang mengolah produk nabati
3. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman
dan bahan-bahan minuman segala jenis
4. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-
bahan makanan dan makanan segala jenis
4. Industri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan
(mesin jahit, pompa air)
5. Perkayuan, 1. Mesin dan peralatan penebangan kayu
Kehutanan 2. Mesin yang
mengolah/menghasilkan/memproduksi
baha/barang kehutanan
6. Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dll
7. Transportasi 1. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat
dan 2. Kapal penumpang, kapal barang dan kapal khusu
Pergudangan dibuat untuk pengangkutan barang tertentu
3. Perahu layar pakai tanpa motor yang mempunyai
berat sampai dengan 250 DWT
4. Kapal yang dibuat khusus untuk
menghela/mendorong kapal-kapal suar, dsb
5. Kapal balon
8. Telekomunikas 1. Perangkat pesawat telepon
i 2. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman
dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon
9. Industri semi Auto frame loader, automatic logic handler, baking
konduktor oven, ball shear, cleaning machine, dan sebagainya
10. Jasa Persewaan Spooling Machinnes, Matocean Data Collector
Peralatan
Tambat Air
Dalam
11. Jasa Mobile switching, antenna, radio base station, dan lain
Telekomunikas sebagainya.
i Seluler

c. Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3

No. Jenis Usaha Jenis Harta


1. Pertambangan Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
Selain Minyak dan petambangan, termasuk mesin-mesin yang
Gas mengolag produk pelikan
2. Permintaan, 1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-
Pertenunan, dan produk tekstil
Pencelupan 2. Mesin untuk preparation, bleaching, dan
sejenisnya
3. Perkayuan 1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk
kayu
2. Mesin dan peralatan penggergajian kayu
4. Industri Kimia 1. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan
produk industri kimia dan industri yang ada
hubungannya dengan industri kimia
2. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk
industri lainnya
5. Industri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin
menengah dan berat
6. Transportasi dan 1. Kapal penumpang, kapal khusus dibuat unuk
Pergudangan pengangkutan barang-barang tertenu
2. Kapal dibuatt khusus untuk
mengela/mendorong kapal, kapal pemadam
kebakaran, dan sejenisnya
3. Dok terapung
4. Perahu layar pakai/tanpa motor yang
mempunyai berat diatas 250 DWT
5. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter

d. Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 4


No. Jenis Usaha Jenis Harta
1. Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi
2. Transportasi dan 1. Lokomotif uap dan ender atas rel
Pergudangan 2. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan
baterai atau tenaga listri dari sumber luar
3. Lokomotif atas rel lainnya
4. Kereta, gerbong penumpang dan barang, dan
sejenisnya
5. Kapal penumpang, kapal barang, dan kapal
yang dibbuat untuk pengangkutan barang-
barang tertentu
6. Kapal dibuat khusus untuk
menghela/mendorong kapal, kapal pemadam
kebaran
7. Dok-dok terapung

3.3. Waktu dan Tarif Penyusutan dan Amortisasi


Waktu dilakukannya penyusutan dan amortisasi adalah sebagai berikut :
a. Pada bulan dilakukannya pengeluaran
b. Pada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusuttan pada
tahun pertama dihitung secara pro-rata
c. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
d. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan jarta tersebut mulai
menghasilkan yakni saat mulai berproduksi dan bukan saat diterima atau
diperolehnya penghasilan
UU PPh juga mengatur besaran tarif yang berlaku untuk penyusutan dan amortisasi
tergantung dari kelompok aktiva
a. Tarif Penyusutan

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan


Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,25%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%

b. Tarif Amortisasi

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan


Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,25%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
3.4. Metode penyusutan dan amortisasi yang diperkenankan UU Perpajakan
dan Dasar Penyusutan
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Methode)
Dasar penyusutan adalah harga perolehan, penyusutan dengan metode
garis lurus adalah penyusutan dalam bagia-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut.

b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Methode)


Dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiskal. Penyusutan dengan metode
saldo menurun adalah penyusutan dalam bagian-bagian yang mmenurun
dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku. Cara perlakuan
nilai sisa buku suatu aktiva tetap pada akhir masa manfaat yang disusutkan
dengan metode saldo menurun adalah nilai sisa buku suatu aktiva pada akhir
masa manfaat yang disusutkan dengan metode saldo menurun harus
disusutkan sekaligus.

3.5. Penyusutan Harta Menurut Ketentuan Fiskal (Pasal 11 UU PPh)


a. Harta yang boleh disusutkan menurut ketentuan fiskal
 Yaitu harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun, yang
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
(objek pajak) kecuali tanah
 Dengan persetujuan Dirjen Pajak, Wajib Pajak dapat melakukan penyusutan
mulai pada bulan digunakannya harta tersebut untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai
menghasilkan

b. Harta yang tidak boleh disusutkan menurut ketentuan fiskal


 Harta yang tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiskal
 Dalam hal harta yang tidak boleh disusutkan secara fiskal tersebut dijual
(dialihkan) keuntungannya merupakan objek PPh, yang dihitung dari selisih
antara harga jual (nilai pasar) dengan harga perolehan, dalam hal selisihnya
negatif (rugi), kerugian tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya

4. Penarikan dan pelepasan aktiva


5. Kewajiban jangka pendek
6. Kewajiban jangka panjang
7. Utang piutang pajak penghasilan
8. Utang piutang PPN dan PPnBM
9. Modal saham
10. Saldo laba
11. Daftar pustaka
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/aktiva-lancar
https://accounting.binus.ac.id/2022/04/11/pengakuan-perolehan-dan-penghentian-
aset-tetap-berdasarkan-psak-16/#:~:text=Perolehan%20Aset%20Tetap,-Menurut
%20(Mayangsari%20%26%20Nurjanah&text=Aset%20tetap%20yang%20dibeli
%20dari,biaya%20pemasangan%2C%20biaya%20pengiriman%20dll.
https://www.jurnal.id/id/blog/aktiva-tetap-pengertian-jenis-dan-cara-
memperolehnya/
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-harga-perolehan-dan-cara-menghitungnya/
https://atpetsi.or.id/penyusutan-dan-amortisasi-aktiva-tetap
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKTPJK/AFD/PENYUSUTAN-DAN-
AMORTISASI.pdf

https://www.academia.edu/35864630/AKUNTANSI_PAJAK_ASET_TETAP

Anda mungkin juga menyukai