46538-Article Text-133376-1-10-20210705
46538-Article Text-133376-1-10-20210705
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst
Abstract
This study aims to describe the existence of Tortor Ija Juma Tidahan in the Simalungun community in
Simalungun Regency. The theory of existence from Soejono Soekanto (2008: 8) and the theory of historical
approaches from Ibn Khaldun and Aloy Meister (1332 - 1406 AD). The existence of Soejano Soekanto explained
that existence is influenced by two factors, namely internal factors and external factors, the theory of historical
approaches by Ibnu Kaldun and Aloyr Meister, Gilbert Caragghan as a tool to help in knowing the history of the
existence of Tortor Ija Juma Tidahan. The research was conducted starting from September - November 2020. The
research location was in Simalungun Regency, precisely in Raya District. The research method uses qualitative
research, data collection techniques by observation, interviews, and documentation. The informants in this study
were dance coaches, dancers and studio managers. Qualitative descriptive data analysis technique. The results of
the study were analyzed in three different time periods, namely the 1962-1972 era, explaining that Tortor Ija Juma
Tidahan was still in the form of customary activities to look for land, motive motives in this era had no movement
standardization, because it prioritized sacred values or worship to Debata, and for costumes still paying attention
to sacred values in its presentation, 1980-1990 Tortor Ija Juma Tidahan began to shift its existence was no longer
as a traditional activity but was still used in rondang bintang parties and juxtaposed in the Simalungun tortor
order, in this diera the form of presentation is only different in some forms of motion that have been there are
additions. 1990-now pure is no longer used in custom, more often used for entertainment activities and Sunday
school for Christians in the church. For costumes in this era, many colors have been created.
95
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
96
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
97
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
Penulis mengamati dari ketiga era menutupi tubuh bagian dada sampai ke
diatas, terjadi perubahan yang dilihat dari bawah lutut untuk perempuan. Untuk
fungsi, bentuk gerak, dan busana yang kepala perempuan hanya di tutupi dengan
digunakan pada masanya. Keberadaan Hiou dengan cara melilitkannya saja.
tentang Tortor Ija Juma Tidahan diperoleh Sedangkan busana untuk laki-laki hanya
informasi dari beberapa informan yang menutupi dari pinggang sampai ke bawah
berbeda masa, sebagai berikut: lutut. Namun sayangnya dokumentasi
yang dibutuhkan pada era ini tidak
Tortor Ija Juma Tidahan Era 1960-an didapatkan, hanya informasi dari
Sampai 1970 informan saja yang diperoleh.
Masa ini, berdasarkan narasumber
Oppung Raminah Garingging, yang lahir Tortor Ija Juma Tidahan Era 1970-an
di Sorbadolog 10 Oktober 1934, Sampai 1990
merupakan pemilik sanggar Rayantara Pada era ini, narasumber yang
yang aktif bergelut dibidang kesenian di dilibatkan menjadi informan bernama
Simalungun. Menurut pernyataan beliau Saman Daulay. Saman Daulay lahir di
pada masa era 1962-an, Tortor Ija Juma Serbelawan, 2 Desember 1964 dan beliau
Tidahan sangat popular yang dibawakan merupakan staff pengajar di Yayasan
dalam upacara adat sebelum bertani. Sultan Agung Pematang Siantar. Beliau
Tortor Ija Juma Tidahan ditampilkan juga aktif dalam menggerakkan kesenian
bersama rangkaian tortor Simalungun budaya Simalungun dalam event event
lainnya, seperti: Tortor somba, Tortor daerah maupun nasional. Menurut
sitalasari, Tortormartonun, Tortor ija juma pendapat beliau diera 1975 yang pada saat
tidahan, Tortor haroan bolon dan Tortor itu beliau sudah aktif bergerak sebagai
manduda. Menurut beliau keenam Tortor penggiat seni Simalungun, Tortor Ija Juma
ini dilakukan ketika ingin bertani, Tidahan sering dibawakan dalam ajang-
dikarenakan fungsi serta arti dari keenam ajang festival seperti pesta Rodang Bintang
Tortor tersebut berkesinambungan. Tortor dan event-event lainnya. Tortor Ija Juma
Ija Juma Tidahan merupakan elemen yang Tidahan juga aktif ditarikan di semua
sangat penting dikarenakan mencari lahan sekolah ketika pagi hari. Secara tidak
yang tepat akan berpengaruh kepada langsung Tortor Ija Juma Tidahan dipelajari
tanah yang ingin ditanami bibit. Jadi, Ija oleh setiap siswa pada saat itu, guna untuk
Juma Tidahan dilakukan dengan tujuan melestarikan budaya Simalungun itu
agar hasil panen yang diharapkan bisa sendiri dan supaya generasi pada masa itu
tercapai dengan baik dan sesuai harapan. mengetahui bentuk dari beberapa Tortor
Dilihat dari bentuk/motif gerak di Simalungun salah satunya Tortor Ija
pada era tersebut belum ada pembakuan Juma Tidahan.
