PERKEMBANGAN KOLONIALISME
DAN IMPERIALISME
Disusun oleh:
KELOMPOK I
LAHEWA
KATA PENGANTAR
maha panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya,
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
ini.
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
A. Latar Belakang
Kita pasti sudah tahu bahwa salah satu kebutuhan utama makhluk
hidup adalah makanan. Makanan merupakan bahan utama yang kita butuhkan
untuk menghasilkan energi guna melaksanakan semua aktivitas hidup.
Bagaimana dan di mana makanan dapat diubah menjadi suatu bentuk energi
yang siap pakai sehingga suatu aktivitas dapat terjadi? Kita pasti sudah
menduga bahwa perubahan makanan menjadi energi, tentu terjadi dalam
sel sebagai suatu satuan fungsional dan struktural terkecil yang menyusun
tubuh makhluk hidup. Pada makalah ini kita akan membahas tentang
metobolisme dan komponen yang berperan di dalamnya.
Proses perubahan zat makanan menjadi energi yang siap digunakan, harus
melalui suatu rangkaian reaksi kimia yang tidak sederhana. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, reaksi kimia ini terjadi pada sel yang merupakan
materi hidup sehingga reaksinya adalah reaksi biokimia. Seluruh proses atau
reaksi biokimia dalam sel untuk memperoleh dan menggunakan energi guna
melaksanakan aktivitas serta untuk menjaga kelangsungan hidupnya disebut
metabolisme. Metabolisme terdiri atas reaksi pemecahan makanan menjadi
energi atau katabolisme dan reaksi pembentukan zat makanan atau
anabolisme.1
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Metabolisme
Seperti yang anda ketahui dalam proses penyediaan energi, baik pada
tumbuhan maupun manusia, melalui rentetan reaksi kimia. Jika seluruh reaksi
kimia terjadi dalam sel makhluk hidup, maka reaksinya disebut reaksi
biokima.Seluruh proses atau reaksi biokimia yang terjadi dalam sel disebut
metabolisme.
Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali oleh
substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel. Perlu
Anda ketahui reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme)
dan reaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadi
perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi kimia
dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi energi gerak
untuk melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain.
Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti
pada tumbuhan dan manusia melibatkan sebagian besar enzim (katalisator)
baik berlangsung secara sintesis (anabolisme) dan respirasi (katabolisme).
Apa peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi di dalam sel? Pada saat
berlangsungnya peristiwa reaksi biokimia di dalam sel, enzim
bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia yang menghasilkan
senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti pada
proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak.
1. Enzim
Enzim merupakan protein pengkatalis. Katalis adalah agen kimiawi
yang mempercepat laju reaksi tanpa mengubah struktur enzim itu sendiri.
a. Struktur Enzim
Enzim memiliki sisi aktif, yakni bagian atau tempat pada enzim yang
berfungsi sebagai tempat menempelnya substrat. Kerja enzim sangat spesifik
karena sisi aktif dari enzim sangat selektif terhadap bentuk kimia dari substrat
yang akan dikatalisis. Ikatan yang terbentuk antara enzim dengan substrat
bersifat lemah sehingga reaksi dapat berlangsung bolak-balik. Substrat
menempel pada sisi aktif enzim dan akan menghasilkan produk baru. Tubuh
enzim terdiri atas beberapa bagian. Bagian utama enzim berupa protein yang
disebut apoenzim. Bagian lainnya adalah bagian yang tersusun atas materi
anorganik, seperti senyawa logam yang disebut gugus prostetik.
Beberapa enzim memerlukan molekul yang membantu kerja enzim
menguatkan ikatan dengan substrat, yakni kofaktor. Banyak molekul logam
anorganik yang berfungsi sebagai kofaktor, seperti ion logam Fe2+, Cu2+, dan
Mg2+. Beberapa komponen kimia enzim yang tersusun atas molekul organik
nonprotein disebut koenzim. Koenzim membawa atom fungsional ketika
enzim bereaksi. Contoh koenzim yang berada pada bagian gugus prostetik
enzim adalah koenzim A, yang membawa sumber karbon ketika memecah
piruvat dan asam lemak. Ikatan antara apoenzim dan kofaktor disebut
holoenzim.
b. Sifat Enzim
Sebagai biokatalisator, enzim memiliki beberapa sifat antara lain
1) Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produkakhir
yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkanlaju suatu
reaksi.
2) Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat tertentusaja.
3) Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein.Antara
lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan kehilangan
aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarutorganik. Selain itu,
panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasisehingga tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya.
4) Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator,enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
5) Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat berbalik,
artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat lajureaksi sehingga
tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawamenjadi senyawa-
senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawamenjadi senyawa tertentu.
.
c. Cara Kerja Enzim
Terdapat dua teori yang menerangkan cara kerja enzim, yakni teorilock
and key dan teori induced fit. Teori lock and key menganalogikan mekanisme
kerja enzim seperti kunci dengan anak kunci. Substrat masuk ke dalam sisi
aktif enzim. Jadi, sisi aktif enzim seolah-olah kunci dan substrat adalah anak
kunci.
Substrat
Produk
Enzim
Teori lock and key
Sumber: Biological cience, 1986
Enzim Enzim
Teori induced fit
d. Penamaan Enzim
Penamaan enzim umumnya disesuaikan dengan substrat yang diuraikan, lalu
dibubuhi akhiran ase. Sebagai contoh, enzim amilase menguraikan amilum
menjadi maltosa di mulut. Enzim lipase bekerja menguraikan lipid (lemak)
menjadi asam lemak.
e. Jenis enzim
Berdasarkan lokasi kerjanya, enzim dapat dibagi menjadi dua jenis,
sebagai berikut.
1) Eksoenzim, yakni enzim yang bekerja di luar sel,
contohnya: amilum amilase maltosa
maltosa maltase glukosa
2) Endoenzim, yakni enzim yang bekerja di dalam sel,
contohnya: glukosa heksokinase glukosa-6-Phospat
f. Faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim
Seperti halnya protein yang lain, sifat enzim sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Kondisi yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerja enzim
terganggu. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi kerja enzim.
1) Temperatur
Enzim memiliki rentang temperatur tertentu agar dapat bereaksidengan
optimal. Pada temperatur yang tinggi, enzim akan rusak (terdenaturasi)
sebagai sifat umum dari protein. Pada kondisi ini, struktur enzim sudah
berubah dan rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi. Adapun pada
temperatur yang rendah, enzim berada pada kondisi inaktif (tidak aktif).
Enzim akan bekerja kembali dengan adanya kenaikan temperatur yang sesuai.
Semua enzim memiliki kondisi temperatur yang spesifik untuk bekerja
optimal. Enzim memiliki kecenderungan semakin meningkat seiring dengan
kenaikan temperatur hingga pada batas tertentu. Setelah itu, enzim kembali
mengalami penurunan kinerja. Pada saat kerja enzim optimal maka dapat
dikatakan bahwa pada temperatur tersebut temperatur optimum.
100
50
0 20 40 60
Temperatur (Co)
Sumber: Biological cience, 1986
2) pH
Seperti halnya temperatur, pH dapat memengaruhi optimasi kerja
enzim. Setiap enzim bekerja pada kondisi pH yang sangat spesifik. Hal ini
berkaitanerat dengan lokasi enzim yang bekerja terhadap suatu substrat. Pada
umumnya, enzim akan bekerja optimum pada pH 6-8. Perubahan pH
lingkungan akan mengakibatkan terganggunya ikatan hidrogen yang ada pada
struktur enzim. Jika enzim berada pada kondisi pH yang tidak sesuai, enzim
dapat berada pada keadaan inaktif. Dengan adanya kondisi pH yang spesifik
ini, enzim tidak akan merusak sel lain yang berada di sekitarnya. Contohnya,
enzim pepsin yang diproduksi pankreas untuk mencerna protein dalam
lambung, tidak akan mencerna protein yang ada di dinding pankreas karena
enzim pepsin bekerja pada pH 2-4.
