MISI DAKWAH DAN TRANSFORMASI SOSIAL:
STUDI KASUS DI BAYAN, LOMBOK BARAT
frat Hew eanti”
ABSTRACT
This wriling iv based er a fieldwork research conducted in
1999 tr the willage af Bayon, Bayan subdistrict af West
Lombok sogency. In general if discusses on the proliferation of”
islamic teaching in Lombok, It is wnique that the process af
isfamisation in Lombok hay created two segments of the Sasa
society into the Wenr Tele and te Wakse Lima The Wetw Tetw
are the Sasak who cithough acknowledging themselves te be
Afcslines, still believe strongly in the ancestral animistic deities
ay well ay anthropomerphised inanimate objects. In other wordy
they ave pantheists, The Waktu Lion, on the other dane, ore
fro Sask Musliee who follow more strictly to the
stamfardixed Iviamie rules (ivari'ah) av prescribed hy the
Gurfan and the hadith, This reality had instigated some: feeding.
figures, the Tuon Gur, tor iopart pure istemic teachings. The
Tuan Guru's religious avuvety, called mixi dakwah as
intensively entered into various Weir Tele areas to purt{r istam
Jrom what seemy to them animism and other diverse foee!
cultured practices which are pre-islamic This activity has been
successful in converting many Welw Telu villagers all over
Combok ta be stricter Istamic practitioners or the Wakiu Lime.
Uf the earher dakwoh fed by Tean Gurw was characterised by
the use of mirncles, the mare recent islamic mission, expecially
“Penulis adalah Stuf Peneliti di Puslithang Politik dan Kewilayahan-LIPt
azvince in the begining of 20th century, ix marked by the
cooperation of Tuan Gurw with local government authorities,
and other infernational organisations. Such cooperation thas
increased the quatity of the dakwah. Dakwah nar oniy seeks to
lmprove the religious affiliation of the Wetu Telu, but at the
same time is also intended to improve the living standard of the
people in afl aspect of tife.
clama ini istilah missionari atau orang yang menjelankan mist
keagamaan aina para misionari hanya populer di kalangan Knosten
Frotestan dan Katolik: Dalam kamws Oncford missionary diartikan
sebagai |) sejumlsh orang yang dikirim of komunitas keagamaan untuk
melakukan propaganda agama, 2) suatu organisasi atau lembaga yang,
aktivitas utamanya adalah melakukan konversi agama. Kutipan int jelas
menunjukkan bahwa istilah missionary tidak mengacu pada agama tertentu
Namun di Indonesia, misionari, secara salah kaprah, sering, dihubungkan
dengan usaha Kristenisasi. Islam sendin tidak menggunakan. istilah
migionari, bukan karena hal ini begitu kuat diasosiasikan dengan usaha
Kristenisasi, tetapi karena Islam memiliki terminobogi sendéri, yakni dalewah
untuk menyebut kegiatan pengembangan agama, dan dali bagi persone!-
personel yang terlibat dalam kegiatan ini,
Peran Misionari dalam Kacamata Antropolog
Sebelum membahas bentuk-bentuk kegiatan dakwah di lspangati,
penulis terlebih dulu akan mengkajt tentang perdebatan yang muncul. dalam
antropologi mengenai kegjatan misionari atau dakwah, Sebelum talun
1960, beberapa anthropelog pengikut faham fungsionalisme sangat
menentang bahkan memusuhi mist keagamaan dan mengecam mereka yang,
menjalankan musi ini (misionan) sebagai perusak budaya tradisional dan
magyarakat asli (evitune! desfroyer) Kecaman ini cukup beralasan
mengingat ntistonisas: pada prinsipnya memang, sengaje ehtujukan untuk
mempengaruli, merubah, dan mengganti sana sctkali kepercayan, norma-
forma lokal, nilai-nilsi agama dan budaya yang sudah baku (yang
diwanskan secara tunun-teniuirun) dengan nilai-nilai bara yang sama sekali
aansim bagi masyarakat setempat Kegiatan semacam ini dianggap
melanggar hak asasi, karena membatasi kebebasan penduduk asli_ untuk
mempercayar, berbuat sesual dengan apa yang, mereka yakini, dan
mempertahankan-sistem nilar yang. mercka ait
Semenjak tahun 1960 an sampai sekarnig, inj sikap antropolog, yang.
momusuihi keguatan nusionin takin berkurang, Kecaman bahkan diqujukan
pada antropalog yang menentang, misi keagamaan. Stipe (1980), misalnya,
berpendapat bahwa sikyy antropolog yang memusubi para imsimnari te
dilandasi oleh pemikiran fungsionalisme. Penganut fungsionatiseme
cenderung, menganggap balwasuatu masyarakat yang ideal akan selalu
berada dalam kendisi harmoni dan keseimbangan sosial yang, senipuma
(perfect equilibrimn), Semus elemen yang berfungsi di dalam siaatu sistem
kemasyarakatan dan kebudayaann saling berhubungan, mempengarahi, dan
karenanya saling temgantung satu santa lain untuk menciptakan harment dan
soctel equilibrium. Setian elemen ini bekerja dan berfungsi integratif -
saling memberi dan menguntungkan satu sama lain - untuk: merciptakarn
dan mempertahankan keseimbangan dan harmoni sosial, Berdasarkan
asumét ini, setiap unsur perubahan yang teqadi dalam masyarakat oleh
karenanya dimegap dapat mengganggu atau mengacaukan koordinasi di
antars elemen yang telah bekerjasama untuk mempertahankan harmon
sostal. Karenanya perubahan merupakan hal yang kondusif bag) terjacinryia
aisecnifibrivm dan disharmony dalam sistem sosial dan budaya. Dengan
pemikican semacam mi tidaldah mergherankan bila pengikut
furggionalisme sangat menentang, kebijakan-kebijakan, program-program,
maupun proyek-proyek yang dapat menggangeu kesembangan serta
harnoni masyarakat, schagaimana diungkapkan Stipe.
aniropolog, pongikut fungsionalime. (fircianaliy anthenpologivt)
sangat menentimg kebipalan yang berasal dari agen-agen di Ivar
suatu korumitas sosial fertentu (extern! agents) yang, menrusale
kebingaan-kebiascaan Ihidup komunites lokal, Ketika komumitas ini
dihadapkan dengan tuntutan-tintutan ban yang mengundang,
konflik (canjfieting demmnmds), yang, diimtvodusir oleh external
quenty, antropolag, pengikut fungsionalisme bahkan menguiuk
penubahian dan program-progrium pembahaman yang mereka
torapkan sebagai genocide dan cimocicle atin pembasmian ¢tnis
(1980; 166)Sejalan dengan pendapat mu, proses transformasi dan refermasi
sosial-budaya yang membawa implikasi negatif (destruktif) di dalam suatu
kelompek etnis atau komunitas tertentu sering dihwburgkan dengan
kebijakan atau proyek yang dibawa oleh external agents, seperti: tengkulak
dan pengjjon, pemegang HFH, panjajah, dan pegawai pemerintah yang,
berkolusi dengan pengusaha Para missvonari, sama haloya dengan agen
ager pembawa perubahan (agent af change), serine dituduh oldh
Jimetionalist anthropologist sebagai penyebab timbulnya perubahan-
perubahan distruktif,
Mereka yang, menentang fungsionalisme berpendapat bahwa proses
perubahan atau transformasi sosial, khususnya yang, menyanglut perwbah-
an sistem nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu, tidak selalu membawa
dampak destruktif. Tiffany, misalnya, mengatakan bahwa analisis mengenai
perubahan atau transformasi sosial dalam kerangka pemikiran para
functionalist mengesankan bahwa pendudak asli hanyalah penonton dan
penerima perubahan yang pasif (pasive spectators ana recepients) dalam
proses akulturasi dan modemisasi (1978:305)". Oleh sebab itu misionisasi
atau misi keagamaan, dalam kacamata para _fiegsionalists, sering,
daasumsikan sebagai gerakan yang, ditujulan bagi penerima perubaban yang,
pasif, Seana pendapat ini bertahan, mereka tidak memiliki pemilaran lain
(alternative ideas) selain mengecam aktivitas dari para misionari sebagai
perusak kebudayaan asli yang bersifat lokalistik (cestropers of loee!
