Anda di halaman 1dari 77

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL KOMUNIKASI SOSIAL


05
6 JP (270 menit)

Pengantar

Modul ini membahas materi komunikasi sosial, teknik penanganan


konflik sosial dan komunikasi media sosial.
Tujuan diberikan mata pelajaran ini agar peserta pelatihan memahami
dan terampil menerapkan komunikasi dalam penanganan konflik sosial.

Standar Kompetensi

Memahami dan terampil melakukan komunikasi sosial dalam


penanganan konflik sosial.

Kompetensi Dasar
1. Memahami konsep komunikasi sosial.
Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan pengertian komunikasi sosial;
b. Menjelaskan fungsi komunikasi sosial;
c. Menjelaskan prinsip komunikasi sosial;
d. Menjelaskan komponen komunikasi efektif;
e. Menjelaskan teknik komunikasi efektif.

2. Memahami teknis penanganan konflik sosial.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan identifikasi potensi konflik;
b. Menjelaskan pencegahan konflik;
c. Menjelaskan penghentian konflik;
d. Menjelaskan pemulihan pasca konflik.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 99


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Memahami dan menerapkan komunikasi media sosial.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan konsep media sosial dan counter opini;
b. Menjelaskan manfaat komunikasi media sosial di polri;
c. Menjelaskan metoda dan cara bertindak dalam counter
opini;
d. Mempraktikkan counter opini dalam komunikasi media
sosial.

Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan:
Konsep komunikasi sosial.
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian komunikasi sosial;
b. Fungsi komunikasi sosial;
c. Prinsip komunikasi sosial;
d. Komponen komunikasi efektif;
e. Teknik komunikasi efektif.

2. Pokok Bahasan:
Teknis penanganan konflik sosial.
Sub Pokok Bahasan:
a. Identifikasi potensi konflik;
b. Pencegahan konflik;
c. Penghentian konflik;
d. Pemulihan pasca konflik.

3. Pokok Bahasan:
Komunikasi media sosial.
Sub Pokok Bahasan:
a. Konsep media sosial dan counter opini;
b. Manfaat komunikasi media sosial di polri;
c. Metoda dan cara bertindak dalam counter opini.

100 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
komunikasi sosial, teknis penanganan konflik sosial dan
komunikasi media sosial.
2. Metode Tanya Jawab.
Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk bertanya (tanya jawab) tentang materi yang belum
dipahami.
3. Metode Diskusi.
Metode ini digunakan untuk mendiskusikan video kasus Cikeusik.
4. Metode Praktik.
Metode ini digunakan untuk mempraktikan counter opini dalam
komunikasi media sosial.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/Media.
a. White Board;
b. Flipchart;
c. Laptop;
d. LCD;
e. Laser Point;
f. Megaphone.
g. Video kasus cikeusik.

2. Bahan.
a. Kertas flipchart;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar.
a. Peraturan Kapolri nomor 1 Tahun 2009 tentang penggunaan
kekuatan dalam tindakan kepolisian;
b. Modul pelatihan penanganan konflik sosial.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 101


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 15 menit.


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan suasana kelas;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan Indikator hasil belajar.

2. Tahap Inti : 240 menit.


Tahap Inti I : 45 menit
a. Pelatih/instruktur mengeksplor pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan terkait dengan komunikasi dalam
penanganan konflik sosial;
b. Pelatih/instruktur mengomentari hasil pemahaman/
pengalaman peserta pelatihan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan materi tentang komunikasi
sosial dan teknis penanganan konflik sosial;
d. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan kepada peserta
pelatihan untuk menanyakan materi yang belum dipahami
dan memberikan komentar terkait materi pelajaran yang
disampaikan.
Tahap inti II : 150 menit
a. Pelatih/instruktur menayangkan video kasus cikeusik;
b. Peserta mengamati video yang ditayangkan dan mencatat
hal-hal yang penting;
c. Pelatih/instruktur membagi peserta pelatihan menjadi
beberapa kelompok dan menugaskan untuk mendiskusikan
dan menganalisis kasus dalam tayangan video;
d. Perwakilan salah satu kelompok memaparkan hasil diskusi,
kelompok lain memperhatikan dan memberikan tanggapan;
e. Pelatih/instruktur dan peserta pelatihan membahas dan
menyimpulkan hasil diskusi dan analisis kasus.
Tahap inti III : 45 menit
a. Pelatih/instruktur menjelaskan materi komunikasi media
sosial;
b. Pelatih/instruktur menugaskan peserta pelatihan mencari
berita hoax tentang Polisi di media sosial dan membuat
counter opini dari berita tersebut;
c. Pelatih/instruktur menunjuk salah satu peserta pelatihan
untuk memaparkan berita hoax dan counter opini yang telah
102 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dibuat;
d. Pelatih/instruktur dan peserta pelatihan membahas dan
menyimpulkan hasil praktik.

3. Tahap akhir : 15 menit


a. Pelatih memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum;
b. Pelatih mengecek penguasaan materi pelatihan dengan
bertanya secara lisan dan acak kepada peserta pelatihan;
c. Pelatih merumuskan learning point/koreksi dan kesimpulan
dari materi pelatihan yang disampaikan kepada peserta
pelatihan.

Tagihan / Tugas
1. Masing-masing kelompok mengumpulkan hasil diskusi dan analisis
kasus.
2. Masing-masing peserta pelatihan mengumpulkan hasil counter
opini.

Lembar Kegiatan
1. Pelatih/instruktur membagi peserta pelatihan menjadi beberapa
kelompok dan menugaskan untuk mendiskusikan dan
menganalisis kasus dalam tayangan video;
2. Perwakilan salah satu kelompok memaparkan hasil diskusi,
kelompok lain memperhatikan dan memberikan tanggapan;
3. Pelatih/instruktur menugaskan peserta pelatihan mencari berita
hoax tentang Polisi di media sosial dan membuat counter opini dari
berita tersebut;
4. Pelatih/instruktur menunjuk salah satu peserta pelatihan untuk
memaparkan berita hoax dan counter opini yang telah dibuat.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 103


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
KONSEP KOMUNIKASI SOSIAL

1. Pengertian Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial adalah hubungan interaksi terhadap


masyarakat yang bersifat komplek yang dipengaruhi oleh hal-hal
dan situasi disekitarnya.

Komunikasi penting untuk membangun konsep diri, untuk


kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh
kebahagian, terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara
lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain.

Melalui komunikasi sosial dapat digunakan untuk bekerja sama


dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar,
perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara
keseluruhan) untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya


pembentukan dari dalam yaitu :

a. Pembentukan konsep diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita,


dan itu hanya bisa diperoleh melalui informasi yang
diberikan orang lain kepada kita. Seseorang yang tidak
pernah berkomunikasi dengan orang lain tidak akan
memiliki kesadaran bahwa dirinya manusia.

Seseorang menyadari bahwa dirinya manusia karena orang-


orang di sekitarnya memperlakukan dirinya, baik secara
verbal maupun nonverbal, sebagai manusia. Ketika
seseorang berinteraksi dengan orang-orang lain, harapan-
harapan dan kesan mereka akan mempengaruhi konsep
dirinya. Ia akan memainkan peran sebagaimana diharapkan
orang lain, yang bila peran tersebut menjadi kebiasaan,
akan terinternlisasikan. Jadi proses pembentukan konsep
diri dapat digambarkan sebagai berikut :

104 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Umpan balik orang lain

Perilaku kita
Konsep diri

Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama,


kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik, dan
sebagainya diinternalisasikan lewat pernyataan ( umpan
balik ) orang lain yang menegaskan aspek-aspek tersebut
kita kita, yang pada gilirannya menuntut kita berperilaku
sebagaimana orang lain memandang kita.

b. Pernyataan eksistensi diri

Eksistensi diri adalah orang yang berkomunikasi untuk


menunjukkan dirinya eksis.

Fungsi komunikasi sebagai pernyataan eksistensi diri bisa


kita lihat misalnya dalam uraian penanya pada seminar.
Meskipun moderator sudah mengingatkan untuk bertanya
secara singkat dan jelas, namun adakalanya si penanya
berbicara panjang lebar, mengkuliahi hadirin dengan
argumen-argumen yang kadang tidak relevan.

c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan


memperoleh kebahagiaan

Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk


mempertahankan hidup. Menurut Abraham Maslow,
manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu : kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
sosial/cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut, orang perlu berkomunikasi. Berdasarkan penelitian
pada tahun 1957, J.D. French menemukan bahwa
kelangkaan rangsangan emosional dan sensoris
menimbulkan kemunduran pada struktur otak manusia,
yang pada gilirannya mengakibatkan kekurangan gizi, dan
akhirnya dapat berujung pada kematian. Penelitian Michael
babyak dd dari Universitas Duke terhadap 750 orang kulit
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 105
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

putih dari kelas menengah, yang dilakukan dalam kurun


waktu 22 tahun, mengenai kaitan antara komunikasi yang
manusiawi (tulus, hangat, dan akrab) dengan
harapan hidup menunjukkan bahwa orang-orang yang
memusuhi orang lain, mendominasi pembicaraan, dan tidak
suka berteman, berpeluang 60% lebih tinggi menemui
kematian pada usia dini dibandingkan dengan orang-orang
yang berperilaku sebaliknya : ramah, suka berteman, dan
bicara tenang.

3. Prinsip-Prinsip Dalam Komunikasi Sosial

a. Komunikasi adalah suatu proses simbolik


Salah satu kelebihan manusia dari makhluk lain (hewan)
adalah ia di beri kemampuan untuk berfikir, seorang filosuf
mengistilahkan sebagai al hayawanu nathig manusia adalah
hewan yang berfikir. Dengan fikiran itulah manusia
mempunyai kemampuan untuk menggunakan lambang.
Ernst Cassier menyebutkan bahwa yang membedakan
manusia dengan makhluk lain adalah kemampuannya
dalam menggunakan simbol (animal symbolicum).

b. Setiap Perilaku mempunyai Potensi Komunikasi


Orang yang masih hidup tidak mungkin akan lepas dari
komunikasi walaupun bukan berarti semua perilaku adalah
komunikasi. Setiap perilaku kita akan selalu mempunyai
potensi untuk dijadikan alat komunikasi terhadap orang lain,
bahkan sampai dimanapun akan berpotensi menjadi
komunikasi.

c. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan


Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana
cara mengatakannya dan menginsyaratkannya, bagaimana
hubungan para peserta komunikasi dan bagaimana
seharusnya pesan itu ditafsirkan.

d. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat


kesengajaan
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja
hingga yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan
komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika
berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus.Sebagai contoh
ketika kita bercakap-cakap dengan seorang yang baru di
kenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi dengan
teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari.

106 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu


Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-
makna tertentu sedangkan makna tersebut berhubungan
dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial dan psikologis.

4. Komponen komunikasi efektif

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai


sasaran dengan feed back (respon) yang sesuai dengan tujuan
individu berkomunikasi.

Adapun melakukan komunikasi efektif bertujuan memberi


kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap,
pengiriman dan umpan balik seimbang dan melatih penggunaan
bahasa nonverbal secara baik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun komunikasi


efektif adalah berusaha benar-benar mengerti orang lain
(emphatetic communication), memenuhi komitmen/janji,
menjelaskan harapan, meminta maaf dengan tulus ketika
membuat kesalahan, memperlihatkan integritas pribadi.

Komponen komunikasi efektif :

a. Encoding
Komunikasi efektif diawali dengan encoding atau penetapan
kode atau simbol yang memungkinkan pesan tersampaikan
secara jelas dan dapat diterima serta dipahami dengan baik
oleh komunikan (penerima pesan).

b. Decoding
Decoding, komponen penting lainnya dalam komunikasi
efektif, yaitu kemampuan penerima memahami pesan yang
diterimanya. Karenanya, dalam komunikasi efektif,
pemahaman tentang audiens sangat penting guna
menentukan metoda penyampaian dan gaya bahasa yang
cocok dengan mereka.

c. Konteks (Context)
Konteks komunikasi yaitu ruang, tempat, dan kepada siapa
kita melakukan komunikasi. Konteks komunikasi juga
mengacu kepada level komunikasi - komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok (grup), komunikasi organisasi,
komunikasi massa.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 107


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Bahasa Tubuh (Body Language)


Bahasa tubuh dikenal juga sebagai komunikasi non verbal
meliputi postur, posisi tangan dan lengan, kontak mata, dan
ekspresi wajah. Bahasa tubuh yang konsisten dan sesuai
dapat meningkatkan pengertian. Gerakan anggota badan
harus sesuai dengan yang diucapkan. Bahsa tubuh
terpenting adalah senyum dan kontak mata.

e. Gangguan/Hambatan (Interference)
Emosi bisa menggangu terjadinya komunikasi efektif. Jika
komunikator marah, kemampuannya mengirimkan pesan
efektif mungkin berpengaruh negatif. Begitu juga jika
komunikan dalam keadaan kecewa atau tidak setuju dengan
komunikator, mungkin dia mendengar sesuatu yang berbeda.

f. Pikiran Terbuka (Be Open-minded)


Pikiran terbuka merupakan komponen penting lain dalam
komunikasi efektif. Jangan terburu menilai atau mengkritisi
ucapan orang lain. Kita harus mengedepankan respek,
menghargai pendapat atau pandangan orang lain, juga
menunjukkan empati dengan berusaha memahami situasi
atau masalah dari perspektif orang lain.

g. Mendengar Aktif (Active Listening)


Menjadi pendengar yang baik dan aktif akan meningkatkan
pemahaman atas pemikiran dan perasaan orang lain.
Tunjukkan bahwa kita fokus mendengarkan ucapan orang
lain, misalnya dengan menganggukkan kepala dan membuat
“indikasi verbal” bahwa kita setuju dengan mengatakan
misalnya “oh .....”. Jangan menginterupsi pembicaraan orang
lain. ini akan mengganggu kelancaran obrolan.

h. Refleksi
Pastikan bahwa kita mengerti ucapan orang lain dengan
“konfirmasi”, yaitu meringkas pesan utama yang disampaikan
orang lain. Kita bisa mengulang yang diucapkan orang lain,
sekaligus “klarifikasi” bahwa maksud perkataannya “begini”
dan “begitu”.

5. Teknik komunikasi efektif

Yaitu segala teknik yang harus dilaksanakan dalam rangka


berbicara di depan umum agar berhasil meyakinkan pendengar
dan tercapai maksud dan tujuannya. Dengan menguasai :

108 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Persiapan Mental
Berdoa menurut keyakinan masing-masing dan
mempersiapkan materi yang akan disampaikan.

b. Teknik pada saat berbicara di depan umum, antara lain;


1) Menggunakan bahasa yang dapat dipahami/dimengerti
oleh pendengar. Bila menggunakan istilah asing
dianjurkan disertai dengan penjelasan artinya;
2) Memahami betul tujuan pembicaraan, dimaksudkan
agar memberikan arah dalam ungkapan-ungkapan
pembicaraan;
3) Pembicaraan memuat/berisi informasi yang baru,
aktual dan menarik;
4) Pembicaraan harus dapat menarik minat pendengar.
Dalam berbicara ada variasi yang dapat menarik
perhatian sehingga meningkatkan minat para
pendengar;
5) Memberikan kesan yang mengesankan pada setiap
ungkapan, agar dapat efektif tidak perlu harus objektif
dalam pembicaraan;
6) Menghimbau orang lain berbuat sesuatu.
Himbauan terhadap pendengar untuk melakukan suatu
perbuatan, maka pembicaraan dapat diukur berhasil
tidaknya. Contoh : Himbauan untuk tertib dalam lalu
lintas dan himbauan tersebut dipatuhi, maka
pembicaraan dapat dikatakan efektif;
7) Memanfaatkan semaksimal mungkin kelebihan yang
ada pada diri kita, seperti : kerlingan mata, senyum,
kerapihan, dan lain-lain;
8) Mengemukakan expresi wajah sesuai dengan situasi
yang sedang digambarkan;
9) Dalam berbicara jangan terlalu sarat dengan
gagasan/ide. Pembicaraan yang terlalu sarat dengan
ide/gagasan akan memberikan beban yang cukup
berat kepada pendengarnya;
10) Mengatur alunan suara secara teratur dan berirama.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 109


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

1. Identifikasi Potensi Konflik

Identifikasi potensi konflik merupakan serangkaian kegiatan yang


dilakukan secara terencana dan sistematis untuk menemukan
potensi konflik yang ada melalui langkah inventarisasi, penelitian,
dan penentuan prioritas penanganannya.

a. Inventarisasi Potensi Konflik

Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan


mengumpulkan, mendatakan, dan mengelompokkan
berbagai potensi konflik yang dapat bersumber dari :

1) permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi,


dan sosial budaya, antara lain berupa :
a) Perselisihan dalam pelaksanaan Pemilu
Legislatif, Pemilu Presiden/Wapres, dan/atau
Pemilukada;
b) Konflik inter/antarpartai politik, dan organisasi
massa yang berafiliasi/sayap;
c) Kebijakan pemerintah antara lain atas kenaikan
harga BBM dan/atau Sembako;
d) Peraturan perundang-undangan yang
menimbulkan reaksi penolakan dari masyarakat,
seperti pemekaran wilayah;
e) Perselisihan perburuhan dan hubungan industrial;
f) Permasalahan transportasi;
g) Penggusuran tempat tinggal atau tempat usaha
(relokasi);
h) Kesenjangan antarkelompok/kecemburuan
sosial; dan
i) Masalah irigasi atau perebutan sumber air.

2) perseteruan antarumat atau intraumat beragama,


antarsuku, dan antaretnik, antara lain berupa :
a) Reaksi atas pendirian rumah ibadah atau
rumah/bangunan yang dijadikan tempat ibadah;
b) Perbedaan aliran intraumat dan/atau antarumat
beragama;

110 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Penistaan agama; dan


d) Konflik antarsuku/etnik, ras, dan golongan; dan
e) Perkelahian antarwarga/kelompok/pelajar.

3) sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota,


dan/atau provinsi, antara lain :
a) pemekaran wilayah;
b) klaim atas wilayah tertentu; dan
c) batas wilayah yang tidak jelas.

4) sengketa Sumber Daya Alam (SDA) antar masyarakat


dan/atau antara masyarakat dengan pelaku usaha,
antara lain :
a) Tumpang tindih kepemilikan lahan;
b) Perizinan yang bermasalah;
c) Pembebasan lahan yang merugikan masyarakat;
d) Eksploitasi sda tanpa izin;
e) Penolakan masyarakat/adat terhadap
eksplorasi/eksploitasi sda;
f) Pencemaran/perusakan lingkungan; dan
g) Persaingan antar perusahaan/pemilik modal
dalam mengeksploitasi SDA.

5) distribusi SDA yang tidak seimbang dalam masyarakat,


antara lain :
a) penyaluran SDA yang tidak memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat;
b) masyarakat lokal tidak merasakan manfaat dari
SDA yang dieksploitasi.

b. Penelitian/Pendalaman Potensi Konflik


Penelitian/pendalaman potensi konflik dilakukan untuk
mengetahui anatomi dan akar masalah potensi konflik
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) memahami karakteristik masyarakat, meliputi :
a) Komposisi masyarakat yang ditinjau dari suku
bangsa, pekerjaan, tempat tinggal, kebiasaan,
agama, pendidikan, dan lain-lain;
b) Adat istiadat masyarakat;
c) Kearifan lokal yang dapat didayagunakan dalam
menyelesaikan konflik (pranata adat dan pranata
sosial);
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 111
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan


tokoh pemuda yang berpengaruh dan dianggap
mampu memberikan kontribusi dalam
penyelesaian konflik yang terjadi di wilayah.

2) Mengumpulkan data untuk memetakan potensi konflik,


meliputi :
a) Sumber dan jenis potensi konflik;
b) Latar belakang dan perkembangannya;
c) Kelompok dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam
konflik, termasuk kelompok pendukung dan
simpatisan;
d) Ormas, parpol, organisasi kepemudaan, lsm, dan
sebagainya yang terlibat dalam konflik;
e) Faktor struktural, laten, dan faktor pemicu konflik;
f) Cakupan konflik dan objek sengketa;
g) Perselisihan/perseteruan berskala kecil yang
pernah muncul;
h) Isu atau kisaran suara yang berkembang di
masyarakat;
i) Hasil penelitian atau pendalaman sebelumnya
terhadap lokasi konflik tersebut; dan
j) Para pihak yang terlibat (pelaku lapangan, aktor
intelektual, pendana dan korban).

3) Memetakan data potensi konflik dalam bentuk matrik


yang berisi :
a) Nomor;
b) Pihak yang berkonflik;
c) Lokasi konflik;
d) Penyebab atau akar masalah;
e) Lsm/ormas pendukung setiap pihak;
f) Letupan kejadian;
g) Jarak tkp ke polsek/polres/polda dan
transportasinya;
h) Kekuatan yang dapat dikerahkan;
i) Langkah-langkah yang sudah dilakukan; dan
j) Keterangan.

4) melakukan analisis data dan permasalahan yang


muncul kepermukaan untuk menemukan akar
112 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

permasalahannya dengan cara :


a) Mengelompokkan, mengaitkan, dan mencari
hubungan sebab akibat akar masalah yang
berpotensi konflik;
b) Mengidentifikasi akar masalah yang
menimbulkan terjadinya potensi konflik;
c) Menganalisis akar permasalahan dan
merumuskan alternatif solusi pemecahannya.

c. Prioritas Penanganan Potensi Konflik

1) menentukan skala prioritas potensi konflik yang


didasari, antara lain :
a) Jenis potensi konflik;
b) Sumber potensi konflik;
c) Jumlah pihak yang terlibat; dan
d) Perkiraan dampak/akibat yang ditimbulkan dari
konflik apabila konflik terjadi secara terbuka.

2) penanganan skala prioritas potensi konflik dengan


cara:
a) melakukan koordinasi dengan instansi terkait
sesuai dengan potensi konflik yang sudah
dipetakan untuk mencari solusi agar tidak
berkembang menjadi konflik, meliputi :
(1) Mengajak instansi terkait, untuk bersama-
sama Polri menangani akar masalah yang
berpotensi konflik;
(2) Memberikan masukan kepada instansi
terkait untuk penyelesaian akar masalah
sampai tuntas;
(3) Menyinergikan antarinstansi dalam
penanganan konflik yang menjadi prioritas;
(4) Membentuk tim terpadu dan
mengikutsertakan tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan
pihak terkait untuk mencari solusi
penyelesaian potensi konflik secara
musyawarah untuk mufakat.

b) menetapkan alternatif pemecahan potensi konflik,


dengan cara :
(1) Memberdayakan Polmas dengan
melakukan pendekatan persuasif dan

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 113


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pembinaan terhadap para pihak yang


berpotensi menimbulkan konflik;
(2) Menempatkan anggota Polri untuk
beraktivitas sehari hari di tengah-tengah
masyarakat yang berpotensi konflik, bila
perlu Kasatwil sementara waktu tinggal di
lokasi berdasarkan penilaian bobot
kerawanan;
(3) Menugaskan anggota Polri secara khusus
untuk bertempat tinggal di desa tersebut
guna mengetahui seluk beluk dan rencana
warga desa tersebut;
(4) Melakukan pembinaan dan penggalangan
terbuka kepada masyarakat, melalui
berbagai kegiatan serta aktivitas sosial
lainnya, seperti olahraga, kesenian,
keagamaan;
(5) Menyelenggarakan FGD dalam rangka
mencari solusi dengan mengikutsertakan
tokoh agama, masyarakat, pemuda, adat,
Parpol, Ormas dan LSM, key person,
instansi terkait, serta para pakar di
bidangnya;
(6) Mengedepankan pranata adat atau pranata
sosial dalam penyelesaian konflik melalui
musyawarah untuk mufakat;
(7) Melakukan penegakan hukum terhadap
para pihak yang melakukan perbuatan
melawan hukum.

2. Pencegahan Konflik

Pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


untuk mencegah terjadinya konflik melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan dengan memelihara kondisi damai dalam
masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan
secara damai, meredam potensi konflik, dan membangun Sistem
Peringatan Dini (SPD).

Pencegahan Konflik dilaksanakan melalui upaya :

a. Memelihara Kondisi Damai dalam Masyarakat

1) Polri bersama-sama Pemerintah/Pemerintah Daerah


(Pemda) dan elemen masyarakat mendorong setiap
warga masyarakat untuk :
a) Mengembangkan sikap toleransi dan saling
114 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menghormati kebebasan menjalankan ibadah


sesuai dengan agama dan kepercayaannya;
b) Menghormati perbedaan suku, bahasa, dan adat
istiadat orang lain;
c) Menghargai hak, pendapat, dan kebebasan
orang lain;
d) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan
bangsa;
e) Menghormati hak atas kepemilikan orang
lain/badan yang dijamin dan dilindungi oleh
undang-undang;
f) Mengembangkan komunikasi lintas budaya,
suku, dan agama dalam bentuk forum atau
kegiatan sosial bersama;
g) Mengembangkan sikap saling gotong royong
dalam berbagai kegiatan walaupun dalam
kelompok yang berbeda; dan
h) Menumbuh kembangkan sikap rasa
kesetiakawanan sosial dan saling membantu
terhadap sesama yang memerlukan bantuan
dan/atau terkena musibah.

2) mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk


berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan
yang berpotensi konflik melalui musyawarah untuk
mufakat dengan tidak melanggar hukum, dengan cara:
a) Bhabinkamtibmas dan/atau anggota Polri agar
melaksanakan Polmas serta mengaktifkan Forum
Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) atau
nama lain dengan fungsi yang sama, melalui
kegiatan :
(1) Mengunjungi warga masyarakat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda,
tokoh adat, LSM, tokoh Parpol, dan
komunitas masyarakat lainnya;
(2) Melakukan komunikasi dan dialog dengan
berbagai komunitas serta mengimbau untuk:
(a) Bersikap peka dan peduli terhadap
permasalahan sosial yang terjadi di
lingkungannya, serta proaktif dalam
menyelesaikannya bersama aparat
pemerintah;
(b) Ikut aktif mempengaruhi masyarakat
sekitarnya dalam membangun

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 115


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kehidupan yang rukun, toleran, saling


menghormati, dan menghargai adanya
perbedaan dalam masyarakat, seperti
perbedaan agama, suku, bahasa, dan
adat istiadat;
(c) Memberikan informasi tentang
permasalahan yang berpotensi
menimbulkan konflik dan
perkembangannya;
(d) Memberikan bantuan pemikiran dan
alternatif pemecahan/penyelesaian
potensi konflik agar tidak berkembang
menjadi konflik; dan
(e) Koordinasi dan membina generasi
muda di lingkungan tempat tinggalnya
kearah yang positif;
(f) Bersedia menjadi mitra Polri dalam :
(i) Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat;
(ii) Melakukan pembinaan terhadap
komunitas dalam masyarakat;
dan
(iii) Menyelesaikan permasalahan
atau perselisihan dalam
masyarakat.
(g) Berperan aktif memberikan informasi
kepada Polri tentang orang yang
sengaja memprovokasi masyarakat
untuk menimbulkan konflik;
(h) Membantu menjaga keamanan
lingkungan masing-masing untuk
mencegah terjadinya konflik; dan
(i) Menjadi pelopor dan teladan untuk
masyarakat dalam hal kepatuhan dan
ketaatan pada hukum serta norma-
norma yang berlaku dalam
masyarakat.
(3) apabila dari komunikasi dan dialog
ditemukan masalah sosial yang dapat
berkembang menjadi potensi konflik, dapat
mengikutsertakan tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat dan warga untuk
musyawarah mufakat dalam menyelesaikan
masalah.

116 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) memberdayakan pranata adat dan/atau pranata


sosial untuk berperan aktif dalam menangani
potensi konflik, dengan cara :
(1) mendorong penyelesaian permasalahan
melalui musyawarah untuk mufakat tanpa
campur tangan pihak luar;
(2) apabila belum ada penyelesaian, dapat
mengikutsertakan tokoh dari pihak luar yang
disetujui para pihak yang berkonflik untuk
membantu menyelesaikan permasalahan.

3) memberdayakan peran media massa dan media


sosial, agar situasi damai dalam masyarakat tetap
terpelihara, dengan cara :
a) Melakukan komunikasi secara intensif agar
memuat berita yang objektif, berimbang, edukatif
dan menyejukkan masyarakat;
b) Melakukan koordinasi dan pendekatan untuk
mengonter atau menetralkan berita yang
berdampak meresahkan atau memancing
perpecahan masyarakat;
c) Membuat konter terhadap isu provokatif atau
menyesatkan masyarakat, untuk disebarluaskan
melalui media massa, media sosial, atau orasi
publik (public address);
d) Membuat pesan kamtibmas yang bersifat
penerangan, penyuluhan, imbauan, atau
peringatan kepada masyarakat untuk
disebarluaskan melalui media massa, media
sosial, tempat ibadah, sekolah, kantor
pemerintah, tempat hiburan, iklan dan
sebagainya;
e) Memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
dengan cepat serta akurat; dan
f) Mengimbau/mengajak partisipasi pembuatan
iklan layanan sosial yang bertujuan meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat.

4) meningkatkan sinergi dengan instansi terkait untuk


memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak
melanggar hukum dan tidak melakukan kekerasan
dalam menyelesaikan masalah, dengan cara :
a) mengadakan dan/atau memanfaatkan
pertemuanpertemuan dengan instansi terkait,
untuk dapat :

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 117


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Memberikan informasi terkait dengan


permasalahan sosial yang ada dan
sekaligus memberikan saran yang dapat
dilakukan oleh instansi terkait lainnya;
(2) Menerima informasi dari instansi terkait
tentang permasalahan sosial yang ada dan
saran tindak lanjutnya;
(3) Melakukan dialog/diskusi untuk mencari
penyelesaian potensi konflik;
(4) Memberikan masukan tentang program
polmas dan mengajak instansi terkait turut
serta menumbuhkan kesadaran masyarakat
untuk melakukan pengamanan di
lingkungan masing-masing (pemukiman,
industri, dan perkantoran).

b) membantu Pemerintah/Pemda dalam usaha


membina wilayah demi terwujudnya
ketenteraman dan ketertiban, antara lain :
(1) Pemberdayaan fungsi dan peran
kewaspadaan dini masyarakat mulai dari
tingkat kelurahan/desa sampai dengan
provinsi;
(2) Dalam pembinaan paguyuban, ormas, lsm
dan kelompok masyarakat lainnya;
(3) Menegakkan peraturan daerah untuk
mewujudkan ketertiban wilayah;
(4) Membina dan menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk mampu menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat di
lingkungan masing-masing;
(5) Mempelopori kerja bakti dan gotong royong
dalam membangun fasilitas umum dan
fasilitas sosial dalam rangka membangun
kebersamaan; dan
(6) Mengembangkan dialog dengan warga
masyarakat tentang hal-hal yang aktual
untuk menambah wawasan masyarakat,
utamanya tentang hukum dan demokrasi;
c) membantu aparat penegak hukum lainnya
(Kejaksaan dan Pengadilan) dalam rangka
melaksanakan program Kelompok Sadar Hukum
(Kadarkum);
d) membantu TNI dalam usaha membina ketahanan
wilayah, antara lain :
118 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam


rangka bela negara;
(2) penyelenggaraan Program Tentara
Manunggal Membangun Desa (TMMD); dan
(3) penyelenggaraan bakti sosial dan fungsi
pembinaan teritorial yang perlu ditangani
secara bersama.

5) melakukan penanganan setiap bentuk pelanggaran


hukum agar tidak berkembang menjadi konflik, dengan
cara :
a) merespons dengan cepat setiap permasalahan
yang dilaporkan melalui pelaksanaan tugas Polri :
(1) Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu
(SPKT) bersama fungsi Reserse segera
mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP)
dan melakukan olah TKP bersama dengan
unsur bantuan teknis dan/atau taktis
lainnya;
(2) fungsi Sabhara, melakukan penutupan dan
pengamanan TKP;
(3) fungsi Lalu Lintas, melakukan pengaturan
lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan lalu
lintas;
(4) fungsi Intelijen, melakukan analisis terhadap
permasalahan yang terjadi dan membuat
prediksi terhadap dampak atau ekses yang
akan muncul serta rekomendasinya;
(5) fungsi Reskrim, melakukan pencarian saksi-
saksi dan barang bukti untuk bahan
penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut;
dan
(6) apabila kejadian tersebut berdampak pada
pengumpulan massa, dilakukan langkah-
langkah persuasif untuk mengimbau agar
membubarkan diri.

b) penanganan terhadap kejadian yang bernuansa


Suku, Agama, Ras dan Adat (SARA), dengan
segera melakukan :
(1) penanganan secara cepat dengan
memperkirakan dampak yang akan timbul
serta langkah antisipasinya;
(2) koordinasi dengan unsur Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah (FKPD), instansi terkait,
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 119
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk


menyelesaikan permasalahan atau
kejadian;
(3) koordinasi dengan Forum Komunikasi
Antarumat Beragama (FKUB) dan tokoh
agama untuk memberikan pemahaman
kepada umatnya masing-masing agar
menahan diri dan tidak terprovokasi oleh
isu-isu yang berkembang;
(4) penyiapan kekuatan satuan Dalmas,
Brimob, dan meminta perbantuan satuan
TNI untuk mengantisipasi jika terjadi konflik;
(5) penyebaran personel intelijen pada
kelompokkelompok yang potensial bereaksi
agar dapat dideteksi rencana aksi dan
aspirasi yang berkembang dan dapat juga
dilakukan sebagai upaya penggalangan;
(6) kerja sama dengan penyedia layanan
(provider) telepon selular untuk mencegah
provokasi dan isu yang berkembang; dan
(7) upaya-upaya preventif melalui kegiatan
patroli, penjagaan, pengamanan dan juga
pengaturan kegiatan masyarakat.

b. Mengembangkan Sistem Penyelesaian Perselisihan Secara


Damai
1) mendorong pranata adat dan/atau pranata sosial untuk
menyelesaikan perselisihan dalam masyarakat melalui
musyawarah untuk mufakat yang hasilnya mengikat
para pihak;
2) mengedepankan Keadilan Restoratif dalam upaya
penyelesaian perselisihan, khususnya terhadap
pelanggaran hukum yang ringan atau kerugiannya
kecil dan/atau pelakunya anak-anak dan orang lanjut
usia, dengan cara :
a) memberikan pemahaman kepada masyarakat
bahwa tidak setiap permasalahan hukum
diselesaikan melalui sidang pengadilan;
b) mendorong adanya kesepakatan para pihak yang
berselisih dengan menitikberatkan pada
perlindungan terhadap korban;
c) mengikutsertakan pihak ketiga/mediator yang
disepakati oleh para pihak yang berselisih;
d) mengingatkan dan mensosialisasikan hasil
kesepakatan kedua belah pihak yang dituangkan
120 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam surat pernyataan bersama sebagai wujud


atas penyelesaian permasalahan; dan
e) mengingatkan dan mensosialisasikan hasil
kesepakatan tertulis tersebut sebagai
landasan/bahan pertimbangan bahwa
permasalahan tersebut tidak dilanjutkan ke
pengadilan.
3) penyelesaian dengan cara penegakan hukum melalui
proses peradilan merupakan langkah terakhir, apabila
langkah sebagaimana tersebut angka 1 dan 2 tidak
tercapai;
4) memberikan keteladanan kepada masyarakat bahwa
anggota Polri tidak boleh main hakim sendiri, bersikap
sewenang-wenang dan melakukan tindak kekerasan.

c. Meredam Potensi Konflik


1) memberikan masukan kepada pemerintah daerah
dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan daerah, dengan cara :
a) menginformasikan aspirasi masyarakat yang
perlu diperhatikan dan berpotensi konflik;
b) memberikan analisis terhadap kebijakan
pemerintah daerah yang berpotensi menimbulkan
konflik;
c) menginformasikan perkembangan situasi yang
berpotensi terjadinya konflik pada pertemuan
tertentu antara lain Musrenbangda, rapat FKPD,
dan rapat Kominda; dan
d) memberikan masukan tentang penanganan
potensi konflik yang menjadi tugas, tanggung
jawab dan kewenangan Pemda;

2) menerapkan tugas pelayanan masyarakat dengan


prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, dengan
cara:
a) memberikan pelayanan kepolisian dengan tidak
membebani masyarakat di luar dari ketentuan
yang telah ditetapkan;
b) memberikan pelayanan kepolisian dengan tidak
diskriminasi;
c) memberikan pelayanan yang cepat dengan tetap
memperhatikan kualitas standar pelayanan; dan
d) membuat prosedur pelayanan kepolisian yang
transparan meliputi kepastian persyaratan, waktu
dan biaya;
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 121
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) melaksanakan FGD untuk menemukan solusi


permasalahan yang berpotensi terjadinya konflik, yang
meliputi:
a) inventarisasi berbagai permasalahan yang
berpotensi menimbulkan konflik yang ada di
wilayahnya;
b) membuat skala prioritas untuk menentukan topik
yang akan dibahas;
c) menentukan para peserta yang akan
diikutsertakan;
d) mengundang pakar yang berkompeten sesuai
dengan topik yang akan dibahas; dan
e) menindaklanjuti hasil FGD dari para pihak
sebagai pedoman untuk menyelesaikan
permasalahan yang berpotensi konflik;

4) proaktif dalam memediasi para pihak yang berpotensi


konflik agar tidak berkembang menjadi konflik, dengan
cara:
a) mendorong pemerintah daerah, instansi terkait,
pranata adat, pranata sosial dan tokoh yang
berpengaruh untuk bersama-sama memediasi
para pihak;
b) mengundang para pihak untuk menyelesaikan
permasalahan;
c) mendengarkan aspirasi para pihak untuk mencari
titik temu permasalahan;
d) menemukan solusi untuk menyelesaikan
permasalahan yang dapat diterima oleh para
pihak; dan
e) mendorong para pihak yang berkonflik untuk
menghormati, menaati dan melaksanakan hal-hal
yang ditentukan dalam penyelesaian
permasalahan sesuai dengan hasil kesepakatan
bersama.
5) membangun kemitraan dengan berbagai komunitas
dalam masyarakat melalui kegiatan Polmas guna
mengeliminasi potensi konflik, dengan cara:
a) menginventarisasi komunitas dalam masyarakat
yang dapat membantu untuk meredam potensi
konflik;
b) menjalin komunikasi yang intensif terhadap
berbagai komunitas sehingga memudahkan

122 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

koordinasi dalam meredam potensi konflik; dan


c) mendorong peran komunitas untuk
menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang
muncul di lingkungan/ komunitasnya;

6) menegakkan hukum secara tegas, tidak diskriminasi,


dan menghormati HAM, dengan cara :
a) menegakkan hukum terhadap setiap bentuk
pelanggaran hukum secara tegas sebelum
berkembang menjadi konflik;
b) menindak para pelaku pelanggaran hukum
dengan tidak diskriminasi;
c) tidak memberikan toleransi adanya tindakan main
hakim sendiri, termasuk melakukan razia atau
sweeping illegal baik secara kelompok maupun
perseorangan;
d) dalam penegakan hukum, tidak melakukan
tindakan yang berlebihan (eksesif);
e) mempedomani ketentuan peraturan perundang-
undangan dan menghormati norma-norma yang
ada di masyarakat; dan
f) memperhatikan asas kepastian hukum, keadilan
dan manfaat.

d. Membangun Sistem Peringatan Dini (SPD)

1) mengoptimalkan peran jajaran Intelkam untuk


melakukan deteksi dini, dengan cara :
a) meningkatkan jaringan informasi dengan
berbagai komunitas dalam masyarakat dan setiap
orang yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi;
b) melakukan komunikasi, koordinasi, dan
pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, dan tokoh pemuda untuk
memperoleh perkembangan informasi aktual;
c) melakukan penggalangan terhadap para pihak
yang berkonflik untuk mendapatkan informasi
tentang isu yang berkembang di tengah
masyarakat;
d) menempatkan 1 (satu) anggota Intelijen pada
setiap kelurahan/desa yang memiliki bobot
potensi konflik tinggi;
e) melakukan koordinasi dengan unsur Kominda

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 123


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam rangka memutakhirkan dan tukar-menukar


informasi/data permasalahan yang berkembang
di wilayahnya; dan
f) membuat laporan hasil kegiatan mencakup
informasi potensi konflik yang dapat dijadikan
sebagai bahan masukan kepada pimpinan guna
menyusun rencana tindak lanjut.

2) mengoptimalkan peran Bhabinkamtibmas, dengan


cara :
a) menginventarisasi dan mendatakan berbagai
komunitas atau kelompok masyarakat yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi;
b) melakukan pendekatan dan pembinaan secara
intensif terhadap berbagai komunitas atau
kelompok masyarakat untuk mendapatkan
informasi secara dini tentang permasalahan yang
ada di wilayahnya;
c) mengidentifikasi setiap permasalahan yang
berkembang di masyarakat yang dapat menjadi
sumber potensi konflik;
d) melakukan dialog, bimbingan dan penyuluhan
kepada pihak-pihak yang berkonflik agar tidak
melakukan tindakan yang dapat menimbulkan
konflik dan meminta untuk menginformasikannya
apabila ada pihak-pihak yang memancing konflik;
e) mencatat dan melaporkan kepada pimpinan
apabila ada orang, LSM dan/atau Ormas dari luar
daerah yang sering datang dan berpotensi
memperkeruh/mendorong terjadinya konflik;
f) melakukan koordinasi dan kerja sama dengan
berbagai pihak di wilayah penugasannya untuk
meminimalkan berbagai potensi konflik;
g) menempatkan 1 (satu) atau lebih anggota
Bhabinkamtibmas pada setiap kelurahan/desa
yang memiliki bobot potensi konflik tinggi; dan
h) membuat laporan hasil pelaksanaan tugas yang
berisi informasi potensi konflik dan
perkembangannya yang dapat dijadikan sebagai
bahan masukan kepada pimpinan guna
menyusun rencana tindak lanjut.

3) mengoptimalkan peran patroli fungsi Sabhara, dengan


cara :
a) melakukan patroli dialogis untuk memperoleh
124 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

informasi tentang perkembangan situasi wilayah;


b) meningkatkan intensitas patroli pada
tempat/lokasi yang rawan potensi konflik;
c) memahami prosedur patroli baik sebelum, pada
saat maupun setelah melaksanakan kegiatan;
d) melaksanakan metoda patroli yang tepat
disesuaikan dengan karakteristik wilayah, antara
lain: patroli blok, beranting, bersinggungan, dan
sambang kampung;
e) mewajibkan pembuatan laporan hasil patroli yang
berisi informasi potensi konflik yang dapat
dijadikan sebagai bahan rencana tindak lanjut.

4) mengoptimalkan peran Polsek sebagai basis deteksi


dengan cara :
a) mewajibkan Kapolsek untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian setiap hari atau
secara periodik sekurang kurangnya 1 (satu)
minggu sekali terhadap unit intelijen dan
Bhabinkamtibmas;
b) mengembangkan metoda lapor cepat melalui
jejaring sosial, kotak pengaduan, kontak polisi
110 dan SMS diikuti pemberian reward and
punishment yang berimbang;
c) melakukan penilaian kepada anggota secara
periodik 1 (satu) tahun sekali tentang kecepatan
membuat laporan informasi serta memberikan
reward and punishment;
d) mengefektifkan koordinasi dan komunikasi
Polsek, Koramil dan Kecamatan dalam rangka
mendukung kegiatan deteksi dini;
e) Kapolsek mendorong dan/atau bersama pranata
sosial antara lain ketua RT, ketua RW dan/atau
kepala Dusun untuk mengaktifkan wajib lapor 1 X
24 jam bagi tamu atau pendatang;
f) memetakan wilayah rawan konflik di wilayah
hukumnya.
5) membangun komunikasi yang intensif dengan media
massa dan media sosial dalam rangka memperluas
jaringan informasi, dengan cara :
a) melakukan komunikasi dan koordinasi dengan
insan pers (wartawan, pimpinan redaksi, dan
dewan pers) dalam rangka memperoleh informasi
dan penyamaan persepsi terhadap permasalahan
yang terjadi;
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 125
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) memanfaatkan jaringan informasi melalui jejaring


sosial (twitter, facebook, path, line, whatsapp dan
lain-lain) guna mendapatkan informasi serta
membangun opini positif tentang permasalahan
yang berkembang; dan
c) menjalin komunikasi dengan berbagai komunitas
radio amatir (ORARI, RAPI) untuk memperoleh
dan menyebarkan informasi yang kondusif.

6) mewajibkan anggota Polri yang bertugas di daerah


potensi konflik untuk membuat laporan informasi
tentang berbagai permasalahan yang ditemukan;

7) mewajibkan anggota Polri memasukkan data potensi


konflik ke dalam sistem informasi yang terintegrasi
mulai dari tingkat Polsek sampai dengan Mabes Polri,
untuk memutakhirkan data, antara lain :
a) peta potensi konflik;
b) Sistem Pelaporan Harian (Sislaphar); dan
c) laporan gangguan Kamtibmas.

3. Penghentian Konflik

Penghentian konflik merupakan serangkaian kegiatan untuk


mengakhiri kekerasan, menyelamatkan korban, membatasi
perluasan dan eskalasi konflik, serta mencegah bertambahnya
jumlah korban dan kerugian harta benda melalui tindakan
negosiasi (soft power) hingga tindakan tegas terukur (hard power)
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Penghentian Kekerasan Fisik

1) menghentikan kekerasan fisik melalui mediasi para


pihak dengan mengikutsertakan pranata adat dan/atau
pranata sosial, dengan cara :
a) mencari tokoh-tokoh yang berpengaruh,
termasuk tokoh pada tataran bawah (grassroot)
dari para pihak yang berkonflik untuk
diikutsertakan dalam penyelesaian konflik;
b) mempertemukan para tokoh untuk menentukan
dan menyepakati langkah-langkah penanganan
yang akan diambil terutama langkah awal untuk
meredam emosi para pihak atau massa yang
berkonflik;
c) mempertemukan perwakilan para pihak yang
berkonflik dengan didampingi para tokoh yang
126 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berpengaruh untuk menemukan solusi


penyelesaian konflik yang disepakati dengan
memperhatikan kearifan lokal yang dituangkan
dalam bentuk tertulis;
d) mendorong para tokoh berpengaruh dan para
pihak yang hadir dalam pertemuan untuk
menyampaikan hasil kesepakatan pada masing-
masing kelompoknya; dan
e) memantau pelaksanaan (implementasi) dan
perkembangan dari hasil kesepakatan untuk
memastikan bahwa konflik benar-benar tuntas
atau masih berpotensi muncul kembali;

2) dalam hal mediasi belum mencapai kesepakatan,


harus diupayakan melalui negosiasi untuk
mendapatkan hasil yang dikehendaki;

3) dalam hal negosiasi tidak berhasil dicapai, Polri


mengimbau kepada para pihak yang berkonflik untuk
menahan diri dan tidak melakukan perbuatan atau
tindakan yang melanggar hukum;

4) apabila imbauan tidak dipatuhi dan kekerasan masih


berlanjut, dikeluarkan maklumat untuk diumumkan
atau disebarluaskan kepada masyarakat, yang berisi :
a) peringatan atau ultimatum kepada para pihak
yang masih melakukan pelanggaran hukum,
antara lain: sweeping, perusakan, penjarahan,
membawa senjata tajam, senjata api, dan bahan
peledak; dan
b) penegasan bahwa akan dilakukan tindakan tegas
apabila maklumat tidak dipatuhi;

5) menghentikan kekerasan fisik melalui penggelaran


kekuatan Polri, dengan cara :
a) mengerahkan/menggelar kekuatan yang dimiliki
kesatuan kewilayahan yang jumlahnya
disesuaikan dengan fluktuasi dan eskalasi konflik:
a) satuan Dalmas; b) satuan fungsi operasional;
c) anggota staf untuk mendukung mobilisasi
penggelaran kekuatan apabila dibutuhkan; dan d)
peralatan yang dimiliki Polri, termasuk Peralatan
Utama (Alut) dan Peralatan Khusus (Alsus);
b) apabila penggelaran kekuatan kesatuan
kewilayahan dianggap kurang, dapat meminta
back up kekuatan dengan mempedomani
mekanisme back up satuan atau lapis-lapis
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 127
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kekuatan dengan menerapkan pola :


(1) sistem back up rayonisasi (satuan Polri
terdekat), yang kedudukannya sejajar
dengan satuan yang meminta, dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut :
(a) membentuk rayonisasi yang
disesuaikan dengan letak geografis,
situasi dan kondisi yang memudahkan
pergeseran atau mobilitas pasukan :
(i) pada tingkat Polres: Polres
membagi habis Polsek yang
menjadi tanggung jawabnya
menjadi beberapa rayon (contoh:
Polres “A” mempunyai 20 Polsek
dibagi menjadi 4 rayon, sehingga
satu rayon terdiri dari 5 Polsek
terdekat);
(ii) pada tingkat Polda: Polda
membagi habis Polres yang
menjadi tanggung jawabnya
menjadi beberapa rayon (contoh:
Polda “A” mempunyai 20 Polres
dibagi menjadi 4 rayon, sehingga
satu rayon terdiri dari 5 Polres
terdekat);
(iii) untuk Satwil perbatasan, baik di
tingkat Polres maupun Polda,
dapat menggunakan Satwil
terdekat di luar rayon yang telah
ditentukan (contoh: Polres “A”
berada dalam rayon 1 pada
Polda “B” dapat meminta batuan
Polres “C” yang berada pada
Polda “D”);
(b) permintaan back up satuan dilakukan
apabila konflik yang terjadi
berdasarkan perkiraan intelijen akan
berkembang lebih luas dan tidak
mampu dihadapi oleh satuan
kewilayahan setempat;
(c) permintaan back up dilakukan oleh
Kasatwil yang membutuhkan back up
kepada para Kasatwil yang masuk
dalam satu wilayah rayonisasi
dan/atau Kasatwil perbatasan terdekat;
(d) permintaan back up diajukan secara
128 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tertulis yang tembusannya ditujukan


kepada satuan atas, sedangkan
permintaan back up untuk Satwil
perbatasan tembusannya ditujukan
kepada satuan atas dari Satwil yang
diminta maupun yang meminta
bantuan;
(e) dalam keadaan mendesak, permintaan
back up dapat dilakukan secara lisan
dan ditindaklanjuti dengan permintaan
secara tertulis;
(f) permintaan back up dapat berupa
personel dan/atau peralatan yang
dibutuhkan sesuai dengan eskalasi
ancaman yang dihadapi serta prediksi
perkembangannya;
(g) personel back up yang membantu
penanganan konflik bersifat bawah
Kendali Operasi (BKO) yang
dikendalikan oleh Kasatwil yang
menerima back up.

(2) sistem back up satuan hierarkis, dilakukan


oleh satuan yang kedudukannya lebih tinggi
dari satuan yang meminta, dengan
mekanisme sebagai berikut :
(a) permintaan dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat Polres ke
tingkat Polda dan tingkat Polda ke
Mabes Polri;
(b) permintaan back up berdasarkan
perkiraan intelijen tentang potensi
konflik yang akan berkembang lebih
luas dan tidak mampu dihadapi oleh
satuan kewilayahan setempat;
(c) permintaan dapat berupa personel,
peralatan, dan bantuan teknis yang
dibutuhkan sesuai dengan tingkat
ancaman yang dihadapi;
(d) permintaan diajukan secara tertulis
ditujukan kepada satuan atas dan
dalam keadaan mendesak dapat
dilakukan secara lisan dan
ditindaklanjuti secara tertulis;
(e) personel back up yang membantu
penanganan konflik bersifat Bawah
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 129
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kendali Operasi (BKO) yang


dikendalikan oleh Kasatwil yang
menerima back up;

(3) permintaan bantuan TNI: dalam hal


penghentian kekerasan fisik membutuhkan
bantuan penggunaan dan pengerahan
kekuatan TNI dilakukan melalui mekanisme
sebagai berikut :
(a) kriteria permintaan bantuan :
(i) personel Polri setempat yang
terbatas baik kualitas maupun
kuantitas;
(ii) sarana dan prasarana pendukung
operasional Polri setempat dinilai
tidak cukup;
(iii) keadaan geografis yang tidak
memungkinkan satuan back up
Polri bertindak segera, sehingga
membutuhkan bantuan TNI
setempat; dan
(iv) konflik tidak dapat dikendalikan
oleh Polri dan terganggunya
fungsi pemerintahan.
(b) prosedur permintaan bantuan :
(i) permintaan dapat dilakukan
secara lisan dan ditindaklanjuti
secara tertulis paling lambat 1 x
24 jam serta diajukan serendah-
rendahnya oleh Kasatwil
setingkat Kapolres untuk
ditujukan kepada Komandan
Militer yang setingkat (Danrem,
Dandim, Danlantamal, Danlanal
dan/atau Danlanud) yang ada di
daerah setempat; dan
(ii) Kasatwil yang meminta bantuan,
segera melaporkan kepada
atasannya pada kesempatan
pertama selambat-lambatnya 1 x
24 jam;
(c) surat permintaan bantuan TNI
sekurang-kurangnya memuat :
(i) perkembangan situasi terakhir;
(ii) alasan permintaan bantuan;
130 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(iii) jumlah kekuatan dan kemampuan


yang diperlukan baik personel,
alat utama, alat khusus, peralatan
lain maupun perlengkapan yang
dibutuhkan;
(iv) sasaran atau lokasi penugasan;
(v) lama waktu penugasan (dimulai
dan berakhirnya penugasan); dan
(vi) dukungan administrasi dan
logistik yang diberikan;
(d) hal-hal yang perlu diperhatikan :
(i) status perbantuan satuan tugas
TNI kepada Polri dapat berupa
Bawah Kendali Operasi atau
Bawah Komando Operasi;
(ii) perbantuan satuan tugas TNI
dikoordinasikan dan dikendalikan
oleh Kasatwil;
(iii) batas tindakan polisional yang
dilakukan oleh satuan tugas TNI
ditetapkan oleh Kasatwil dengan
tetap menghormati HAM;
(iv) perubahan penggunaan kekuatan
atau pengalihan sasaran
dikoordinasikan dengan
komandan satuan TNI yang
memberikan perbantuan;
(v) satuan perbantuan TNI terkecil,
minimal setingkat peleton; dan
(vi) satuan tugas TNI yang
diperbantukan dapat diberikan
sektor tersendiri, terutama untuk
mengamankan objek vital (kantor
pemerintahan, PLN, Telkom,
PDAM, dan lain-lain);

6) prosedur penggunaan kekuatan dalam tindakan


kepolisian berpedoman pada tahapan :
a) tahap I, kekuatan yang memiliki dampak
deterrent/ pencegahan:
dilakukan dengan menggelar atau menempatkan
personel Polri dengan jumlah memadai sesuai
tingkat ancaman yang dihadapi;
b) tahap II, perintah lisan:

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 131


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dilakukan dengan cara mengimbau, memberi


peringatan, dan memerintahkan untuk
menghentikan tindakan massa atau para pelaku;
c) tahap III, kendali tangan kosong lunak:
dilakukan dengan menggunakan teknis yang
tidak menyebabkan cedera yang dilakukan untuk
menghadapi tindakan massa yang bersifat pasif
(misalnya ketika petugas kepolisian memegang
bahu atau memegang salah satu lengan
seseorang untuk dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain);
d) tahap IV, kendali tangan kosong keras:
dilakukan dengan menggunakan teknis yang
dapat menyebabkan cedera ringan untuk
menghadapi tindakan massa yang bersifat aktif
(misalnya polisi memaksa seseorang untuk
mematuhi perintahnya dengan cara menekan
bagian tubuh tertentu, menarik, menjatuhkan, dan
teknis memanipulasi persendian seperti
memelintir tangan/jari);
e) tahap V, kendali senjata tumpul atau tongkat
polisi dan senjata kimia (semprotan air, gas air
mata atau alat lain sesuai standar Polri):
dilakukan dengan menggunakan teknis yang
dapat menyebabkan cedera berat untuk
menghadapi tindakan massa yang bersifat agresif
(misalnya ketika Polisi menghalau atau
membubarkan para pelaku/massa agar menjauh
dari objek yang diamankan);
f) tahap VI, kendali dengan menggunakan senjata
api:
dilakukan dengan menggunakan teknis yang
dapat menyebabkan cedera serius, dilakukan
untuk menghadapi tindakan massa yang bersifat
agresif segera/anarki, dalam hal ini tindakan
pelaku atau massa dapat menimbulkan bahaya
ancaman luka parah atau kematian terhadap
masyarakat atau anggota Polri atau dapat
membahayakan keselamatan umum (misalnya
menyerang masyarakat atau petugas dengan
menggunakan senjata api atau senjata tajam,
membakar stasiun pompa bensin, meledakkan
gardu listrik, meledakkan gudang senjata atau
amunisi, atau menghancurkan objek vital);

Penggunaan kekuatan dengan senjata api


dilakukan ketika :

132 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) tindakan massa/para pelaku dapat secara


segera menimbulkan luka parah atau
kematian bagi masyarakat atau anggota
Polri;
(2) anggota Polri tidak memiliki alternatif lain
yang beralasan dan masuk akal untuk
menghentikan tindakan massa/para pelaku;
(3) penggunaan kekuatan dengan senjata api
merupakan upaya terakhir untuk
menghentikan tindakan massa/para pelaku;
Prosedur penggunaan senjata api dilakukan
dengan cara :
(1) terlebih dahulu dilakukan tembakan
peringatan apabila massa/para pelaku
belum melakukan tindakan agresif yang
bersifat segera, dengan ketentuan :
(a) tembakan peringatan dilakukan
dengan pertimbangan yang aman,
beralasan, dan masuk akal untuk
menghentikan tindakan pelaku, serta
tidak menimbulkan ancaman atau
bahaya bagi orang-orang di sekitarnya;
(b) tembakan peringatan hanya
dilepaskan ke udara atau ke tanah
dengan kehati-hatian yang tinggi
dengan tujuan :
(i) menurunkan moril massa atau
para pelaku;
(ii) memberikan peringatan sebelum
tembakan diarahkan kepada
massa atau para pelaku;
(2) tembakan peringatan tidak diperlukan,
ketika menangani bahaya ancaman yang
dapat menimbulkan korban luka parah atau
kematian bersifat segera, karena tidak
memungkinkan dilakukan tembakan
peringatan;
(3) tahapan pengunaan senjata api dilakukan
dengan memperhatikan situasi dan kondisi
di lapangan mulai dari penggunaan peluru
hampa, peluru karet atau sejenis, dan
peluru tajam;
(4) sasaran tembakan diarahkan pada bagian
tubuh yang tidak mematikan dan bersifat
melumpuhkan;
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 133
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(5) dalam ikatan kelompok (pasukan PHH),


penggunaan senjata api dibatasi pada
anggota yang telah ditunjuk dan memiliki
kualifikasi menembak;

Prosedur penggunaan kekuatan diterapkan


sesuai tahapan dalam menghadapi tindakan
massa yang bersifat eskalatif, sedangkan untuk
menghadapi tindakan massa yang bersifat anarki
spontan/sporadis dapat dilakukan langsung pada
tahap V atau tahap VI, disesuaikan dengan
tingkat ancaman yang dihadapi;

