Anda di halaman 1dari 16

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN JENIS SEMI RIGID CONNECTION DAN RIGID

CONNECTION PADA STRUKTUR RANGKA BAJA YANG TAHAN TERHADAP BEBAN


GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN ABAQUS 6.7

Nama : Andi Zulfiana


NRP : 3109 106 036
Dosen Pembimbing : 1.Budi Suswanto, ST.,MT.,Ph.D.
2.Endah Wahyuni, ST.,Msc.,Ph.D.

Abstrak
Struktur baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik. Jika
dibandingkan dengan struktur beton, baja dinilai memiliki sifat daktilitas yang dapat dimanfaatkan
pada saat struktur memikul gaya gempa. Gempa Northridge pada tahun 1994 dan Kobe pada tahun
1995 menunjukka bahwa material baja tidak serta merta membuat struktur menjadi daktail. Untuk
menjamin struktur bersifat daktail, maka selain daktilitas material ( baja ) maka hal lain yang tidak
dapat diabaikan adalah menjamin sambungan agar tidak gagal pada saat terjadi beban gempa.
Dalam perencanaan struktur tahan gempa disyaratkan dengan ketat bahwa sambungan harus
direcanakan lebih kuat daripada komponen yang disambung, untuk menjamin bahwa selama gempa
terjadi, pelelehan tidak terjadi pada bagian sambungan, tetapi dibagian yag memang telah
direncanakan leleh pada struktur yang bersangkutan. Dalam SNI 03-1729-2002 dinyatakan bahwa
sambungan pada struktur pemikul gempa harus mengakomodasi terjadinya penyerapan energi yang
baik pada sendi plastis sesuai dengan kinerja struktur yang direncanakan. Kinerja ini dinyatakan
dengan besaran sudut rotasi plastis yang terbentuk diantara sumbu balok dan sumbu kolom.

Fokus pada penelitian pada Tugas Akhir ini adalah untuk mempelajari perilaku sambungan
terhadap beban gempa pada struktur rangka baja dengan merencanakan beberapa macam type
sambungan seperti Semirigid connection dan Rigid connection secara teoritis dan dengan
menggunakan software Abaqus 6.7.

1. Pendahuluan Semirigid connection dan Rigid connection,


1.1 Latar Belakang untuk gedung rangka baja. Kemudian kembali
Gempa Northridge pada tahun 1994 dan dibuat pemodelan sambungan pada software
Kobe pada tahun 1995 menunjukkan bahwa Abaqus 6.7 seperti pada perencanaan
material baja tidak serta merta membuat sebelumnya, hasilnya dianalisis dengan
struktur menjadi daktail. Untuk menjamin membandingkan terhadap hasil perencanaan
struktur bersifat daktail, maka selain daktilitas secara teorirtis sebelumnya. Tujuan dari
material (baja) maka hal lain yang tidak dapat analisa sambungan ini adalah untuk memilih
diabaikan adalah menjamin sambungan agar perencanaan sambungan yang cocok untuk
tidak gagal pada saat terjadi beban gempa. daerah rawan gempa.
Perencanaan struktur yang tahan terhadap
beban gempa didesain untuk menyediakan 2. Tinjauan Pustaka
daktilitas pada elemen yang disambung,
sehingga perlunya pemilihan sambungan yang 2.1 Umum
tepat untuk menjamin terjadinya sendi plastis Dalam perencanaan struktur tahan
pada daerah balok. (Budiono 2010) gempa disyaratkan dengan ketat bahwa
Fokus pada penelitian pada Tugas sambungan harus direncanakan lebih kuat
Akhir ini adalah untuk mempelajari perilaku daripada komponen yang disambung,
sambungan terhadap beban gempa. untuk menjamin bahwa selama gempa
Sambungan diharapkan bisa menahan beban terjadi, pelelehan tidak terjadi pada bagian
maksimum yang dipindahkan dari elemen sambungan, tetapi dibagian yag memang
yang disambungnya, sehingga mencegah telah direncanakan leleh pada struktur
perilaku inelastis yang dapat terjadi pada yang bersangkutan. Dalam SNI 03-1729-
sambungan tersebut. Direncanakan dan 2002 dinyatakan bahwa sambungan pada
dihitung kebutuhan sambungan dengan struktur pemikul gempa harus
mengakomodasi terjadinya penyerapan
beberapa macam type sambungan seperti

1
2

energi yang baik pada sendi plastis sesuai Beban hidup terdiri dari beban yang
dengan kinerja struktur yang diakibatkan oleh pemakaian gedung
direncanakan. Kinerja ini dinyatakan dan tidak termasuk beban mati, dan
dengan besaran sudut rotasi plastis yang beban akibat lingkungan (alam) seperti
terbentuk diantara sumbu balok dan sumbu beban angin, beban salju, beban hujan,
kolom. beban gempa atau beban banjir.

Daktilitas pada elemen yang Reduksi beban hidup :


disambung dianggap penting karena :

1. Kegagalan pada sambungan antara


dua elemen struktur dapat
menyebabkan pemisahan dari dua Dengan :
elemen tersebut sehingga terjadi
keruntuhan. L = Beban hidup desain tereduksi
2. Respon inelastik elemen lebih mudah yang ditumpu oleh komponen
diketahui. struktur.
3. Perilaku elastik elemen rangka baja
umumnya terjadi pada daerah dimana Lo= Beban hidup desain belum direduksi yang
distribusi regangan dan tegangan ditumpu oleh komponen struktu (lihat tabel
tidak menimbulkan tegangan triaksial. 2.1)
4. Tegangan dan regangan pada KLL = Faktor elemen beban hidup (lihat tabel
sambungan yang direncanakan tahan 2.2 ).
terhadap perilaku beban gempa, bisa AT = Luas tributary ( m2 )
menjadi cukup sulit dan berbeda dari
desain model sambungan sederhana Tabel 2.1 Beban Hidup Merata Maksimum.
yang umum digunakan. Lo, dan Beban Hidup Terpusat Minimum
5. Kegagalan pada sambungan struktur Fungsi Merata
rangka baja dapat membahayakan Bangunan Kantor. : ( Kg/m2)
stabilitas struktur dengan mengurangi 1. Ruangan arsip dan
pengekangan tekuk terhadap kolom komputer harus didesain
bangunan. berdasarkan beban yang
6. Perbaikan kerusakan akibat kegagalan lebih berat dari beban
sambungan lebih sulit pemakaian yang
menanggulanginya dan lebih mahal diantisipasi. 479
daripada memperbaiki elemen 2. Lobi dan koridor lantai 240
struktur yang mengalami lengkungan dasar. 383
akibat tekuk. (Tamboli 1999). 3. Kantor.
4. Koridor diataas lantai
2.2 Pembebanan dasar.
Perencanaan pembebanan pada struktur ini Tabel 2.2 Faktor Elemen Beban Hidup, KLL.
berdasarkan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983, Elemen KLL
RSNI 03-1727-1989 dan SNI 03-1726- Kolom –kolom dalam 4
2010. Pembebanan tersebut antara lain : Kolom-kolom luar tapa pelat 4
kantilever
 Beban Mati Kolom-kolom tepi dengan pelat 3
Beban mati adalah berat semua bagisn pelat kantilever.
dari struktur gedung yang bersifat Kolom-kolom sudut dengan 2
tetap, termasuk segala unsur pelat kantilever 2
tambahan, penyelesaian-penyelesaian Balok-balok tepi tanpa pelat 2
mesin mesin serta peralatan tetap yang kantilever.
merupakan bagian tak terpisahkan Balok dalam.
dari gedung itu. Semua komponen struktur yang
 Beban Hidup tidak tercantum diatas :
3

