Di Sususn Oleh :
Nim : 5190007
Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W
yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.
Penulis
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baru – baru ini dunia telah digemparkan dengan adanya virus yang sangat mematikan
dan penularanya yang sangat cepat dan mudah. Virus ini berasal dari keluarga Corona Virus
dimana pada tahun 2019 akhir tepatnya di bulan desember virus ini telah di temukan
pertama kali di wuhan. Virus ini merupakan jenis virus baru dari keluarga Corona Virus,
yang bernama Covid-19. Penyebaranya hingga saat ini sangat luas sekali hampir semua
negara terkena dampak dari virus ini. Karena penularanya yang begitu mudah sehingga
penyebaranya sangatlah cepat. Atas kejadian ini beberapa negara melakukan kebijakan guna
meminimalisir persebaran virus covid-19, dengan cara mengisolasi wilayah dimana
dilakukan sosial distance dari satu orang ke orang lain. Begitupun di indonesia, upaya
pencegahan penularan virus ini dengan cara menerapkan sosial distance. kebijakan inilah
yang menjadi dampak khususnya bagi umat muslim, dimana umat muslim tidak luput dari
berkumpulnya orang-orang. Bahkan MUI mengeluarkan tauziyah / fatwa yakni meniadakan
sholat jum’at sementara waktu, dan digantikan dengan sholat dzuhur di rumah masing-
masing. Hal ini yang menjadi pro kontra di antara umat muslim. Ada yang pro dengan
kebijakan tersebut, ada pula yang tidak sejalan dengan keputusan tersebut, mereka
berasumsi bahwa kejadian ini belum dikatakan sebagai wabah. Dikarenakan jumlah korban
yang meninggal baru sedikit. Untuk lebih jelasnya akan sedikit paparkan pada pembahasan.
II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Covid-19
Pada akhir tahun 2019 kemarin, dunia telah dihebohkan oleh COVID-19 atau yang
dikenal sebagai wabah virus corona. Virus ini pertama kali mewabah berasal dari wilayah
Wuhan di China.
Dilansir dari World Health Organization (WHO), corona berasal dari virus yang
menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga flu yang lebih parah, seperti sindrom
pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Pada awalnya, virus ini ditularkan antara hewan dan manusia. Seperti SARS yang
ditransmisikan dari luwak ke manusia, sementara MERS ditularkan ke manusia melalui
unta.
Nama virus corona berasal dari Bahasa latin “corona” dan Yunani “korone” yang
artinya adalah mahkota atau lingkaran cahaya.
Penamaan ini memang tak lepas dari wujud khas virus itu, yang memiliki pinggiran
permukaan yang bulat dan besar, penampilan yang mengingatkan pada “corona matahari.”
Bentuk ini tercipta oleh peplomer viral spike yang merupakan protein yang mengisi
permukaan virus.
Menurut WHO, gejala infeksi corona adalah demam, batuk, sesak napas dan
kesulitan bernapas.
Bahkan, dalam kasus yang lebih parah, virus ini bisa menyebabkan pneumonia,
kegagalan banyak organ dan kematian.
Perkiraan masa inkubasi virus ini antara terinfeksi dan timbulnya gejala berkisar antara
satu hingga 14 hari. Sampai saat ini, kebanyakan orang yang terinfeksi menunjukkan
gejala dalam lima hingga enam hari.
Namun, terdapat juga pasien yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun.
Artinya mereka tidak menunjukkan gejala yang telah disebutkan sebelumnya meskipun
mereka memiliki virus pada sistem tubuh.
Sampai saat ini telah tercatat terdapat 3.198 kematian yang disebabkan oleh virus
corona. Namun, WHO menyatakan bahwa tingkat kematian tersebut lebih rendah
dibandingkan SARS, yang mana tingkat bahaya virus ini berkisar di 2 persen.
WHO juga mengatakan bahwa pada umumnya, virus yang berasal dari China ini biasa
menyerang mereka yang berusia di atas 60 tahun. Virus ini juga biasa menyerang mereka
yang tengah menderita penyakit lainnya.