7) melakukan tindakan tegas dan terukur kepada para


pihak yang berkonflik dengan mempedomani
ketentuan :

a) apabila terjadi kerumunan massa (crowd), tetapi


belum mengarah pada tindakan anarki (situasi
tertib/hijau), tindakan dilakukan dengan cara :
(1) menempatkan personel Polri berseragam
(Dalmas awal dan Dalmas lanjutan) untuk
melakukan pengamanan di tempat
kerumunan massa/para pihak yang
berkonflik;
(2) melakukan upaya pencegahan agar massa
tidak melakukan tidakan destruktif
(merusak, menyerang kelompok lainnya);
(3) membatasi/melokalisasi kerumunan massa
dari para pihak yang berkonflik agar tidak
terjadi benturan fisik dan bergerak meluas
ke lokasi lain;
(4) menugasi negosiator untuk melakukan
imbauan kepada para pihak yang berkonflik
untuk dapat menahan diri dan tidak
terprovokasi;
(5) mendokumentasikan (foto maupun video)
selama kerumunan massa berlangsung;
(6) satuan fungsi lain melakukan kegiatan
sesuai dengan fungsi masing-masing yang
mendukung kegiatan pengamanan, contoh :
(a) fungsi Intel melakukan penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan
terhadap Korlap;
(b) fungsi Reserse melakukan penegakan
hukum terhadap para pelaku
134 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pelanggar hukum;
(c) fungsi Lantas melakukan pengaturan
arus lalu lintas;
(d) fungsi Binmas melakukan imbauan
dan penerangan kepada massa;
(e) fungsi Sabhara melakukan pengaturan
penjagaan, pengawalan dan patroli di
daerah konflik dan sekitarnya;
(f) fungsi Propam melakukan
pengamanan terhadap anggota agar
tidak melakukan tindakan yang
melampaui batas kewenangannya;
(7) pertimbangan untuk meminta back up
kekuatan baik rayonisasi, hirarkis maupun
perbantuan TNI dilakukan dengan
memperhatikan perkembangan/prediksi
eskalasi ancaman;
(8) pertimbangan untuk penggunaan alat
Dalmas disesuaikan dengan eskalasi
ancaman;

b) apabila menghadapi kerumunan massa yang


bersifat pasif (situasi tertib/hijau), dilakukan
tindakan :
(1) menempatkan polisi berseragam dan/atau
Dalmas awal untuk melakukan
pengamanan;
(2) negosiator berada di depan polisi
berseragam dan/atau Dalmas awal untuk :
(a) melakukan perundingan/negosiasi
dengan Korlap guna menenangkan
anggota kelompoknya;
(b) memberikan imbauan kepada para
pihak yang berkonflik untuk tidak
melakukan tindakan yang destruktif
(merusak, menyerang kelompok
lainnya);
(c) mempertemukan para Korlap dari para
pihak yang berkonflik untuk
menyelesaikan persoalannya secara
musyawarah dan mufakat atau melalui
proses hukum; dan
(d) meminta agar para Korlap
menyampaikan hasil musyawarah

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 135


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kepada kelompoknya untuk segera


membubarkan diri;
(3) apabila para pihak yang berkonflik tidak
mau membubarkan diri dan tetap
melakukan aksinya, maka untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
dapat dilakukan tindakan kepolisian dengan
teknis kendali tangan kosong lunak, dengan
cara :
(a) memisahkan para pihak yang
berkonflik dengan cara merentangkan
tangan untuk dihalau saling menjauh;
(b) melokalisasi/membatasi ruang gerak
para pihak yang berkonflik dengan
cara bergandengan tangan atau
membuat rantai tangan petugas; dan
(c) petugas dalam posisi tetap bertahan
dan tidak melakukan dorongan serta
tidak terprovokasi sampai massa
membubarkan diri dengan tertib;
(4) apabila situasi meningkat dan tindakan
massa berubah dari pasif ke aktif (situasi
dari tertib/hijau ke tidak tertib/kuning),
dilakukan perubahan cara bertindak;

c) apabila menghadapi kerumunan massa yang


bersifat aktif (situasi tidak tertib/kuning), dilakukan
dengan cara :
(1) polisi berseragam dan/atau Dalmas awal
tetap melakukan pengamanan secara
persuasif sambil menunggu penambahan
pasukan pengamanan/ Dalmas lanjut;
(2) negosiator semaksimal mungkin tetap
melakukan imbauan/negosiasi kepada
massa/para pihak yang berkonflik;
(3) Kapolsek, Kapolres, atau perwira
pengendali lapangan memerintahkan
Komandan Dalmas untuk melakukan proses
lapis ganti dari polisi berseragam dan/atau
Dalmas awal ke Dalmas lanjut;
(4) Dalmas lanjut maju dengan cara lapis ganti
dan membentuk formasi bersaf di belakang
Dalmas awal, kemudian saf kedua dan
ketiga Dalmas Awal membuka ke kanan dan
kiri untuk mengambil perlengkapan Dalmas
guna melakukan penebalan kekuatan
136 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dalmas Lanjut, diikuti saf kesatu untuk


melakukan kegiatan yang sama;
(5) perlengkapan Dalmas dikenakan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi
massa yang dihadapi;
(6) apabila massa tetap melakukan aksi yang
mengarah pada terganggunya ketertiban
umum, seperti : menutup jalan dengan cara
duduk-duduk, tidur-tiduran, dan aksi
teatrikal, Dalmas lanjut dapat melakukan
tindakan Kepolisian dengan teknis kendali
tangan kosong keras, dengan cara :
(a) melakukan tindakan penertiban, yaitu
memindahkan, mengangkat, dan/atau
mendorong massa ke tempat yang
netral dan/atau lebih aman secara
persuasif dan edukatif, untuk
menghindari bentrokan fisik atau
provokasi;
(b) menarik tangan atau menekan bagian
tubuh tertentu terhadap massa yang
tidak patuh dengan tujuan agar yang
bersangkutan mengikuti perintah
petugas Polri;
(c) tidak melakukan tindakan yang kontra-
produktif seperti memukul,
menendang, atau menangkap yang
justru akan memicu emosi massa;
(d) mengubah cara bertindak apabila
eskalasi meningkat dari tindakan yang
bersifat aktif menjadi agresif (situasi
massa saling melempari atau
melempari petugas dengan benda
keras).

d) apabila menghadapi tindakan massa yang


bersifat agresif (dalam situasi melanggar
hukum/kuning), dilakukan dengan cara :
(1) Kapolres memerintahkan Komandan
Dalmas lanjut untuk melakukan tindakan
kendali senjata tumpul/ tongkat polisi dan
senjata kimia, sebagai berikut :
(a) melakukan pendorongan massa
dengan menggunakan kelengkapan
tameng dan tongkat polisi;
(b) apabila massa masih melakukan
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 137
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tindakan agresif, Dalmas lanjut dapat


melakukan tindakan yang lebih tegas
dengan melakukan pelemparan atau
penembakan gas air mata dan/ atau
penyemprotan air melalui water canon;
(c) dalam melakukan pendorongan atau
pembubaran massa, dalam ikatan
satuan dan tidak melakukan
pengejaran di luar kendali;
(d) melakukan pemadaman api apabila
ada pembakaran;
(e) melakukan penangkapan terhadap
para pelaku/ provokator apabila situasi
memungkinkan; dan
(f) melakukan pertolongan dan evakuasi
terhadap korban.
(2) apabila eskalasi meningkat tindakan massa
berubah dari yang bersifat agresif menjadi
tindakan massa yang bersifat agresif
segera/anarki (situasi merah), maka
dilakukan perubahan cara bertindak;

e) apabila menghadapi tindakan yang bersifat


agresif segera/anarki baik tindakan massa yang
eskalatif maupun spontan dan sporadis (situasi
merah) :
(1) tindakan massa yang eskalatif :
(a) Kapolres melaporkan kepada Kapolda
untuk dilakukan Iintas ganti dari
Dalmas lanjut ke Detasemen/Kompi
PHH Brimob;
(b) Kapolres, Kapolda, atau perwira yang
ditunjuk sebagai pengendali lapangan
memerintahkan Kepala
Detasemen/Kompi PHH Brimob untuk
lintas ganti dengan Dalmas lanjut;
(c) Detasemen/Kompi PHH Brimob maju
membentuk formasi dan mendorong
massa untuk mengurai massa ke
tempat netral;
(d) Dalmas lanjut dan Rantis pengurai
massa berada di belakang
Detasemen/Kompi PHH Brimob untuk
membantu mengurai massa;
(e) dalam mengurai massa
138 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Detasemen/Kompi PHH Brimob dapat


menggunakan gas air mata,
penyemprotan air melalui water canon,
dan/atau alat lain sesuai standar Polri;
(f) apabila massa tidak dapat
dikendalikan dan bertindak semakin
anarki, maka dapat dilakukan tindakan
kendali dengan menggunakan senjata
api sesuai dengan pertimbangan dan
prosedur penggunaan senjata api;
(g) melakukan penangkapan terhadap
para pelaku/ provokator apabila situasi
memungkinkan atau dilakukan setelah
situasi kondusif; dan
(h) melakukan pertolongan dan evakuasi
terhadap korban;
(2) tindakan massa yang spontan dan sporadis:
(a) apabila dihadapi oleh perseorangan
anggota Polri, tindakan yang dilakukan
adalah :
(i) segera melaporkan kepada
pimpinan dan/atau satuan
kepolisian terdekat untuk
meminta bantuan kekuatan dan
perkuatan dengan menggunakan
sarana komunikasi yang ada;
(ii) melakukan pengawasan atas
gerak gerik pelaku dengan
menggunakan peralatan dan/atau
tanpa peralatan, sambil
menunggu datangnya bantuan
perkuatan;
(b) apabila dihadapi oleh ikatan satuan
Polri, tindakan yang dilakukan adalah:
(i) pimpinan satuan memerintahkan
massa untuk menghentikan
semua tindakan anarki;
(ii) apabila massa tidak
mengindahkan perintah petugas,
maka segera dilakukan tindakan
melumpuhkan dengan cara:
- tindakan kendali senjata
tumpul, senjata kimia, antara
lain gas airmata atau alat lain
sesuai dengan standar Polri;
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 139
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

- apabila massa tidak dapat


dikendalikan dan bertindak
semakin anarki, maka dapat
dilakukan tindakan kendali
dengan menggunakan senjata
api sesuai dengan
pertimbangan dan prosedur
penggunaan senjata api;
(c) apabila personel dalam ikatan satuan
tidak mampu menangani para pelaku
anarki segera meminta bantuan
kekuatan dan perkuatan secara
berjenjang;
(d) apabila dalam tindakan melumpuhkan
yang dilakukan oleh petugas terjadi
korban luka, segera dilakukan
pertolongan sesuai prosedur
pertolongan dengan menggunakan
sarana yang tersedia;

8) meminimalkan korban akibat dari tindakan kepolisian


dengan cara :
a) sebelum pelaksanaan tugas, kepala kesatuan
melaksanakan Acara Arahan Pimpinan (AAP)
kepada seluruh anggota yang ditugasi dalam
pengamanan dan menyampaikan :
(1) gambaran umum pelaksanaan tugas :
(a) tujuan dan sasaran dalam
pelaksanaan tugas;
(b) gambaran massa yang akan dihadapi
(jumlah, perlengkapan, senjata, dan
karakternya);
(c) gambaran situasi objek tempat konflik;
(d) pembagian tugas dan tanggung jawab
baik dalam ikatan kelompok/satuan
maupun perseorangan termasuk
penanggung jawab pemegang
peralatan/senjata;
(e) rencana urutan tindakan yang akan
dilakukan oleh satuan fungsi;
(2) larangan bagi anggota Polri :
(a) bersikap arogan dan terpancing oleh
perilaku massa;
(b) melakukan tindakan kekerasan yang

140 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tidak sesuai dengan prosedur;


(c) membawa peralatan di luar peralatan
Dalmas;
(d) membawa senjata tajam dan senjata
api kecuali petugas yang ditunjuk;
(e) keluar dari ikatan satuan/formasi dan
melakukan pengejaran massa secara
perseorangan;
(f) mundur membelakangi massa;
(g) mengucapkan kata-kata kotor atau
memakimaki massa dan melakukan
pelecehan seksual serta perbuatan
asusila;
(h) melakukan perbuatan lainnya yang
melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(3) kewajiban anggota Polri :
(a) menghormati ketentuan hukum, hak
asasi manusia dan norma-norma yang
berlaku;
(b) melayani dan mengamankan massa
sesuai ketentuan;
(c) setiap pergerakan pasukan
Dalmas/PHH selalu dalam ikatan
satuan dan membentuk formasi sesuai
ketentuan;
(d) melindungi jiwa dan harta benda;
(e) tetap menjaga dan mempertahankan
situasi hingga massa bubar;
(f) patuh dan taat kepada perintah kepala
kesatuan lapangan yang bertanggung
jawab sesuai dengan tingkatannya;
(g) penyiapan Polwan sebagai bagian dari
satuan penindak, khususnya untuk
melakukan upaya paksa
penggeledahan terhadap pelaku
perempuan yang diduga terlibat
dan/atau melakukan tindak kekerasan;
b) melakukan pengecekan perlengkapan yang
digunakan untuk :
(1) memastikan seluruh jenis pelengkapan yang
akan digunakan telah dibawa dengan
lengkap;
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 141
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) menghitung dengan pasti jumlah dan jenis


perlengkapan yang dibawa termasuk jumlah
dan jenis amunisi yang dibawa;
(3) memastikan perlengkapan dipegang oleh
orang/petugas yang tepat, khususnya yang
diberi tugas memegang senjata api dan
senjata peluncur gas air mata; dan
(4) membuat berita acara hasil pengecekan
sebagaimana angka (1), (2) dan (3) tersebut
di atas;
c) menempatkan/mengikutsertakan fungsi Propam
dalam kegiatan penindakan untuk :
(1) mengingatkan petugas selama kegiatan
agar tidak melakukan pelanggaran prosedur
dan penyalahgunaan wewenang;
(2) mengingatkan tindak tanduk petugas
selama kegiatan agar tidak melanggar kode
etik profesi dan prinsip prinsip kepatutan
dalam tindakan kepolisian;
(3) menjamin akuntabilitas dan transparansi
pelaksanaan tugas;
d) setiap penindakan yang dilakukan oleh anggota
Polri didokumentasikan (foto dan rekaman video)
untuk bahan evaluasi, akuntabilitas, dan
pelurusan berita yang tidak benar;

9) melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku


pelanggar hukum, dengan cara :
a) penyelidikan terhadap pelaku lapangan, aktor
intelektual, pendana, dan sebagainya;
b) mencari bukti, saksi-saksi, dan fakta-fakta yang
mendukung keterlibatan para pelaku;
c) penyidikan dilakukan secara profesional agar
tidak menimbulkan komplain dan berdampak
pada konflik;
d) penyidikan dilakukan secara transparan dengan
menjelaskan pada kedua pihak yang berkonflik,
sehingga proses hukum bisa dipahami dan tidak
menimbulkan salah pengertian;
e) membuat Daftar Pencarian Orang (DPO) bagi
pelaku pelanggar hukum yang belum tertangkap;
f) penegakan hukum dilaksanakan dengan tidak
diskriminatif, dalam arti bahwa kedua pihak
sama-sama melanggar hukum kedua-duanya
142 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

harus ditindak dan dilakukan penyidikan;


g) mengoordinasikan dengan penuntut umum untuk
mempercepat proses penyidikan tindak
pidananya; dan
h) penegakan hukum dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat.

b. Penyelamatan dan Perlindungan Terhadap Korban

1) memberikan pertolongan dan evakuasi korban konflik


secara cepat dan tepat, dengan cara :
a) melakukan pencarian korban konflik;
b) membantu memberikan pertolongan pertama
kepada korban yang kritis, sesuai dengan
petunjuk tim kesehatan lapangan;
c) melakukan evakuasi korban manusia, yang
dalam keadaan kritis dan perlu mendapatkan
pertolongan lanjutan segera;
d) memberikan pertolongan dan mengevakuasi
korban menuju lokasi penampungan sementara
yang aman; dan
e) menyerahkan penanganan korban di tempat
evakuasi sementara kepada petugas kesehatan;
2) melakukan identifikasi terhadap korban konflik, baik
korban meninggal maupun luka-luka, dengan cara :
a) mengumpulkan dan mengevakuasi korban
meninggal ke rumah sakit terdekat;
b) mengidentifikasi jenazah di rumah sakit sesuai
dengan standar identifikasi jenazah;
c) mendata jumlah korban konflik, baik yang
meninggal dunia maupun yang luka-luka;
d) koordinasi dengan instansi terkait dalam upaya
penanganan para korban dan juga pengamanan
para korban di rumah sakit;
e) memuktahirkan data korban untuk diberikan
kepada Humas Polri agar tidak terjadi
kesimpangsiuran pemberitaan jumlah korban;
3) membentuk Posko pengaduan orang hilang akibat
konflik, dengan cara:
a) mendirikan Posko di tempat yang mudah
terjangkau oleh masyarakat, seperti kantor
desa/kelurahan atau kecamatan, untuk mendata
laporan atau pengaduan orang yang hilang atau
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 143
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

belum kembali akibat konflik;


b) menyiapkan petugas dan kelengkapan posko
berupa alat komunikasi dan alat tulis/catatan
tabulasi; dan
c) memutakhirkan laporan dari masyarakat atau
temuan dari petugas di lapangan dan
meneruskan kepada pihak yang berkepentingan;
4) membantu Pemda/instansi terkait dalam hal:
a) menyiapkan tempat pengungsian yang aman
bagi kelompok yang terdesak, dengan kegiatan:
(1) melakukan pencarian terhadap kelompok
terdesak/rentan atau kelompok korban yang
bertahan atau bersembunyi untuk dibawa ke
tempat pengungsian sementara dengan
pengawalan petugas Polri;
(2) menjaga keamanan tempat pengungsian
yang dikelola oleh pemerintah daerah;
(3) memperbantukan petugas kesehatan dan
psikolog Polri untuk membantu pengobatan
pengungsi dan menghilangkan trauma para
korban akibat konflik;
(4) menyeleksi/membatasi para relawan yang
berada di tempat pengungsian disesuaikan
dengan kebutuhan para korban konflik;
b) menentukan tempat perawatan medis, dengan
kegiatan:
(1) mendirikan pos pelayanan medis/
pengobatan/kesehatan di tempat yang tepat
dan aman;
(2) menyiapkan kendaraan, peralatan, dan
tenaga medis sesuai dengan kebutuhan
kesehatan lapangan;
(3) menentukan rumah sakit rujukan bagi
korban yang tidak dapat ditangani di pos
kesehatan lapangan;
c) mendirikan dapur umum, dengan kegiatan:
(1) mendirikan dapur lapangan di lokasi
penampungan;
(2) menunjuk personel yang mengelola dapur
lapangan;
(3) menyiapkan bahan makanan, sarana dan
prasarana sesuai kebutuhan;

144 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) membantu pendistribusian makanan;


d) menghimpun dan menyalurkan bantuan
dukungan logistik untuk para korban konflik,
dengan kegiatan:
(1) mendata korban konflik yang berhak
menerima bantuan secara akurat;
(2) mengawal pendistribusian bantuan dengan
aman sampai ke tempat tujuan;
(3) membuat administrasi pembukuan terhadap
penyaluran bantuan sebagai
pertanggungjawaban;
e) menetapkan lokasi pos komando pengendali
lapangan dan pusat informasi atau crisis center
apabila diperlukan, dengan cara:
(1) mendirikan pusat informasi atau pos
komando yang terpisah dari segala aktivitas
lainnya;
(2) mengatur ruang kerja, materiil dan
penempatan staf;
(3) menyiapkan rangkuman informasi awal dan
memelihara arsip semua rangkumannya;
(4) melakukan dokumentasi kegiatan bantuan
dan pertolongan menggunakan video
kamera, baik bersifat umum maupun
khusus/menonjol.

c. Membatasi Perluasan Area dan Mencegah Terulangnya


Konflik

1) melakukan isolasi untuk menghambat penyebaran


konflik massa, dengan cara:
a) menempatkan pasukan Dalmas di lokasi
terjadinya konflik guna membatasi ruang gerak
massa;
b) menugasi anggota untuk memberikan imbauan
kepada massa agar tidak melakukan tindakan
yang dapat memicu terjadinya konflik kembali;
2) melakukan penyekatan terhadap jalur atau jalan yang
dimungkinkan untuk masuknya massa ke
lokasi/daerah konflik, dengan cara:
a) membuat pos pemeriksaan dengan tetap
mempertimbangkan jumlah personel yang ada:
(1) memilih lokasi yang tepat, untuk dijadikan

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 145


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pos pemeriksaan yang bisa berupa pos


tetap atau pos bergerak;
(2) menentukan personel yang ditugasi pada
pos pemeriksaan sesuai kebutuhan (dapat
berupa personel gabungan);
(3) membuat konsignes/pedoman tugas bagi
anggota yang bertugas pada pos
pemeriksaan seperti melakukan razia
dengan sasaran khusus/tertentu (senjata
api, senjata tajam, identitas, dan lain-lain);
b) memberlakukan pembatasan dan pengamanan
mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke
daerah konflik;
c) menentukan jalan keluar masuk kendaraan ke
lokasi konflik;
d) melarang orang atau kendaraan yang tidak
berkepentingan untuk memasuki lokasi tempat
terjadinya konflik; dan
e) apabila diperlukan dapat dilakukan patroli
Sabhara dan Brimob dalam skala besar, dengan
sasaran pada pos pemeriksaan yang telah
ditentukan;
3) mencegah terjadinya konflik susulan, dengan cara:
a) melakukan pengamanan agar tidak terjadi aksi
balas dendam, baik berupa kekerasan fisik
terhadap orang maupun barang, sekalipun terjadi
di luar wilayah konflik, dengan cara:
(1) patroli selektif dan intensif pada sasaran
tertentu yang menjadi pusat berkumpulnya
massa, dengan kegiatan:
(a) menugaskan personel patroli dalam
jumlah yang cukup;
(b) memperhatikan kewaspadaan dan
saling mengamankan untuk
menghindari serangan mendadak;
(c) melakukan patroli dengan rute yang
tidak tetap; dan
(d) melakukan komunikasi dengan warga
setempat;
(2) penjagaan tempat atau objek yang menjadi
sasaran aksi massa, dengan kegiatan:
(a) membuat pos penjagaan sementara
pada tempattempat strategis untuk
146 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

memudahkan pengawasan;
(b) menempatkan jumlah personel yang
cukup pada pos penjagaan yang telah
dibuat; dan
(c) membuat konsignes/pedoman tugas
bagi petugas jaga dalam menghadapai
kondisi tertentu;
b) melakukan deteksi terhadap para pihak yang
berkonflik, untuk mengetahui isu, aspirasi yang
berkembang, dan rencana yang akan dilakukan
oleh setiap pihak, termasuk adanya agenda
tersembunyi sehingga dapat dilakukan langkah
antisipasi;
c) segera melakukan konter terhadap isu provokatif
yang berkembang, baik melalui SMS, media
cetak dan elektronik;
d) melakukan bimbingan, penyuluhan, dan
pendekatan guna memberikan penyadaran
kepada kedua pihak untuk tidak saling
bermusuhan, tidak saling dendam, dan tidak
saling emosi;
e) melakukan tindakan tegas dan memproses
secara hukum terhadap orang yang sengaja
melakukan perbuatan yang memancing
terulangnya konflik.

4. Pemulihan Pascakonflik

Pemulihan pascakonflik merupakan serangkaian kegiatan untuk


mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak
harmonis dalam masyarakat akibat konflik menuju ke keadaan
semula, melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Kegiatan Rekonsiliasi

1) mediasi perundingan damai secara permanen,


meliputi:
a) mengajak para pihak yang berperan dalam
konflik untuk berdamai dan merumuskan butir-
butir kesepakatan perdamaian;
b) melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh yang
diterima oleh para pihak yang berkonflik guna
memberikan pemahaman dan mendorong
terwujudnya perdamaian;
c) memberdayakan pranata sosial dan/atau pranata
adat serta memperhatikan kearifan lokal dalam
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 147
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pelaksanaan perundingan;
d) membuat kesepakatan bersama dengan
mengikutsertakan para pihak yang berkonflik,
tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama,
tokoh pemuda, pemerintahan daerah dan instansi
terkait lainnya;
e) memonitor dan mengawasi pelaksanaan
kesepakatan bersama yang telah ditandatangani;
f) hindari sejauh mungkin proses perdamaian yang
mensyaratkan dihapuskannya proses penegakan
hukum bagi pelaku pelanggaran hukum yang
menimbulkan korban jiwa; dan
g) mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum
pada saat perundingan damai berlangsung,
antara lain penganiayaan, perusakan dan
pembakaran.

2) memfasilitasi pemberian restitusi baik yang dilakukan


oleh pemerintah, Pemda, maupun para pihak, dengan
cara:
a) membantu pemberian data korban jiwa (luka dan
meninggal dunia) dan korban kerugian materiil
akibat konflik;
b) mengamankan dan mengawasi pelaksanaan
pemberian restitusi agar tepat sasaran dan tidak
disalahgunakan;
c) melakukan penegakan hukum terhadap pelaku
yang menyalahgunakan pemberian restitusi.

b. Kegiatan Rehabilitasi

1) pemulihan situasi keamanan dan ketertiban


masyarakat yang meliputi:
a) melakukan pengawasan dan pengamanan pada
daerah pascakonflik, dengan cara:
(1) patroli, dan bila diperlukan
mengikutsertakan unsur TNI dan/atau pihak-
pihak yang berkonflik;
(2) penjagaan pada pos-pos pengamanan, baik
pos tetap maupun pos sementara;
(3) pemeriksaan atau razia pada pos
pemeriksaan pada pintu ke luar/masuk
daerah pascakonflik; dan
(4) pengamanan terbuka dan tertutup pada
kegiatan masyarakat dan pemerintah di
148 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

daerah pascakonflik;
b) melakukan kegiatan sambang dan patroli pada
komunitas pihak-pihak yang berkonflik;
c) meningkatkan kegiatan Polmas di daerah
pascakonflik;

2) melakukan kegiatan bakti sosial dan kesehatan pada


daerah pascakonflik, dengan cara:
a) menugasi tenaga medis Polri untuk membantu
melakukan pengobatan terhadap korban dan
pengungsi;
b) menugasi psikolog Polri untuk membantu
pemulihan psikologis korban dan kelompok
rentan, khususnya perempuan dan anak-anak;
c) membantu Pemerintah dan Pemda untuk
kelancaran dan pengamanan penyaluran bantuan
sosial;
d) membantu Pemerintah dan Pemda dalam
penanganan dan pengamanan para pengungsi;
dan
e) membantu Pemerintah, Pemda dan masyarakat
untuk membersihkan puing-puing dan sampah
akibat konflik atau kerusuhan;

3) memperbanyak kegiatan simpatik, dengan cara:


a) melakukan pembinaan masyarakat yang dapat
memperkuat relasi sosial para pihak yang
berkonflik, melalui kegiatan olahraga bersama,
kesenian, keagamaan, kerja bakti dan kegiatan
sosial lainnya;
b) membantu proses pengembalian dan pemulihan
aset korban konflik;
c) mendorong Pemerintah dan Pemda untuk
membuat program harmonisasi sosial pada
masyarakat bawah di daerah pascakonflik,
termasuk mengoordinasikan LSM, Ormas,
perguruan tinggi, dan pihak lain yang akan
membantu proses pemulihan;

c. Kegiatan Rekonstruksi

Kegiatan rekonstruksi dilakukan di daerah pascakonflik


dengan tujuan untuk percepatan perbaikan sarana
prasarana, dengan cara membantu:
1) pengamanan kegiatan rekonstruksi yang dilakukan
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 149
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

oleh Pemerintah dan Pemda di daerah pascakonflik;


2) perbaikan lingkungan tempat tinggal, fasilitas umum,
dan fasilitas sosial yang rusak;
3) pemulihan dan penyediaan akses pendidikan,
kesehatan, dan mata pencaharian;
4) pemulihan dan peningkatan fungsi pelayanan publik di
lingkungan dan/atau daerah pascakonflik; dan
5) perbaikan dan pemulihan tempat-tempat ibadah yang
rusak akibat konflik.

150 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 3
KOMUNIKASI MEDIA SOSIAL

1. Konsep Media Sosial dan Counter Opini

a. Pengertian media sosial

Sebuah media online, dengan para penggunanya bisa


dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media
sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial
dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web
yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa


membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan
teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan
Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak
dan media broadcast, maka media sosial menggunakan
internet.

Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk


berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback
secara terbuka, memberi komentar, serta membagi
informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Saat
teknologi internet dan mobile phone makin maju maka
media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk
mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan
dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan
sebuah mobile phone.

Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial


mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus
informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di
Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai
tampak menggantikan peranan media massa konvensional
dalam menyebarkan berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan


semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk
memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran
dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang
banyak, maka lain halnya dengan media.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 151


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Seorang pengguna media sosial bisa mengakses


menggunakan sosial media dengan jaringan internet bahkan
yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa
alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita
sebagai pengguna sosial media dengan bebas bisa
mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan,
gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.

b. Ciri-ciri media sosial


1) Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu
orang saja namun bisa keberbagai banyak orang
contohnya pesan melalui SMS ataupun internet;
2) Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui
suatu Gatekeeper;
3) Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di
banding media lainnya;
4) Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

c. Pertumbuhan media sosial


Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan
semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk
memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran
dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang
banyak, maka lain halnya dengan media.

Seorang pengguna media sosial bisa mengakses


menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan
yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa
alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna
media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan,
memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya.

d. Peran dan fungsi media sosial


Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif
karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan
promosi bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang
sangat diperlukan oleh pemasaran bagi banyak perusahaan
dan merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau
pelanggan dan klien.

Media sosial sperti blog, facebook, twitter, dab youtube


memiliki sejumlah manfaat bagi perusahaan dan lebih cepat
dari media konvensional seperti media cetak dan iklan TV,
brosur dan selebaran.

Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan


media konvensional, antara lain:
152 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Kesederhanaan
Dalam sebuah produksi media konvensional
dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan
keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan
media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk
orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang
dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.
2) Membangun Hubungan
Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi
untuk berinteraksi dengan pelanggan dan
membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan
sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan
mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak
dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan
hal tersebut, media tradisional hanya melakukan
komunikasi satu arah.
3) Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global
tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan
memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat
mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas
dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan
untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen
pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk
mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.
4) Terukur
Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan
dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat
mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan
media konvensional yang membutuhkan waktu yang
lama.