3) Konsentrasi Substrat dan Konsentrasi Enzim
Kerja enzim sangat cepat maka untuk mengoptimalkan hasilnya, perlu
perbandingan jumlah atau konsentrasi antara substrat dengan enzim yang
sesuai. Jumlah substrat yang terlalu banyak dan konsentrasi enzim sedikit
akan menyebabkan reaksi tidak optimal.
Konsentrasi enzim membatasi laju reaksi. Enzim akan “jenuh” jika sisi
aktif semua molekul enzim terpakai setiap waktu. Pada titik jenuh, laju reaksi
tidak akan meningkat meskipun substrat ditambahkan. Jika konsentrasi enzim
ditambahkan, laju reaksi akan meningkat hingga titik jenuh berikutnya.
4) Kofaktor
Kofaktor dapat membantu enzim untuk memperkuat ikatan dengan
substrat atau kebutuhan unsur anorganik, seperti karbon. Selain itu, kofaktor
juga membantu proses transfer elektron.
5) Inhibitor Enzim
Inhibitor mengganggu kerja enzim. Berdasarkan pengertian dari kata
dasarnya (inhibit artinya menghalangi), inhibitor merupakan senyawa yang
dapat menghambat kerja enzim. Inhibitor secara alami dapat berupa bisa
(racun) yang dikeluarkan oleh hewan, seperti ular atau laba-laba. Inhibitor
akan mencegah sisi aktif untuk tidak bekerja. Beberapa obat-obatan juga
berfungsi sebagai inhibitor, seperti penisilin yang berguna menghambat kerja
enzim pada mikroorganisme. Inhibitor terbagi atas dua macam, yakni
inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Pada inhibitor kompetitif,
inhibitor ini akan bersaing dengan substrat untuk bergabung dengan enzim
sehingga kerja enzim akan terganggu. Sementara itu, inhibitor nonkompetitif
tidak akan bersaing dengan substrat untuk bergabung dengan enzim karena
memiliki sisi ikatan yang berbeda (Keeton and Gould, 1986: 81).
6) Kadar Air
Kerja enzim sangat dipengaruhi oleh air. Rendahnya kadar air dapat
menyebabkan enzim tidak aktif. Sebagai contoh, biji tanaman yang dalam
keadaan kering tidak akan berkecambah. Hal ini disebabkan oleh tidak
aktifnya enzim sebagai akibat dari rendahnya kadar air dalam biji. Biji akan
berkecambah jika direndam. Kadar air yang cukup dapat mengaktifkan
kembali enzim.
C. Macam-macam Jenis Metabolisme
1. Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi penguraian senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Contohnya yaitu respirasi
Berdasarkan kebutuhan akan O2, terdapat respirasi aerobik (C6H12O6 + 6O2 à 6H2O +
Adapun beberapa tahapan dalam respirasi aerob yang harus kamu tahu adalah
sebagai berikut.Respirasi sel secara aerob berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
1) Glikolisis
3) Siklus Kreb’s
atau sitosol. Pada tahap ini molekul glukosa akan diuraikan menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Hasil penguraian molekul glukosa pada glikolisis berupa 2 molekul
ATP, 2 molekul asam piruvat, dan 2 molekul NADH. Untuk lebih lengkapnya,
ATP (adenosin trifosfat) merupakan sumber energi yang nantinya digunakan untuk
transpor aktif menuju mitokondria. Untuk 2 molekul NADH yang dihasilkan akan
menghasilkan molekul CO2 dan NADH. Artinya, satu molekul asam piruvat akan
menghasilkan 1 molekul asetil koA, CO2, dan NADH. Oleh karena pada tahap
molekul asetil koA, 2 molekul CO2, dan 2 molekul NADH. Untuk prosesnya,
Asam piruvat yang terbentuk pada tahap glikolisis akan melepaskan gugus karboksilat
(COO–). Gugus tersebut akan diubah menjadi CO2.