Balok-balok tepi dengan pelat Cm π 2 EI


kantilever. 1 B1 = ≥1 Ncrb =
 Nu  (kcL) 2
Balok-balok kantilever. 1 − 
Pelat-pelat satu arah.  Ncrb 
Pelat-pelat dua arah.
Komponen struktut tanpa
ketentuan ketentuan untuk Cm = 0,6 – 0,4(M1/M2)
penyaluran geser menerus tegak
lurus terhadap bentangnya. 1 1
B2 = B2 =
• Beban Angin  ∆oh   ΣNu 
1 − ΣNu  1− 
 ΣHL   ΣNcrs 
Tekanan tiup harus diambil minimum
25 kg/m2, kecuali tekanan tiup di laut
dan di tepi laut sampai sejauh 5 km
dari pantai harus diambil minimum 40 π 2 EI
Ncrs =
kg/m2. (kcL) 2
Koefisien angin untuk gedung tertutup
pada bidang-bidang luar, koefisien Persamaan Interaksi Tekan – Lentur
angin (+ berarti tekanan dan – berarti
isapan), adalah sebagai berikut : Nu
a.Jika ≥ 0,2 maka
Dinding vertikal : φNn
di pihak angin = + 0,9 ; di belakang
angin = - 0,4 Nu 8  Mux Muy 
+  + ≤ 1,0
φNn 9 φbMnx φbMny 
• Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban Nu
dinamis yang bekerja pada gedung b. Jika < 0,2 maka
atau bagian gedung yang menirukan
φNn
pengaruh dari gerakan tanah akibat
Nu  Mux Muy 
gempa itu. + + ≤ 1,0
Kombinasi Pembebanan : 2φNn φbMnx φbMny 
Untuk perhitungan secara AISC-
LFRD kombinasi yang digunakan 2.4 Klasifikasi jenis sambungan.
adalah Semua sambungan mempunyai tahanan
COMBO 1 : 1,4 D terhadap perputaran sudut ( kekangan)
COMBO 2 : 1,2 D + 1,6 L antara batang batang yang disambung bila
COMBO 3 : 1,2 D + 0,5 L + 1,3 ada beban yang bekerja padanya.
COMBO 4 : 1,2 D + 0,5 L + 1 E 2.4.1 Type sambungan
COMBO 5 : 0,9 D + 1 E Type sambungan berdasar atas
Dimana : D = Beban mati kemampuan terhadap perputaran dibagi 2
L = Beban hidup type yaitu:
W = Beban angin a. Type Fully Restrained ( FR ) adalah
E = Beban gempa. penahanan penuh atau kaku,
mempunyai tahanan yang kaku, tidak
2.3 Perencanaan Struktur. dapat berputar.
2.3.1 Kontrol Perhitungan Balok b. Type Partially Restrained ( PR )
Kontrol Penampang (Local Buckling) adalah penahanan tidak penuh, tidak
2.3.2 Kontrol Perhitungan Kolom cukup kaku untuk mempertahankan
2.3.3 Kontrol Perhitungan Balok Kolom sudut akibat beban. pada sambungan
Amplifikasi Momen Struktur Portal ini.
c. Type rangka setengah kaku , terjadi
jika kekangan rotasi kira-kira antara
20-90 %dari yang diperlukan untuk
mencegah perubahan sudut relatif.
4

2.4.2 Klasifikasi sambungan berdasar 2.5 Semirigid connection


ratio tahanan momen a. Sambungan tidak memiliki kekuatan
yang cukup untuk mempertahankan
Klasifikasi sambungan berdasar pada sudut antara elemen yang disambung.
ratio tahanan momen sambungan b. Dianggap mempunyai kapasitas yang
terhadap momen jepit sempurna, cukup untuk memberikan tahanan
secara kasar adalah : yang dapat diukur terhadap perubahan
besar sudut tersebut.
a) Simple connection. Momen c. Tingkat kapasitas tersebut terhadap
sambungan = ( 0 – 20 %) momen pembebanan yang bekerja ditetapkan
jepit sempurna. dengan metoda berdasarkan
1. Sambungan dapat memberikan percobaan.
perputaran pada ujung balok Berikut ini adalah gambar jenis jenis
secara bebas. sambungan semirigid conection :
2. Sambungan tidak boleh
mengakinatkan momen lentur
terhadap elemen struktur yag
disambung.
3. Detail sambungan harus
mempunyai kapasitas rotasi
yang cukup.
4. Dapat memikul gaya reaksi
yang bekerja.
b) Simple rigid connection. Momen
sambungan = ( 20 – 90 %) momen
jepit sempurna.
1. Sambungan tidak memiliki
kekuatan yang cukup untuk
mempertahankan sudut antara
elemen yang disambung.
Gambar 2.2 Jenis-jenis sambungan semirigid
2. Dianggap memiliki untuk
connections
memberikan tahanan yang
dapat diukur terhadap
perubahan sudut tersebut.
c) Rigid connection. Momen 2.6 Rigid connection. Baut b
sambungan = ( 90 – 100 %) momen Sambungan dianggap memiliki
jepit sempurna. kekakuan yang cukup untuk
1. Sambungandianggap memiliki mempertahankan sudut diantara elemen
kekakuan yang cukup untuk elemen yang disambung.
mempertahan kan sudut
diantara elemen-elemen yang
disambung.

