Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL KEGIATAN:

ANALISIS POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR DENGAN METODE SEISMIK


REFRAKSI DI DESA LAMBANAN KABUPATEN MAMASA

PKM RISET

Diusulkan oleh:

Yefta Augustyan Panggalo R1C120023 2022

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

RINGKASAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan masalah

1.3 Tujuan penelitian

1.4 Manfaat penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak tanah

2.2.1 Jenis jenis gerak tanah

2.2.2 faktor faktor penyebab terjadinya gerak tanah

2.2 Gelombang seismik

2.3 Metode seismik

2.4 Metode seismik refraksi

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian

3.2 Peralatan yang diperlukan

3.3 Variabel penelitian

3.4 Akuisisi data

3.4.1 persiapan pra lapangan

3.4.2persiapan lapangan
3.4.3 pengambilan data

3.5 Proses pengolahan data

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran biaya

4.2 Jadwal kegiatan

Daftar pustaka

Lampiran lain-lain
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten mamasa merupan salah satu wilayah yang terletak di provinsi sulawesi
barat. Sebagai wilayah yang terletak pada ketinggian 600-2.000 meter diatas permukaan laut,
kabupatn mamasa memiliki kondisi topografi berupa daerah pegunungan. Selain itu
kabupaten mamasa juga memiliki kekayaan alam yang masih asri. Akan tetapi, ada beberapa
wilayah yang rawan terjadinya bencana alam contohnya tanah longsor.

Seiring berjalannya waktu, banyak terjadi kerusakan lingkungan yang salah satunya
diakibatkan oleh manusia itu sendiri. Bencana alam merupan peristiwa alam yang dapat
terjadi setiap saat dimana saja dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian bagi
kehidupan masyarakat. Salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di daerah
pegunungan yaitu pergerakan tanah dan tanah longsor. Bencana tanah longsor dapat terjadi
karena adanya pergerakan tanah yang mungkin diakibatkan oleh gerak tanah yang sangat
keras sehingga dapat memicu terjadinya tanah longsor.

Gerak tanah merupakan bencana alam geologi yang paling sering menimbulkan
kerugian, seperti jalan raya rusak, kerusakan tata lahan, bangunan, bahkan sampai merenggut
korban mansia. Tanah longsor umumnya terjadi di wilayah pegunungan terutama saat musim
hujan, yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan
mengakibatkan rusaknya sarana dan prasaran yang ada.

Salah satu daerah yang berda di mamasa yang merupakan salah satu wilayah rawan
terjadinya bencana tanah longsor adalah desa lambanan, khususnya di daerah sekitaran gereja
jemaat nazaret pena’. Hal ini ditandai dengan struktur tanah yang terdapat pada wilayah
tersebut kurang stabil. Selain itu, pergerkan tanah pada wilayah ini juga telah terjadi dari
beberapa tahun lalu. Antisipasi terjadinya tanah longsor telah di lakukan seprti berupa
penanaman pohon dan penanaman berbagai jenis tanaman, namun masih adanya potnsi
terjadinya bencana tanah longsor.

Mengingat dampak yang ditimbulakan oleh bencana tanah longsor tersebut, maka
identifikasi pergerkan tanah perlu dilakukan agar dapat diketahui faktor faktor yang
mempengaruhi pergerakan tanah di lokai tersebut.
Salah satu metode geofisika yang digunakan yaitu metode seismik refraksi. Metode
seismik refraksi biasanya digunakan untuk menentukan struktur lapisan. hal ini disebabkan
karna metode seismik refraksi memiliki ketepatan serta rsolusi yang tinggi dalam
menentukan struktur geologi. Beberapa keunggulan dari metode seismik yaitu bisa digunakan
untuk mengidentifikasi fariasi lateral maupun kedalaman dalam parameter fisis yang relefan
yaitu kecepatan seismik, memungkinkan untuk mendeteksi langsung keberadaan hidrokarbon
dan bisa menghasilkan citra knampakan struktur bawah permukaan. Metode seismik refraksi
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai struktur geologi bawa permukaan. Metode
ini didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis
yaitu bila dalam perambatan gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan
suatu lapisan dengan lapisan dengan lapisan yang dibawahnya, yang memiliki parameter
kecepatan gelombang yang lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu
tiba gelombang pada masing masing geophone.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi bawah permukaan di wilayah gereja jemaat nazaret pena’,