culture),
Dalam kritikannya terhadap fungsionalisme, Stipe (1980) menyata-
kan bahwa cara memandang masyarakat sebagai suatu sistem organik
(organic view), dimana clemennya saling berhubungan secara kooperatif
dan terantung setu sama lain untuk mempertahankan keseimbangan dan
hares: sosial, sangat dipengaruhi oleh keterbatasan waktu penelitian. Bisa
saja tegadi, di saat penetiti telah meninggalkan lokasi penelitian, muncul
fenomena baru dimana masyarakat yang, menjedi subyek penelitiannys
menunjukkan rasa ketidak puasan terhadap situasi dan sistem nilai fama,
dan menghendski transformasi dan reformasi yang, mendasar
Lebih jauh lagi Stipe menjelaskan, meskipun sebagian besar anggota
masyaraket sangat menjunjung tinggi nilai yang mereka miliki, namun ada
pula sejumish orang-orang didalamnya yang tidak segan-segan
45perubahan secara cepat atau bertahap (eradwal change} dari
konvesi-konvenst atau kebiasann-kebiasaan yang, selama ini berlaku apabila
telah disacant betul dan disnitispasi bahwa perubahan-perubshan tersebut
dapat memperbatki kualitas kehidupan mereka,
Salamone aias dukunganya terhadap pondapat dintas menyatakan:
indnidu-individu angyeta masyarakat bisa meninggalkan nila
nitai lama yang sudah bak dan beralih pada nilai-nilai bana yang,
menungkinka mereka dapat beradaptasi sscara lebih bake didalam
aan diluar lingkungan mereka. Dan nulai-nilai yong, tertanam
dalam stat) sistem kemasyarakatan tertentu akan selalu dapat
berubnh baik secara parsial atau Keseluruhan( 1976:62).
Berbagai kelemahan substansial yang terkandung dalam pemikiran
fungsionalismee, telah membentuk suatu kesadaran bana tentang, betapa
pentingnya mempelajan implikasi-implikasi sosial dari kegiatan misisonar
Banyak antropolog, yang, kemudian tidak sekedar molihat peran misionan
semata-mata sebagai penyebab utama dan lenyapnya kebudayaan asli
(wadisional), tetaps scam positif meninjau kembali dan mengevaluasi
peranan mereka khususnya dalam akulturasi - suatu proses dimara
sgjunilal altematif nifsi-nilai baru yang merombak atau menggantikan milai-
nilai dan pola kebiasaan lama yang sudah mapan (wefl-eetablished) dalas
masyrrakat telah diketemukan (Qosterwal 1978.93),
Sqjalan dengan berkembangnya sikap yang lebih posiuf dalam
melihat peranan para misionar, para antropolog pada akhimya juga
mengakui peran misionari sebagai agen pembangunan (agems of
development) Khususnya dalam rangka membantu meningkatkan. kualitas
kehidupan dari masyaraket setempat, sebagsimana dinyatakan Luzbetak:
“para misionan akan menggunakan ideolog: agaria untuk menjalankan
progranrpi perbaiknn kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan" (1961:
27), Richardson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya di Melanesia,
menenemukan bahwa para méisionanl yang, bekerja disini berperanan vital
sebauai cultral brokers daripada sebagai the desirayers of lacal culture.
Mercka menjadi kotalisator dan fasilitstor perubahan sosial dengan
‘bertindak sebagai perantara yang, menghubungkan masyarakat asli dengan
pemerintah pusat Pemerintah pusat memanfaatkan tenaga misionan untuk
&menerapkan kebijakan-kebijakan dan program-program mereka di tingkat
lokal,
Dari perdebatan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap:
antropolog,tercenmin dan sikap yang tidak hanya menilai peranan misionari
sebagai perusak kebudayan dan sistem nila: asli, tetapi juga sebagat agen
pembangunan yang secara pro-aktif tedlibot dalam berbagsi proyek yang
‘perujuan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, sanitasi, Dalam kerangka imi peran misionan secara konstnuktif’
juga dilikat sebagai fasilitator yang menghubungkan masyarakat lokal
dengan pihak-pihak luar dalam proses modemisasi dan akulturasi, Alknvitas
misionari juga memberikan sumbangan lebih jauh bagi pengembangan stucli
komunikasi tintas dan antar budaya (infer avacl cross cultural studies),
proses transformasi dan reformasi sosio-lulltural, konflik-konflik sosial dat
bucaya diantara penduduk asli dan misionari sendin,
Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Misi Keagamann
Pada prinsipnys pemeriniah mengijjinkan kegjatan mistonan
sepanjang sesuai dengan PP No 79/1997 yang dikeluarkan olch Departemen
Agama. Pasal 3 dan 4 dari peraturan pemerintah ini memuat
Misi keagamaan semestinya dilakeanakan alas dasar semangat
wintuk menjaga harmon social, saling menghargai di antara
kelompok-kelompok komunitas yang berbada agama, dan
didasarkan atas hak dan kebebasan dari setiap individu untuk
memeluk cust again dan menjalaikannya sesunt dengan apa
yang, diyakininya.
‘Misi keagamann tidak semestinya ditujukan pads individu-indivicu
atau kelompok-kelompok dalam masyaralat yarw, berbeda agama
dengan cara: 1} permiasi dengan memberikan insentif material
seperti: uang, baju, makanan dan minuman, pengobatan dan
fasilitas penyermbulan, dan bentuk-bentuk- insentif lainnya yang,
bertujuan untuk mengubah agama dan kepercayxan mereka, 2)
menyebarkan pamfle, majalah, buletin, bul, dan bentuk-bentuk
publikasi lainnya, 3) mengunjungi keluarga-keluarga yang, berbeda:
‘agama dari rumah ke rumah.
47Dengan mengeluarkan peraturnn semacam ini berarti pemerintah
telah membuka pintu selebariebamya bagi kesatan misionan atau cakwab,
penmasuk misioni ssing, Sementara itu fita ketahui pyla bahwa
pemenntah juga menctapkan panca agama (Islam, Kristen, Katolik: Hindu,
dan Buda) sebagai agama resmi di Indonesia, Disinilah Ietak ambivalensi
dari sikap pemeriitah. Di satu pihak pemerintah memuiliki kepentingan
untuk meestarikan agama sli (keperceyaan lokal) karenaini menpadt salah
satu elemen penting, danaect budaya (cultural asset) yang, menampilkary
citma kebinekaan (hererogenedty imoge) dari bangsa Indonesia yang, multi
etnik, multi-bahasa, dan multi-budaya, Di lain pihak penetapan panca
agama dapat menghapus permnan dori againa atau kepercayaan-
kepercayaan lokaltradisional karena semuanya harug masuk dalam salah
satu katagern dari “agama resini” versi pemerintah, Kebijaksanaan jst)
terbulas terhadap penyebaran misi keagamaan termaguk rmigionari asing,
dapat mendorong, tejadinya kasus-kasus pembasmian kepercayaan lokal
(local befiefs) yang terfokus pada pemujaan nenek moyang (eriineism),
dukun dan -perklonikan (sheywvarnusm), dan antfiroperarpriscet
Sikap amibivalensi pemerintah deagan demikian tercermin dane di
satu. sisi ingjn mempertahankan kepercayaan ash masyarakat sebagai
bagian dari heterogenitas budaya, di tain sisi hanya mengakui panca agama
sebagai agama resi dan menyambut misionari yang justru banyak
medenyapkan kepercayaan Jokal, seperti animisme, shamanisme, dan
anteopomorpisme,
Dengan mengijinken berbagal kelompok misionan. untule beroperasi
di Indonesia, berarti pemerintah juga membuka peluang-peluang, konflik.
yang, tidak hanya melibatkan musionan dengan penduduk asli yang mienijadi
target misionan, tetapi juga diantara kelompok-kelompok penyebar misi
keagamann yang berbeda, Misalnya antara misi Islam (dakwah) dengan
Kaisten yang keduanya sama-sama menjadikan kelompok [stam nominal
(islam abangen di Jawa, Wete Tele di Lombok} sebagai target mist
mereka, Realitas cosial renunjukkan jusiru para misionar: Krister banyak
melanpaar Peraturan Pemenitah di otas karena mereka banyak meng;
kristenkan kelompek Isfam cominal dengan cam memberikan insentif”
matenal seperti bantuan pangan, kesehatan, don beasiswa sekolah, Pada
Umumnya nisionan Krsiten memang menjadikean pendudule miskin dengan
48lotar belakang pendidikan dan pendapatan rendah sebagai target utara. nisi
mereka. Misi mereka mermang terbulti berhasil Ihususmya di kalangan
masyaraket kelas bawah, Hal ini tentu menimbulkan kanflik dengan tokoh-
tokoh Islami yang, juga menjadikan kelompok Islam nonuinal dari kelas
bawah sebagai target utama dari kegiatan dakwalt.
