Anda di halaman 1dari 5

KOLABORATIF

Banyaknya jumlah ASN saat ini yang berdasarkan data BKN per 31 Desember 2021 s
ebanyak 4.046.187 yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah den
gan Perjanjian Kerja (PPPK), tersebar diberbagai lini sektoral dari tingkat pusat hingga daera
h. Juga bermacam latar belakang pendidikan, golongan, jenis kelamin, hingga usia atau gener
asi yang harus mampu berkolaborasi secara matang.
Berbicara tentang kolaborasi, tentu kita tahu bahwa ASN generasi milenial dikenal me
miliki karakteristik penuh ide, gagasan serta keahlian. Namun bagaimanapun ide dan keahlia
n yang dimiliki, tidak akan dapat terealisasi tanpa adanya kolaborasi yang dapat memunculka
n terobosan, solusi, inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, kh
ususnya mendukung pemerintah meningkatkan kualitas SDM yang mumpuni.
Terlebih bagaimana ASN menghadapi tantangan dengan lebih adaptif. Seperti yang ki
ta ketahui pandemi Covid-19 merubah semua aktifitas menjadi serba digital. Dari Penerapan
bekerja hanya dari rumah atau work form home, hingga wacana pemerintah saat ini membuat
bekerja di mana saja atau dikenal work form anywhere. Sisi lainnya yang menjadi tantangan
ASN juga bagaimana lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat untuk bangkit setelah pande
mi.
ASN dapat berperan langsung sebagai sumber pengetahuan sesuai dengan bidangnya
dalam transformasi inklusi sosial. Kolaborasi dengan berbagai pihak baik itu sesama ASN, st
akeholder seperti pengusaha, akademisi, pegiat literasi atau lainnya juga menjadi faktor terpe
nting untuk menjadi pemantik semangat agar dapat bangkit kembali khususnya stelah dari pa
ndemi Covid-19. Namun dalam berkolaborasi juga harus memperhatikan regulasi yang sudah
ada sebelumnya.
Selanjutnya, yang juga penting yakni bagaimana core values ASN BerAKHLAK (Ber
orientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) dan j
uga employer branding ASN, yaitu “Bangga Melayani Bangsa” tertanam dalam diri ASN dan
menjadi pondasi untuk berkolaborasi di sektor manapun para ASN bertugas. Dan berperan da
lam meningkatkan pelayanan publik dalam mendukung pemerintah mengelola kualitas SDM
dan menyejahterakan masyarakat.
Dan akhirnya semangat kolaborasi yang sejak dulu telah disampaikan sang proklamat
or Ir Soekarno dengan konsep gotong royongnya membawa Indonesia sampai kepada saat sek
arang ini. Maka harus kita resapi kembali untuk memantapkan semangat kolaborasi yang dala
m pidatonya menyampaikan bahwa "Gotong royong adalah pembantingan-tulang bersama, pe
merasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan
semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersa
ma!"
Bagi ASN baru yang bergabung di dunia pemerintahan, penting sekali memahami nila
i dan fungsi dari peran kolaborasi. Optimalisasi pemahaman terhadap nilai kolaborasi bisa dib
erikan saat ASN baru menjalani program pendidikan dasar prajabatan. Pada proses tersebut, p
eran kolaborasi perlu diberikan porsi yang optimal. Hal ini perlu agar ASN baru yang telah se
lesai melaksanakan pendidikan bisa mengimplementasi nilai tersebut di lingkungan kerjanya.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk mengatasi isu-isu global saat ini, kita tidak bi
sa berjalan sendiri untuk mengatasi berbagai tantangan terhadap isu-isu tersebut. Perlu peran
dari berbagai pihak yang secara bersama dan bergerak untuk mencari solusi dalam mengatasi
isu-isu tersebut.
Di sisi lain, jika dilihat dari sudut pandang berkarya, kolaborasi bisa menjadi satu met
ode yang bisa dipilih untuk menghasilkan suatu karya. Di era saat ini, kita ketahui bersama ba
hwa peran dari ASN tidak hanya bertugas abdi negara yang melayani masyarakat saja, tetapi
harus mampu pula menghasilkan karya yang bisa memberikan sumbangsih nyata baik itu kep
ada negara maupun masyarakat secara langsung. Peran tersebut sudah disadari betul oleh para
ASN khususnya ASN muda. Contoh nyata dari adanya peran tersebut, bisa kita lihat dengan a
danya berbagai kegiatan maupun lahirnya berbagai komunitas yang digagas oleh para ASN m
uda yang bisa menjadi tempat untuk berkarya bersama. Hal tersebut membuktikan bahwa per
an kolaborasi sangat penting untuk diimplementasi dalam mewujudkan gagasan yang dimiliki
agar menjadi sebuah karya yang bermanfaat sekaligus memberikan sumbangsih dalam proses
maupun program yang mendukung untuk kebaikan bersama.
ASN muda atau ASN masa kini harus sudah menyadari betul bahwa peran dan manfa
at dari pentingnya kolaborasi akan mampu menghadirkan peluang dan nilai terhadap gagasan
maupun karya baru. Peluang maupun nilai yang lahir dari sebuah kolaborasi bisa menjadi pe
mantik hebat untuk menghasilkan sebuah gebrakan yang bisa berdampak baik secara langsun
g bagi masyarakat. Kolaborasi juga bisa mendorong ASN muda untuk terus berinovasi dan be
rkarya secara berkelanjutan. Di samping itu, pengembangan kolaborasi juga perlu memperhat
ikan regulasi-regulasi yang ada. Hal ini penting agar karya yang lahir dari kolaborasi bisa dii
mplementasikan dan tidak menyalahi aturan maupun regulasi yang ada.
Pada masa saat ini, seorang ASN tidak hanya cukup menjadi abdi negara yang siap se
dia memberikan pelayanan prima masyarakat. Namun, ASN masa kini khususnya ASN muda
harus pula mampu memberikan karya lain yang bermanfaat baik itu untuk diri sendiri, masyar
akat maupun negara. Untuk itu, kita harus menyakini kembali bahwa kita tidak bisa berjalan s
endiri untuk mencapai tujuan, perlu kebersamaan agar tujuan mudah untuk dicapai. Kebersa
maan ialah dasar dari kolaborasi dan kolaborasi bisa menghadirkan peluang dan nilai. Dari pe
luang dan nilai inilah, kita bisa berbuat lebih untuk berkreasi dan menghasilkan karya yang b
ermanfaat.