gerak, karena lebih mengutamakan nilai Pada saat itu ragam gerak yang
sakral atau pemujaan kepada Debata dibawakan setiap sekolah sama dan
sebagai pencipta dan pemberi sesuatu. dipelajari disetiap sekolahnya. gerak yang
Gerakan yang dipakai banyak berpola dilakukan sudah bertambah dari masa
kepada pengharapan atau doa-doa kepada sebelumnya yaitu, gerakan mamilit abalan
sang pencipta, seperti gerakan sombah, nalahou sihojahon parlobei, bani holang-
marsiadap ari (gerak berharap kepada holang ni horja sidea maroereh, mardarami
debata), dan dieter lupa halani domma salosei abalan naumboru nalaho sihorjaon, dan
horjsa (gerak ungkapan syukur kepada napahiduhon gareh nalahou manghibur dirita
debata). Gerakan tersebut dilakukan secara sendiri. Beliau tidak mengetahui pasti
berulang-ulang dengan menunjukkan siapa yang membakukan gerak tersebut,
sikap berharap kepada Debata agar hasil tetapi gerakan tersebut sama setiap
panen menjadi baik. sekolahnya, dan menurut Yusnizar
Selanjutnya busana yang Heniwaty, pada mas nya Tortor ini juga
digunakan sangat sederhana, dimana para sangat populer dipargelarkan dalam
penari hanya menggunakan Hiou untuk acara-acara penting dan perlombaan tari
98
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
yang diselenggarakan oleh pemerintah Bagan 1. Tahapan Gerak Tortor Ija Juma
maupun instansi swasta. Tidahan
Busana yang digunakan pada era Tahapan Ragam Gerak
ini sudah mengalami perubahan model. Gerak
Penari sudah menggunakan kebaya Gerak ● Rap mardalani hu abalan
sebagai busananya, dan Hiou digunakan Awal (intro masuk awal )
sebagai kain yang diletakkan untuk
menutupi dari bagian pinggang sampai ● Mamillit abalan nalahou
bawah lutut, dan ditambahkan lagi suri- sihojahon parlobei
suri yang diletakkan seperti ikat pinggang. ● Mambornihkan abalan
Pemilihan warna Hiou masih dengan nai mulai hun atas dolo ai
warna-warna yang gelap seperti merah igisikkon hu tonih
marun dan hitam. Gerak Isi ● Marsiuruppan laho
paborsikon abalan
Tortor Ija Juma Tidahan Era 1990-an
Sampai Sekarang ● Marsiadap ari
Pada tahun 1990-an Tortor Ija Juma ● Bani holang-holang ni
Tidahan terus mengalami perubahan, baik horja sidea maroereh
dari fungsi, bentuk gerak, dan busananya. ● Manggarap abalan
Berdasarkan informasi dari narasumber
bernama Afryl Garingging bahwa Tortor ● Marpindah hu abalan
Ija juma Tidahan telah banyak mengalami nalegan nalahou
perubahan. Afryl Garingging lahir di ihorjahon
Pematang Raya 26 April 1995 dan beliau ● Marsiurupan pakan
merupakan seniman sekaligus penari mambere hogogoan
Simalungun yang sampai sekarang aktif di hubani hasoman na loja
bidang kesenian khususnya tarian
Simalungun. Pada era ini Tortor Ija Juma ● Halojaon dolo salosei
Tidahan banyak dipakai pada sekolah marindap ari
minggu bagi ummat nasrani ketika ● Mandarami abalan
beribadah di gereja. Fungsi di sekolah naumbaru nalaho
minggu itupun hanyas ebagai hiburan bagi sihorjaon
ummat Nasrani ketika berada di gereja,
Gerak ● Napahiduhon gereh
dan juga ditampilkan pada acara
Akhir nalahou manghibur dirita
pernikahan masyarakat Simalungun.