Misi Keagamasn dalam Estam
Dalam Islam kegiatan pengembangan dakwah diibaratkan seperti
mate rantal yang, tidak terputus atau senantiasa berkesinambungan
(continous chain) dari satu peniode jaman atau generasi ke jaman atau
generasi famnya, Islam menyebut hal ini émavd, Rasullulah sebagai
penerima wahyu (kalam) Mahi berada di ujumg mata rantai, kemudian
dilanjutkan oleh para sahabat (sa/wbah}. Dari sahabat diteruskan ke dabrin
dan fabj'at (generasi seeudal Rasullullah s.a.w, dan sahabat), kemmdian
kepada para /Peulfellah, Ulama, Kiai, dan umat pada umuinya
Kontinyuitas dari-ajaran Islam yang dibaratkan seperti mata rantat ir
memiliki religious justification dari Al-Quran yang, pada intinya
menyatakan balwa Allah sendiri yang menjamin kesuown dan keaslian Al-
Quran (ajaran Islam) sampai akhir jaman, "Sesunggulmya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur'an, dan Kami benar-benar memeliharanya" (QS 15:9).
Isnad atau mata rantai yang berkesinambungan secara simbolik juga
bermakna bahwa setiap Muslim memiliki tanggung-jawab untuk menenss-
kan kelangsurpan ajaran Islam dimanapun, kapanpun, dan sampai
seberapapun pengetahuannya, Hadist Nabi yang berbunyi: bafigy ari
warau ayatan - sampaikanlali apa yang, ada padaku (nabi) meskapun hanya
satu ayat- memperkuat anjuran dalowah, Hadist ini tidak secata spesifik
menyebutkan jenis kelamin, umur, posisi, dan pelerjaan. Ini berarti baik
Ielaki maupun perempuan, tla atau muda, ulama atau orang, awam (yang,
meski pengetahuannya hanya terbatas satu ayat ) memiliki kewajiban yang,
gama untuk berdakwah, dimanapun dan kapanpun mereka berads,
Dakwah tidak dimaksudkan untuk merubah mereka yang, besheda
agama - dari non-Muslim menjadi Muslim - tetapi lebih ditujukan untuk
momperkunt integritas keagamaan dari umat Islam sendiri. Dengan kata tain
dakwah mecupakan usaha konsolidasi kedalam yakni memperbaiki kualitas
kehidupan beragama dari wmat Islam sendin. Dakwoh intinya mengajak
49selunuh umat uniuk memeluls Islam secara utuh dan keseluruhan (hefi),
dan menghimbau umat untuk memerang) kemungkaran dan menus jak pada
eebaiean Cenmeer yes ‘ray rnéalid saccvakexe’)
Dalam perkembangan dewasa ini dakwah merupakan kewatan yang,
terormamsir yang. dirintis dan dipiupin oleh indiviela atau Kelompok oramg-
orang yang, Mmempunyad spesialisasi pengetahyan keagamaan, seperti ular,
Kini (di Jawa), Ajengan (di Jawa Barat), Tuan Guru (di Lombok). Secara
Umum merck dikelompokkan sebagai Ulama. Dalam {slam ulama yang,
tefibat dalam penyebaran ajaran Islami (/ranyfer of Islamic knowlege)
disebut sebagai penerus atin pewaris nabi (wamien wero! cumbipa
Istamisasi di Lombok
Membahas dakwah di Lombok tidak akan terlepas dan proses
Islamisasi atau masuknya Islam pertama kali di pulau ini, Bagaimana,
kopan, dimana, dan oleh siapa Islan disebarkan di Lombok menapakan
masalah pokiok yang dibalmas disim
Sebelun: Islam niasuk, Bods menupakan agame asl dent masyarakat
Sasak. Sesuai dengan keyakinannya masyarakat Sasak pada waktu itu
disebut dengan Sasak-Boda. Boda sama sekali tidak ada hubungannya
dengan agama Buda, Boda merupakan agama yang bersumber pada
pemujaan roh-rol Ieluhun/nenek-moyang, pemujaan pada tempat-tempat
keramat dimana nenek-moyang, masyarnkat Sasak-Boda dikubur Selain
animisme, masyarakat Sasak Boda juga menganggap bahwa semua benca,
layalaiya manusia, memiliki roh (emlrepouerphic view), dan semua
tempat memilika ponungew (gucrdien spirits),
Agama Hindu dan Istamt masuk ke Lombok seiring dengari
ditakiukannya Lombok oleh kekuatan-kekumtan liar, Kerajaan Hindu-
Majapahit dari Jawa Timur yang menduduki Lombok di abad ke-tujuh
mengenalkan agama Hindu pada masyatakat Sasak-Boda_ Islam datang, ke
Lombok pada abad ke-13 setelah jatulinyn kerajaan Hindu-Majapahit
Susuhunan Ratu Giri’ adalah Raja Islam dari Jawa Timur yang, pertama-
* Susuhunan ataw Suit Gini merupakan salah satu dani 9 wali (wali sanga)
yang dikenal sebagai penysbar agami kslam di Jawa. Adapun kedelapan
wali lainnya adalah: Suman Ampel, Sunan Bonang, Sinan Kudus, Sunan
30tama mengiimkan waldl-walalnya: Di Lembu Mangkurat ke Banjarimasin,
Datu Bandan ke Makasar, Tidore dan Seram, dan Pangeran Prapen (anak
Susubunan Ratu Giri) ke Lombok dan Sumbawa, Pangeran Prapen tiba di
Labuan Cank - kota pelabuhan di Anyar’. Di ‘sini Sunan Prapen
menyebarkan ajaran Islam yang bercampur dengan ajaran sufisme yang,
berlau mistik (mystical sufism). Sampai sekarang masyarakat asli Sasak di
Bayan menjalankan agama yang merupakan campuran (sinkretisme)
animisme, Hinduisme, dan Islam.
Setelah mewakilkan misinya pada dua orang, bangsawan Lombok:
Raden Sumbulia dan Raden Salut, Pangeran Prapen peng ke Bali untuk
melanjutkan misi penyebaran Istam. Namun disind beliau menghadapt
tantangan berat dan Raja Klungkung, Dewa Agung, dan akhimya pulang
kembali ke Jawa Timur tanpa hasil
Makasar merupakan kerajaan ketiga yang berhasil imenaklukan
Sdaparang ~ kerajaan dari masyarakat Sasak di Lombok Timur - pada
akhir abad ke-16, Tidak seperti Jawa, orang-orang, Makasar mengenalkan
ajaran Islam yang, lebih mumi dan sulit mentolerir kepercayaan dan adat-
istiadat lokal yang, berbau animisme berdampingan dengan Islam. Mereka
membawa ajaran Suni ortodoks yang, diterima oleh kelompok bangsawan
maupun orang kebanyakan, khususeya yang berasal dari Lombok Tengah
dan Lombok Timur
Kerajaan Bali dari Karangasem menduduki Lombok setelah berhasil
mengalahkan Kerajaan Makasar di tahun (740, Kerajaan Bali sangat
toleran terhadap perkembangan Islam dan membiarkan sebagian orang,
Sasak untuk menjalankan praktek agama yang, merupakan sinkretisme
antara animisme, Hinduisme, dan Islam. Namun di bawah pernenntahan
Raja Bali, para bangsawan Sasak yang sudah memelulc Islam pada waktu
itu, termasuk para pemimpin agama (Tuan Guru) merasa tertindas, dan
bersama-sama mereka menggalang, persatuan. untuk menghancurkan Bali,
nanmum tidak berhasil, Kekslahan ini telah mendorong kelompok bangsawan
untuk meminta bantuan Belanda, Ketika Belanda masuk dan berbasil
Gunung, Jati, Sunan Kalijaga, Syech Siti Jenat, Syech Wali Lanang, dan
Sunan Muria,
? Sekarang Anyar adalah ibaketa dari Kecamatan Bayan, Kabupaten
Lombok Barat,
51miengalahkan Raja Bali, Anak Agung, Rai, mereka tidak memulihkan
kekuasaan para bangeawan Sasak tetapi juste menjadi penguasa bari
menggantikan Raja Bali: Di bawah pemerititalan Hindia-Belanda, mkyae
Sasak mengalami tekanan yang jauh lebih berat dibanding masa Raja Bali
berlcunsa. Semua tanah mkyat Sasak yang dulu dikuasai penguasa Bali
dia oleh Belands, Belanda juga menerapkan sistim pajak tanah yang,
sangat ting: dan membebant penduduk (Kraan 1976), Hal ini membuat
para tokoh Islam, Tuan Guru, yang sebelum masuknya Belanda sudah aktif
mengembangkan dakwah, berontak melawan-Belanda Tuan Gun dan
pengikutnya menjadiken gerakan dakwah sebagai wadah dan saluran uewuk
menghimpin kekuatan massa melawan Belanda. Namun akhimya Belanda
dikalahiaan oleh Jepary, Jepang, mendudukt Lombok untuk sementara waktu
dan tahun 1942 sampa: dengan 1945. Di awal kemerdekaan Indonesia,
Belanda berusaha memulihkan kekuassannva dt Lombek dan pulau-pulau
Indonesia Jainnys, tetapi tidak berhasil, Di tahun 1946 Lombok
scbagaimana wilayah Indonesia tainnya memperoleh kemerdekaan penuh,
dan tidak lama kemudian di tahun 1950 TGH (Tuan Guru Haji) Zamuddin
Abdul Majid, salah seorang tokoh pejang, mendinikan pesantren Nahdlintul
Wathan yang kini meripaken pondok pesantren tertua dan terbesar di
Lombok, yang berpusat di Pancor, Lombok Timur,
Masukiya kekuaran-kekuatan liar yg menbawa penganwh agama
masing-masing telah membuat masyaraket Sasak terpecah kecalam dua
kelompok kesgamasn; Sasak Wetu Telu dan Waktu Lima, Sasak Wee
Telu adalah mereka yang meskipun mengaku islam, masih mempestahan-
kan tradisi nenek moyang, yang berbau aninsme, dan mempercayai bahwa
semua benda layaknya marusia memiliki nyawa (anthropomorpirism),
Sedang, Sasek Waktu Lima adalals mereka yang menjalankan syartat Islam
mumi dan teh meninggalkan adat dan keperesyaan nenek-moyang mereka
yang, non-lslatr.