mamasa.
2. Bagaimana cara mengetahui potensi pergerakan tanah di daerah penelitian dengan
menggunakan metode seismik refraksi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Memberi informasi mengenai struktur bawah permukaan pada wilayah gereja jemaat
nazaret pena’, mamasa
2. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya proses pergerakan tanah di
wilayah gereja jemaat nazaret pena’, mamasa..

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi struktur bawah permukaandi wilayah gereja jemaat nazaret


pena’, mamasa
2. Mengetahui faktoryang memengaruhi potensi terjadinya proses pergerakan tanah di
wilayah penelitian.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GERAK TANAH

Gerak tanah adalah suatu proses gangguan keseimbangan lereng yang


menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan ke tempat yang lebih rendah. Gaya
yang menahan massa tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik tanah
dan sudut dalam tanahan geser tanah yang bekerja disepanjang lereng. Perubahan gaya
gaya tersebut ditimbulaka oleh pengaruh perubahan alam maupun tindakan manusia.

2.2.1 JENIS JENIS GERAK TANAH

Jenis jenis gerak tanah dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu sebagai
berikut:

a. Jatuhan (falls)
Jatuhan (falls) adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentukrata atau menggekombang landai.
b. Robohan(topples)
Robohan (topples) adalah bergeraknya massa tanah atau batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
c. Longsoran (slides)
Longsoran (slides) adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata.
d. Sebaran (spreads)
Sebaran (spreads) adalah kombinasi dari meluasnnya massa tanah dan
turunnya massa batuan terpecah pecah kedalam material lunak
didalamnya.
e. Aliran (flows)
Aliran (flows) adalah gerakan hancuran material kebawah lereng dan
mengalir seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam bidang geser
relatif sempit.
2.2.2 FAKTOR FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA GERAK TANAH

Salah satu faktor penybab terjadinya gerak tanah yang sangat berpengaruh
adalah adanya bidang gelincir atau bidang geser. Pada bidang gelincir sendiri
merupakan bidang yang kedap air dan licin yang biasanya berupa lapisan
lempung. Menurut Nadin (2013), beberapa faktor penyebab terjadinya gerak tanah
yaitu:

a. Hujan

Intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga


kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu yang singkat. Hujan
lebat dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah. Air
akan masuk dan terakumulasi dibagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral.

b. Tanah yang kurang padat dan tebal

Tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat. Tanah
jenis ini memiliki butiran yang terpecah pecah secara halus dalam keadaan
kering atau hawa terlalu panas dan menjadi lembek ketika terkena air karena
tekstur tananya cenderung lengket dalam keadaan basah, sehingga sangat
rentan terhadap gerak tanah.

c. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan sedimen berukuran pasir dan


campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah apabila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan tehadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.

d. Getaran

Getaran biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran


mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkan adalah
tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.

e. Adanya beban tambahan


Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor. Akibatnya
sering terjadi penurunan tanah dan retakan.

f. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai earah tebing. Selain itu,
akibat penggundulan hutan di sekitar lingkungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.

2.2 GELOMBANG SEISMIK

Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi.


Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang ada yang
merambat melalui interior bumi yang disebut body wave, dan ada juga yang merambat
melalui permukaan bumi yang disebut surface wave.

