Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

DIFUSI OSMOSIS

NAMA : SRI WAHYU NENGSI


NIM : G011201130
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN G
KELOMPOK 20
ASISTEN : MUTHIA MUHSANA MUKHLIS

PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air memegang peranan penting dalam memfungsikan sebagian besar


proses dalam tubuh tanaman. Air mempengaruhi secara langsung dan tidak
langsung hampir semua proses yang terjadi dalam tubuh tanaman. Air terus
diserap oleh tanaman dan seiring dengan hal itu tanaman juga mengalami
kehilangan air. Perjalanan air tersebut melewati beragam medium dan mekanisme
transpor yang berbeda tergantung jenis mediumnya (Nasrulloh, et. al., 2016).
Tumbuhan mengambil zat-zat dari lingkungannya, sebagian dalam bentuk
larutan dan sebagian dalam bentuk gas CO2 dan O2 serta dalam bentuk ion garam-
garam mineral yang terlarut di dalam air. Pada tumbuhan, air dan mineral diserap
oleh akar dari dalam tanah. Sedangkan gas-gas seperti O2 dan CO2 diambil oleh
stomata daun dari udara disekelilingnya. Air dan garam mineral masuk ke akar
melalui epidermis akar secara difusi dan osmosi (Yahya. 2018).
Difusi adalah penyebaran molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh suatu gaya
yang identik dengan energi kinetik. Konsentrasi larutan itu sendiri merupakan
banyaknya jumlah zat terlarut dalam pelarut. Cepat lambatnya difusi dan osmosis
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perbedaan konsentrasi, suhu,
tekanan, dan matrik atau bahan penyusun (Salisburi dan Ross, 1996).
Umbi adalah salah satu jenis tanaman yang mengalami peristiwa difusi dan
osmosis, Umbi merupakan bagian tanaman yang terbentuk di dalam tanah
(Rukmana, 1995 : 18). Misalnya umbi kentang Solonum tubeyang rosum yang
memiliki karakteristik tumbuh hampir sama yaitu sangat menyukai daerah dingin
dan lembab sebagai tempat tumbuhnya, kisaran suhu antara 15,5-21 ° C dan
membutuhkan pH 5,5-6,5. Konsep transportas pada tumbuhan merupakan salah
satu matari yang dipelajari di SMA, untuk mempelari konsep tersebut lebih
medalam perlu kiranya dipertajam melaui praktek-praktek difusi dan osmosis.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum mengenai difusi
osmosis agar dapat mengetahui fakta peristiwa difusi dan osmosis yang terjadi
pada tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dari praktikum difusi osmosis ini adalah, untuk mengetahui apa itu
difusi dan osmosis, mengetahui proses terjadinya difusi dan osmosis.
Adapun kegunaan dalam prakikum ini adalah untuk mengetahui
bagaimana proses terjadinya difusi dan osmosis pada tumbuhan, dan
mengetahui apa itu difusi dan osmosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difusi dan Osmosis