Gambar 2.3 Jenis sambungan rigid


connection type T-connection
2.7 Dasar teori perhitungan
Gambar 2.1 Distribusi momen tahanan 2.7.1 WebConnection
terhadap momen jepit sempurna sambungan Contoh:
simple connections, semirigid connections,
dan rigid connections.
5

e
2.9.4 Rigid – Connection
e
a Contoh : T-Connection
b
Pu b Pu
Sambungan memikul beban geser Pu dan
momen Mu.

2T

M
Gambar 2. 4 Contoh Web Connection a) Balok Pu

dan balok , b) Balok dan kolom 2T

- Untuk penyambung dipakai sepasang


profil   Gambar 2.9 Contoh Rigid connection
- Sambungan memikul beban geser Pu
Penerimaan beban dianggap sebagai
- Baut-baut (a) memikul beban Pu dan M
berikut.
= Pu x e, namun M ini dianggap kecil,
sering diabaikan karena e kecil. - Beban geser Pu diteruskan oleh
Misal : Sambungan balok dengan kolom: sambungan pada badan balok dengan
- Untuk penyambung dipakai sepasang  ke flens kolom.
- Beban momen Mu diteruskan oleh
profil  
sayap balok dengan baja T ke flens
- Sambungan memikul beban geser Pu
kolom.
- Baut-baut (a) memikul beban Pu dan M
1. Untuk bebas geser Pu
= Pu x e, namun M ini dianggap kecil,
Kontrol kekuatan sambungan adalah
sering diabaikan karena e kecil.
sebagai berikut:
Misal : Sambungan balok dengan kolom:
Kontrol kekuatan sambungan sama
Kontrol Kekuatan Baut :
seperti pada Contoh 1 Web
Baut (a) :
Pu
Connection. P
Banyaknya baut n =
φ Rn
dimana φ Rn = Kekuatan rencana baut Baut b
→Baut type tumpu :
φ Rn = 0,75 x (0,5 fn) 2. Ab → kuat geser
fn = tegangan patah baut
π Gambar 2.5 Web connection yang diberi
Ab = luas baut = .d 2
4 beban Pu
φRn = 0,75 x (2,4 d.tp.fn) → kuat tumpu 2. Akibat beban Mu; timbul gaya tarik
d=diameter baut Ma
pada profil T sebesar 2T =
tp= tebal pelat yang tipis 2 tL atau tW db
balok.
fn = tegangan patah terkecil pelat/baut.
φ Rn = harga terkecil kuat geser dan kuat Sayap profil
tumpu.
→ Bila baut type gesek (friksi) :
Baut
2T
Badan profil
φ Rn = φ (1,13µ.m.Tb) pasal 13. 2. 3.1
M = 1 lubang standar
Gambar 2.6 Gaya tarik pada profil
µ = 0,35 / bidang kontak bersih
Tb = Gaya tarik minimal baut. a. Kontrol kekuatan sambungan ini
D = diameter baut adalah sebagai berikut :
Baut (b) : Kontrol Kekuatan pada Sambungan
Banyaknya baut Sayap (Flens) Profil T. Akibat gaya
6

tarik, pada flens profil T terjadi Eliminasi M1 = M1, maka didapat Q =


deformasi seperti tergambar.  α .δ  b 
T    
• Ujung flens profil T  1 + α .δ  a 
menumpu/menjungkit flens kolom, maka
timbul gaya Q (prying force).
W − Σd 1
δ=
• Karena adanya gaya Q, gaya pada baut W
bertambah menjadi B = T + Q. Keterangan:
W - Σd1 = di tempat M2 bekerja
w W = di tempat M1 bekerja
Bidang M
Q d1 = diameter lubang
a a' d d d d
M1 Dari pengujian, hanya a diganti a’ = a
T+Q
b b' M2 Bidang kritis + d/2 dan b diganti b’ = b – d/2
2T Memberikan hasil yang mendekati.
T+Q
Q
3.1 Preliminary Design
balok induk
balok anak
D

Gambar 2.7 Kekuatan sambungan pada bagian


C
sayap.

Mu B
Gaya : 2T =
db
A

Mu = Momen yang bekerja pada sambungan.


1 2 3 4 5 6
db = Tinggi profil yang disambung (balok).

b. Gaya-gaya dan kesetimbangan yang Gambar 3.1 Denah Bangunan


terjadi:
Gaya pada baut
B = T+Q
M2 = Q.a
M2 = T.b – M1 ……….
 M2 
M2 =  .α .δ .M 1 = α .δ .M 1
 δ .M 1 

T .b
didapat M1 =
1 + α .δ

dimana :
a =jarak baut ke tepi flens.
b = jarak baut ke bidang kritis.
Menurut Kulak, Fisher & Struik : a ≤ 1,25b.
Bila nilai a > 1,25b, ambil a = 1,25b.
Gambar 3.2 Potongan Memanjang
c. Besarnya prying force Q :
M2 = Q.a Q.a
M2 = α.δ..M1 ……………… M2 = M2 → M1 (2.60)
α .δ
danM1 = (2.61)
7

yang bekerja maka dilakukan analisa


struktur dengan menggunakan program
bantu SAP 2000 v14. Gaya tersebut adalah
gaya geser, gaya aksial, momen lentur, dan
momen puntir. Selain itu juga digunakan
untuk mengetahui besarnya pergeseran
lateral. Disini menganalisa sambungan
pada struktur gedung rangka baja.