Gelombang seismik mempumya sifat yang sama seperti gelombang cahaya,


sehingga hukum hukum yang berlaku untuk gelombang cahaya berlaku juga untuk
gelombang seismik. Hukum hukum tersebut antara lain:

a. prinsip huygens

prinsip huygens dalam metode seismik refraksi diasumsikan bahwa, titik


titik yang dilewati gelombang akan menjadi gelombang baru. Muka gelombang
(wavefront) yang menjalar menjauhi sumber adalah super posisi dari beberapa
muka gelombang yang dihasilkan sumber gelombang baru tersebut.

b. Asas fermat

Prinsip fermat yang lebih lengkap umumya dinyatakan pertama kali oleh
ahli mate matika prancispierre de fermat pada abad yang ke-17 menytakan bahwa
lintasan yang dilalui oleh cahaya untuk merambat dari titik satu ke titik yang lain
adalah sedemikin rupa sehingga waktu perjalanan itu tidak berubah sehubungan
dengan variasi-variasi dalam lintasan tersebut.
c. Hukum snelius

Hukum snelius yaitu gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada


bidang batas antara dua medium. Hal ini menyatakan bahwah gelombang yang
jauh diatas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka
gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecilatau
sama dengan kritisnya.

2.3 METODE SEIMIK

Metode seismik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan perambatan


gelombang seismik kedalam bumi. Metode seismik merupakan salah satubagian dari
seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisikaaktif, dimana
pengukuran dilakukan dengan menggunakan getaran seismik. Setelah usikan diberikan,
terjadi gerakan gelombang didalam medium(tanah/batuan) yang memenuhi hukum
hukumelastisitas kesegalah arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat
munculnya perbedaan kecepatan.

Pada metode seismik, komponen gelombang seismik yang direkam oleh alat
perekam berupa waktu datanggelombang seismik. Setelah waktu datang diukur, sehingga
dapat digunakan untuk mendapatkan waktu tempuh gelombangseismik yang berguna
memberi informasi mengenai keceptan seismik dalam suatu lapisan.

Gelombang seismik dari sumber ke penerima melalui lapisan bumi dan metransfer
energi sehingga dapat menggerakkan partikel batuan,. Kemampuan besar partikel batuan
untuk bergerak jikadilewati gelombang seismikmenentukan kecepaan gelombang seismik
pada lapisan batuan tersebut.

Dalam menntukan litologi batuan dan struktur geologi, metode seismik


dikategorikan menjadi dua yaitu metode seismik refleksi dan metode seismik refraksi.
Metode seismik refleksi biasanya digunakan untuk menentukan litologi batuan dan
struktur geologi pada kedalaman yang dalam. Sedangkan metode seismik refraksi
digunakan untuk menentukan litologi dan struktur geologi yang relatif dangkal.

2.4 METODE SEISMIK REFRAKSI


Metode seismik refraksi yang diukur adalah waktu tempuh gelombang dari
sumber menuju geophone. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal
pertama (firstbreak) diabaikan, karena gelombang seismik refraksi merambat paling cepat
dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak offsed yang relatif dekat
sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh setiap
geophone.

Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat


rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut
dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang dikenal sebagai
parameter elastisitas. Elastisitas batuan berbeda beda menyebabkan gelombang merambat
melalui lapisan batuan dengan kecepatan yang berbeda beda.

Untuk memahami pelajaran gelombang seismik pada batuan bawa permukaan


digunakan beberapa asumsi. Beberapa asumsi yang digunakan yaitu:

1. Panjang gelombang seismik yang digunakan jauh lebih kecil dibandingkan


ketebalan lapisan batuan. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan setiap
lapisan batuan akan terdeteksi.
2. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar yang menghubungkan hukum
snelius dan prinsip huygends. Menurut snelius gelombang akan dipantulkan
atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium yang medium yang
berbeda beda sedangkan prinsip hyugens, titik yang dilewti gelombang, akan
menempati gelombang baru. Maka gelombang yang menjalar melalui sumber
adalah super posisi dari beberapa muka gelombang yang dihasilkan oleh
sumber gelombang baru tersebut.
3. Medium bumi dianggap berlapis lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda.
4. Pada bidang batas antar lapisan (interface) gelombang seismik menjalar pada
kecepatan gelombang pada lapisan dibawahnya.
5. Makin bertahbahnya kedalaman lapisan batuan maka semakin kompak
batuannya sehingga kecepatan gelombangnya pun bertambah seriiring
bertambahnya kedalaman.

