Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kering Kaempferia galanga L.
Dengan Metode Maserasi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK :2
KELAS :B
1. Novianti Syachrani S. (201910410311067)
2. Muhammad Isra Idris (201910410311075)
3. Puput Nilam Sari (201910410311079)
4. Awang Farhan Ferdyan S. S. (201910410311080)
5. Devi Novitasari (201910410311081)

DOSEN PEMBIMBING :
Apt. Siti Rofida, S.SI., M.Farm
apt. Amaliyah Dina A., M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mempelajari dan melakukan praktik dalam pembuatan ekstrak kering
dengan menerapkan metode ekstraksi.
2.2 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam keanekaragaman hayati
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Keanekaragaman hayati di dalamnya
termasuk kencur (Kaempferia galanga) yaitu tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat
tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat. Kencur merupakan tanaman tropis yang
banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara.
Obat Herbal seperti kencur memiliki kegunaan yang sudah dikenal dikalangan
masyarakat baik digunakan sebagai salah satu bumbu masak, ataupun sebagai pengobatan,
biasanya kencur dikenal sebagai obat untuk mengobati berbegai masalah kesehatan diantaranya
mengobati batuk, mual, bengkak bisul maupun sebagai anti toksin seperti keracunan. Selain itu
juga terdapat manfaat lain dari kencur yang apabila dicampurkan dengan bahan lain seperti
minyak kelapa yang dapat meredekan kaki yang keseleo. Kencur sendiri apabila sudah diolah
menjadi minuman seperti beras kencur dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah dan
menghilangkan masuk angina hal ini dikarenakan didalam kencur terdapat beberapa senyawa
seperti minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol yang diketahui memiliki banyak manfaat.
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman herbal yang memiliki khasiat obat
yang hidup didaerah tropis dan subtropis. Pemanfaatan kencur baik pada kalangan industry
maupun rumah tangga bukan hanya digunakan sebagai obat namun bisa juga sebagai makanan,
minuman yang kaya akan manfaat bagi kesehatan. Pada negara berkembang seperti Indonesia
penggunaan bahan baku herbal kini lebih sering digunakan karena memiliki harga yang lebih
murah serta banyak tumbuh didaerah tropis sediaan herbal juga pada dasarnya dianggap lebih
aman, lebih efektif, dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan
kimia pada sediaan obat (Soleh & Megantara, 2019).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L.)
Kencur (Kaemferia galanga L.) merupakan tanaman herbal yang memiliki khasiat obat
yang dapat hidup di daerah tropis dan subtropic. Pemanfaatan kencur baik pada kalagan
industry maupun rumah tangga bukan hanya digunakan sebagai obat, tetapi juga dapat
digunakan sebagai makanan (Soleh & Megantara, 2019).
2.1.1 Klasifikasi

Gambar 1 Kaempferia galanga L.

https://eprints.umm.ac.id/39314/3/BAB%202.pdf

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Phanerogamae
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Scitaminales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L. (Soleh & Megantara, 2019)