3.4 Kontrol Dimensi.


Setelah melakukan analisa struktur
bangunan, tahap selanjunya kita kontrol
Gambar 3.3 Potongan Melintang desain meliputi kontrol terhadap kolom,
Data Umum Bangunan : balok dimana dari kontrol tersebut dapat
- Fungsi bangunan : Perkantoran mengetahui apakah desain yang kita
- Lokasi :Wilayah gempa 6 (SNI 2010) rencanakan telah sesuai dengan syarat-
- Panjang bangunan : 30 m syarat perencanaan, dan peraturan angka
- Lebar bangunan : 18 m keamanan, serta efisiensi.
-Tinggi bangunan: 40 m (10 lantai denganatap) 3.5 Perencanaan Sambungan..
-Sistem struktu :Open Frame 3D didesain Kuat rencana setiap komponen
dengan sitem SRPMK. sambungan tidak boleh kurang dari beban
- Tipe tanah : Tanah lunak terfaktor yang dihitung. Perencanaan
sambungan harus memenuhi persyaratan
Data Bahan : berikut :
Mutu bahan yang akan digunakan sebagai
 Gaya-gaya dalam yang disalurkan
berikut :
berada dalam keseimbangan dengan
-Baja: Tipe profil WF
gaya-gaya yang bekerja pada
-Profil Bj 41 : fy = 250 Mpa
sambungan.
fu = 410 Mpa
 Deformasi pada sambungan masih
3.2 Pembebanan
berada dalam batas kemampuan
Perencanaan pembebanan pada
deformasi sambungan.
struktur ini berdasarkan Peraturan
 Sambungan dan komponen yang
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
berdekatan harus mampu memikul
(PPIUG) 1983, SNI 03-1726-2010, RSNI-
gaya-gaya yang bekerja padanya.
03-1726. Pembebanan tersebut antara lain
 Dalam perencanaana untuk struktur
1. Beban Mati tahan gempa disyaratkan bahwa
2. Beban Hidup sambungan yang direncanakan harus
3. Beban Angin lebih kuat dari komponen yang
4. Beban Gempa disambung, untuk menjamin bahwa
selama gempa terjadi pelelehan tidak
terjadi di daerah sambungan, tetapi
pada bagian yang telah direncanakan
leleh pada struktur yang bersangkutan.
Pemodelan sambungan ditinjau pada
daerah sambungan yang memikul beban
paling berat dan sering mengalami
kegagalan pada saat terjadi beban gempa.
Kemudian dibuat rencana pemodelannya
dengan beberapa macam type sambungan
Gambar 3.4 Peta zona gempa di yaitu :
Indonesia
3.5.1 Semirigid connection
3.3 Analisa Linear Struktur a. Sambungan tidak memiliki kekuatan yang
Untuk mengetahui gaya dalam yang cukup untuk mempertahankan sudut
timbul pada elemen struktur akibat beban antara elemen yang disambung.
8

b. Dianggap mempunyai kapasitas yang - Beban hidup atap (Lor ) = 96 kg/m2


cukup untuk memberikan tahanan Beban superimposed berguna = beban
yang dapat diukur terhadap perubahan hidup+finishing
besar sudut tersebut. = 96 kg/m2+ 93 kg/m2
c. Tingkat kapasitas tersebut terhadap = 189 kg/m2
pembebanan yang bekerja ditetapkan Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk
dengan metoda berdasarkan bentang menerus dengan tulangan negatif
percobaan. dengan satu baris penyangga didapatkan data
Berikut ini adalah gambar jenis jenis data sebagai berikut :
sambungan semirigid conection : - bentang ( span )= 2,5 m
- tebal pelat beton = 9 cm
- tulangan negatif= 2,16 cm2/m
- direncanakan memakai tulangan dengan
Ø = 10 mm (As = 0.7854 cm2)
- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap
1m
N= = 3,375 = 4 buah
Jarak antar tulangan = = 25 cm
Jadi dipasang tulangan negatif Ø 10 – 250.
Gambar3.5 Jenis-jenis sambungan semirigid 4. 2 Pelat lantai.
connection Data Perencanaan Pelat Lantai.
a. Beban superimposed (Berguna)
3.5.2 Rigid connection. • Beban finishing :
Sambungan dianggap memiliki Spesi lantai t = 2 cm = 2.21 kg/m2 = 42kg/m2
kekakuan yang cukup untuk Lantai keramik t = 2 cm = 2.1kg/m2 = 28kg/m2
mempertahankan sudut diantara elemen Rangka+Plafond = (11+7) kg/m2 = 18kg/m2
elemen yang disambung. Ducting AC + pipa =40kg/m2+
Total beban finishing =128kg/m2
• Beban Hidup Lantai Tereduksi
Beban Hidup (Lo) = 240 kg/m2
Beban superimposed (berguna) = beban
hidup+finishing
= 240 kg/m2 + 128 kg/m2
= 368 kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk
Gambar 3.6 Jenis sambungan rigid bentang menerus dengan tulangan negatif
connection type T-connection dengan satu baris penyangga didapatkan data
data sebagai berikut :
3.6 Analisa pemodelan sambungan dengan - bentang ( span )= 3 m
menggunakan software ABAQUS 6.7 - tebal pelat beton = 9 cm
3.7 Visualisasi hasil dalam gambar. - tulangan negatif=3.13 cm2/m
direncanakan memakai tulangan dengan Ø =
4.Perencanaan struktur. 10 mm (As = 0.7854 cm2)
4.1 Pelat Atap banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m
a. Beban Superimposed (Berguna) N= = 3,98 = 4 buah
• Beban finishing :
Jarak antar tulangan = = 25 cm
- aspal t = 1 cm = 1.14 kg/m2 = 14 kg/m2
- spesi t = 1 cm = 1. 21kg/m2 = 21kg/m2 4.3 Perencanaan balok anak
- rangka + plafond = (11+7) kg/m2 = 18 kg/m2 Balok anak direncanakan menggunakan profil
- ducting AC + pipa = 40kg/m2 WF 300x150x6,5 x9.
Total beban finishing = 93 kg/m2 Pembebanan :
• Beban mati
• Beban Hidup - berat pelat bondek = 10,1 kg/m2 x 2,5 m
9

= 25,25kg/m 5.2 Perhitungan Kontrol Struktur.