Era Tuan Guru
S@telah periode para wali dari Jawa (Mativitah), Kkhususnya
semayjak abed ke-19 perkembangan dakwah di Lombok dilanjutkan dan
dipelopon oleh Tuan Guru, Seperti halnva para Wali, Tuan Guru juga
menjadi bagian dant mata rantai penyebaran Islam yang, meneraskan usaha
$2dakwah yang, sudah dirintis oleh para pendahulunya. Tuan Guru menupa-
kan pemimpin setempat yang, kharismatik (focal charismatic figure).
Pengaruh mereka sudah lama meluas jauh sebelum Belanda menguasai
Lombok, Pengaruh Tuan Gunu ini makin meluas dan meningkat khususnya
setelah mereka pengj haji dan menuntut imu di Arab Saudi untuk beberapa
tahun lamanya sesueah haji
Usaha Belanda mendatangkn kapal uap di awal abad ke-19
memungkinkan orang-orang Indonesia teemasuk Lombek untuk melaksana-
kan ibadah haji ke Mekah, Selesai naik haji, terdapat seyumlah orang yang,
tidak fengsung pulang kembali ke Lombok, tetapi tinggal beberapa waktu
lamanya untuk belajar iimu agama di Arab Saudi. Disini mereka mulai
memahami dan menggali lbih dalam tagi berbagai cabang ilmu
pengetahuan agama, seperti tafsir Al-Quran, hadist, dan filth, Keaka
kembali ke kampung, halaman, mereka membuka kelompok-kelompok
pengajian untuk mergajari masyamiket setempat segala pengetahuan yang,
mereka dapatkan dari tanah suci, Status, pengaruh, dan kharisma Tuan
Gunt meningkat sering dengan makin bortambahnya mund-murid yang,
mengjkuti pengajian, dan tingginya frekuensi keterlibatan Tuan Guru datam
berbagai kegiatan ritual keagamaan, seperti menjadi imam mesjid, pemben
kotbah Jum‘at dan penceramah pada hari-han penting Islam, pembaca do'a
pada berbagai acara hajatan yang diselonggarakan oleh keluanga atau
individu dalam masyarakat.
Ketika rumah Tyan Guru tidak mampu lag menampung, jumlah
murid yang makin melimpah, Tuan Guru kemudian membangun. pondok
pesantren di sekitar lokasi rumahnya, Lambat laun pondok pesantren ini
berkembang, menjadi sekolah formal yang cilengkapi dengan meng, kelas,
asrama, dan kurikulum yang, mengikuti program dari Departemen Agana.
Pesantren pun membuka sekolih umum, mulai dari SD, SMP, dan SMU, di
samping madrasah.TGH (Tuan Guru Haji) Zainuddin Abdul Majid,
misalnya, pengi ke Mekah pada tahun 1923 ketika beliau berusia 17 tahun,
Selesai haji beliau tinggal dan belajar di Masjidil Haram. Dari tahun 1928
beliau belajar di madrasah Ash-Sahulatiyah yang dipimpin oleh Syaikdh
Salim Rahmatullah, Setelah pulang ke Lombok dan mengajar di rumalurys
untuk beberapa tahun lamanya, di tahun 1950 beliau mendinikant pondak
pesantren Nahdlarul Wathan. Dua puluh tahun kemuciian, pesantren int
imomiliki 349 madrasah dari tingkat Ibtidsiyah, Sanawiyah, dan Aliyah
53dengan jumlah murid keschuruhan 76.994, Tahun 1977, Nahdlatul Wathan
membangun Universitas Islam yang diben nama Universitas Hamzan
Wadhi,
Contoh lain adalah TGH Abdul Karim, pendin pesantren Nurul
Hakim ci Kedin, Lombok Tengah, pergi ke Mekah pada tahun 1919 ketika
berusia [8 tahun. Selesai haji beliau tinggal dan belajar di Masjidil Haraam
sampai talun 1924. Sesudah kembali ke Lombok betiau mendinkan pondok
pesantran Nurul Hakim. Setelah beliau meninggal pesantren ini kemudian
dipimpin oleh putra beliau yang, tertua, TGH Safwan Hakim sampai saat
ini,
Tuan Guru dengan pondok pesantren yang dibangunnya pada
mulanya berjuang, untuk membersihkan Islam dari unsur-unsur yang non-
Islami yang melekat kuat dalam kepercayaan Sasak Wetu Telu, Sebsgsi-
mana telah dikemukakan di atas Wetu Telu merupakan sinkretisme dari
animisme, Hinduisme, dan Islam yang cukup bempengaruh di abad 1%
sampai awal abad 19. Paca perkembangan benkuinya dakwah yang,
dikembangkan oleh Tuan Guru juga mempunyai mist untuk meningkatkan
kualitas kehidupan sosial ekonomi, di samping, agama.