Sisa atom C dalam bentuk CH3COO– akan mentransfer kelebihan elektronnya pada
molekul NAD+ menjadi NADH. Untuk CH3COO– akan diubah menjadi asam asetat.
Asam asetat akan berikatan dengan koenzim A membentuk asetil koenzim A (asetil
koA).
Untuk memudahkan pemahamanmu tentang dekarboksilasi oksidatif,
3. Siklus Krebs
Siklus Krebs adalah tahapan ketiga dari serangkaian proses respirasi aerob. Pada
tahap ini akan dihasilkan 2 molekul ATP, 6 molekul NADH, 2 molekul FADH2, dan
4. Transpor Elektron
Tahap ini merupakan tahap akhir pada respirasi aerob yang disertai pembentukan
ATP paling banyak. Transpor elektron berlangsung di dalam krista, yaitu membran
reaksi reduksi dan oksidasi antara senyawa NADH dan FADH2. Kedua senyawa
NADH mampu menghasilkan elektron berenergi tinggi melalui proses oksidasi. Lalu,
elektron tersebut ditransfer ke koenzim Q. Oleh karena tingginya energi elektron,
ADP dan fosfat anorganik bersatu membentuk ATP.
Koenzim Q akan dioksidasi oleh sitokrom B. Akibatnya, koenzim Q akan melepaskan
elektron dan 2 ion H+.
Sitokrom B akan dioksidasi oleh sitokrom C, sehingga dihasilkan energi cukup tinggi.
Akibatnya, ADP dan fosfat anorganik akan bersatu membentuk ATP.
Selanjutnya, sitokrom C akan mereduksi sitokrom A.
Sitokrom A akan mengoksidasi sitokrom A3. Reaksi ini juga memicu bersatunya ADP
dan fosfat anorganik membentuk ATP.
Sitokrom A3 dioksidasi oleh sebuah atom oksigen. Hasil akhir dari reaksi ini adalah
terbentuknya molekul H2O.
Transpor elektron yang melibatkan oksidasi NADH akan menghasilkan 3 ATP
dan 1 H2O. Demikian halnya dengan oksidasi FADH2. Pada oksidasi FADH2,
jumlah ATP yang dihasilkan lebih sedikit, yaitu 2 ATP. Hal itu disebabkan
oleh kecilnya energi yang dihasilkan dari oksidasi FADH2. Secara ringkas,
Dari tahapan glikolisis sampai siklus Krebs NADH dan FADH2 yang dihasilkan
Reaksi Jumlah
Dekarboksilasi Oksidatif –
Total 36 ATP
Respirasi anaerob
2. Kemosintesis
Kemosintesis adalah konversi biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya
karbon dioksida atau metana), senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi
senyawa organik dengan menggunakan oksidasi molekul anorganik (contohnya gas
hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana sebagai sumber energi, daripada cahaya
matahari, seperti pada fotosintesis. Dalam penjelasan yang lebih sederhana,
kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan energi kimia. Energi kimia
yang digunakan pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi
kimia, yaitu reaksi oksidasi.
Berikut reaksi kemosintetis yaitu :
Metabolisme adalah seluruh proses atau reaksi biokimia dalam sel untuk
memperoleh dan menggunakan energi guna melaksanakan aktivitas dan
menjaga kelangsungan hidup sel tersebut. Metabolisme terdiri atas anabolisme
(penyusunan) dan katabolisme (pemecahan). Setiap peristiwa metabolisme
membutuhkan komponen komponen penunjang utama. Komponen tersebut
terdiri atas enzim sebagai biokatalisator, kofaktor enzim berupa FAD, FMN,
NADP, ATP, dan reaksi oksidasi-reduksi (redoks).
B. Saran
Bagi pembaca dan menjadikan makalah ini sebagai referensi diharapkan
memcari materi yang lain jika ingin memahami lebih dalam tentang
metabolism, karna di makalah ini saya hanya memasukkah garis besarnya saja
dari metabolism.