Anda di halaman 1dari 12

RESUME

PARADIGMA PSIKOPATOLOGI DAN ABNORMALITAS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

Mata Kuliah Kesehatan Mental

Dosen Pengampu: Asriyanti Rosmalina, M. Ag.

Disusun oleh :

Nadhifa Aurell Maharani


NIM 2008306019

BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI) SEMESTR 4 A


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
JL.PERJUANGAN BY PASS SUNYARANGI CIREBON 45132
TAHUN AJARAN 2021-20222
i
ISI BUKU (BAB VIII)

PARADIGMA PSIKOPATOLOGI DAN ABNORMALITAS

A. Definisi Psikopatologi dan Abnormalitas


Psikopatologi adalah studi yang membahas tentang penyakit
mental, tekanan mental dan perilaku abnormal/maladaptif. Istilah ini
paling sering digunakan dalam psikiatri dimana patologi mengacu pada
proses penyakit. Abnormalitas merupakan perilaku menyimpang dari
norma sosial. Karena setiap masyarakat mempunyai patokan atau norma
tertentu, untuk perilaku yang sesuai dengan norma maka dapat diterima,
sedangkan perilaku yang menyimpang secara mencolok dari norma ini
dianggap abnormal.
Perilaku abnormal juga merupakan kondisi emosiolnal seperti
kecemasan dan depresi yang tidak sesai dengan situasinya. Abnormalitas
umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik
segaligus dan definisi terbaik untuk ini menggunakan karakteristik
kejarangan statistik, pelanggaran norma, distres pribadi ketidakmampuan
atau disfungsi, dan respon yang tidak diharapkan (unexpectedness).

B. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kesehatan Mental (Abnormal)


Mengutip dari buku “Bimbingan dan Koseling Islam dalam
Kesehatan Mental” yang ditulis oleh Asriyanti Rosmalina, M.Ag., ada
beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental
(abnormalitas), yaitu :
1. Sudut pandang biologis
Dalam sudut pandang biologis, dinyatakan bahwa
abnormalitasterjadi dikarenakan oleh al-hal yang bersifat biologis
seoerti kelainan genetis, kerusakan sel otak dan saraf, kelainan
produksi bahan kimia dalam tubuh dan ketidakseimbangan hormonal.
Dengan demikian abnormalitas selalu dikaitkan dengan kondisi
neurologis.

1
Ada beberapa jenis terpenting yang termasuk dalam sudut pandang
biologis yaitu sebagai berikut:
a. Cacat Genetik
Keadaan ini biasanya berupa anomali atau kelainan kromosom.
Kelainan struktur atau jumlah kromosom, misalny dapat
menimbulkan cacat dan gangguan kepribadian.
b. Kelemahan konstitusional
Kelemahan konstitusional mencakup beberapa aspek sebagai
berikut:
1) Fisik atau bangit tubuh
Sheldon (1954) membedakan tiga macam bangun tubuh
yaitu endoformik (pendek), mesoformik (sedang dan
berotot), dan ektoformik (jangkung dan kurus). Sheldon
berpendapat bahwa fisik merupakan bukan penyebab
psikopatologi, tetapi mempengarui jenis gangguan yang
akan diderita seseorang bila suatu saat ia terkena stres berat.
2) Cacat fisik
Pengaruh dari suatu cacat tergantung pada cara iindividu
yang bersangkutan menerima/memandang dan
menyesuaikan diri dengan keadaanya tersebut.
3) Kecenderungan reaksi primer
Kecenderungan reaksi primer meliputi kepekaan,
tempramen tingkat aktivitasdan cara-cara khas bereaksi
terhadap frustasi.

2. Sudut pandang psikososial


a. Trauma di massa kanak-kanak
Trauma psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa
aman,rasa mampu dan harga dirisehingga menimbilkan luka
psikologisyang sulit disembuhkan sepenuhnya.
b. Deviasi parental

2
Tiadanya kesempatan utnuk mendapat rangsanganemosi dari rang
tua, berupa kehangatan, kntak fisik, rangsangan intelktual,,
emosional dan sosial
3. Sudut pandang sosio-kultural
Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan
konteks-konteks sosial yang lebih luas dimana suatu perilaku muncul
untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku
abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan
kepada orang tuanya. Masalah-masalah psikologi bisa jadi berakar
pada penyaakit sosial masyarakat seperti kemiskinan, perpecahan
sosial, deskriminasi ras, gender, gaya hidup dan sebagaianya.