Menurut pendapat Afril Garingging diera sandiri
beliau 1995 sampai sekarang Tortor Ija ● Margantih-gantih
Juma Tidahan masih sering ditarikan dan marsiurupan pakan
gerak yang dibawakan tidak bersifat baku, mangghorjahon
hanya saja ada kesamaan dari beberapa
● Maribere dukungan
gerak yang dibawakan seperti harus ada
manerser, berhadapan dan sombah, selain ● Dieter lupa halani domma
gerak itu boleh di kreasikan. salosei horja
Secara bentuk pertunjukkan Tortor
Ija Juma Tidahan belum teridentifikasi Masing-masing tahapan memiliki
secara detail, dikarenakan kekurangan ragam gerak yang mempunyai makna
dokumentasi yang diperoleh dari para berbeda-beda. Gerak awal banyak
narasumber. Sehingga bentuk Tortor Ija menyimbolkan do’a dan pengharapan
Juma Tidahan hanya dapat diperoleh dari kepada tuhan, gerak isi mengandung
hasil wawancara dengan narasumber. membuka lahan atau bekerja mencari
Adapun bentuk-bentuk penyajian dalam lahan, dan gerak akhir terdiri mengandung
Tortor Ija Juma Tidahan terdiri dari 3 makna suka cita dan penutup dalam
tahapan gerak (lihat bagan 1). kegiatan Ija Juma Tidahan.
99
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
Kostum yang dipakai juga sudah Juma Tidahan bahwa pada era tersebut
dikreasikan atau lebih menonjolkan kesan Tortor ini memang sebagai bentuk
mewah, dilihat dari warna-warna hiou hubungan antara manusia dan tuhan
yang kontras. Pada masa sekarang ini terhadap pekerjaan masyarakat
Tortor Ija Juma Tidahan banyak Simalungun.
menampilkan gerakan-gerakan yang Seiring berjalannya waktu, Ija Juma
bervariasi, tidak lagi mengutamakan Tidahan mengalami pergeseran fungsi
gerakan baku atau tradisi, lebih pada sebagai bentuk kesakralannya. Pergeseran
kebutuhanpertunjukan. Musik yang fungsi terjadi karena berkembangnya
mengiringi tortor pada masa ini sosial budaya masyarakat yang memiliki
menggunakan musik iringan yang dipakai sifat saling mempengaruhi satu sama lain
iyalah musik dengan lagu Ija Juma Tidahan dan tidak pernah lepas dari adanya kontak
yang diciptakan oleh Taralamsyah. budaya lain (Narawati, 2004). Tortor Ija
Berdasarkan wawancara dengan bapak Juma Tidahan mulai masuk ke ranah tari
Saman Saragih bahwa penggunaan musik hiburan yang penempatan penyajiannya
ciptaan Taralamsyah dikarenakan irama di ajang festival. Salah satu ajang tersebut
yang digunakan sesuai dengan pola-pola adalah pesta Rondang Bintang yang setiap
gerak, tempo sedang yang sesuai dengan tahunnya dilaksanakan oleh masyarakat
rasa dalam penyampaian isi dari lagu Simalungun. Hal ini mengartikan bahwa
sehingga makna Tortor Ija Juma Tidahan masyarakat masih menganggap tari ini
dalam lirik dan irama lagu lebih sebuah tari tradisi tetapi tidak mempunyai
tersampaikan kepada penikmat yang nilai kesakralan yang tinggi, karena fungsi
menikmati Tortor IjaJuma Tidahan. penyajiannya tidak lagi di tempat kan
Pada mulanya Tortor Ija Juma sebagai arena pencarian lahan yang wajib
Tidahan adalah sebagai aktivitas adat dilakukan ketika ingin bertani.