Metode seismik refraksi penerapan waktu tiba pertama gelombang dalam


perhitungannya, gelombang p memiliki kecepatan lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan gelombang s sehigga waktu datang gelombang p yang digunakan dalam
perhitungan . gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh reciver pada
permukaan bumi hanyalah gelobang seismik refraksi yang merambat pada batas antar
lapisan batuan. Hal ini dapat terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis atau
ketika sudut bias tegak lurus terhadap garis normal ( r = 90 dan sin r = I). hal ini
sesuai dengan asumsi awal bahwah kecepatan lapisan bawah interface lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.

Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau


melakukan interpretai hasil dari surfei menjadi data bawah permukaan yang akurat.
data- data waktu dan jarak dari kurfa travel time diterjemahkan menjadi suatu
penampang seismik dan akhirnya dijadikan menjadi penampang geologi.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 TEMPAT PENELITIAN

Proses pengambilan data dilapangan akan dilaksanakan di salah satu desa yang
berada di provinsi sulawasi barat kabupaten mamasa yaitu desa lambanan yang
dimana ada salah satu spot atau daerah yang rawan terjadinya bencana tanah longsor
yaitu di gereja jemaat nazaret pena’. Daerah tersebut tersusun oleh material atau tanah
yang kurang stabil.

3.2 PERALATAN YANG DIPERLUKAN

Adapun peralatan yang diperlukan dalam proses akuisi data dilapangan


dengan menggunakan metode seismik refraksi dalam penelitian ini antara lain adalah:

a. Seismograph OYO McSeis-SX 3 channel, digunakan untuk menampilkan


gelombang seismik dari hasil data seismik refraksi
b. Geophone, digunakan untuk menerima elombang seismik dari tanah.
c. Palu, digunakan debagai source atau sumber gelombang seismik.
d. Lempeng besi, digunakan sebagai landasan gelombang seismik
e. Kabel trigger, digunakan sebagai pemicu gelombang seismik.
f. GPS, digunakan untuk mengetahui kordinat dan posisi titik ukur
g. Meteran, digunakan untuk menentukn panjang lintasan spasi antar geophone,
dan jarak anter lintasan.
h. Kompas, digunakan untuk mengukur nilai azimut dan strike/dip.

3.3 VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian yang digunakan yaitu:

a. Jarak antar geophone (m)


b. Spasi lintasan (m)
c. Maksimal offset (m)
d. Minimal offsed (m)
e. Waktu rambat gelombang (s)

3.4 AKUISISI DATA

3.4.1 PERSIAPAN PRA LAPANGAN

Pada persiapa pralapangan ini yaitu melakukan study literatur dan mengecek
alat. Study literatur sangat penting untuk menentukan dimana lokasi yang bagus untuk
lokasi pengukuran, pembuatan lintasan, penentuan panjang lintasan, dan penentuan
spasi antar lintasan. Selain itu, pengecekan alat juga sangat penting dalam persiapan
pra lapangan karena alat dapat berpengaruh terhadap data yang diperoleh dari lokasi
penelitian.

3.4.2 PERSIAPAN LAPANGAN

Kegiatan ini dilakukan sebelum pengukuran dimulai. Pada penelitian ini,


teknik bentangan yang dapat digunakan adalah metode bentang in line (bentang
segaris). Metode bentang in line (bentang segaris) merupakan metode penembakan
(baik satu arah, dua arah maupun bolak balik) dengan arah lurus maupun segaris antar
source terhadap geophone.

Selanjutnya memasang lempeng besi dan geophone beserta kabelnya secara


garis lurus dengan lintasannya. Kemudian meletakkan sumber gelombang pada titik 0
pengukuran, supaya gelombang biasnya muncul. Menyambungkan kabel trigger yang
kemudian dihubungkan ke alat dan alat menuju kabel geophone.