3
PEMBAHASAN

A. Definisi Psikopatologi dan Abnormalitas


Psikopatologi merupakan istilah yang mengacu pada studi tentang
penyakit mental, tekanan mental, atau manifestasi perilaku dan
pengalaman yang mungkin menunjukkan penyakit mental atau gangguan
psikologis. Psikopatologi (psychopathology) adalah cabang psikologi yang
berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan
gejala-gejala abnormal lainnya. Psikopatologi atau sakit mental adalah
sakit yang tampak dalam bentuk perilaku dan fungsi kejiwaan yang tidak
stabil. Istilah psikopatologi mengacu pada sebuah sindrom yang luas,
yang meliputi ketidaknormalan kondisi indera, kognisi, dan emosi. Lebih
lanjut, psikopatologi juga dapat didefinisikan sebagai penyakit jiwa atau
gangguan jiwa (mental disorder), dimana gangguan jiwa sendiri ialah
ketidakmampuan berfungsinya seseorang sehingga ia tak dapat mencapai
pemuasan yang cukup memadai terhadap kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,
perasaan, dan persyaratan-persyaratan tingkah laku yang dituntut oleh
masyarakat dimana ia hidup (Fadli, dkk., 2019, hlm. 2)
B. Sejarah Psikopatologi
1. Demonologi Awal
Demonologi ditemukan dalam budaya Cina, Mesir, dan
Yunani. Para pemuka agama pada masa itu melakukan suatu upacara
untuk mengeluarkan pengaruh roh jahat dari tubuh seseorang. Mereka
menggunakan nyanyian mantera atau siksaan terhadap objek tertentu,
baik binatang ataupun manusia. Metode tersebut dinamakan exorcism.
2. Penjelasan Fisologi Awal Terhadap Gangguan Mental
Abad 5 SM, Hippocrates yang merupakan Bapak Kedokteran
dan penemu ilmu kedokteran modern, memisahkan ilmu medis dari
agama, magic, dan tahayul. Ia menolak keyakinan yang berkembang
pada masa Yunani bahwa Tuhan (dewa) mengirimkan penyakit fisik
dan gangguan mental sebagai bentuk hukuman. Hippocrates

4
menjelaskan tentang pentingnya otak dalam mempengaruhi pikiran,
perilaku, dan emosi manusia. Menurutnya, otak adalah pusat
kesadaran, pusat intelektual, dan emosi, sehingga jika cara berpikir
dan perilaku seseorang menyimpang atau terganggu berarti ada suatu
masalah pada otaknya (otaknya terganggu). Selain Hippocrates, ada
juga dokter dari Roma yang mencoba memberikan penjelasan
naturalistik tentang gangguan psikotik. Mereka adalah Asclepiades
dan Galen. Disamping itu, keduanya mendukung perlakuan yang lebih
manusiawi dan perawatan di rumah sakit bagi para penderita
gangguan mental.
3. Jaman Kegelapan (The Dark Ages) dan Kembalinya Demonologi
Kematian Galen (130-200 M) sebagai dokter terakhir pada
masa Yunani klasik, menandai dimulainya Jaman Kegelapan bagi
dunia medis, perawatan, serta studi tentang perilaku abnormal. Setelah
runtuhnya Roma dan Yunani, peradaban manusia mengalami
kemunduran. Pada Jaman Pertengahan dan Renaissance (400 1500
M), kalangan Gereja dan Kristen meluaskan pengaruhnya melalui
dunia pendidikan dan misionaris agama menggantikan budaya klasik
kala itu, termasuk dalam hal menangani penderita gangguan mental.
Saat itu, gangguan mental kembali dihubungkan dengan pengaruh
spiritual dan supranatural.
Para pastur menangani penderita gangguan mental dengan
berdoa atau menyentuhnya dengan menggunakan benda-benda yang
dianggap keramat atau juga memberinya ramuan yang harus diminum
pada saat fase bulan mulai mengecil. Sedangkan keluarga penderita
percaya dan membawanya ke pastur karena takut dan mempunyai
tahayul bahwa penderita terkena pengaruh setan. Penderita gangguan
mental dianggap sebagai tukang sihir. Mereka dianggap bersekutu
dengan setan dan menentang Tuhan.
Sampai akhir Jaman Pertengahan, semua penderita gangguan
mental dianggap sebagai tukang sihir. Dalam pengakuannya, beberapa