- berat sendiri pelat beton 5.2.1. Kontrol Dimensi Balok Induk
= 0,09 m x 2400 kg/m3 x 2,5 m= 540 kg/m a. Untuk lantai 1-4 profil WF
- berat sendiri profil WF = 36,72kg/m 600x200x12x20
601,97 kg/m Kontrol lendutan
- berat ikatan
10 % x 601,97 kg/m = 60,19kg/m+-
qD = 662,16 kg/m

• Beban hidup
Beban Hidup (Lo) = 240 kg/m2
qL = 2,5 m x 240 kg/m2= 600 kg/m2
Beban terfaktor = qu = (1.2 x qD ) + (1.6 x qL )
= (1.2 x 662,16)+(1.6 x 600 ) b. Untuk lantai 5-7 profil WF
= 1754,59 kg/m 600x200x11x17
Kontrol lendutan

c. Untuk lantai 8-10 profil WF


500x200x10x16
Gambar 4.1 Denah pembebanan balok anak Kontrol lendutan

5. Perencanaan struktur utama


5.1 Pembebanan Struktur Utama.

Lantai Tinggi ( m ) Berat Lantai ( kg )


10 40 434976
9 36 655872
8 32 655872 5.2.2 Kontrol dimensi kolom
7 28 686192
6 24 686192 a. Untuk lantai 1-4 profil K
5 20 686192 700x300x13x24
4 16 699193
3 12 699193
2 8 717643
1 4 717643
Jumlah 5921247
0,898 ≤ 1,0…OK
Tabel 5.2Besarnya gaya Fx pada masing-
masing lantai untuk pembebanan gempa
b. Untuk lantai 5-7 profil K
Tingkat hx (m) Wx (kg) Wx.hx^k Cvx 100 % Fx-y (kg) 30 % Fx-y (kg) 600x200x12x20
10 40 434984,9 88978329,3 0,151519 194363,8042 58309,14127
9 36 655875,9 115247409 0,196252 251745,8468 75523,75405
8 32 655875,9 97240864,8 0,165589 212412,4443 63723,73329
7 28 686177,5 83910454,6 0,142889 183293,565 54988,0695
6 24 686177,5 67181868,4 0,114402 146751,7273 44025,51819
5 20 686177,5 51646525,6 0,087948 112816,4046 33844,92139
4 16 699175,9 38142412,8 0,064952 83318,09002 24995,42701 0,553 ≤ 1,0…OK
3 12 699175,9 25188170,6 0,042892 55020,91021 16506,27306
2 8 717625,9 14405037,3 0,02453 31466,28937 9439,88681
1 4 717625,9 5300403,84 0,009026 11578,17486 3473,452458
587241476
10

= 0,75 * 2,4 * db * tp * fu
= 0,75 * 2,4 * 1,6 * 1,2 * 4100
c. Untuk lantai 8-10 profil K = 14169,6 kg
500x200x10x16. Dipakai φ Vn = 6358,63 kg
Jumlah baut yang diperlukan adalah
= 2 buah
Dipasang 2 buah baut diameter 16 mm
Baut Ø16mm
Profil Siku
70.70.7

0,812≤ 1,0…OK 50 50
80 80 18.00 30.00

6. Perencanaan sambungan. 50 50
50.00
6.1. Sambungan Balok Anak dengan Balok
Balok Anak WF 300.150.6,5.9
induk.
Profil Balok Induk
Vu = 6316,17 kg. WF 600.200.12.20
Balok anak : WF 300x150x6,5 x9
Balok induk : WF 600x300x12x20

a. Sambungan pada badan anak balok anak Gambar 6.1 Sambungan balok anak dan balok
Penentuan jumlah baut induk
Direncanakan menggunakan baut tipe A325 Ø
16 mm (Ab = ¼ d2 = 2,01) dengan mutu 120 6.2. Sambungan Balok Induk dengan
ksi (fu = 120 x 70,3 = 8436 kg/cm2 ). Baut Kolom
tanpa ulir pada bidang geser baut r1 = 0,50. 6.2.1. Sambungan Balok Induk dengan
Kekuatan 1 baut pada sayap : Kolom type Rigid Connection
Kuat geser ( φ Vn ) Balok induk WF 600 x 300 x 12 x 20
= 0,75* r1 * fu * Abaut * m Kolom K 700 x 300 x 13 x 24
= 0,75* 0,5* 8436 * 2,01 * 2 Vu total = 77414,67 Kg
= 12717,27 kg
Kuat tumpu (φ Rn ) a. Sambungan pada badan balok induk
= 0,75 * 2,4 * db * tp * fu
= 0,75 * 2,4 * 1,6 * 0,65 * 4100 • Baut type A325 Ø 30 mm (Ag = ¼ d2 =
= 7675,2 kg 7,06 cm2) . mutu 120 ksi (fu = 120 x 70,3
= 8436 kg/cm2 ).
Dipakai φ Vn = 9446,4 kg • Baut tanpa ulir pada bidang geser baut r1
Jumlah baut yang diperlukan adalah = 0,50.
= 2 buah • Mutu profil BJ 41 ( fu = 4100 Kg/cm2 )
• Pelat siku dari profil ∟ 150.150.15
Dipasang 2 buah baut diameter 16 mm Kuat tumpu (φ Rn )
Vu ≤ n x φ Rn, = 0,75 * 2,4 * db * tp * fu
6710,99 kg ≤ 2 x 6710,99 kg = 13421,98
= 0,75 * 2,4 * 3 * 1,2 * 4100
Kg…OK
= 26568 kg
Jumlah baut yang diperlukan adalah
b. Sambungan pada badan balok induk
Penentuan jumlah baut = 3 buah
Direncanakan menggunakan baut Ø 16 mm Dipasang 3 buah baut diameter 30 mm
(Ab = ¼ d2 = 2,01) dengan mutu 120 ksi (fu = Vu ≤ n x φ Rn,
120 x 70,3 = 8436 kg/cm2 ). Baut tanpa ulir
pada bidang geser baut r1 = 0,50. 77414,67 kg ≤ 3 x 26568 kg = 79704 Kg…OK
Kuat geser ( φ Vn )
= 0,75* r1 * fu *Abaut* m
= 0,75* 0,5* 8436 * 2,01 * 1
= 6358,63 kg
Kuat tumpu (φ Rn )
11

e. Kontrol kekuatan badan profil T dengan


b. Sambungan pada sayap kolom flens balok.
• Baut type A325 Ø 36 mm (Ag = ¼ d2 =
• Baut type A325 Ø 30 mm (Ag = ¼ d2 = 10,2) . mutu 120 ksi (fu = 120 x 70,3 =
7,06) . mutu 120 ksi (fu = 120 x 70,3 = 8436 kg/cm2 ).
8436 kg/cm2 ). • Baut tanpa ulir pada bidang geser baut r1
• Baut tanpa ulir pada bidang geser baut r1 = = 0,50.
0,50. • Mutu profil BJ 41 ( fu = 4100 Kg/cm2 ).
• Mutu profil BJ 41 ( fu = 4100 Kg/cm2 )
• Pelat siku dari profil ∟ 140.140.14 Kuat geser ( φ Vn )
Kuat geser ( φ Vn ) = 0,75* r1 * fu * Abaut * m
= 0,75* r1 * fu * Abaut * m = 0,75* 0,5* 8436 * 10,2 *1
= 0,75* 0,5* 8436 * 7,06 *1 = 32267,7 kg.
= 22334,31 kg Jumlah baut yang diperlukan
Jumlah baut yang diperlukan adalah
= 4 buah
Dipasang 6 buah baut Ø 36 mm pada dua sisi,
Dipasang 4 buah baut diameter 30 mm
sehingga pada 1 sisi terdapat 3 baut.
c. Kontrol kekuatan pelat siku ∟ 140.140.14
T.900x300x18x34