untuk membuka lahan untuk bertani, Diera modern sekarang Tortor Ija
namun di masa ini Tortor Ija Juma Tidahan Juma Tidahan justru seakan dilupakan
lebih sering dipakai sebagai aktivitas oleh beberapa masyarakat Simalungun
hiburan seperti tampil di sekolah minggu di dan menganggap Tortor Ija Juma Tidahan
gereja-gereja dan acara pernikahan hanyalah sebuah musik iringan yang
masyarakat Simalungun, dikarenakan dibawakan karena alunan musik yang
aktivitas hiburan lebih menonjol dari indah. Fungsi penyajiannya lebih kearah
aktivitas adat di Kabupaten Simalungun. hiburan dan tidak ada bentuk kesakralan
Pada masa ini kita dapat melihat sedikitpun dalam era ini. Bahkan peneliti
keberadaan dari Tortor Ija Juma Tidahan menanyakan kepada masyarakat awam
pada acara-acara peresmian, pentas tentang Tortor Ija Juma Tidahan mereka
budaya serta pada acara-acara mengatakan itu hanyalah musik karya
penyambutan tetamu dan ditampilakan Taralamsyah.
sebagai tari hiburan. Keberadaan Tortor Ija Juma
Tidahan dari masa ke masa sesuai dengan
penjelasan diatas terlihat adanya
Keberadaan Tortor di Masyarakat perubahan dalam beberapa aspek. Hal ini
Tortor Ija Juma Tidahan pada dapat dilihat dari susunan penyajian
awalnya merupakan Tortor tradisi yang tortor, ragam tortor, iringan tortor, busana
berfungsi sebagai pencarian lahan bagi yang digunakan, dan tujuan penyajian..
masyarakat Simalungun. Dalam tradisi Sesuai dengan teori perubahan yang
pencarian lahan tersebut tentulah para dikemukakan oleh Alvin Boskoff
penari ataupun pencari lahan menarikan (Cahnman, 1964), bahwa faktor-faktor
Ija Juma Tidahan bersama-sama demi yang mempengaruhi pertumbuhan Tortor
pencarian lahan yang berkah di sekitar Ija Juma Tidahan dipengaruhi oleh faktor
lahan yang ingin dicari atau digarap. internal dan faktor eksternal yang
Adapun fungsi dalam penyajian tersebut menjadikan keberadaan tortor masih ada
sebagai bentuk kesakralan dari Tortor Ija sampai saat ini.
100
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
101
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
102
Khairur Rahman / Jurnal Seni Tari (10) (1) 2021
DAFTAR PUSTAKA
Crisswell, J. W. (n.d.). Research Design :
Pendekatan Kualitatif,. Kuantitatif,
dan Mixed. Pustaka Pelajar.
Erond L, D. (2017). Tortor : Gerak Ritmis,
Ekspresi Berpola dan Maknanya
Bagi Orang Simalungun. Simetri
Institute.
Saragih, S. (2014). Jejak Sepi Seorang
Komponis Legendaris. Bina Media
Perintis.
Cahnman, W. J. (1964). Sociology and
History: Theory and Research (A. Boskoff
(ed.)). The Free Press Glencoe.
Hadi, Y. S. (2005). Sosiologi Tari. Pustaka.
Jazuli, M. (2011). Sosiologi Seni (1st ed.).
UNS Press.
Koentjaraningrat. (1990). Metode-metode
Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Narawati, T. (2004). Dari Ritual Ke
Panggung Pertunjukan:
Perkembangan Tari Dalam
Kehidupan Masyarakat. Humaniora,
16(3), 332–343.
https://doi.org/https://doi.org/10.
103