5
dari mereka mempunyai hubungan dengan setan, melakukan
hubungan seksual, dan sering berkumpul dengan kelompok roh atau
setan. Dalam pandangan abnormal, hal itu mungkin diinterpretasi
bahwa para tukang sihir tersebut mengalami halusinasi atau delusi dan
beberapa dari mereka didiagnosis mempunyai gangguan psikosis.
4. Pembangun Asylums Selama Renaissance (Jaman Pencerahan)
Pada abad 15 dan 16, di Eropa mulai dilakukan pemisahan
dengan serius antara penderita gangguan mental dari kehidupan
sosialnya. Disana dibangun suatu tempat penampungan yang disebut
Asylums. Di asylums, penderita gangguan mental dan para
gelandangan ditampung dan dirawat. Mereka dibiarkan untuk tetap
bekerja dan tidak diberi suatu aturan hidup yang jelas.
5. Gerakan Reformasi : The Insane As Sick
Konsep baru tentang gangguan dan penyakit mental muncul
dalam Revolusi Amerika dan Perancis sebagai bagian dari proses
pencerahan (renaissance) bidang rasionalisme, humanisme, dan
demokrasi politik. Orang gila (insane) kemudian dianggap sebagai
orang sakit. Banyak tokoh di Eropa kemudian ikut menyuarakan hal
itu, misalnya Chiarugi di Italia dan Muller di Jerman menyuarakan
tentang treatment rumah sakit yang lebih humanis. Tetapi perwujudan
konsep baru dalam bidang ini dipelopori oleh Phillipe Pinel (1745-
1826). Pinel kemudian memulai pekerjaannya dari asylums di Paris
yang bernama La Bicetre. Pinel merupakan figur yang mempelopori
gerakan treatment yang lebih humanis (manusiawi) terhadap penderita
gangguan mental. Ia membebaskan pasien di La Bicetre dari ikatan
rantai dan pasung, kemudian memperlakukannya sebagai seorang
yang sakit dan tidak diperlakukan seperti seekor hewan sebagaimana
dilakukan di La Bicetre. (Fadli, 2019)

C. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kesehatan Mental


1. Faktor Biologis

6
Notosoedirdjo (2007, hlm. 33) menerangkan bahwa faktor biologis
yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa. Segenap unsur-
unsur tubuh pada dasarnya tidak terlepas dari kesehatan jiwa secara
keseluruhan. Kesehatan jiwa baik secara langsung maupun tidak
langsung juga dipengaruhi oleh faktor biologis, antara lain mencakup
genetika, kemampuan persepsisensori, dan faktor yang mempengaruhi
selama masa kehamilan.
1) Otak
Gangguan jiwa yang terjadi akibat kerusakan otak dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah infeksi, genetik,
proses metabolik, keracunan dan sebagainya.
2) Sistem Endokrin
Diketahui bahwa ada gangguan jiwa yang disebabkan karena
abnormalitas sistem endokrin (endocrinopathies). Angka pertama
masuk rumah sakit karena abnormalias system endokrin ini
prevalensinya kurang dari lima persen.
3) Genetik
Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak
kembar identik, kembar tidak identik, saudara kandung, hubungan
ayah dan anak dapat ditarik keimpulan bahwa faktor genetik
memperngaruhi prevalensi mentalitas manusia.
4) 4) Sensori
Kesempurnaan alat-alat sensori dalam menerima informasi dar luar
akan meningkatkan kesempurnaan individu. Orang yang
mengalami gangguan sensori dapat mengalami gangguan
pembentuka kepribadian secara wajar.
5) 5) Masa kehamilan
Masa kehamilana memiliki kemungkinan kerentanan stres pada
anak yang dilahirkan. Faktor masa kehamilan di antaranya usia,
nutrisi, radiasi, penyakit yang diderita, hingga terjadinya
komplikasi (Notosoedirdjo, 2007, hlm. 35).