Diameter perlemahan (dengan bor ) 1 ∅ 36

∅ 36

30 + 1,5 = 31,5 mm = 2,55 cm ∅ 30

WF.588x300x12x20 ∅ 30

∅ 30

Anv = Lnv .t∟. = (40 – n. Ø lubang ).t∟


= ( 40 – 4 x 3,15 ) x 1,4 = 38,36 L.140x140x40

cm2
Φ Pn
KC700x300x13x24

= 0,75 x 0,6 x Fu x Anv =0,75 x


∅ 36

0,6 x 4100 x 38,36 POTONGAN


WF.588x300x12x20

= 70774,2 Kg untuk 1 plat siku


1
Karena terdapat dua siku penyambung, maka : POTONGAN 1-1

2 Φ Pn = 2*70774,2 =14154,84 Kg ≥
74405,56 Kg..ok
Gb.6.1 Sambungan rigid balok kolom.
d. Kontrol kekuatan sambungan sayap-
profil T 6.2.2.Sambungan Balok Kolom
Kekuatan rencana baut typSemirigid Connection.

Kuat rencna baut menurut cara Thornton : Balok induk WF 600 x 300 x 12 x 20
Kolom K 700 x 300 x 13 x 24
B = Φ Rn Vu total = 60785,53 Kg.
= 0,75. Fub.(0,75. Ab )x n Mu = 13.617.341,83 Kgcm
= 0,75 . 8436. (0,75 x 10,2) 2 = 96552,55 kg • Baut tipe gesek Ø30 (Ag = 10,2 cm2)
T = Gaya kopel = lubang standar mutu 120 ksi (fu = 120 x
70,3 = 8436 kg/cm2 ).
• Mutu profil BJ 41 ( fu = 4100 Kg/cm2 )
T= kg < B = 96552,55 kg …ok
• μ = 0,35.
• Kuat rencana baut :
Vd = 1,13 x μ x m x Tb
= 1,13 x 0,35 x 1 x 49000 = 19, 37 ton
Gaya yang terjadi pada baut : Vu =
B≥(T+Q)
≥( T baut = Ab x f baut = 38522,95Kg/cm2
…..OK
12

= 5896,466 Kg > Vu ( Kg )..ok

Momen rencana yang dapat dipikul Profil I2 Beban U.Magnitude U.U1 U.U2 U.U3
sambungan : (ton) (mm) (mm) (mm) (mm)
Node 372 25 1.70849 -4.14E-03 -2.66E-01 -1.68771
35 2.47421 -6.25E-03 -1.97E-01 -2.46635
ϴMn 45 3.24768 -8.37E-03 -1.28E-01 -3.24513
55 4.02465 -1.06E-02 -6.03E-02 -4.02418
= 65 4.80494 -1.30E-02 -8.81E-04 -4.80492

= + 2 x 48401,55 x Tabel 8.3 Displacement pada Profil 1 node 88


(6,8+17,8+28,8+39,8) +2 x 48401,55 x (7,1+17,6+28)
Siku 1 Beban U.Magnitude U.U1 U.U2 U.U3
(ton) (mm) (mm) (mm) (mm)
= 18.672.805,67 kgcm >
Node 88 25 2.27094 4.36E-03 -1.16E+00 -1.95274
35 3.17583 6.61E-03 -1.31E+00 -2.89198
45 4.10212 8.87E-03 -1.46546 -3.83141
55 5.03803 1.11E-02 -1.61864 -4.77091
65 5.9805 1.34E-02 -1.77324 -5.71155

Tabel 8.4 Displacement pada Siku2 node 88

Siku 2 Beban U.Magnitude U.U1 U.U2 U.U3


(ton) (mm) (mm) (mm) (mm)
Node 88 25 1.94273 -2.82E-03 -3.09E-01 -1.91798
35 2.82964 -4.07E-03 -1.68E-01 -2.82465
45 3.73159 -5.31E-03 -2.69E-02 -3.73149
55 4.63986 -6.56E-03 1.14E-01 -4.63845
65 5.55308 -7.81E-03 2.52E-01 -5.54735

Gb.6.2 Sambungan semirigid balok kolom.


PROFIL I1
7. Analisa perilaku abaqus 1.00E+00
7.2.1 Rigid connection. 0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
Displacement (mm)

-1.00E+00

-2.00E+00 U1

-3.00E+00 U2
U3
-4.00E+00

-5.00E+00

-6.00E+00
Beban (ton)

Gambar 8.1 Hasil Deformasi akibat beban 65 Gb.8.1 Grafik Displacement pada Profil I
ton 1node 78

Tabel 8.1 Displacement pada Profil I1 node 78

Profil I1 Beban U.Magnitude U.U1 U.U2 U.U3


(ton) (mm) (mm) (mm) (mm)
Node 78 25 1.90298 6.92E-03 -8.89E-01 -1.68266
35 2.6766 1.00E-02 -9.64E-01 -2.49679
45 3.47061 1.31E-02 -1.04005 -3.31108
55 4.27365 1.62E-02 -1.11571 -4.12542
65 5.08224 1.93E-02 -1.19177 -4.94049

Tabel 8.2 Displacement pada Profil I2 node


372
13

8.2.2. Regangan.
Profil I2
0.00E+00 Profil I1
Beban E.E11 E.E22 E.E33 E.E12 E.E13 E.E23
0 10 20 30 40 50 60 70
-1.00E+00 Node 78 25 2.19E-05 -7.66E-05 2.50E-05 1.42E-07 1.06E-07 -4.39E-05
35 -1.16E-05 6.52E-06 2.03E-05 1.49E-07 2.00E-07 -1.73E-04
Displacement (mm)

-2.00E+00 45 -4.51E-05 8.97E-05 1.55E-05 1.55E-07 2.93E-07 -3.03E-04


U1 55 -7.86E-05 1.73E-04 1.07E-05 1.62E-07 3.87E-07 -4.33E-04
-3.00E+00 65 -1.12E-04 2.56E-04 5.98E-06 1.69E-07 4.81E-07 -5.62E-04
U2
Tabel 8.5 Regangan pada Profil I 1 node
-4.00E+00 U3
78
-5.00E+00
Profil I2
Beban E.E11 E.E22 E.E33 E.E12 E.E13 E.E23
-6.00E+00
Beban ( Ton ) Node 372 25 1.37E-04 -3.54E-04 3.32E-05 2.98E-08 2.64E-07 -4.62E-04
35 1.71E-04 -4.38E-04 3.82E-05 2.80E-08 3.57E-07 -5.95E-04
45 2.05E-04 -5.23E-04 4.33E-05 2.62E-08 4.49E-07 -7.27E-04
Gb.8.2 Grafik Displacement pada Profil I 2 55 2.38E-04 -6.06E-04 4.95E-05 7.15E-08 5.67E-07 -8.58E-04
node 372 65 2.86E-04 -7.18E-04 7.71E-05 3.20E-06 2.59E-06 -9.94E-04
Tabel 8.6 Regangan pada Profil I2 node
372
Siku 1
1.00E+00 Siku 1
Beban E.E11 E.E22 E.E33 E.E12 E.E13 E.E23
0.00E+00
Node 88 25 -6.34E-05 7.15E-05 7.73E-05 8.01E-08 -9.29E-09 -2.75E-04
0 10 20 30 40 50 60 70
Displacement (mm)

-1.00E+00 35 -9.62E-05 1.09E-04 1.16E-04 5.11E-08 -5.57E-09 -4.16E-04


-2.00E+00 U1 45 -1.29E-04 1.46E-04 1.55E-04 2.22E-08 -1.86E-09 -5.57E-04
U2 55 -1.62E-04 1.83E-04 1.95E-04 -6.82E-09 1.85E-09 -6.98E-04
-3.00E+00
U3
65 -1.94E-04 2.20E-04 2.34E-04 -3.58E-08 5.56E-09 -8.39E-04
-4.00E+00
Tabel 8.7 Regangan pada Siku1 node 88
-5.00E+00

-6.00E+00 Siku 2
Beban ( ton ) Beban E.E11 E.E22 E.E33 E.E12 E.E13 E.E23
Node 88 25 9.71E-05 -1.04E-04 -1.22E-04 -2.18E-07 -1.16E-08 -4.14E-04
Gb. 8.3 Grafik Displacement pada Siku 1 node
35 1.36E-04 -1.44E-04 -1.72E-04 -2.51E-07 -1.12E-08 -5.80E-04
88 45 1.75E-04 -1.85E-04 -2.22E-04 -2.85E-07 -1.09E-08 -7.46E-04
55 2.14E-04 -2.26E-04 -2.72E-04 -3.19E-07 -1.06E-08 -9.13E-04
65 2.53E-04 -2.67E-04 -3.21E-04 -3.50E-07 -9.69E-09 -1.08E-03
Tabel 8.8 Regangan pada Siku2 node 88

Siku 2 PROFIL I1
1.00E+00 3.00E-04
2.00E-04
0.00E+00
1.00E-04
0 10 20 30 40 50 60 70 E11
Displacement (mm)

-1.00E+00 0.00E+00
-1.00E-04 0 E22
10 20 30 40 50 60 70
Regangan

-2.00E+00 U1
-2.00E-04 E33
-3.00E+00 U2
-3.00E-04 E12
U3 -4.00E-04
-4.00E+00 E13
-5.00E-04
-5.00E+00 E23
-6.00E-04
-6.00E+00 -7.00E-04
Beban ( ton ) Beban (ton)

Gb. 8.4 Grafik Displacement pada Siku 2 Gb.8.5 Grafik Regangan pada Profil I 1node
node 88 78
14

8.2.3 Tegangan
Profil I2
Profil I1 Beban S.S11 S.S22 S.S33 S.S12 S.S13 S.S23
4.00E-04
(ton) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²)
2.00E-04 Node 78 25 -6.52E-02 -15.2219 4.23E-01 1.09E-02 8.12E-03 -3.37585
0.00E+00 E11 35 -3.72E-02 2.75273 4.8694 1.14E-02 1.53E-02 -13.3431
45 -9.10E-03 20.7308 9.31688 1.20E-02 2.26E-02 -23.3123
-2.00E-04 0 10 20 30 40 50 60 70 E22
55 1.90E-02 38.7062 13.7638 1.25E-02 2.98E-02 -33.2803
Regangan

-4.00E-04 E33 65 4.70E-02 56.6371 18.201 1.30E-02 3.70E-02 -43.2274


-6.00E-04 E12 Tabel 8.9 Tegangan pada Profil I 1 node
-8.00E-04 E13 78
-1.00E-03 E23
Profil I2 Beban S.S11 S.S22 S.S33 S.S12 S.S13 S.S23
-1.20E-03 (ton) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²)
Beban (ton) Node 372 25 -1.34E-01 -75.6771 -16.1091 2.29E-03 2.03E-02 -35.5609
35 -1.61E-01 -93.8729 -20.5603 2.15E-03 2.74E-02 -45.7564
45 -1.89E-01 -112.072 -25.0124 2.01E-03 3.46E-02 -55.9538
Gb.8.6 Grafik Regangan pada Profil I 2 node 55 -2.20E-01 -130.114 -29.1977 5.50E-03 4.36E-02 -66.0208
372 65 -2.82E-01 -145.589 -31.5668 3.84E-02 6.38E-02 -73.8817
Tabel 8.10 Tegangan pada Profil I 2 node
372
Siku 1
4.00E-04
Siku 1 Beban S.S11 S.S22 S.S33 S.S12 S.S13 S.S23
2.00E-04 (ton) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²)
E11 Node 88 25 9.37E-02 20.8589 21.7479 6.16E-03 -7.14E-04 -2.12E+01
0.00E+00 35 8.15E-02 31.5955 32.7824 3.93E-03 -4.29E-04 -3.20E+01
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 E22 45 6.94E-02 42.3341 43.8189 1.70E-03 -1.43E-04 -4.29E+01
Regangan