Difusi merupakan penyebaran molekul-molekul suatu zat yang


ditimbulkan oleh energi kinetik. Dimana molekul-molekul tersebut cenderung
menyebar ke segala arah sampai terdapat suatu konsentrasi yang sama. Difusi zat
terjadi dari suatu tempat yang banyak mengandung molekul-molekul atau tempat
yang konsentrasinya yang pekat menuju tempat yang sedikit mengandung
molekul atau konsentrasi rendah (Dwijoseputro, 2019).
Osmosis merupakan suatu peristiwa berpindahnya zat yang terkandung
dalam pelarut dari bagian yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke bagian yang
konsentrasinya lebih tinggi (hipertonik) dan melalui membran semipermeabel.
Membran semipermeabel merupakan selaput pemisah yang hanya bisa dilewati air
dan molekulnya. Membran ini harus bisa ditembus oleh zat pelarut sehingga
menyebabkan tekanan sepanjang membran tersebut. Membran sel terikat oleh
protein yang berada di luar permukaan maupun yang menembus, dimana
pernyataan tersebut merupakan hasil dari penemuan tentang teori membran oleh
S.J Jinger dengan G. Nicholson pada tahun 1972 yang dikenal dengan model
mozaik fluid. Dari struktur membran, diketahui bahwa membran bukan hanya
sebagai pembatas sel, tetapi juga berperan sebagai tempat keluar masuk sel
(Halim dkk, 2020). Osmosis ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu materi terlarut
dan kadar air di dalam sel dan materi terlarut dan kadar air di luar sel.
Osmosis merupakan fenomena alami yang biasanya ditemukan pada tubuh
tumbuhan dan hewan. Akar pada tanaman dapat menyalurkan air dari dalam tanah
sampai ujung daun merupakan salah satu manfaat fenomena osmosis pada
tumbuhan. Akan tetapi, hal ini bisa dicegah dengan cara meningkatkan tekanan
pada bagian yang berkonsentrasi lebih encer atau konsentrasi rendah. Suatu zat
yang berbeda konsentrasi dengan zat lain di sekitarnya dapat mengalami peristiwa
osmosis yang menyebabkan kedua zat tersebut konsentrasinya sama. Peristiwa ini
disebut dengan isotonik (Halim dkk, 2020).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Difusi dan Osmosis
Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara
tanaman dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang
mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak
antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar air tanah, dan volume akar
tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada
tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan
akar rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi atau
meningkat.Unsur P dan K diserap terutama melalui difusi (Mindari, et. al., 2018).
Menurut Yahya (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi difusi yaitu,
Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin besar
ukuran dan jumlah partikel maka semakin lambat pula partikel itu bergerak
sehingga kecepatan difusi melambat. Ketebalan membran, Semakin tebal
membran, semakin lambat kecepatan difusi. Sebaliknya, semakin tipis membran
maka jarak antara dua konsentrasi semakin kecil sehingga difusi semakin cepat.
Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat terjadi kecepatan
difusinya. Jarak, Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat
kecepatan difusinya. Suhu, Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi
untuk bergerak dengan lebih cepat maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis, yaitu kadar air
dan materi terlarut yang ada dalam sel serta kadar air dan materi terlarut
yang ada di luar sel. Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air
melintasi suatu selaput atau membran. Air selalu bergerak melewati membran
ke arah sisi yang mengandung jumlah terlarut paling banyak dan kadar
air paling sedikit (Samsuri, et. al., 2015).
2.3 Peran Difusi dan Osmosis pada Tanaman
Difusi osmosis berperan penting dalam pengabsorbsian air yang dilakukan
oleh sel-sel tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi mengandung 70% air yang
terdapat di dalam sel tumbuhan dewasa (air vakuola) yang masuk dengan cara
osmosis. Peristiwa plasmolisis (protoplas yang kehilangan air, sehingga volume
sel menyusut dan akhimya dapat terlepas dari dinding sel) sangat tergantung pada
peristiwa osmosis, proses osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi
membran tersebut telah mencapai keseimbangan (Harahap, 2012).
Pengaruh mengenai ketersediaan air bagi tanaman adalah berupa transpor
hara dari tanah. Hara yang berada dalam tanah diangkut melalui air yang terserap
oleh tanaman melalui proses difusi osmosis yang terjadi. Sehingga proses
fotosintesis berlangsung dengan baik dan memacu penimbunan karbohidrat dan
protein pada tanaman (Fitriyah, 2017).
Pada tumbuhan, air dan mineral diserap oleh akar dari dalam tanah.
Sedangkan gas-gas seperti O2 dan CO2 diambil oleh stomata daun dari udara
disekelilingnya. Air dan garam mineral masuk ke akar melalui epidermis akar
secara difusi dan osmosa. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
konsetrasi sel-sel akar dan tanah di lingkungannya (Syamsuri, 1999).
2.4 Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan Tanaman
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi yang berkebalikan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput
yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi rendah. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar
pula tekanan potensial osmotiknya. Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan
desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi (Yahya. 2018).
Potensial osmotik disebut juga potensial osmotik sel, dapat diartikan
sebagai kemampuan sel untuk menyerap air dari lingkungan. Semakin besar
tekanan osmotik suatu sel, maka semakin tinggi kemampuan sel untuk mengambil