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasika
n’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika konsensus ti
dak tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizont
al sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif h
arus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam beke
rja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber
daya untuk tujuan bersama.

Ratner (2012) mengungkapkan terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan
assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Ansen dan Gash 2012 p 550) menjelaskan terkait model collaborative governance. Menurutn
ya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut te
rdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process, pemahama
n bersama, serta pengambangan outcome antara. Desain kelembagaan yang salah satunya pro
ses
transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapk
an menghasilkan outcome yang diharapkan.

Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan


Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah
an yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ru
ang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijaka
n, manajemen program dan pelayanan publik.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. Pen
dekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di negara-negara Anglo-Saxo
n seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru.
Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai koo
rdinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai akibat dari adanya fragme
ntasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga WoG sering kali dipandang
sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar sector.
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya kemente
rian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang s
ebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekat
an yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna
mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa karakteri
stik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesat
uan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintaha
n.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki col
laborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yan
g diperlukan untuk terus menghormatan pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil ri
siko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontri
busi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberi
kan.

Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu:
(1) Kerjasama Informal;
(2) Perjanjian Bantuan Bersama;
(3) Memberikan Pelatihan;
(4) Menerima Pelatihan;
(5) Perencanaan Bersama;
(6) Menyediakan Peralatan;
(7) Menerima Peralatan;
(8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis;
(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah.

Anda mungkin juga menyukai