1
3. Pencegahan
Saat ini para ilmuwan di seluruh dunia tengah berlomba untuk menciptakan
vaksin untuk sebagai alat penyembuhan virus corona. China sendiri saat ini telah
memberikan batasan perjalanan baik dari atau menuju wilayah Wuhan.
Selain itu, banyak maskapai penerbangan Internasioal yang akhirnya menutup akses
penerbangan mereka ke China.
Bahkan beberapa negara telah menutup akses masuk bagi warga China dan
mengevakuasi warga mereka yang berada di Wuhan.
Oleh karena itu, ada baiknya kamu mengikuti langkah-langkah berikut ini agar terhindar
dari virus tersebut:
Usahakan untuk tidak menyentuh wajahmu. Jika memang harus, cucilah tangamu
terlebih dahulu dengan sabun secara menyeluruh.
Mencuci tangan menyeluruh, berarti: cucilah bagian belakang telapak, sela-sela jari,
dan bagian bawah kuku selama 20 detik.
Buanglah masker jika terasa kotor, jangan menggunakan masker lebih dari satu kali.
Karena bakteri dapat berkembang biak di dalam maskermu jika dipakai terlalu lama.
Jangan pernah menyentuh bagian luar masker, jika tidak sengaja menyentuh
langsung cuci tangamu kembali dengan sabun.
Jangan berbagi peralatan makanan atau handuk.
Jika bisa, usahakan menyentuh fasilitas umum seperti tombol lift, membuka/menutup
pintu menggunakan siku atau bahumu.
Yang terpenting adalah selalu mencuci tangamu dengan sabun, baik sebelum makan
mau pun setelah pergi ke tempat umum.
1. Lock Down
2. Social Distancing
Social distancing dapat kita artikan seperti : tidak berada dalam keramaian/kerumunan
massa, menjaga jarak dengan seseorang, tidak berpergian dari rumah, atau seperti isolasi
atau di karantina,
kebijakan sosial distancing juga sudah diterapkan di Negara Republik Indonesia dengan
tujuan agar dapat mencegah penularan penyakit Virus Corona/Covid-19.
Dapat kita artikan bahwa kita itu bekerja di rumah/di kantor masing-masing, seperti
yang sudah diterapkan oleh presiden republik Indonesia dengan para kabinetnya, seperti
yang di himbau dari presiden Jokowi bawa kita yang sebagai pelajar disuruh belajar di
rumah melalui kecanggihan teknologi di industri 4.0. atau secara online.
Selain work from home pemerintah khususnya menteri pendidikan memberikan upaya
pencegahan yakni dengan cara ditiadakanya belajar di sekolah atau tatap langsung
dengan guru. Dimana pasa siswa belajar di rumah dengan menggunakan metode
pembelajaran daring. Dan dihimbau kepada semua siswa agar tidak keluar rumah atau
bepergian jauh. Tetap dirumah adalah hal terbaik untuk saat ini.
Berdasarkan dari ke-4 cara di atas terbukti dapat menetralisir penyakit Corona/Covid-
19, yang telah ah di terapkan oleh beberapa negara lain yang terjangkit virus Corona/Covid-
19. Hanya saja pemerintah negara Republik Indonesia belum mengambil opsi Lock-down
dengan pertimbangan yang matang, presiden Joko Widodo mengatakan bahwa ke bijakan
lock-down berada di pemerintahan pusat Bukan pemerintah daerah.
Majelis Ulama Indonesia ( MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19. Salah satu isi fatwa adalah
mengatur tentang ibadah shalat Jumat dan mengenai ketentuan yang harus dilakukan
terhadap jenazah pasien pengidap virus corona atau Covid-19. Selain itu, MUI juga
menegaskan fatwa haram atas tindakan yang menimbulkan kepanikan, memborong, dan
menimbun kebutuhan pokok berserta masker.