Munculnya institusi pesantren yang memiliki anak-anak cabang,
pesantren dengan madrasah masing-masing, sampai di tingkat desa, bahkan’
sampai di luar Lombok makin menambah popularitas dan khansma Tuan
Guru, Kepatuhan dan loyalitas para santn (murid-murid Tuan Guru) sangat
mendukung penyebaran misi dakwah. Seine wearho'na (dengarkan dan
ikuti) merupakan nilai yang, tertanam dan melekat di kalangan santn dan
mendasari ketaatan dan loyalitas mereka tershacdap Tuan Guru. Kaderisasi
dani para gant sanget ditunjang dengan tila ini. Selesai belajar, para
murid umuwmnya kembali ke kampung asalnya untuk menyebarkan mist
yang sama, sebagainiana telah dipesankan oleh Tuan Guru, yakni membuka
kelompok pengajian dan mengajari penduduk (anak-anak) desa. Bila para
santri sudah punya pengikut atau mengumpulkan mund-murid baru yang,
jumlahnya cukup banyak, Tuan Guru akan mensponson berdininya
madarasah baru yang bemaung di bawah nama pondok pesantren induknys,Strategi Peagembangan Walewak
‘Terdapat perbataan tehnik don strates) penyebaran dalowah di masa
parn Wall dulu dengan Tuas Guru mass kini Di jaman pare wali, proges
peayebrran Islam ditandal dengan penggunaan kelaastan gail yang berbaw
mistisiame. Mites menwenai “kesaktinn" sang wali yang, menank perhatan,
mengundang kekaguman dan simpati hasyarakut. Masyarakat desa Bayan,
umidalnya, memiliki mites Vecat mytt) tevang Sunan Ampel - salah) seorane,
dari kesembilan wali. yang berhasil menglslamkan Susubunan Bayan 1
Menurut conta kekeramatan atau kekuatan geib-yang dimiliki Sunan Ampel
berada di-tongkatnya, Ketika berada di Bayan Sunan Ampel momukulkan
tonmkatnya ke tanah, mate air memancar darinya. Untuk mengenang, ja
jasanya di Bayan dan menandat kekeramatannya dua sumber mata air, yang,
cipercaya muncul dati ketukan tongkat sako Suna) Ampel, sampai kami
dinomaken Ampel Dun dan Ampet Gadi
Sekitar tahun 1960an demonstrasi kekuatan gaib untuk menank
pengikut juga dilakukan TGH Mutawali, pendin pondek pesantren Darul
Yatama Wal Masakiin di desa Jerowaru, Kecamatan Kenmk, Lombok
Thur, TGH Mutawali merupakan salah seorang, Tuan Guru yang dikenal
keramat dan sering memakai wehnik dakwah sebagaimana di jaman para
Wali dulu untuk-mengubah masyarakat Sasak Wetu Telu menjadi Wakes
Lima. TGH Murawali juga menguasat bahasa lontar (tertulis daam bahasa
Jawa kune). Biasanya dia akan mempelajari terlebih duu mitos-mitos lokai,
legenda, folldore atau cerita-cerita yang berkembang di masyarakat. bail
yang tertulis dalam lontar maupun yang berupa ore! history sebelumn
memulai mismya, Dia juga mengirimkan beberapa utusan untuk
mempelajati siapa tokoh yang dihonmati dan dihacapkan akan nmuncul di
masa datang, di dalam masyarakat yang menjadi target misi dakwahnya
Adakatanya pula TGH Mutawali datang sendin menenvui tokoli dan tetua
masyarakat-setempat, berpura-pura hendak mengetahui apakah terdapat
hubungan asal-usul keturmman (genealogy) antara dininya dengari
masyarakat Wetw Telu setempat. Strate) ini membuat tokoh masyarakat
{yang bersangkutan tidak segan-segan membukaken lontar padanya dan dan
sinilah TGH Mutawali dapat mempelajani ste tdee! figure yang, menjadi
idola Sasak Wetu Telu
55Berikut adalah penuturan seorang da'i dari pesantren Nurul Hakim
yang ditempatkan di desa Bayan, Kecamatn Bayan, Lombok Barat tentang
keberhasilan TGH Mutawali untuk mengubah masyarakat Sasak Wetu
Telu di desa Sengkol, Kecamatan Rambitan, Lombok Timur dan di desa
Bleke, Lombok Barat :
Masyarakat Sengkol mempunyai mitos mengeoai Ratu Adil, pack
suatu mara nanti akan dalang, searang pecuimpin yang, bijak dan
adil dimana masyarakat bisa menggantungkan diri pada
kepemimpinannya, Menunu cerita kedatangannya sangat men-
dadak, seperti seckor burang, betet yang, berbulu hijau. Kedatangan-
nya juga ditandai dengan gempa bumi tokal di sekitar tanah yang,
dipijaknya, Setelah mempelajari mitos ini TGH Mutawali dengan
mengenakan jubah hijau gecara tiba-tiba muncul di megjid kuna
Welw Telu di Sengkol. Melalui kekwatan gaibnys, dia memerintah-
kan jin untuk menimbalken gempa bumi iokal di tanah yang,
dipijaknya. Mengetahui suara ini masyarakat secara berduyun-
duyun mendatanginya untuk melihat “keajaiban" imi. Akhirnya.
mereka menyimpulkan baliwa kedatangan TGH Mutawali yang,
tibe-tiba, jubaly hijaw yang dikenskannya, dan gempa bumi lokal
yang, ditimbulkannya sesuai dengan tokeh yang, diceritakan calam
lontar, Kemiripan TGH Mutewali dengan tokoh yang ditmpikan
masyarakat monjadt pomicu bag) masyarakat Sengkol untuk:
menerima kehadiran dan pengaruh TGH Mutawali, serta tambat
Jaun menyerap ajaran [slam dari TGH Mutewali, Secara bertahap
pada adhimya Sasak Wetu Telu di Sengkol menjadi Waktu Lima
Ketika pertama kali TGH Mutawali disertai beberapa orang,
santrinya datang ke desa Bieke, hanya sebagian kecil orang,
khususnya tokel-tokeh masyarakat yang menyamibut kehactirannys.
TGH Mutawali kemudian berpesan pada tekoh masyaraket untuk
mengumpulkan massa pada kunjungan berikuinya. Ketika dia
datamy kembali, sebagian besar imasyarakel tetap tak
memperdulikan kebadirannya. Mengetahui suasana ini, dia segera
menciptakan Kegaduhan, Dengan kekuatan gaibnya, dia bisa
memerintahkan jin untuk tenimbulken suara ledakan dimana-
Thana, Petidiuduk desa menjadi panik, mereka segera keluar runiah
untuk mengetahui apa yany tejadi, Anehoyadi luar rumah mereka
tidak melihat apa-ape selain TGH Mutawali disertal pengikutnya
sedang, berbicara denim sebagian anggota penduduk setempat.
56Somenjak tm tidak seorangpun berani mengacubikan kehadiru
TGH Mutiwali, Kehadiran TGH Mutawali dan sinirinys secara
berkala untuk memberikan ceramah keagamann lambat tan
tmongubah Sasak Wetu Tele di Bleke watuk memekuk ajar Tetum,
yonyy eum,
Masth terdapat beberapa figur Tuan Guru yang tmetniliky dar
mendemonstrasikan kekeramatan atau kekuatan gaib guna menank massa
pengikul. TGH Ahmad dari Lendang Panas, Lombok Barat, juga dianggap
sebagai tokch keramat dan dipercaya masyarakat bisa menunjubkain
kejadian gaib di luarlogika manusia, Berkus adalah penuturan seorang dali
tentang, kekeramatan dani TGH Ahmad,
TGH Abmad sering terlihat berada di pasar Cakranegara
dikerumuni oleh anak-atak yang bekerja sshagal penyemir sepatu,
dan pembersilt mobil, Anak-anak sangat menyukainya Karena dia
sering, membagikan uang dan makanan kecil secara cuma-cuma
Sebagian orang, yang sudah mengetahui “kewaliannya" tidak
nierasa asing dangan kebadirannya iemmsuk kebiasaan-kebiasaan
"snehnya". Bila memasuld pasar, ‘TGH Abimad sering, mengambil
satu atau dua potong bahar pakaian, seperti suring dan isin bedi:
sambil berteriak: sadekeh!, sodekah! tanpa membayar, Part
pedawang, yan, sudah mengenal kekeramotan ‘TGH Alumad tidal:
keberstan dengan tindakannya. Bahkan mereka percaya bakal
mendapet keuntungan yong, berlipat-zanda dengan mengikhlaskan
barang overeka diambil Tuan Guru untuk sedekah, Mereka percaya
sapa yang menolak memberi “sedekah” gaya TGH Ahmad akan
mendapat sal. Hal ini pernah terjodi ketiea seorang pedagang, yang.
‘tidak tabu tentang "kekeramatan” Tuan Guru meneriakinys mating,
kotika sary batiknya diambil begity saja oleh TGH Ahmad, TGH
Almad mengembalikan sarung tersebut dan peng) ke toko lain
Beberapa ‘hari seielah Kejacian itu toko tersebut terbakar dan
masyarakal sekitar menghubungkan kejsdian itu dengan kekikiran
pemilik toke. Mereka percaya bahwa kekikimin hanya akan
mendstangkan kerugian, sedangkan kedermawanan mempanyal
nilat tambal,
TGH Abmad sering, pers) dari sat desa ke desa fairl, dan
adokalanya secara tiba-tiba dia meminta termak dari penduduk
Mereka yay tabu kekeramatanmya tidak — segan-segan
a7memberikannya dengan dagar kepercayaan termak mereka akan
cepat berlipat-ganda setelah disedekahkan melalui TGH Alumud
Dalam kenyataannya, TGH Alwtad tidak pernah mentililet atay
menyirpan sendiri barang-harang, uanyg, ternak yang dipsrobehinya,
tetapi membarichagikannyy. untuk fakir miskin. Dengan begini
TGH Ahmad ingin mengajukan nila bahwa dalam setiap
kekayaan yang ita miliki terkandung hak omng miskin, TGH
Ahmad hidup sangst sederhana di desa Lendang, Panas,
mengetjakan sendin’ sawahnya dan mengajari anak-anak mengaji
di petang, hari.