air dari lingkungannya. Selain tekanan osmosis, sel mempunyai tekanan turgor
yang merupakan tekanan air terhadap membran yang melekat pada membran sel.
Tekanan turgor ditentukan oleh kandungan air dalam sel (Gunawan, 2015).
Keseimbangan air dalam tumbuh tumbuhan dikendalikan oleh 3 jenis
potensial yang secara alamiah bekerja dan saling berinteraksi dalam sel jaringan
tumbuhan yaitu potensial air total (0), potensjal osmotik (06) dan potensial turgor
0P. Ketiga potensial ini saling berinteraksi sepanjang hidup sel/jaringan dan
mengendalikan berbagai mekanisme dalam tubuh tumbuhan seperti transportasi
air, transportasi hara dan pembelahan sel (Naiola dan Hoesen, 2003).
Sel-sel tumbuhan yang mengalami stres air potensial air (0) akan bergerak
ke arah lebih negative (lebih rendah), karena potensial air adalah fungsi
kandungan air. Beberapa spesies tumbuhan mampu mengembangkan mekanisme
internal untuk mengantisipasi perubahan potensial air ini; yaitu dengan cara
mengatur nilai potensial osmotiknya kearah lebih negative/ lebih rendah (lower
osmotic potential), mengikuti arah potensial air, yang dikenal dengan istilah
regulasi osmotik (osmotic adjustment; osmoregulation). Regulasi osmotik dapat
dicapai dengan cara mensintesa dan mengakumulasikan beberapa solut dengan
berat molekul kecil dalam selnya ke dalam semua kompartemen sel seperti
vakuol, sitoplasma dan organela. Jika semakin banyak solut diakumulasi dalam
cairan sel tumbuhan, maka nilai potensial osmotik yaitu akan semakin besar (lebih
rendah-lebih negatif) (Naiola dan Hoesen, 2003).
2.5 Turgiditas dan Plasmolisis
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, diman air menyusun
60-90 % dari berat daun. Jumlah air dikandung tiap tanaman berbeda, hal ini
bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan herbal
lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan yang berdaun
tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan hidrofik 85-98 % dan
tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % (Fitter dan Hay, 1981).
Dalam sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan
untuk mengangkutnya selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan
untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis; dan air dapat
menyebabkan terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan
untuk aktivitas katalisnya. Bila persedian air dalam tanah sedikit maka tumbuhan
akan menyerap air sedikit pula, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhannya.
Jika persediaan air tanah makin kurang maka tumbuhan tersebut akan mengalami
kelayuan. Air merupakan factor utama pertahanan tumbuhan (Bidwell, 1979).
Fungsi air yang paling penting dalam kehidupan akan dapat di jumpai pada reaksi-
reaksi biokimia dalam protplasma yang di kontrol oleh enzim. selain itu peranan
air juga sebagai pembentuk koloid dalam protoplasma, memberikan hidrolik pada
sel sehingga menimbulkan turgor pada sel-sel
tumbuhan, sebagai stabilisasi dan pemindahan panas.
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel melalui
membrane sel akibat dari pengaruh gradient konsentrasi. Peristiwa plasmolisis ini
terjadi jika sel dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonis terhadap plasma sel,
menyebabkan air merembes ke luar dinding sel. Hal ini terjadi karena deficit
tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah dari deficit tekanan difusi yang ada
di sekitar sel, sehingga air akan meninggalkan sel sampai deficit tekanan difusi di
dalam dan deficit tekanan difusi di luar sel sama besar. (dwijo seputro.1990:77).
Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya perpindahan molekul dari
kerapatan rendah ke kerapatan tinggi. Perpindahan molekul ini dinamakan
osmosis.
2.6 Hubungan Difusi Osmosis Terhadap Potensial Osmotik
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas,
misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh
dinding sel dan relative hanya sedikit aliranair yang dapat diakomodasikan oleh
elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis berkembang dalam
vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalamdinding sel dan
meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel yang
berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya
dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang,
tekanan turgor menjadi ataumempunyai nilai maksimum dan disini air tidak
cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay, 1981).
Dwijoseputro (1985), menjelaskan bahwa pemasukan air dari dalam tanah
ke dalam jaringan tanaman melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis.
Dengan masuknya air melalui sel akan tentulah akan terbawa ion-ion yang
terdapat di dalam tanah karena larutan tanah mengandung ion.
Didalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika
tanah dalamkeadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Dalam
keadaan ini jumlah air yang disimpan di dalam tanah, jadi merupakan jumlah air
maksimum disebut Kapasitas Penyimpanan Air Maksimum. Selanjutnya, jika
tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang berpori akan terisi udara
dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan seperti ini maka tanah dapat
dikatakan tidak jenuh (Islami dan Utomo, 1995).
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan
kerjadibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan
atmosfer dan padasuhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif,
karena air pelarut dalam larutan itumelakukan kerja kurang dari air murni. Kalau
tekanan pada larutan meningkat, kemampuanlarutan untuk melakukan kerja (jadi,
potensial-air larutan) juga meningkat. (Salisbury dan Ross,1995).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Pondok Nurul Ezki, Perintis Kemerdekaan


7, Makassar pada hari sabtu 25 September 2021 pukul 13.00 WITA sampai
selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lap kasar, lap halus,
tissue, timbangan analitik, cutter, pelubang umbi, mistar, pinset, gelas bening.
Adapun bahan yang digunakan diantaranya 1 kg sukrosa, aquades, umbi
kentang besar, dan aluminium foil.
3.3 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur kerja praktikum sebagai berikut :
1. Cuci bersih Kentang dan wortel yang akan digunakan, kemudian lap
sampai kering dengan menggunakan berturut turut lap kasar, lap halus dan
tissu.
2. Cuci bersih peralatan yang akan digunakan dengan detergen sampai
bersih, kemudian keringkan dengan lap kasar dan lap halus.
3. Timbang sukrosa untuk membuat seri larutan sukrosa: 0,0; 0,25; 0,5; 0,75
dan 1,0Molar dengan menggunakan aquades.Catatan: Untuk membuat
larutan sukrosa sesuai dengana Molaritas larotan yang akan digunakan
rumus: Molar = (g/BM)/1 L pelarut.
4. Buatlah selinder umbi kentang dengan menggunakan pelubang gabus,
kemudian potong silinder umbi tersebut dengan ukuran 40 mm sebanyak
40 buah.
5. Masukkan 4 potong silinder kentang kedalam masing-masing seri larutan
sukrosa 30 ml: 0,0; 0,25; 0,5; 0,75 dan 1,0 M.
6. Kerjakanlah dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan dari
permukaan selinder kentang.
7. Tutuplah rapat botol tersebut dengan menggunakan aluminium foil dan
biarkan selama 40 menit.
8. Ambillah dan ukurlah panjang potongan-potongan kentang tadi.
9. Hitung rata-rata pajang selinder umbi dari tiap kelompok perlakuan
sukrosa.
10. Buat grafik hubungan antara ukuran panjang umbi (sumbuY) dengan
konsentrasi larutan sukrosa (sumbu X).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1
Panjang Silinder Kentang (cm)

3.9

3.8

3.7

3.6

3.5
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
3.4 Konsentrasi (M)