2.1.2 Morfologi Tanaman Kencur


Morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang memiliki ukuran kurang
lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun, memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal
yang pinggir daunnya berwarna merah kecoklatan. Bentuk daun kencur menjorong, ada
yang menjorong lebar dan ada yang berbentuk bundar, ukuran daun kencur memiliki panjag
7 – 15 cm, lebar 2 – 8 cm, dengan ujung daun runcing panglai berkeluk dan tepi daun rata.
Permukaan daun bagian atas tidak mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu
yang halus, tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara 3 – 10 cm yang
terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2 – 4 cm yang memiliki warna putih.
Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari 2 – 3 lembar dengan susunan yang saling
berhadapan. Kencur mempunyai bunga yang tunggak yang berbentuk seperti terompet
dengan panjang bunga 3 – 5 cm.
Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning yang memiliki panjang 4 mm,
untuk putik kencur memiliki warna putih agak keunguan, bunga tersusun setengah duduk
dengan jumlah mahkota bunga 4 – 12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih.
Kencur memiliki perbedaan dengan family yang lainnya pada bagian daun yang menjalar
dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut akar yang memiliki
warna coklat agak kekuningan. Rimpangnya memiliki ukuran yang pendek berbentuk
seperti jari yang tumpul dengan warna coklat kemudian bagian kulit rimpang kemcur
memiliki warna coklat yang mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang
kencur. Pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti daging yang
tidak berserat (Soleh & Megantara, 2019).
2.1.3 Kandungan Tanaman
Kandungan kimia dari rimpang kencur adalah pati, mineral, flavonoid, alkaloid,
dan minyak atsiri. Pada rimpang kencur mengandung 1,0 – 2,50% minyak atsiri yang terdiri
dari sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene,
paraeumarin, asam anisat dan alkaloid. Selain itu juga terdapat sinnamal, aldehide, asam
motil p-kumarik, asam annamat, etil asetat dan pentadekan. Diantara kandungan kimia ini,
etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari kencur. Tanaman kencur
mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4 2,9% yang terjadi atas etil
parametoksi sinamat (30%). kamfer, borneol, sineol, penta dekaan. Adanya kandungan etil
para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan sinamat (Primawati
& Jannah, 2019).
2.1.4 Manfaat Tanaman
Obat Herbal seperti kencur memiliki kegunaan yang sudah dikenal dikalangan
masyarakat baik digunakan sebagai salah satu bumbu masak, ataupun sebagai pengobatan,
biasanya kencur dikenal sebagai obat untuk mengobati berbegai masalah kesehatan
diantaranya mengobati batuk, mual, bengkak bisul maupun sebagai anti toksin seperti
keracunan. Selain itu juga terdapat manfaat lain dari kencur yang apabila dicampurkan
dengan bahan lain seperti minyak kelapa yang dapat meredekan kaki yang keseleo. Kencur
sendiri apabila sudah diolah menjadi minuman seperti beras kencur dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, mencegah dan menghilangkan masuk angina hal ini dikarenakan didalam
kencur terdapat beberapa senyawa seperti minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol yang
diketahui memiliki banyak manfaat. Senyawa obat salah satunnya ditemukan dari tanaman
herbal, yaitu tanaman bahan baku obat herbal yang memiliki kandungan metabolit sekunder.
Metabolit sekunder didefinisikan sebagai senyawa yang dihasilkan atau disintesis dari
tanaman yang sering digunakan sebagai pertahanan yang ditemukan pada tanaman yang
spesifik sehingga metabolit sekunder hanya terjadi pada saat kondisi tertentu dengan jumlah
yang sedikit
2.2 Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (BPOM RI, 2010).
Berdasarkan konsistensinya ekstrak dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Ekstrak cair: ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Liquida)
2. Semi solid : ekstrak kental (Extracta Spissa)
3. Kering : ekstrak kering (Extracta Sicca)
Ekstraksi ialah pemisahan atau proses pemisahan dengan penambahan pelarut dari bahan
padat atau bahan cair. Pelarut sendiri harus bisa mengekstrak substansi yang akan dicapai tanpa
melarutkan bahan atau material lain (Widodo et al., 2019). Beberapa metode ekstraksi senyawa
organik bahan alam yang umum digunakan antara lain :
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Metode ini menggunakan pelarut yang akan berdifusi masuk kedalam sel bahan yang
selanjutnya senyawa aktif akan keluar akibat dari tekanan osmosis, biasanya juga
dilakukan pengadukan dan pemanasan untuk mempercepat proses ekstraksi. Pelarut
yang sering digunakan yaitu aseton dan etanol. Keuntungan metode ini yaitu
sederhana, mudah, dan biaya yang murah (Maleta et al., 2018).
b. Perkolasi
Metode perkolasi adalah metode ekstraksi dengan mengalirkan pelarut secara terus
menerus pada serbuk. Perkolasi dapat menarik senyawa metabolit sekunder lebih
baik dari maserasi (Yusianti and Nirwana, 2020).
2. Cara Panas
Menurut Hasrianti et al (2016) metode ekstraksi dengan cara panas meliputi :
a. Sokletasi
Menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat dihemat karena
terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik
untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas,
b. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur kamar yaitu pada suhu 40-50°C.
c. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu
tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90°C)
selama 15 menit.
e. Dekok
Dekok adalah ekstrasi dengan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.
BAB III
METODE
3.1 Prosedur Kerja
Metode Maserasi Kinetika
1. Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi
2. Ditambahkan 1200 ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi
3. Hasil no. 2 ditambahkan 600 ml etanol 96 %, aduk sampai homogen, tutup bagian mulut
bejana dengan aluminium, lakukan pengadukan pada kecepatan tertentu (semua serbuk
simplisia teraduk) selama 2 jam. (catat kecepatan yang digunakan)
4. Hasil maserasi pada no. 2 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
kinetika dengan 1200 ml etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang sama
(perlakuan no. 3)
5. Hasil maserasi pada no. 3 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
kinetika dengan 1200 ml etanol 96 % pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang
sama (perlakuan no. 3).
6. Disaring kembali maserasi no. 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu.
7. Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml.
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu penguapan dengan
penurunan tekanan hingga volume tersisa ± 400 ml (tanda kaliberasi) dan pindahkan
hasilnya kedalam loyang. Ratakan ekstrak pada loyang
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20 g) dengan ditaburkan sedikit demi
sedikit secara merata kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai).
3.2 Bagan Alir
Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi

Ditambahkan 1000 ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi

Ditambahkan 600 ml etanol 96 %, aduk sampai homogen, tutup bagian mulut


bejana dengan aluminium, dilakukan pengadukan pada kecepatan tertentu selama 2
jam

Hasil maserasi pada no. 2 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
kinetika dengan 1200 ml etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang
sama

Hasil maserasi pada no. 3 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
kinetika dengan 1200 ml etanol 96 % pada residu selama 2 jam pada kecepatan
yang sama

Disaring kembali maserasi no. 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu

Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml

Dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu penguapan dengan penurunan tekanan


hingga volume tersisa ± 400 ml (tanda kaliberasi) dan pindahkan hasilnya kedalam
loyang. Ratakan ekstrak pada loyang
Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20 g) dengan ditaburkan sedikit
demi sedikit secara merata kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)

Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)


BAB IV
HASIL

DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat Asli Indonesia,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,Jakarta, hal 30-31.
Harborne, J. B.. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Edisi kedua, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soedira, edisi II,
Hal. 4 – 7 : 69-76. Bandung : ITB Press.
Hasrianti, Nururrahmah and Nurasia (2016) ‘Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam
Asetat Sebagai Pengawet Alami Bakso’, Jurnal Dinamika, 07(1), pp. 9–30.
Maleta, H. S. et al. (2018) ‘Ragam Metode Ekstraksi Karotenoid dari Sumber Tumbuhan dalam
Dekade Terakhir (Telaah Literatur)’, Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 13(1), pp.
40–50. doi: 10.23955/rkl.v13i1.10008
Mohanbabu, V. A., Shanbhag, T., K. Kumari M., Bairy K. L., and Shenoy S. 2011.
Rosita.SMDO Rostiana dan W. Haryudin. 2006. Respon Kencur (Kaempferia Galanga L.)
Terhadap Pemupukan. Prosiding Seminar Nasional dan Pemeran Tumbuhan Obat
Indonesia XXVII
Primawati, S. N., & Jannah, H. (2019). PENGARUH METODE EKSTRAKSI KENCUR
(Kaempferia galanga L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus.
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi, 7(2), 177. https://doi.org/10.33394/bjib.v7i2.2377
Soleh, & Megantara, S. (2019). Karakteristik Morfologi Tanaman Kencur (Kaempferia galanga
L.) AKTIVITAS FARMAKOLOGI. Farmaka, 17(2), 256–263.
Widodo, H. et al. (2019) ‘Ektraksi Pektin dari Kulit Pisang dengan Proses Sokletasinnnnn’, Jurnal
Siliwangi, 5(1), pp. 28–31

Yusianti, S. and Nirwana, A. P. (2020) ‘AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT


DAUN SUKUN ( Artocarpus altilis ) METODE P TERHADAP Pseudomonas Telah
dilakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat ekstrak etil asetat daun sukun metode
perkolasi dan konsentrasi optimal ekstrak daun’, AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL
ASETAT DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) METODE PERKOLASI TERHADAP
Pseudomonas aeroginusa, pp. 7–12..
LAMPIRAN
1. Penambahan serbuk rimpang kencur 400 gram + 1000 ml etanol 96% dan di diamkan
selama 24 jam.

2. Penyaringan filtrat pada maserasi yang telah di diamkan selama 24 jam, di tampung
pada jerigen 5L.

3. Residu + 1.200 ml etanol 96% yang telah di diamkan selama 24 jam (maserasi
perendaman ke 2 dan 3). Filtrat disaring dan di tampung pada jerigen yang sama.
4. Pemekatan dengan rotavapor dengan volume akhir tersisa ± 400 ml.

5. Penimbangan Cob-o-sil sebanyak 20 g (5% dari ekstrak).

6. Penaburan Cob-o-sil pada ekstrak ke loyang.

7. Ekstrak kencur yang sudah kering dan dihomogenkan.


8. Disimpan pada botol selai tertutup rapat + penandaan etiket.

9. Penimbangan ekstrak yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai