Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Ayam Ras Pedaging” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Industri
Peternakan yang tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan
selama pembuatan makalah ini, kepada yang terhormat: 
1. Ibu Dr. Ir. Linda Herlina, MP selaku dosen pengampu mata kuliah Industri
Peternakan
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H Ujang Hidayat Tanuwiria, MS. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Industri Peternakan
3. Bapak Bambang Kholiq Mutaqin, S.Pt., M.Pt. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Industri Peternakan

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk membangun
kesempurnaan makalah ini. 

Pangandaran, 31 Oktober 2021

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ayam ras pedaging (broiler) merupakan salah satu hewan ternak yang
sangat digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi guna memenuhi
kebutuhan protein asal hewan. Ayam broiler adalah hewan hewan ternak yang
lebih umum dipilih para peternak untuk dikembangkan karena pertumbuhannya
yang cepat. Berbagai macam strain ayam broiler yang dapat ditemukan saat ini,
merupakan hasil perkawinan antar ras dengan kemajuan teknologi yang semakin
pesat, maka mampu menghasilkan strain baru yang nantinya akan menguntungkan
secara ekonomi (Rasyaf, 2011). 
Terdapat dua jenis ayam yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia,
yaitu ayam ras pedaging atau yang sering disebut dengan ayam potong dan ayam
buras (ayam bukan ras) atau ayam kampung. Menurut Mira Delima dan Sugito
(2006), ayam potong merupakan jenis ayam hasil dari budidaya teknologi
peternakan yang memiliki ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil
daging dengan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia 28-45
hari. Dalam beternak ayam yang perlu diperhatikan antara lain pemberian pakan
ayam yang seimbang dan suhu kandang ayam yang sesuai. Ayam merupakan
termasuk hewan berdarah panas (endotermik) yang suhu tubuhnya diatur suatu
batasan yang sesuai. Ayam dapat bereproduksi secara optimum bila faktor-faktor
internal dan eksternal berada dalam batasan-batasan yang normal sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi produktivitas ayam. Suhu panas pada suatu lingkungan
pemeliharaan ayam telah menjadi salah satu perhatian utama karena dapat
menyebabkan kerugian ekonomi akibat peningkatan kematian dan penurunan
produktivitas. Keadaan suhu yang relatif tinggi pada suatu lingkungan
pemeliharaan menyebabkan terjadinya cekaman panas. Cekaman panas
menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan ayam broiler. Gangguan
pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi 4 pakan dan peningkatan
konsumsi air minum selama ayam mengalami cekaman panas (Indriyati, 2018).
Ayam ras pedaging (broiler) memiliki berbagai macam strain yang
merupakan hasil perkawinan dari bibit berkualitas tinggi yang memiliki
keunggulannya masing masing, sehingga mempunyai daya produktivitas yang
tinggi serta pertumbuhan yang cepat (Rasyaf, 2011).  Saat ini, jenis strain ayam
ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah Super 77, Tegel 70, ISA,
Kim Cross, Lohmann, MB 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver
Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish,
Brahma, Langshans, Hyperco-Broiler, Ross, Marshall ”M”, Euribrid, AA 70,
H&N, Sussex, Bromo, dan CP 707 (Kumorojati, 2011). Jenis strain atau galur
ayam ini diklaim memiliki daya produktivitas relatif sama. Akan tetapi, beberapa
jenis strain dapat saja memberikan capaian performa berbeda.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan  produktivitas 


ayam ras pedaging ?
2. Bagaimana manajemen dalam usaha ayam ras pedaging ?
3. Bagaimana peluang pasar usaha ayam ras pedaging  ?

1.3 TUJUAN 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang perlu
diperhatikan dalam produktivitas ayam ras pedaging, bagaimana management
yang baik dalam usaha ayam ras pedaging dan bagaimana proses pemasaran ayam
ras pedaging di Indonesia ?
1.4 MANFAAT
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para peternak khusus
nya peternak ayam ras pedaging dalam usaha peternakan tersebut dimulai dari
produktivitas ayam ras pedaging, bagaimana management yang baik, dan
bagaimana proses pemasaran nya agar mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin.
6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PRODUKTIVITAS AYAM RAS PEDAGING

Peningkatan produktivitas ayam ras pedaging dimulai dari proses


pemeliharaan ayam ras pedaging yang baik, bahan baku pakan ,  kebutuhan nutrisi
untuk ayam ras pedaging dan bagaimana sistem perkandangan closed house ayam
broiler yang baik.

a. Pemeliharaan ayam ras pedaging


Proses pemeliharaan ayam ras pedaging dimulai dari persiapan kandang
yang dilakukan dengan mempersiapkan kandang dari kotoran untuk membunuh
bibit penyakit, pengapuran dan pengosongan kandang selama 1- 2 minggu untuk
memotong siklus hidup bibit penyakit yang tertinggal. Semua peralatan dicuci dan
dicelupkan ke desinfektan. Alat pemanas (brooder) disiapkan minimal satu jam
sebelum ayam datang. Ciri bibit ayam (DOC) yang sehat yaitu bebas dari penyakit
(free disease) terutama penyakit pullorum, omphalitis, dan jamur; DOC terlihat
aktif, mata merah, mata cerah, dan lincah, kaki besar dan basah seperti berminyak,
bulu cerah, tidak kusam, dan penuh, anus putih tidak ada kotoran atau pasta putih,
keadaan utuh ayam normal, berat badan disesuaikan dengan standar setiap strain
ayam (Fadilah dan Polana, 2004). Temperatur yang ideal untuk ayam broiler
adalah 23-26° C (Fadilah, 2006). Penyediaan tempat air pakan dan minum harus
disesuaikan dengan jumlah ayam agar setiap ayam mendapatkan kesempatan
untuk minum dan makan. Jumlah tempat pakan yang tidak ideal dengan jumlah
ayam dalam kandang menyebabkan ayam akan saling berebut dan terjadi
persaingan dalam mengambil makan/minum sehingga banyak tercecer bahkan
tumpah (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Warna tempat pakan penting
diperhatikan terutama tempat pakan bentuk bundar atau berbentuk baki untuk
anak ayam (chick feeder tray) yang terbuat plastik dan biasanya berwarna merah
(Rasyaf, 2012).
Selanjutnya adalah vaksinasi dimana vaksinasi bagi ayam ras pedaging
sangat penting. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit unggas menular
yang tidak bisa diobati misalnya ND (Newcastle Disease) dan gumboro. Metode
pemberian vaksin pada ayam dapat diberikan dengan 3 cara yaitu melalui suntik,
tetes mata, dan melalui air minum. Vaksinasi melalui suntik sebaiknya dilakukan
pada sore hari agar ayam lebih mudah ditangkap dan vaksin tidak terkena sinar
matahari yang dapat membunuh vaksin. Vaksin yang diberikan melalui air
minum, ayam harus dipuasakan sekitar 2-3 jam sebelum divaksin supaya air
minum yang telah diberi vaksin cepat habis (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

b. Bahan baku pakan 


Bahan baku harus memiliki unsur nutrisi seperti tingkat protein dan energi
metabolisme dalam hal ini termasuk juga asam amino, mineral, dan vitamin.
Umumnya bahan pakan sumber energi yang digunakan berasal dari tumbuhan
sementara sumber hewani hanya 5%. Bahan baku harus bebas dari residu dan zat
kimia yang membahayakan seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan.
Bahan pakan yang mengandung bahan berbahaya 8 akan berdampak kualitas
ransum yang dikonsumsi. Manajemen bahan baku juga perlu dipertimbangkan
beberapa hal seperti harga, kualitas, dan kontinuitas ketersediaan bahan pakan.