‘Tulisan ini tidak bermaksud untule mengujt tentang, kebmaran dan
cerita-cerita rakyat atau mitos-mites fokal di ‘atas, tetapi lebih ditujukan
untuk menaharni pandangan masyarakat Sasak Wetu Telu tentang peranan
Wafiwled dan Tuan Guru mereka di masa lalu. Mereka memandang, Tusn
Guna dulu dan Waliullah tidak hanya sebagai tokoh yang penuh kharisma
keagamaan (spiritual charisme) dan kesalchan (piety), tetapi juga tokoh
keramat (sacred) yang, memiliki religious superforify dan kapasitas untuk
menunjukken kekukatan gaib (sypernafierad power) melalui kejadian-
kejadian ajail (miracies) untuk menyebarkan pengaruh Keagamaan
(redigious influence) dan menarik pegikut-pengikut yang setia (alisciples).
Kira-kira diawal abad ke-20 strategi pengembangan dakwah tidak
Jogi ditandai dengan demonsteasi kekuatan gaib atau kesaktian
{kekeramatan) Tuan Guna. Hal ini tidak berarti bahwa kepercayaar:
masyarakat tetang, kekeramatan Tuan Guru sudah memudar, tetapi
sebagaimana dituturkan ustadz Sain, seorang dali yang bekena di desa
Lolosn, Kecamatan Bayan, Tuan Guru yang, keramat di masa sekarang
sudah langka atau jaratys diten .
Dewasa ini Tuan Guru dan pengikutnya cenderung, bekerasama
dengan penguasa lokal khusisnya dari pemenntahan dan berbagai lembaga
dari dalam maupun Ivar negeri untuk menyebarkan mist dakwabnya, Tuan
Guru memanfaatkan otoritas politik pejabat deerah sebagai perpanjangan
fangan untuk mengembangkan kegiatan dakwahnya sampai di tingkat desa.
TGH Mutawali, misainya, yang dikenal "keramat" dan memakat
*kesaktisnnya" untuk mexgubah Sasak Wetu Telu menjadi Waktu Lima, di
tahun £963 meminta ijin Lalu Anggerat - Bupati Lombok Barat - untuk
memberikan penataran qgama bagi Kiat Wetu Telu selurah Kecamatan
58Bayan di dalam pesantrenniya, Darul Yatama wal Masagin di dessa
derownru, Kecamatan Keruak, Lombok Timur Karena desa Bayan dan
Keeamatan Bayan berada di dalam wilayah administratif Kabupaten
Lombok Barat, persetyjian dari Bupati Lombok Barat membertkan
legtimasi den fasilitas bagmya untuk melakukan program ini Meskipan
Pemangie: Adat Bayatt Agung, » pimpinan adat tertingg) - dan perangkt!
adot Iainnya di Bayan menentans program ini karena jelas melanggar
olonomi adat. tetapt mereka tidak memiliki kekuatan politike unbuk
mencotangnya, Kisi adst di setiap desa (Bayan, Sukadana, Loloan,
Solengen, Tanjung, Anyar) yang kire-kira bequmiah selatar 40. orang,
secara bergililrn diwajibkan mengikuti program penstaran keagamaan
selama sepuluh hari di pesantren TGH Mutawali.
Selama training, Bupati Lombok Barat menyeciakan transportass
untuk mengangkut para Kisi dan Bayan ke pesantren TGH Mutawali dar
mensuplai mereka dengan beras. Penutupan training, ini dihadin oleh baile
Bupati Lombok Barat maupun Lombok Timur, Ini disebabkan. penataran
agama disdenggarakan di Jeroware yang menjaci bagian wilayah
administratif Kabupaten Lombok Timur, sedangkan Bayan cimana para
Kiai adat berasal merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lombok
Bart. Kedua Bupati telah menolong usaha TGH Mutawali didalam proses:
‘training, inl, dengan harapan bahwa TGH Mutawali bersama. pengikutnya
akan memberikan suara mereka ke Golkar dalani setiap Pemilu,
Kesuksesan TGH Mutawali dalam menggalang kerjasama dengan
peabat daeralh telah omembuntnya melsngkah lebih jawh untuk
memanfaatkan legitimasi pojabal setempat guna mencapai tujuan dakwah
Di tahus 170 ketiies Pemerntak Daerah Lombok sedang gencar-gencamys
melaksaraken program transmignsi, TGH Mutewali mengusullan
Lendang, Madang, menjadi lahan transmgrasi pada Bupati Lombok Barat
S@ak jaman Susuhunan Bayan, Lendang, Madang telali menjadi hutan
konservast (hutrr dempers ace!) yong, chlinduagy oleh hukum adat, Lencang,
Madang dengan denikian diteapkan sebagai futan pemealik, sehap orang,
dilarang untuk mebuka, merambah, mengolah hasil hutan, dan mengsangeu
kehidupan satwa di-dalamnya. Masyarakat Wetu Telu Bayan percaya
siapapun yang melanggar pemalik (tabu) ini akan kebendon atau menerima
sariksi supematural, seperti sakit, keoelakaan, kematiandan musibah tain
yang datangya mendadak, Namun Bupati Lombok Barat, Lal Anggerat,
50pada waktu it menilai bahwa Lendang Madang, yang, terletak di utara
gunung, Ranjan sangat sesuat untuk dijadikan lahan bagi transnigran Lokal
kbesusnya yang berasal dari wilayah sdatan ganumg yang padat
penduduknya dan kelurangan Ishan garapan, Akhimya di tahun itu juga,
jutan Lendang, Madang dibuka untuk memindahkan sekitar 100 kepala
keluansn dari Lombok Tengah, Lombok Timur, dan desa-desa di wilayah
Lombok Barat lainnya Mereka yang, dipindahkan kesma sebagian besar
adalah Sasak Waktu Lima, Berubahnys status Lendang Madang, dari hutan
konservast menjadi lahan pertanian dan penwukiman bagi transmigran Lokal
tidak hanya menunjukkain kesuksesan program transmigrasi pemerintah,
tetapi juga keberhasilan TGH Mutawali untuk menyeimbangkan ratio
penduduk Wetu ‘Tetu dan Wakts Lima. Sebelum program transmigrast ti
dilaksanakan Lendang Mackng, menjadi bagian dari wilayah Bayan yang
mayoritasnys adalah pewanut Wetu Telu, Setelah menjadi desa
transmigran, Lendang Madang dimasukkan dalam wilayah Kecamatan
Sembelia, Kabupaten Lombok ‘Timur:
TGH Mutawali bukan satu-satunya figure yang, berhasil mengguna-
kan perpanjangan tangan pernerintah untuk menunjang pengembangan
dakwahnya sampai di tingkat pedesaan. TGH Safian Hakim, pimpinan
pandok pesantren Nurul Hakim, di Kediri, Lombok Tengah juga banyak
ienanfaatkan hubungsn pribadi dengan pejabat daerah untuk menunjang,
program-program dakwahnya Bila Tuan -Guru lamnya oendening,
mengembangkan madrasah dan cabang-cabang pondok pesantren sampai di
tingkat pedesaan dibawah organisasi pondok pesantren induk, TGH Safuan
Hakim menyebarkan sejumdah da’, mendirikan mesjid, dan madrasah tanpa
membawa panji-panji atau natia pesantrennya, Keberhasilannya mendin-
kan sejumlah mesjid dan madrasah, serta menyebarkan da'i di beberapa
desa di Lombok merupakan hasil kerjasamanya dengan berbagai
departemen dan lembaga, diantaranya adalah Departomen Agama, LPBA-
Lembaga Pengembangan Bahasa Arb, DDI-Dewan Dakwah Islaniyah,
MDI-Majelis Dakwabh islamiyah di Jakarta, Rabi'tah Al Islami dan Haitul
Ighatsah Al-Islaamiyah - organisasi Eslam intemasional yang, berpusst di
Arab Saudi.