Ketika kita mendefinisikan media sosial sebagai sistem


komunikasi maka kita harus mendefinisikan fungsi-fungsi
terkait dengan sistem komunikasi, yaitu:
1) Administrasi
Pengorganisasian proofil karyawan perusahaan dalam
jaringan sosial yang relevan dan relatif dimana posisi
pasar anda sekarang. Pembentukan pelatihan
kebijakan media sosial, dan pendidikan untuk semua
karyawan pada penggunaan media sosial.
Pembentukan sebuah blog organisasi dan integrasi
konten dalam masyarakat yang relevan. Riset pasatr
untuk menemukan dimana pasar anda.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 153


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Mendengarkan dan Belajar


Pembuatan sistem pemantauan untuk mendengar apa
yang pasar anda inginkan, apa yang relevan dengan
mereka.
3) Berpikir dan Perencanaan
Dengan melihat tahap 1 dan 2, bagaiman anda akan
tetap didepan pasar dan begaiman anda
berkomunikasi ke pasar. Bagaiman teknologi sosial
meningkatkan efisiensi operasional hubungan pasar.
4) Pengukuran
Menetapkan langkah-langkah efektif sangat penting
untuk mengukur apakah metoda yang digunakan, isi
dibuat dan alat yang anda gunakan efektif dalam
meningkatkan posisi dan hubungan pasar anda.

e. Pengertian counter opini


Berkembangnya informasi di ranah publik dengan variasi
gaya bahasa berimplikasi pada munculnya beragam
persepsi pada masyarakat. Polri sebagai salah satu sumber
informasi media, juga dapat terimbas dengan gaya menulis
setiap media. Tidak jarang dari sebuah isu akan muncul
beberapa persepsi, hal itu dikarenakan media menulis dan
menyebarkan berita dilihat dari segala sisi. Satu isu
berkembang menjadi beragam informasi, apabila informasi
tersebut di munculkan setiap hari maka akan membentuk
opini publik.

Informasi kepolisian yang langsung disampaikan oleh


pejabat Polri merupakan berita resmi yang sudah dijamin
kebenarannya. Namun, terkadang informasi tersebut
dipelintir oleh media yang menjadi blunder seolah
memojokan Polri. Hal ini dapat merugikan Polri, oleh karena
itu perlu untuk dilakukan upaya counter opini.

Counter opini adalah upaya untuk menanggapi serangkaian


pesan negatif dalam bentuk narasi, video, gambar yang
bertujuan mendiskreditkan Polri. Pihak-pihak yang ingin
mendiskreditkan Polri, yang ingin melemahkan Polri
berupaya menggulirkan pesan-pesan negatif kepada
masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat terpengaruh
dan mendukungnya. Pesan atau informasi yang
disampaikan bisa terselubung atau terang-terangan. Dalam
konteks ini, dibutuhkan kepekaan dari Polri untuk
menanganinya melalui upaya counter opini.

154 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f. Tujuan counter opini.


Penyebaran pesan atau informasi di publik yang tidak bisa
dikontrol, berimplikasi pada maraknya berita-berita yang
terkadang menyudutkan Polri. Pihak ektrimis memanfaatkan
berkembangnya media sosial dan online untuk
memudahkan tujuannya. Pemberitaan yang sengaja
digulirkan guna melemahkan Polri banyak bermunculan,
dapat berbentuk narasi, gambar dan video yang isinya
mendiskreditkan Polri.

Mencermati kondisi demikian, Polri harus mampu membuat


berita tandingan dengan berisi informasi yang benar serta
memunculkan berita positif secara terus menerus sehingga
berita negatif Polri akan hilang dengan sendirinya. Dalam
konteks demikian maka counter opini memiliki tujuan untuk
menutup, mematahkan dan menggeser informasi yang
mendiskreditkan institusi Polri.

g. Tema dan simbol.


Kita hidup ditengah banyaknya permasalahan sosial seiring
dinamika kehidupan. Keteraturan yang didambakan
masyarakat sering diwarnai dengan ketidakharmonisan,
sengketa, perselisihan, adu domba bahkan saling
membunuh. Inilah kehidupan yang sebenarnya, sebagian
orang menginginkan kehidupan yang aman, tertib dan
damai. Sebaliknya, sebagian lagi menginginkan memecah
situasi damai dengan aksi-aksi yang dapat merugikan
masyarakat lainnya.

Misalnya dalam aksi 411 dan aksi 212 di bunderan HI,


Jakarta Pusat, didalam aksi tersebut terdapat tema dan
simbol. Temanya adalah kasus penistaan agama, sedang
simbolnya dengan gambar Ahok berada di dalam terali besi
(penjara) dan gambar lainnya. Dalam sebuah aksi yang
dilakukan kelompok tertentu, mereka talah melakukan
perencanaan matang dengan melakukan tindaka-tindakan
tersembunyi untuk mempengaruhi masyarakat.

Tema adalah kalimat persuasif yang digunakan untuk


menyampaikan pesan kepada audiens. Kalimat ini memuat
kekurangan dan pokok permasalahan dari suatu isu yang
sedang trend (trending topik) yang akan di kembangkan dan
disebarluaskan. Kalimat ini juga mencakup keseluruhan
informasi tentang suatu pandangan yang akan disampaikan
kepada masyarakat atau para penerima pesan/informasi.

Sedangkan simbol merupakan data pendukung dari tema


yang berbentuk gambar, bentuk atau benda yang mewakili
suatu gagasan. Sebuah arti untuk menyampaikan tema

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 155


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sketsa atau karikatur untuk mendukung tema/ kata-kata.


Simbol juga digunakan sebagai alat bantu untuk memberi
penekanan/ pengingat pada tema yang ditampilkan dalam
serangkaian pesan. Simbol harus memiliki arti dan
popular/familiar disesuaikan dengan sasaran yang dituju,
misalnya untuk kalangan anak-anak, remaja dan dewasa,
agar pesan dapat tersampaikan secara efektif.

h. Propaganda.
Pesan atau informasi yang sengaja disebarkan dengan
tujuan mendiskreditkan Polri disebut propaganda.
Propaganda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2015
menjelasakan yaitu, penerangan (paham, pendapat,narasi)
yang benar maupun salah yang dikembangkan dengan
tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap
atau tindakan tertentu (biasanya disertai dengan informasi
yang tidak logis).

2. Manfaat Komunikasi Media Sosial di Polri.

a. Sentimen Publik Tidak Berimbang, “Jangan Sampai


Masyarakat kehilangan Kepercayaan”

Analisis dampak perubahan sosial masyarakat yang


dinamis, Dinamika Organisasi dan pesatnya perkembangan
media sosial telah nyata mampu mempengaruhi sentimen
publik terhadap polri, Oleh karena itu kepercayaan
masyarakat (trust) harus tetap di pelihara, ” Jangan sampai
masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap Polri”.

Beberapa catatan dan rentetan tantangan Polri dalam


mempertahankan reputasi dan kepercayaan masyarakat,
menjadi sebuah pertanyaan analisis ketidak berdayaan Polri
keluar dari krisis dan tekanan publik yang terbangun melalui
sebuah bangunan opini yang dimunculkan melalui Media,
baik dalam konteks media berita maupun media sosial.
Misalnya, ketidak mampuan Polri dalam hal counter opini
negatif, ketidak mampuan polri dalam mengelola berita dan
media setting membuat berita yang diterima publik tidak
berimbang menjadi salah satu penyebab utamanya.

Kita lihat bagaimana tidak berdayanya Polri ketika secara


masif, opini negatif menyerang institusi Polri dalam friksi
cicak dan buaya jilid 1 dan 2, juga bagaimana ketidak
berdaya nya Polri ketika proses pengungkapan kasus
pidana yang melibatkan oknum- oknum Instansi Penegak
hukum lain. Kemudian di hentikan dengan berbagai alasan
dan salah satunya adalah karena “tekanan publik”, lagi lagi
dampak setting an opini yang dibangun melalui media berita
156 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan media sosial telah mampu mempengaruhi sebuah


keputusan sebuah proses peradilan, , bahkan seolah-olah
“Opini telah mengalahkan hukum sebagai panglima dalam
penegakan hukum”

Dampak dari itu semua adalah sentimen publik terhadap


Polri kurun waktu tahun 2014 menurun tajam berdasar
Data IMM ( Intelegen Media Manajemen ) tahun 2015 di
pemberitaan media tentang sentimen publik terhadap Polri
masih jauh dari harapan 42 % positif dan 58 % negatif ,
sangat tidak berimbang, padahal Polisi sudah banyak
berbuat untuk menjaga keamanan di negeri ini, mengapa
hal ini terjadi ? salah satu nya karena arus informasi yang
dirilis media dan di terima masyarakat lebih banyak
memberitakan Bad news Polri atau berita negatif Polri

b. Pesatnya Perkembangan Media Sosial, Polri harus dapat


mengambil keuntungan dari hadirnya media sosial “Jangan
Biarkan Opini tidak di jawab”.

Media sosial adalah media yang paling banyak di gunakan


publik, medsos telah menawarkan cara membangun
komunikasi, merubah pola interaksi sosial, cara
berkomunikasi lebih efektif, mengubah dengan cepat
perilaku dan gaya hidup, membangun komunitas serta
mampu membentuk persepsi dan opini publik secara cepat

Melalui pembentukan opini publik di medsos secara


terstruktur dan masif, dapat dipergunakan untuk
kepentingan memutar balikkan fakta yang sebenarnya
seperti halnya kelompok tertentu yang ingin menggunakan
medsos untuk kepentingan ingin menjatuhkan citra Polri.
Sebagai contoh pengawalan Lamborgini oleh Polisi, dengan
maksud agar kelompok itu tidak liar di jalan, justru opini
yang timbul adalah “kalau orang kaya, melanggar di kawal”
hal ini timbul sebagai akibat publik menerima pesan tidak
berimbang dan berita riilis Polri tidak di terima secara baik,
akurat dan utuh.

Berkacamata dari kasus-kasus diatas, Polri harus respek


terhadap kekuatan medsos untuk dapat memberdayakan
medsos sebagai suatu kekuatan sekaligus membangun dan
menyiapkan strategi untuk menyampaikan informasi secra
berimbang, menjaring aspirasi dan harapan masyarakat
sekaligus memanfaatkannya untuk mencounter berita
negative, media setting yang cenderung banyak
memojokkan Polri.

Jangan biarkan Opini tidak dijawab, opini akan selalu


berkembang mencari jawabannya tanpa kendali dengan

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 157


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berbagai penilaian sendiri, setiap opini harus di jawab


secara sistematis, cepat dan akurat agar masyarakat
menerima informasi secara berimbang

“Jika Polisi tidak aktif di sosial media, yang lain akan


mengisi kekosongan itu” (Riset Dr. Sebastian Denef dari
Institute Fraunhover, 2011), mengandung makna apabila
Polisi tidak memanfaatkan Keuntungan dari media sosial,
maka “kekuatan lain” yang akan mengambil keuntungan itu
untuk kepentingan Polisi sangat diuntungkan adanya
keberadaan media sosial, maka polisi harus dapat
mengambil keuntungan itu sebagai media efektif dan
efisien.

c. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Polri belum di


manfaatkan secara maksimal menjadi follower yang militan
dalam medsos.

Apabila kita menghitung angka jumlah anggota Polri di


Indonesia saat ini yaitu sekitar 430.000 personil Polri,
apabila di lihat dari rasio kekuatan fisik dengan jumlah
penduduk memang masih kurang, namun saat ini adalah
abad asimetri, dimana melalui media sosial penguasaan
opini publik dapat dengan mudah tercover. Medsos akan
menjadi kartu truff bagi keberhasilan Polri dalam
menjalankan visi, misi dan strateginya.

Tidak ada yang tidak melek Media sosial saat ini, termasuk
bagi anggota Polri sendiri. Apabila seluruh anggota polri
adalah follower Medsos Polri yang militan, ketika ada berita
yang menggiring opini negatif, semua anggota polri secara
serentak bersama sama melakukan upaya counter opini.
Kekuatan opini ini akan lebih kuat dan dasyat lagi bila di
tambah dengan anak istri polisi, Keluarga Besar Polri dan
Mitra Polri serta komunitas-komunitas yang tergalang
secara militan. Apabila semua komponen tadi dapat di
manfaatkan secara maksimal dalam wadah media sosial,
Posisi Polri akan tampak begitu tangguh dan luar biasa
besar untuk melakukan sebuah perubahan.

d. Polisi adalah Sumber Berita

Sejatinya Polisi adalah sumber berita dan pemberitaan yang


menarik bagi publik . Namun, ketika prosentase
pemberitaan Polri hanya terekspos keburukan kinerja polisi
saja sedangkan kegiatan positif dan keberhasilan polri tidak
banyak dipublikasikan, yang terjadi adalah arus informasi
yang tidak berimbang.

158 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Polri bukan hanya menyediakan berita bagi Media lain,


tetapi harus mampu mengolah dan mengelola sendiri berita
Polri “

Mainset yang telah di tanamkan oleh media kepada publik


terfokus pada keburukan polri, sedangkan usaha dan
kegiatan dalam mencapai keamanan warga masyarakat
dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak menarik untuk di
publikasikan. Lantas pertanyaannya, adalah “kekosongan
itu siapa yang akan mempublikasikan? , Polisi lah yang
harus mempublikasikannya yaitu dengan mengolah dan
mengelola berita sendiri di media nya sendiri baik dalam
skala daerah, nasional atau bahkan internasional dengan
memanfaatkan sumber daya yang sangat melimpah di Polri.

e. Merubah Pesimisme atas media yang di buat oleh Polri.


Polisi tidak dididik menjadi jurnalis.

Aroma Pesimis seperti itu bahkan sering kali kita dengar


dalam berbagai diskusi dan seminar yang melibatkan
media. Namun bukankah UU No. 14 tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi publik mewajibkan polisi untuk
membuka diri secara transparan, untuk selalu memberikan
informasi yang dibutuhkan masyarakat setiap saat,
informasi serta merta dan informasi yang di kecualikan

Memang polisi tidak didik untuk menjadi jurnalis, tetapi polisi


mengemban juga mengemban fungsi jurnalis . Soal apakah
Berita yang di tulis polisi menarik atau tidak hal itu terkait
dengan bagaimana Polisi dapat mengemas berita itu
semenarik mungkin, mendesain berita sesuai keinginan
publik sehingga menjadi Produk yang Populer di
masyarakat dan dapat di terima oleh masyarakat. Atau
dengan kata lain masuk dalam ranah publik.

f. Publik Mempunyai Pilihan Menafsirkan Berita

Polri harus mampu memanfaatkan peluang bahwa publik


saat ini tidak bergantung kepada wartawan atau sarana
media mainstream sebagai sarana tukar informasi

Publik saat ini mencari berita melalui medsos dengan


mencari pada mesin pencari berita tidak bergantung apakah
yang menulis itu seorang jurnalis atau wartawan atau tidak,
namun publik lebih meyakini berita yang menurut publik di
yakini akan kebenarannya.