Gambar 1. Grafik Perbandingan Panjang Silinder Kentang Setiap Konsentrasi

4. 2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kentang mengalami
perubahan panjang disetiap kelompok control yang telahdibuat sebagaiman yang
ada di dalam grafik pada bagian hasil. Hal ini terjadi karena sifat/konsentrasi
molaritas dari larutan itu sendiri. Menurut Khairunna (2019) bahwa pelarut
bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) dalam hal ini ialah
ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik) yang bertujuan menyamakan
konsentrasi kedua larutaan. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada
larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik.
Pada percobaan yang dilakukan, gelas pertama dengan konsentrasi 0 M
tidak mengalami perubahan ukuran karena kentang dan aquades memiliki
konsentrasi yang sama. Sedangkan pada gelas kedua hingga kelima dengan
konsentrasi sukrosa yang berturut-turut adalah 0,25 M, 0,5 M, 0,75 M dan 1 M
mengalami perubahan ukuran. Hal ini menandakan bahwa terjadi perpindahan
ukuran potensial air dari dalam ke luar kentang.
Pada percobaan pertama, gelas pertama dengan konsentrasi 0 M kentang
tidak mengalami perubahan panjangnya tetap 4 cm. Pada gelas kedua dengan
konsentrasi 0,25M itu panjangnya menjadi 3,9 cm. Pada gelas ketiga dengan
konsentrasi 0,5 M mengalami perubahan panjang menjadi 3,7 cm. Percobaan
keempat dengan konsentrasi 0,75 M juga mengalami perubahan panjang menjadi
3,6 cm dan pada percobaan terakhir dengan konsentrasi 1 M juga mengalami
perubahan menjadi 3,5 cm.
Selain itu, terjadi juga plasmolisis dalam percobaan yang dilakukan.
Plasmolisis itu sendiri menurut Huda (2020) dalah suatu peristiwa atau respon
yang dapat terjadi akibat adanya proses osmosis yang terjadi. Adapun hubungan
antara plasmolisis dengan potensial osmotik yaitu saat larutan disekitar sel bersifat
hipertonis maka cairan di dalam kentang akan terdorong keluar sebagai akibat dari
tekaan osmotik di luar lebih rendah dari pada di dalam kentang.
BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telalh dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa, Difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah, yaitu penurunan gradien konsentrasi sampai mencapai
keseimbangan dan penyebarannya seimbang.
5.2 Saran
Penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
difusi dan potensial air jaringan tanaman agar dapat mengetahui lebih jelas lagi
mengenai hal tersebut. Terlebih pelum semuanya yang melakukan praktikum ini
di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, D. 1986. PengantarFisiologiTumbuhan. Jakarta :PT. Gramedia


Gunawan S. 2015. Biologi. Jakarta. CV. Pusat Perbukuan.
Harahap Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan. Medan: Unimed Press. ISBN 978
602-8848-88-6.
Mindari, Wanti, Bakti Wisnu Widjajani & Rossyda Priyadarsini. 2018. Kesuburan
Tanah dan Pupuk. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nasrulloh, T. Mutiarawati & W. Sutari. 2016. Pengaruh Penambahan arang sekam
dan jumlah cabang produksi terhadap pertumbuhan tanaman, hasil dan
kualitas buah tomat kultivar doufu hasil sambung batang pada inceptisol
Jatinangor. Jurnal Kultivasi. Vol. 15, No.(1): 26-36.
Salisbury and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB : Bandung
Samsuri, Taufik, Hunaepi & Abdul Aziz. 2015. Buku Ajar Biologi Berbasis
Inquiri. Mataram: Penerbit Duta Pustaka Ilmu.
Syamsuri, I. 1999. Biologi 2000 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solonum Tuberosum
dan Daucus Carota. Jurnal Biology Education. Vol. 4, No. (1).
LAMPIRAN

Lampiran 1: tabel hasil pengamatan

Lampiran 2: dokumentasi kegiatan

a. mengupas kentang b. melubangi kentang

c. menuangkan aquades d. memasukkan kentang


e. menutup gelas dengan f. mengukur kentang dan
aluminium foil dan diamkan catat hasilnya

Anda mungkin juga menyukai