‘Sgak tahun 1980, TGH Safuan Hakim mengkonsentrasikan
dalowahnya di desa-desa tertinggal yang ditandsi dengan kemiskinan,
pendicikan rendah, dan npisnya komitmen keagamaan, Dengan menjadikan
60)esa tertinggal sebagai target utara misi dakwahnya, TGH Safuan Hakim
ingiy menunjukkan bahwa program dakwahnya tidak hanya mencakup
aspek mental spiritual saja, Dengan kata lain di samping, memperbaiki
Kualitas kehidupan beragama, kegiatan dakwahnya juga menyandang misi
sosiat-ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonom
Menurumya tujuan yang, disebut terakhir ini selaras dengan kebijaksanaan
Pemerintah Daerah, yang senantiasa menghimbau semua organisasi massa
dan sosial apar ikut melibatkan din dalam upaya-upaya santas
meningkatkan taraf kehidupan sosial-ekonomi masyaralat, khususnya yang,
tinggal di daerah-daerah kritis
Sebagai hasi) kerjasamanya dengan lembaga pemenntah, TGH
Safuan juga menerima bantuan dari Kanwil Depsos untuk mempersiapkan
calon da’i menjadi PSM-Pekerja Sosial Masyarakat dengan membenkan
pelatihan berbagai ketrampilan sebelum mereka ditempatkan, seperti:
pertukangan, pesanian, reparasi mesin, perbengkelan, dan tehnik listrik.
Mercka juga dibekali dengan ilmy-ilmu sosial, seperti sosioloy), psikofogs,
dan komunikasi. Pelatihan ini dimaksudkan sebagai pembekalan agar
mereka memilika kepekaan (sense of crisis) untuk mengidentifikasikan
berbagai persoalan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan yang dihadapi
masyarakat setempat. Mereka juga diharapkan memiliki kemampuan
berkomunikasi yang, tinggi dengan penduduk setempat dan mampu
menyalurkan segenap aspirasi serta problema yang mereka hadepi. Dar sint
berbagai program dakwah dapat dikembangkan, TGH Safuan Hakim
sendin mengungkapkan: “perlunya dat dibekali dengan berbagai training,
lainnya, di samping agama adalah agar mereka memuliki orientasi,visi, dan
perpeltif pemikiran yang luas tentang problema sasial, ekonomi , politi,
dan kebwdayaan yang, dialami masyarakat.”
Keberhasilan para da'i untuk mengatasi problema sosial-ekonomi
setempat dicentakan sendini oleh TGH Safuan Hakim ketika mereka
ditempatkan di desa Segenter, Kecamatan Bayan,
Setelah untuk beberapa wakin lamanya pembangiinan mesjid
Segenter dengan memakai dana bantuan dari Haitul Iighatsah Al-
Isiantiyah di Soudi Arabia selesai, penduduk setenipat befurn juga
ima mendatang) mesjid Meskipun para dei sudah melakakan
pendekatan steam persuasif agar masyarakcit mau mendatangs
berbagai kegiatan yang diselenggarakan dalam mesjid, seperti
61pengajian, sholat berjamaah, cetamah, dan kotbal keagamaan,
sebagian besar masyarakat Wetu Telu di Segenter masih enggan
melakukannya, Lambet laun para da't menyadari bahwa di muse
keraran penduduk mengalami kesulitan mendapatkan air bersih,
mertka haus mengangkut air dari sungai yang jaraknya puluban
kilorveter dari desa tempat tinggalnya untuk berbagai keperluan
rumab-tangga Ketika meteka melaporkan persoalan ini pada TGH
Safuan Hakim, TGH Safuan segera beriisiatif memakai dana
bantuan dari Rabita‘al Islami unmk membangun jalur pipa dan
tempat penampungan air di dalam halaman kormpleks mesjid,
Disamping sebagai tempat ‘berwudlu, fasilitas air bersih ini
member kemudahan bagi penduduk Segenter. Mereka tidak lagi
harus pergi jevh untuk mendapatkan air bersih. Setiap waktu
anggota masyirat mengambil air bersih di dalam halaman
kompleks mesjid, para dai mengundang mereka untuk mengikuti
kegiatan di mesjid, Secara perlahan-Iahan akhirnya seorang demi
seorang, menjadi pengunjung tetap mesic untwk mengikuti hampir
segala kegiatan yang, diselenggarakan oleh para dali, Meskipun
pada mulanya mercka melakukan segaln kegiatan di mesjid
didasarkan atas rasa "hutang budi" akan fasilitas air bersih yang.
dipangun Tuan Guru, namun imtensitas dan frekvensi kedatangan
yang, terug menerus ke megjid pada akhimya secarm bertahap dapat
mengegugah kesadaran spiritual mereka. Disini megjid bukan
hanya berfingsi sebagai pusat kegiatan ritual, tetapi sekaligus
memiliki makna sosial yakni menyediakan fisilitas air bersih untuk
meningkatkan kualitas sanitasi dan lingkungan hidup,
Di Bayan, misalnya, para da‘i yang ditempatkan disini tidak hanya
terlibat dalam program mengatasi masalah sanitasi, tetapi juga
bempartisipasi dalam mensukseskan program KB. Di tahun 1994 Kepala
Desa Bayan membentuk pokjapokja di setiap dusun untuk membangun
fasilitas mck-mandi cuci kakus. Setiap pokja beranggptakan selitar 10
sampai 15 orang memililid tanggung jawab yang, sama untuk membangun
mck Dari kabupaten setiap pokja hanya mendapat banguan 10 sak semen,
penyediaan batu bata, pasir, dan tenaga kerja ditanggung, secara bergotong-
foyong oleh setiap anegeta pokja, Ustadz Najam - salah seorang da'i yang,
ditugaskan oleh TGH Saftian Hakim yang, tinggal di dusun Bayan Timur ~
menjadi salah satu pemimpin pokja yang mengerahkan semua murid
tadrasah untuk bergotang-royong membangun mek,
62Kepala desa juga maxggalang, ketjasama dengan para da’) yang,
iitempatken di Bayan das, memanfaatken peranan mereka untuk
mensukseskan progrant keluarga berencana di-sesa ini Dalam hal wn cai
akhf mengkamanyekan “dua anak cukup, laki atau perempinn sara sija”
Dalam kotbah Jum'at, ustadz Najam imenyampaikan pesan in pada
jama‘ah ci megjid sbb; “adstah lebih baik menuliki jrmlah anak yarig, sedikit
dengan kualitas pendidikan yang. meriadai, danpada metniliki banyak anak
tatap) membiarkain mereka tanpa pendidikan.”
Kenjasama yang, dilakukan oleh Tuan Guru Safaan Halem dengan
pejabat pemerintakan setempat juga nampak ketika hendale monyebarkan
dai dan mendirikan mesgid dan madrasah sampai ke desa-desa yang,
leipenal Kiususnya di tempat dimana mayortas penducuknya masih
menganut paham Wetu Telu. Kedekatannya dengan Lalu Mujitalid, Bupati
Lombok Barat yang sekarang, ira, merupakan aset yang sangat menuniang,
kegiatan pembangunan prasarana di atas, Salsh seorang, dari bekas
muridnya, ustadz Nur Iman, menceritakan bahwa ketika Lalu Mujtahied
hendak dipilih untuk kedua kalinya sebagai Bupati Lombok Barat, TGH
Safwan Halim merupakan salsh seorang, pendukung kuatnya, Sejak tahun
1985 sampai sckarang ini, Lalu Mujitahid telah menjabat sebagai Bupati
Lombok: Barat untuk kedua kalinya. Hal lain yang, membentuk kedeletsn
antar Bupati dan TGH Safuan adafah karena keduanya pemah sama-sama
di Dewan Pimnpiian Cabang PPP Kabupaten Lombok Barat
Mélaiui bantuan dan berbagat lembaga intemasional maupun
nasional seta ijin resmi dani Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barst,
TGH Safuan Halim telah mendirikan 12 mesjid di 12 desa yang tersebar elt
kecamatan Bayan Sesalut, Aik Mel, Kabupaten Lombok: Barat (hihat Tabet
1). TGH Safuan Hakim juga telah mengirim sebanyak 15 orang da'i yang,
tersebar di Kecamatan Sekotang, Tengah, Bayan , dan Praya Timur (lihat
Tabel 2).
Dari diskusi di atas nampak adanya perubahan dalam tebnik dan
penyebaran dakwah. Pada masa sebelumnya khansma, kekeramatan Tuan
Guru merupalan salah satu kunci keberhasitan dakwah, Dt masa sekarang,
disamping, karisma keagamaan Tuan Guru masih imemegang peran,
keberhasilan dakwah mereka jugs sangat ditunjang. ole cara-car yang
lebih realistik yakni pendekatan dan kerjasaina dengan pemenntah, dan
62ofganisasi-organi¢asi sosial di tingkat nasional maupun intemasional
Jainnya.