-2.00E-04
E33 55 5.72E-02 53.0722 54.8552 -5.25E-04 1.43E-04 -5.37E+01
-4.00E-04 65 4.51E-02 63.8003 65.8862 -2.75E-03 4.27E-04 -6.45E+01
E12
-6.00E-04 Tabel 8.11 Tegangan pada Siku1 node 88
E13
-8.00E-04 E23 Siku 2 Beban S.S11 S.S22 S.S33 S.S12 S.S13 S.S23
-1.00E-03 (ton) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²) (N/mm²)
Beban (ton) Node 88 25 1.47E-01 -30.7303 -33.5439 -1.67E-02 -8.91E-04 -3.18E+01
35 1.58E-01 -42.9688 -47.203 -1.93E-02 -8.65E-04 -4.46E+01
Gb. 8.7 Grafik Regangan pada Profil I 2 node 45 1.70E-01 -55.2096 -60.8647 -2.19E-02 -8.39E-04 -57.4002
55 1.80E-01 -67.4506 -74.5246 -2.45E-02 -8.12E-04 -70.1957
372
65 1.82E-01 -79.6945 -88.1511 -2.69E-02 -7.45E-04 -82.9796

Siku 2 Tabel 8.12 Tegangan pada Siku2 node 88


4.00E-04
2.00E-04 Profil I1
0.00E+00 E11 8.00E+01
Tegangan (N/mm²)

-2.00E-04 0 10 20 30 40 50 60 70 E22
6.00E+01
Regangan

-4.00E-04 E33 S11


4.00E+01
-6.00E-04 E12 S22
2.00E+01
-8.00E-04 E13 S33
E23 0.00E+00
-1.00E-03 S12
0 10 20 30 40 50 60 70
-1.20E-03 -2.00E+01 S13
Beban (ton)
-4.00E+01 S23
Gb. 8.8 Grafik Regangan pada Siku 2 node 88 -6.00E+01
Beban (ton)

Gb.8.9 Grafik Tegangan pada Profil I 1node


78
15

8. KESIMPULAN
Profil I2 8.1 Kesimpulan
2.00E+01 1. Dari hasil perhitungan dan analisis
0.00E+00 SAP 2000 v14 yang telah dilakukan
-2.00E+01 0 10 20 30 40 50 60 70 S11 pada struktur bangunan gedung,
Tegangan (N/mm²)

-4.00E+01
S22
perencanaan dimensi profil pada
-6.00E+01 balok anak (WF 300x150x6,5
S33
-8.00E+01 x9),balok induk (WF
S12
-1.00E+02 600x200x11x17) (WF
S13 600x200x11x17),(WF
-1.20E+02
-1.40E+02 S23 500x200x10x16) dan kolom
-1.60E+02
(K700x300x13x24),(K588x300x12x
Beban (ton ) 20),(K500x200x10x16) sudah
memenuhi kontrol kekuatan profil.
2. Dari hasil analisa perilaku dengan
Gb.8.10 Grafik Tegangan pada Profil I 2 node Abaqus 6.7 balok mengalami
372 displacement maksimum pada arah
Z (U3) sebesar -5,711 mm yang
ditinjau didaerah sambungan siku di
Siku 1 bawah balok dengan beban lateral
8.00E+01 yaitu 65 ton Displacement tersebut
6.00E+01 akan semakin bertambah saat beban
Tegangan (N/mm²)

4.00E+01 S11 lateral yang diberikan juga


2.00E+01 S22 bertambah.
S33
3. Untuk nilai tegangan yang terjadi
0.00E+00
pada sambungan akibat pemberian
-2.00E+01 0 10 20 30 40 50 60 70 S12
beban lateral sebesar 65 ton
-4.00E+01 S13 didapatkan hasil tegangan
-6.00E+01 S23 maksimum S23 = -82,9796 N/ mm2
-8.00E+01 berada pada sambungan siku di
Beban (ton) bawah balok di daerah yang sama
untuk displacement terbesar.
Gb. 8.11 Grafik Tegangan pada Siku1 node 88 4. Unuk nilai regangan di dapatkan
sebesar E23 = -1,08E-3 pada saat
diberi beban 65 ton, tetapi berada
Siku 2 pada daerah sambungan siku
1.00E+01 sebelah kanan di bawah balok.
0.00E+00 5. Dengan diberikannya variasi beban
-1.00E+01 0 10 20 30 40 50 60 70
-2.00E+01 S11 lateral yang semakin bertambah
Tegangan (N/mm²)

-3.00E+01 S22 maka displacement, tegangan dan


-4.00E+01 regangan yang terjadi ikut
S33
-5.00E+01
-6.00E+01 S12 mengalami kenaikan hingga
-7.00E+01 S13 melebihi batas leleh dari
-8.00E+01 penampang tersebut.
S23
-9.00E+01
-1.00E+02
Beban (ton) 8.2 Saran

Gb. 8.12 Grafik Tegangan pada Siku2 node Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam
88 untuk mengetahui prilaku sambungan balok-
kolom agar menghasilkan perencanaan
struktur dengan mempertimbangkan aspek
teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga
16

diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan


mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perencanaan yaitu kuat, ekonomis, dan tepat
waktu dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Salmon dan Johnson. 1995. Struktur Baja


Desain dan Perilaku Jilid 2 Edisi Kedua.
Diterjemahkan oleh Ir. Wira M.S.CE. Jakarta :
Erlangga.

Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur


Baja dengan Metode LRFD (Sesuai SNI 03 –
1729-2002). Jakarta : Erlangga.

Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara


Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).

American Institute of Steel Construction.


2005. Prequalified Connections for Special
and Intermediate Steel Moment Frames for
Seismic Applications ( ANSI/AISC 358-05 ).

Badan Standardisasi Nasional.2002. Tata Cara


Perencanaan Perhitungan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-
2002).

Tamboli, Akbar R.1999.Handbook of


Structural Steel Connection Design and
Details.New Jersey : McGraw Hill.

Soewardojo.Buku Ajar : Struktur Baja II.


Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS.

Lee, Sang-Sup dan Moon, Tae-


Sup.2001.”Moment-rotation model of
semirigid connections with angles”. Jurnal
Enginering Structures 24 (2002) 227-237.

Anda mungkin juga menyukai