3.4.3 PENGAMBILAN DATA

Pengambilan data bisa dimulai ketika kabel trigger dan geophone selesai
dibentang dan disambungkan oleh seismograph OYO McSeis-SX 3 channel.
Langkah-langkah dalam melakukannya yaitu:

a. Menghidupkan alat seisgraph OYO McSeis-SX 3 channel.


b. Mengatur gain pada alat.
c. Memberikan sumber gelombang secara bersamaan dengan menekan
tombol enter atau mulai merekam dari alat.
d. Setelah diberikan sumber gelombang kemudian dicatat/direkam oleh alat
brupa tampilan gelombang.
e. Membaca tampilan gelombang tersebut kemudian mencatatnya.
f. Melakukan langkah c-e secara berulang dengan memindahkan geophone
pada titik lintasan berikutnya.

3.5 PROSS PENGOLAHAN DATA

Pada tahap pengolahan data seismik refraksi, menggunakan metode plus


minus pada microsoft excel. Setelah mendapat data dari lapangan berupa waktu
tempuh gelombang, kemudian mencari nilai kecepatan dan kedalaman dengan
menggunakan analisis T+ (analisis kedalaman) dan analisis T- (untuk analisis
kecepatan). Kemudian memasukan nilai kecepatan dan offset ke dalam software
surfer untuk mendapatkan hasil penampang 2D.
BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 ANGGARAN BIAYA

N0 RINCIAN BIAYA JUMLAH HARGA (Rp)

TOTAL

4.2 JADWAL KEGIATAN

NO JENIS KEGIATAN BULAN KE- BULAN KE- BULAN KE BULAN KE-


1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi literatur
2 Pengurusan ijin,
pengolahan dan
pengambilan data
3 Pengecekan kualitas
data
4 Pengolahan data 1
5 Pengolahan data 2
6 Interpretasi hasil
penelitian
7 Pembuatan laporan
akhir
DAFTAR PUSTAKA

Aissa, A. 2008. Prediksi Penyebaran Batu Pasir pada Lapangan


Boonsville dengan Menggunakan Metode Inversi
Geostatistik Bayesian. Skripsi. Depok : Universitas
Indonesia.

Effendi, A. D. 2008. Identifikasi Kejadian Longsor dan Penentuan


Faktor-Faktor Utama Penyebabnya di Kecamatan Babakan
Madang Kabupaten Bogor. Skripsi. Bandung : Institut
Pertanian Bogor.

Enikanselu, P. A. 2008. Geophysical Seismic Refraction and


UpholeSurvey Analysis of Weathered Layer Characteristics
in the “Mono” Field, North Western Niger Delta, Nigeria.
The Pacific Journal of Science and Technology, Volume 9.
Nomor 2 Hal : 537-545.

Hardiyatmo, H. C. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi.


Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nandi. 2007. Longsor. Bandung : UPI.

Nurdiyanto, B., E. Hartanto, D. Ngadmanto, B. Sunardi, & P.


Susilanto. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi
dan Geofisika Volume. 12 Nomor. 3. Hal : 211-220.

Pareta, K., & U. Pareta. 2012. Landslide Modeling and Susceptibility


Mapping of Giri River Watershed, Himachal Pradesh
(India). International Journal of Science and Technology,
Volume 1, Nomor. 2, Hal. 91-104.

Priyantari, N., & A. Suprianto. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock


Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Desa Kemuning
Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal ILMU
DASAR Vol. 10 No. 1.

Setiawan, B. 2008. Pemetaan Tingkat Kekerasan Batuan


Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Skripsi. Depok :
Universitas Indonesia.

Soenarmo, S. H., I. A. Sadisun, & E. Saptohartono. 2008. Kajian


Awal Pengaruh Intensitas Curah Hujan Terhadap Pendugaan
Potensi Tanah Longsor Berbasis Spasial di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Jurnal Geoaplika Volume 3, Nomor
3, Hal. 133 –

Anda mungkin juga menyukai