7
6) Penyakit
Nasir (2011, hlm. 60) memaparkan, stressor pada individu dapat
disebabkan oleh beberapa jenis penyakit berupa: tuberculosis
(TBC), kanker, impotensi akibat penyakit diabetes mellitus, serta
beberapa macam penyakit lainnya. Beberapa riwayat penyakit di
masa lalu juga dapat berakibat pada kondisi psikologis di masa
depan.
2. Faktor Psikologis
Kesehatan jiwa juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Aspek psikis
tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan aspek kemanusiaan. Adapun
cakupan faktor psikologis menurut Davies (2007) adalah sebagai
berikut:
1) Pengalaman awal
Para ahli memandang bahwa pengalaman awal bagi individu
sangat menentukan kondisi mental di kemudian hari. Pengalaman
individu memberikan dampak psikologis dan memungkinkan
munculnya stress pada individu.
2) Kebutuhan
Menurut Maslow, individu yang telah mencapai kebutuhan
aktualisasinya akan mencapai tingkat pengalaman puncak peack
experience. Individuindividu yang mengalami gangguan mental
pada berbagai kondisi, disebabkan oleh ketidak mampuan dalam
memenuhi kebutuhannya.
3) Kondisi psikologis lain
Menurut Notosoedirdjo dan Latipun, kondisi temperamen,
ketahanan terhadap sressor, serta kemampuan kognitif merupakan
faktor yang ikut mempengaruhi kesehatan mental.
3. Faktor Sosial-Budaya
Sosial budaya mempengaruhi presepsi individu dalam merespon
situasi yang menimbulkan stress. Fauzia & Wijayanti (2017, hlm. 18)
menyebutkan ada beberapa faktor dalam sosial-budaya yaitu :

8
1) Stratifikasi sosial
Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara stratifikasi sosial
terhadap jenis gangguan mental. Gangguan neurosis dan depresi
lebih banyak dialami oleh kelas sosial ekonomi tinggi.
2) Keluarga
Beberapa kondisi, keluarga justru mampu menjadi resiko bagi
tergangunya kesehatan anggotanya, contohnya perceraian serta
kondisi keluarga yang tidak fungsional.
3) Perubahan sosial
Bagi masyarakat yang gagal melakukan penyesuaian terhadap
perubahan sosial, hal ini menjadi manifestasi kegagalan sebagai
patologis untuk melakukan tindakan pengrusakan dan penjarahan.
Tindakan tersebut merupakan cerminan adanya gangguan mental
(Nurdin, 2011, hlm 24).
4) Sosial budaya
Sosial budaya menjadi salah satu faktor kesehatan jiwa. Dalam hal
ini budaya memegang peran penting apakah seseorang dikatakan
sehat jiwa. 4,9 .

9
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati Fadli, dkk. (2019). Bunga Rampai : Apa Itu Psikopatologi?


“Rangkaian Catatan Ringkas Tentang Gangguan Jiwa”. Sulawesi:
Unimal Press
Sarnoto, A. Z. (2013). Perspektif Psikologi Islam Tentang Psikopatologi. Profesi,
2(2), 85-99.
Wahidah, E. Y. (2016). Psikoterapi Islam Terhadap Psikopatologi (Perspektif
Psikologi Pendidikan Islam). Muaddib, 06(02), 219-244.
Fauzia, A. R., & Wijayanti, D. Y. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kesehatan Jiwa Mahasiswa Perantau Tingkat Pertama di Program Studi
Oseanografi Jurusan Ilmu Kelautan FPIK Universitas
Diponegoro (Doctoral dissertation, Diponegero University).
Nasir, Abdul. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salamba Medika.
Nurdin, Adnil Edwin. (2011). Tumbuh Kembang Prilaku Manusia. Jakarta: EGC.
Rosmalina, Asriyanti. (2020). Bimingan Konseling Islam dalam Kesehatan
Mental.Cirebon: CV. Elsi Pro.

10

Anda mungkin juga menyukai