Kesimpulan
Dakwal merupakan kegiatan vital dan substansial untuk melestan-
kan gjaran Islam, Kesinamburgan dar ajaran Islam sangat bergantung dari
umat Islam sendin untuk mengembangkan usaha-usaha dalwah, Sudah
menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, tanpa memandang jenis kelaruin,
status, dan pekerjaan untuk melaksanalan dakwah di manapun, di setiap
kesempatan apapun yang, dia miliki, serta sebatas apaun pengetahuannya
untuk mengembangkan dakwah. Dalam Islam, figur atau tokob-tokoh yang,
berperanan vital dalam penyebaran Islam (tier of islemie knowledge),
don menjamin kelangsungan serta konsistensi ajaran Islam diibaratkan
seperti mata tanta yang berkesinambungan (cortimuons chair),
Kegiatan dakwah dalam Islam lebih ciorentasikan. untuk menungkat-
kan atau memperbaiki kualitas umat Islam sendin, bukannya untuk
mengubah mereka yang, non-Muslim menjadi Muslim. Dakwah umumnya
dilandasi oleh semangat aria ma‘ruf mali mmunkar seta ajakan untuk
mask Islam secara keseluruhan (heel)
Di Lombok pengembangan dakwah dipelopori oleh para wali dan
kemudian dilanjputkan oleh Tuan Guru. Strategi pengembangan dakwah
sebolum obad 20 cenderung untuk memposisikan Wali dan Tuan Guru
sebagai central, charismatic figure. Masyarakat memandang, mereka bukan
hanya sebagai figur yang kharismatik, ideal, tetapi juga keramat (sacred)
Kekeramatan yang antara lain ditandai dengan demonstrasi kekuatan paib
yang memukau dan menakjubkan, dapat menanamkan pengaruh dan
akhimya menarik massa pengikut, Di masa sekarang strategj dakwah sudah
jauh berkembang, Meskipun Tuan Guru dalam penyebaran dakwah tetap
menjadi figur yang, dominant, namun din tidak lagi bekerja sendinan.
Pengembangan dakwah di tingkat Iokal yang, ditandai dengan berdirinya
madrasah dan cabang-cabang, pondek pesantren di pedesaan sangat
didukung oleh para santri yang sangat Joyal pada Tuan Gurunya
Pengeaibangan aldivitas dakwah juga didukung, oleh lembaga pemerintah,
lembaga swasta baik yang, berasal dari dalam maupun luar negeri, Dengan
demikian strateg) dalwah telah memanfaatkan jalur politik, melalui
otpendekstan personal pada peyabal di daerah, Dakwah juga memanfaatkan
jarmgan hubungan kerjesama intemasional khususnya dengan lembaga
sponser pemben donor bantuan yang berasal dan. Arab Saudi
Perubahan dalam orientasi dakwah juga terihat dani program dan
tujuan dakwah, Perbaikan kehidupan spiritual bukan lagi menjadi garu-
satunya tujuan dakwah, di era sekarimg perbaikan standard lehidupan
sosial ekonomi juga menjadi hagian penting dari program dakwah, Da‘i
terlibat‘akiif untk mengptasi masalah ganitasi dengan membangun sarana
air bersih, mendinkan mck, dar dalam kampanye keluarga berencana, Para
dai dengan demikian juga berperan sebagai dewlopment agenis.
Misi keagamaan tidak selalu menimbulkan implikasi yang, negatif
dan destruktif Apa yang, dikecam pengikut fungsionalisnse bahws
perbavwa misi keagamaan cendenung, merusak sistem budaya dan tataran
nilad dari masyarakat setempat, khususnya dalam kasus di Bayan terbukts
tidak sepenuhnya benar. Sebaliknyn misi keagamaan yang berkembang
disini di sisi lain justeu menghasilkan social improvemert yar: menjamin
kepentingan hidup bersama,
Tate b
(bei yey Tran THA Sati Baka Mae hunny Lh bree
Sagarder | Eayan, Losubok Barat
65‘Tabet 2
Dai yong Ditugacksn Clots TCE Sallam Hinkcine i Todos 19°94 do
‘Veuopal Menekn Hestua
ie
Keboo Tali
‘Lenulieag Ciena
Pry Tine, Lonard Hear
‘Susnher: Fesantres: Nurul Hakieir
66DAFTAR PUSTAKA
Cederroth, Sven, 1981. The Spell of the Ancestors and the Power of
Mekkah: A Sasak Community On Lombok, Sweeden: Acta
‘Universitatis Goyhoburgensis.
Department of religion of the Republic of Indenesia. 1979, Regulation of
Religious Mission and Foreign Aid.
Dhotier, Zamakhsyari, 1982, Thadisi Pesaniren; Studi ‘Teniarg
Panclnigan Hichp Kya, Jakarta: LP3ES
‘Hefner, RW, ed. 1993, Corwersion fo Christianity: Hiestorical ancl
Anthropological Perspectives an a Great Transformation
Berkeley: University of California Press
Ibrahim, Ahmad, Sharon Siddique, and Yasmin Hussain, eds. 1985.
Recetings on Islam in Southeast Asia, Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies.
Jacobs, Donald R. and Jacob A, Loewen 1974, “Anthropologist and
Missionaries Face to Face.” Missiofagy 2:161-174.
Jones, Russel. 1979, “Ten Conversion Myths from Indonesia.” In Nehemia
Levizion, ed., Conversion to Islam, ed, Conversion fo istam, pp.
129-158, New York Holmes and Meier Publishers.
Loewen, J.A, 1965, “Missionaries and Anthropologist Cooperate in
Research.” Practical Anihropology 12: 158-190,
‘Luzbetak. LJ. 1961. “Toward an Applied Missionary Anthropology.”
Anthrapelogical Quarterly 34: 165-176.
Mandelhoum, JK, 1989. The Missionary av a Cultiunal Interpreter, New
York: Peter Lang Publishing, inc.
67Moore, Robert L, & frank E, Reynolds. 1984. Anthropology ancl dhe Shecky
of Religion. Chicago: Center for the Scientific Study of Religion
Nu'man, Abdul Hayy dan Sahafan Asy'an, 1988, Naheland Wathon
Orgenisast Pendidikan, Sostal, dan Dafowah isiamipah. Pancor,
Lombok ‘Timur; Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan Lombak
Tir
Oosterwal, Gottfried, 1978, “Introduction: Missionaries and
Anthropalogist.”” In James A. Boutilier, Daniel T. Hughes, and
Sharon W. Tiffany, eds. Mission, Church, ane Sect it Qeeariet, pp.
31-34, Association for Social Anthropology in Oceania No, 6, Ann
Arbor. University of Michigan Press,
Powel, Avil A, (993. Adeslims ane! Missionaries in Pre-Mdtetiny Inelic,
United Kingdom: Curzon Press Ltd.
Richandson, Don. 1976. “Do Missionanes Destroy Cultures?” In Ralph
DW, & Steven C. H., eds. Perspectives on the World Christian
Movement: A Reader, pp, 482-493, Pasadena, Wiliam Carey
Library.
Ricklefs, M.C. 1989, “The Coming of Islam to Indonesia.” In MLC.
Ricklefs, ed., Islam Je Indonesian Context, pp. 1-17. Australia:
‘Centre of Southeast Asian Stuches, Monash University.
Salamone, Frank A, 1977 “Anthropologists and Missionaries; Competition
or Reciprocity?” Human Orgenisation 4: 407-412,
Stpe, Claude E, 1980, “Anthropologist versus Missionaries: The
Influence of Presuppositions ” Current Anlirapology 21; 165+
179,
68Sutlive, Vinson HL ed. 1985. Missionaries, Anthropologists, and Culture
(Change Studies in Third World Societies, Vol | & 2, Williarsburg
Virginia USA: Department of Anthropology College of William and
Mary,
Sykes, 1B, 1982. The Concise Oxford Dictionary of Current English
‘New York: Oxford University Press.
‘Tiffany, Sharon W. 1978, Introduction To Part 4; Indigenous Response" In
James A. Boutilier, Daniel 'T. Hughes, and Sharon W, Tiffany, eds.,
Mission, Church, and Sect in Oceania, pp. 201-305. Ann Arbor:
University of Michigan Press.
van Der Kraan, Alfons, 1976, “Selaparang, Under Balinese and Dutch Rule,
A History of Lombok 1870-1940." PhO. Thesis. Australia’
Australian National University,