Bukan hanya membaca berita yang di beritakan media


cetak atau online namun komunity sharing, tukar menukar
informasi, berpendapat dalam medsos menjadi pilihan yang
lain untuk mendapatkan berita sesuai yang di harapkan.
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 159
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Hal ini juga merupakan peluang bagi polri untuk mengolah


dan mengelola berita melalui berbagai sarana media sosial

g. Analisis Media di pengaruhi dari Berita di Media, Perlunya


Pembentukan Opini tentang Polisi Bersih, humanis,
penolong dan Sahabat Rakyat

Jurgen Habermas” Tidak ada pengetahuan yang berdiri


sendiri, tanpa didampingi oleh kepentingan. Begitu juga
banyak lembaga analisis dengan berbagai kepentingannya,
semakin berita tidak beimbang di media, analisis pada
suatu peristiwa pun dapat menjadi pengadilan publik dan
pengadilan media. Sehingga muncul

Istilah pembunuhan karakter atau penghancuran reputasi


yang belakangan ini sering digunakan dengan
menggunakan analisis media untuk memojokkan citra
seseorang maupun Lembaga

Masyarakat sangat mengharapkan Polri yang bersih, polisi


yang dapat menuntaskan berbagai persoalan kamtibmas.
Polisi humanis, sebagai penolong dan sahabat masyarakat.
Hal ini perlu terus di publikasikan terus menerus baik dari
media itu sendiri, juga analisis dari para praktisi dan
akademis.

Semakin kuat media mempublikasikan, secara Viral akan


semakin kuat dukungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap Polri.

3. Metoda dan Cara Bertindak Dalam Counter Opini.

a. Metoda Counter Opini.

Ketika banyak serangan berita yang ingin melemahkan Polri


dari kaum ekstrimis, maka yang dapat dilakukan adalah
dengan tetap melaksanakan tugas pokok sebaik-baiknya.
Beberapa hal yang dilakukan oleh Polri adalah sebagai
berikut:
1) Polisi tetap melakukan tugasnya dengan menjaga
keamanan masyarakat.
2) petugas kepolisian akan tetap melindungi
masyarakatnya walaupun berbeda keyakinan.
3) Polri menyampaikan bahwa ajaran semua agama
tidak mengijinkan umatnya saling
menyerang/menghina agama lain.

160 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Metoda Berbasis Logika.


a) Pesan: Tindakan tertentu harus diambil untuk
mencegah malapetaka.
b) Digunakan oleh kelompok ekstrimis: Jihad
dengan kekuatan senjata untuk membela umat
Islam adalah wajib dan merupakan bagian
integral dari Islam.
c) Kemungkinan Kontra Pesan:
Kebanyakan pelaku terorisme di Indonesia
adalah islam radikal dan korbannya adalah
banyak yang beragama muslim. Metoda
Penghargaan.
a) Pesan yang diusung: Kita akan menang atas
pemerintah.
b) Digunakan oleh Ekstrimis: Menghilangkan
penindasan oleh Polisi akan memungkinkan
Indonesia untuk memperkuat dirinya melalui
Jihad yang keras, yang akan dihargai oleh Allah
lebih dari berpuasa, berdoa atau sedekah.
c) Kemungkinan Kontra Pesan:
(1) Kepolisian melindungi Muslim dan non-
Muslim Indonesia. tugas mereka adalah
melindungi seluruh warga Indonesia.
(2) Kekerasan melanggar hukum, hukum
negara, dan hukum semua agama.
(3) Menghilangkan pemerintahan sekarang
akan menghilangkan seluruh jerih payah
hasil politik dan ekonomi yang telah
dibentuk selama berpuluh tahun.

b. Cara Bertindak dalam Counter Opini.

1) Beritahukan pimpinan tentang propaganda yang


sedang berlangsung.
2) App anggota atas temuan yang didapat.
3) Rekomendasikan counter opini terhadap
pesan/informasi pihak ekstrimis. Tentunya dengan
melakukan diseminasi informasi yang didukung
dengan fakta dan jujur, dengan tanpa membahayakan
tugas-tugas kepolisian.
4) Merekomendasikan tanggapan yang humanis, tidak
berakibat blunder dan tidak memunculkan wacana-
wacana yang berujung riuh di media.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 161


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Siapkan poin penting dalam skenario yang berbeda,


yang berhubungan dengan aksi terkait
6) Cepat buat kesimpulan dengan fakta sebenarnya dan
kredibel serta cara untuk menindaklanjuti setiap aksi.
7) Tepat waktu dan secara berkala mengeluarkan fakta
yang relevan kepada masyarakat.
8) Informasikan kepada masyarakat bahwa akan ada
pengarahan penuh setelah proses penyidikan selesai.
9) Siapkan pengarahan/siaran berita/press rilis.

CONTOH COUNTER OPINI :


Peristiwa Bom Thamrin

162 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dalam peristiwa tersebut banyak informasi liar yang


beredar, yaitu adanya hoax bahwa kedutaan AS sudah
mengetahui lebih awal peristiwa tersebut. Selain itu media
TV menyiarkan adanya ancaman bom di Slipi dan
Kuningan. Selain itu di media sosial juga banyak
memberitakan bahwa ini adalah pengalihan isu terkait
perpanjangan kontrak Freeport.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 163


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

164 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

T
i
ndakan yang dilakukan Divisi Humas Polri:
1) Melakukan update kondisi di lapangan melalui medsos
secara berkala, yang terdiri dari: adanya peristiwa bom
di Thamrin, Jumlah Korban dan pelaku serta tempat
dirawatnya. statement presiden terkait peristiwa
pengeboman
2) Membuat gerakan hashtag #KamiTidakTakut dan
membuat broadcast message kepada grup tokoh
masyarakat dan artis untuk aksi #KamiTidakTakut

Dengan update dan aliran informasi tersebut akhirnya


masyarakat mengapresiasi tindakan Polri. Dan masyarakat
lupa akan teror yang telah dibuat oleh Teroris.

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 165


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

166 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Contoh terbaru

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 167


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

168 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 169


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Komunikasi sosial adalah hubungan interaksi terhadap
masyarakat yang bersifat komplek yang dipengaruhi oleh hal-hal
dan situasi disekitarnya.

2. Fungsi Komunikasi Sosial


a. Pembentukan konsep diri;
b. Pernyataan eksistensi diri;
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan
memperoleh kebahagiaan.

3. Prinsip-Prinsip Dalam Komunikasi Sosial


a. Komunikasi adalah suatu proses simbolik;
b. Setiap Perilaku mempunyai Potensi Komunikasi;
c. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan;

d. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat


kesengajaan;
e. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.

4. Komponen komunikasi efektif

a. Encoding;
b. Decoding;
c. Konteks (Context);
d. Bahasa Tubuh (Body Language);
e. Gangguan/Hambatan (Interference);
f. Pikiran Terbuka (Be Open-minded);
g. Mendengar Aktif (Active Listening);
h. Refleksi.

5. Teknik komunikasi efektif

Teknik pada saat berbicara di depan umum, antara lain:

a. Menggunakan bahasa yang dapat dipahami/dimengerti oleh


pendengar. Bila menggunakan istilah asing dianjurkan
disertai dengan penjelasan artinya;
b. Memahami betul tujuan pembicaraan, dimaksudkan agar
memberikan arah dalam ungkapan-ungkapan pembicaraan;

170 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Pembicaraan memuat/berisi informasi yang baru, aktual


dan menarik;
d. Pembicaraan harus dapat menarik minat pendengar. Dalam
berbicara ada variasi yang dapat menarik perhatian
sehingga meningkatkan minat para pendengar;
e. Memberikan kesan yang mengesankan pada setiap
ungkapan, agar dapat efektif tidak perlu harus objektif dalam
pembicaraan;
f. Menghimbau orang lain berbuat sesuatu;
g. Memanfaatkan semaksimal mungkin kelebihan yang ada
pada diri kita, seperti : kerlingan mata, senyum, kerapihan,
dan lain-lain;
h. Mengemukakan expresi wajah sesuai dengan situasi yang
sedang digambarkan;
i. Dalam berbicara jangan terlalu sarat dengan gagasan/ide.
Pembicaraan yang terlalu sarat dengan ide/gagasan akan
memberikan beban yang cukup berat kepada
pendengarnya;
j. Mengatur alunan suara secara teratur dan berirama.

6. Identifikasi potensi konflik merupakan serangkaian kegiatan


yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
menemukan potensi konflik yang ada melalui langkah
inventarisasi, penelitian, dan penentuan prioritas penanganannya.

7. Pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik melalui peningkatan
kapasitas kelembagaan dengan memelihara kondisi damai dalam
masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan
secara damai, meredam potensi konflik, dan membangun Sistem
Peringatan Dini (SPD).

8. Penghentian konflik merupakan serangkaian kegiatan untuk


mengakhiri kekerasan, menyelamatkan korban, membatasi
perluasan dan eskalasi konflik, serta mencegah bertambahnya
jumlah korban dan kerugian harta benda melalui tindakan
negosiasi (soft power) hingga tindakan tegas terukur (hard power)
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Penghentian Kekerasan Fisik

1) menghentikan kekerasan fisik melalui mediasi para


pihak dengan mengikutsertakan pranata adat dan/atau
pranata sosial;
2) dalam hal mediasi belum mencapai kesepakatan,
harus diupayakan melalui negosiasi untuk
PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 171
HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mendapatkan hasil yang dikehendaki;


3) dalam hal negosiasi tidak berhasil dicapai, Polri
mengimbau kepada para pihak yang berkonflik untuk
menahan diri dan tidak melakukan perbuatan atau
tindakan yang melanggar hukum;
4) apabila imbauan tidak dipatuhi dan kekerasan masih
berlanjut, dikeluarkan maklumat untuk diumumkan atau
disebarluaskan kepada masyarakat;
5) menghentikan kekerasan fisik melalui penggelaran
kekuatan Polri;
6) prosedur penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian berpedoman pada tahapan :
a) tahap I, kekuatan yang memiliki dampak
deterrent/pencegahan;
b) tahap II, perintah lisan;
c) tahap III, kendali tangan kosong lunak;
d) tahap IV, kendali tangan kosong keras;
e) tahap V, kendali senjata tumpul atau tongkat
polisi dan senjata kimia (semprotan air, gas air
mata atau alat lain sesuai standar Polri);
f) tahap VI, kendali dengan menggunakan senjata
api;
7) melakukan tindakan tegas dan terukur kepada para
pihak yang berkonflik dengan mempedomani
ketentuan;
8) meminimalkan korban akibat dari tindakan kepolisian;
9) melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku
pelanggar hukum.

b. Penyelamatan dan Perlindungan Terhadap Korban

1) memberikan pertolongan dan evakuasi korban konflik


secara cepat dan tepat;
2) melakukan identifikasi terhadap korban konflik, baik
korban meninggal maupun luka-luka;
3) membentuk Posko pengaduan orang hilang akibat
konflik;
4) membantu Pemda/instansi terkait dalam hal:
a) menyiapkan tempat pengungsian yang aman bagi
kelompok yang terdesak;
b) menentukan tempat perawatan medis;

172 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) mendirikan dapur umum;


d) menghimpun dan menyalurkan bantuan
dukungan logistik untuk para korban konflik;
e) menetapkan lokasi pos komando pengendali
lapangan dan pusat informasi atau crisis center
apabila diperlukan.

c. Membatasi Perluasan Area dan Mencegah Terulangnya


Konflik

9. Pemulihan pascakonflik merupakan serangkaian kegiatan untuk


mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak
harmonis dalam masyarakat akibat konflik menuju ke keadaan
semula, melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Kegiatan Rekonsiliasi
b. Kegiatan Rehabilitasi
c. Kegiatan Rekonstruksi

10. Sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan


mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial
dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain
mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan
teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif.

11. Counter opini adalah upaya untuk menanggapi serangkaian


pesan negatif dalam bentuk narasi, video, gambar yang bertujuan
mendiskreditkan Polri. Pihak-pihak yang ingin mendiskreditkan
Polri, yang ingin melemahkan Polri berupaya menggulirkan
pesan-pesan negatif kepada masyarakat dengan tujuan supaya
masyarakat terpengaruh dan mendukungnya. Pesan atau
informasi yang disampaikan bisa terselubung atau terang-
terangan. Dalam konteks ini, dibutuhkan kepekaan dari Polri
untuk menanganinya melalui upaya counter opini.

12. Manfaat Komunikasi Media Sosial di Polri.


a. Sentimen Publik Tidak Berimbang, “Jangan Sampai
Masyarakat kehilangan Kepercayaan”
b. Pesatnya Perkembangan Media Sosial, Polri harus dapat
mengambil keuntungan dari hadirnya media sosial “Jangan
Biarkan Opini tidak di jawab”.
c. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Polri belum di

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 173


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

manfaatkan secara maksimal menjadi follower yang militan


dalam medsos.
d. Polisi adalah Sumber Berita
e. Merubah Pesimisme atas media yang di buat oleh Polri.
Polisi tidak dididik menjadi jurnalis.
f. Publik Mempunyai Pilihan Menafsirkan Berita
g. Analisis Media di pengaruhi dari Berita di Media, Perlunya
Pembentukan Opini tentang Polisi Bersih, humanis,
penolong dan Sahabat Rakyat

4. Metoda Counter Opini.

a. Polisi tetap melakukan tugasnya dengan menjaga


keamanan masyarakat.
b. petugas kepolisian akan tetap melindungi masyarakatnya
walaupun berbeda keyakinan.
c. Polri menyampaikan bahwa ajaran semua agama tidak
mengijinkan umatnya saling menyerang/menghina agama
lain.
d. Metoda Berbasis Logika.

5. Cara Bertindak dalam Counter Opini.

a. Beritahukan pimpinan tentang propaganda yang sedang


berlangsung.
b. App anggota atas temuan yang didapat.
c. Rekomendasikan counter opini terhadap pesan/informasi
pihak ekstrimis. Tentunya dengan melakukan diseminasi
informasi yang didukung dengan fakta dan jujur, dengan
tanpa membahayakan tugas-tugas kepolisian.
d. Merekomendasikan tanggapan yang humanis, tidak
berakibat blunder dan tidak memunculkan wacana-wacana
yang berujung riuh di media.
e. Siapkan poin penting dalam skenario yang berbeda, yang
berhubungan dengan aksi terkait.
f. Cepat buat kesimpulan dengan fakta sebenarnya dan
kredibel serta cara untuk menindaklanjuti setiap aksi.
g. Tepat waktu dan secara berkala mengeluarkan fakta yang
relevan kepada masyarakat.
h. Informasikan kepada masyarakat bahwa akan ada
pengarahan penuh setelah proses penyidikan selesai.
i. Siapkan pengarahan/siaran berita/press rilis.

174 PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Soal Latihan

1. Jelaskan pengertian komunikasi sosial!


2. Jelaskan fungsi komunikasi sosial!
3. Jelaskan prinsip komunikasi sosial!
4. Jelaskan komponen komunikasi efektif!
5. Jelaskan teknik komunikasi efektif!
6. Jelaskan identifikasi potensi konflik!
7. Jelaskan pencegahan konflik!
8. Jelaskan penghentian konflik!
9. Jelaskan pemulihan pasca konflik!
10. Jelaskan konsep media sosial dan counter opini!
11. Jelaskan manfaat komunikasi media sosial di Polri!
12. Jelaskan metoda dan cara bertindak dalam counter opini!

PENDIDIK MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK 175


HPP – LAT MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK

Anda mungkin juga menyukai