Menurut Ketua Dewan Fatwa MUI Hasanuddin, fatwa ini disahkan pada Senin
(16/3/2020). "Tindakan yang menimbulkan kepanikan dan atau menyebabkan kerugian
publik, seperti memborong dan menimbun bahan kebutuhan pokok dan menimbun masker
hukumnya haram," kata Hasanuddin dalam keterangan tertulisnya,
3
Seperti apa isi fatwa lengkap MUI terkait wabah Covid-19? Berikut isi lengkapnya:
1. Setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal
yang diyakini dapat menyebabkannya terpapar penyakit, karena hal itu merupakan
bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams).
2. Orang yang telah terpapar virus corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri agar
tidak terjadi penularan kepada orang lain.
Baginya shalat Jumat dapat diganti dengan shalat zuhur di tempat kediaman, karena
shalat Jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang sehingga
berpeluang terjadinya penularan virus secara massal. Baca juga: Fatwa MUI: Umat
di Area Rawan Covid-19 Boleh Tinggalkan Salat Jumat, Diganti Salat Zuhur
3. Orang yang sehat dan yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar COVID-19,
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau
sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh
meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat
kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu atau rawatib, tarawih,
dan ied di masjid atau tempat umum lainnya.
b. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah
berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan
kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar
virus corona.
8. Umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak
ibadah, taubat, istighfar, dzikir, membaca Qunut Nazilah di setiap shalat fardhu,
memperbanyak shalawat, memperbanyak sedekah, dan senantiasa berdoa kepada
Allah SWT agar diberikan perlindungan dan keselamatan dari musibah dan
marabahaya (doa daf’u al-bala’), khususnya dari wabah Covid-19.
Rekomendasi
2. Umat Islam wajib mendukung dan mentaati kebijakan pemerintah yang melakukan
isolasi dan pengobatan terhadap orang yang terpapar COVID-19, agar penyebaran
virus tersebut dapat dicegah.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada akhir tahun 2019 kemarin, dunia telah dihebohkan oleh COVID-19 atau yang
dikenal sebagai wabah virus corona. Virus ini pertama kali mewabah berasal dari
wilayah Wuhan di China.
2. Adapun upaya pemerintah yang mungkin berdampak besar untuk memutus rantai
penularan virus covid-19 adalah sebagai berikut :
1. Lockdown
2. Social Distancing
3. Work From Home
4. Study From Home
3. Dalam kondisi penyebaran Covid-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang mengancam
jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat jumat di kawasan tersebut,
sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib menggantikannya dengan shalat
dzuhur di tempat masing-masing.
Demikian juga tidak boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah yang melibatkan orang
banyak dan diyakini dapat menjadi media penyebaran Covid-19, seperti jemaah shalat
lima waktu atau rawatib, shalat tarawih, dan ied, (yang dilakukan) di masjid atau tempat
umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim.
Fatwa tersebut dikeluarkan guna mengurangi penyebaran virus dan harapanya dapat
memutus rantai penularan virus tersebut. Karna pentingnya sosial distancing maka dari
itu MUI mengeluarkan fatwa tersebut.
"Tidak ada persoalan konspiratif. Ini ajaran agama bahwa kita harus menghindari wabah
dan itu hadistnya sahih. Dalam fatwa jelas kita tidak boleh mendekati wilayah yang
memang sudah terkena wabah," tegasnya
6
DAFTAR PUSTAKA
https://koinworks.com/blog/virus-corona/
https://www.kompasiana.com/chanelhiburan6725/5e7314c1ea4d9604b10e4183/kebijakan-
pemerintah-ri-dalam-mencegah-penyebaran-virus-corona-covid-19
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/17/05150011/mui-rilis-fatwa-terkait-ibadah-saat-
wabah-corona-ini-isi-lengkapnya?page=1
https://sukabumiupdate.com/detail/ragam-berita/nasional/66272-Alasan-MUI-Keluarkan-Fatwa-
soal-Corona-Hindari-Wabah-itu-Ajaran-Agama