c. Kebutuhan nutrisi ayam ras pedaging

Kebutuhan protein hidup pokok secara praktis didefinisikan sebagai


jumlah protein endogen ditambah dengan protein cadangan (protein reserves)
untuk pembentukan antibodi, enzim, hormon serta untuk mempertahankan
jaringan bulu dan bobot badan tetap. Pengaturan proses-proses dalam tubuh ayam
seperti, hidup pokok, pertumbuhan, produksi daging maka dibutuhkan energi yang
dapat diperoleh dari konsumsi makanan. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat  diklasifikasikan kedalam group protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin serta air. 
Menurut Maynard dan Loosli (1069), karbohidrat dan lemak sangat
dibutuhkan tubuh ternak sebagai sumber energi. Energi yang terdapat dalam
bahan makanan tidak semuanya dapat digunakan dalam tubuh. Ayam ras pedaging
pada periode finisher membutuhkan energi 2860 -3410 kcal/kg ransum pada
tingkat protein 17,5 – 21 % ( Rasyaf, 2004). Ayam tidak dapat menyesuaikan
konsumsi energinya secara tepat, tetapi dapat mengkonsumsi energi sedikit lebih
banyak kalau energi dalam ransum meningkat. Ayam akan menunjukkan lemak
karkas yang lebih tinggi jika diberi ransum yang berenergi tinggi. (Rasyaf, 2004).
Menurut Sturkie (1976), meskipun energi sudah terpenuhi akan tetapi karena
kapasitas tembolok belum mencapai rasa kenyang maka kemungkinan
mengkonsumsi ransum masih terus dilakukan sehingga ayam mempunyai sifat
cenderung untuk mengkonsumsi ransum melebihi dari kuantitas yang diperlukan
sehingga terjadi pemborosan dalam mengkonsumsi ransum. Nilai energi netto dari
bahan makanan merupakan nilai yang tinggi tetapi tidak tetap. Nilai ini berbeda
untuk setiap penggunaan bahan makanan. Sehingga ada energi netto untuk hidup
pokok dan energi netto untuk produksi. Dan pada akhirnya bergantung pada
tujuan, apakah untuk produksi jaringan tubuh atau telur. Hal ini sangat bervariasi
dengan kecepatan pertumbuhan, keaktifan hewan dan temperatur lingkungan. 
Determinasi energi produktif memerlukan formulasi ransum yang hati-
hati, konsumsi dan pertambahan berat badan serta analisa yang terperinci dari
ransum dan karkas. Pertambahan berat badan saja yang diketahui tidak cukup
karena disebabkan oleh variasi-variasi dalam komposisi karkas (Wahyu,1992).
Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh,memperbaiki jaringan yang
rusak, untuk kebutuhan berproduksi dan kelebihannya akan diubah menjadi
energi. Sumber energi protein adalah tepung ikan, jagung, bungkil kedelai dan
lain- lain. Karbohidrat berguna vitamin A,D,E,K. Lemak pada pakan ayam
misalnya terdapat pada bekatul, bungkil kacang kedelai. Diantara zat-zat makanan
yang terdapat dalam bahan makanan, karbohidrat dan lemak sangat dibutuhkan
dalam tubuh hewan sebagai sumber energi (Maynard dan Loosli (1969). 
Sedemikian pentingnya peranan energi sehingga kekurangan energi akan
menekan pertumbuhan dan malah bisa menjadi penurunan berat badan. Energi
yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya dapat dipergunakan oleh
tubuh. Untuk ayam ras pedaging fase starter dibutuhkan  energi 3000 kkal/kg
ransum pada tingkat protein 23 %, sedangkan untuk fase finisher dibutuhkan
energi 2860-3410 kcal/kg ransum pada tingkat protein 17,5 – 21 % ( Rasyaf,
2004).

d. Sistem perkandangan closed house ayam broiler

Kandang merupakan salah satu bagian dari manajemen ternak unggas yang
sangat penting untuk diperhatikan, kesalahan dalam konstruksi kandang dapat
berakibat fatal yang berujung pada kerugian bagi peternak.Sistem kandang
tertutup (Closed House) merupakan sistem kandang yang harus sanggup
mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas yang berbahaya seperti
CO, CO2, dan NH3 yang ada di dalam kandang. Hasil akhir dari bobot ayam pada
pemeliharaan sistem kandang tertutup (closed house) diharapkan dapat
meningkatkan hasil panen dibandingkan pemeliharaan dengan sistem kandang
terbuka (open house). Keadaan suhu dan kelembaban pada kandang sistem closed
house ini tidak melewati ambang kritis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam
yang ideal. Untuk keadaan suhu didapatkan data rata-rata suhu mulai dari usia 1—
7 hari hingga 29—35 hari sebagai berikut: 32,5 0C, 31,1 0C, 30 0C, 28,4 0C, dan
29,1 0C. Sedangkan untuk keadaan kelembaban mulai dari usia ayam 1—7 hari
hingga 29—35 hari sebagai berikut: 63,5%, 65,1%, 67,5%, 70,45%, dan 70,9%. 

2.2 MANAGEMENT USAHA AYAM RAS PEDAGING


 
Seperti halnya melakukan bisnis, usaha peternakan ayam juga bisa
mendatangkan keuntungan. Pengelolaan peternakan berhadapan dengan dua
makhluk hidup yang harus dikelola. Pertama, ternak nya sendiri, dalam hal ini
adalah ayam pedaging. Kedua, manusia yang memelihara ayam itu (buruh atau
pekerja). Kedua unsur tersebut harus dapat berjalan seimbang. Oleh karena itu,
suatu perusahaan harus memiliki suatu sistem yang bisa menyeimbangkannya.
Sistem yang dianut antara lain adalah sistem manajemen agribisnis. Manajemen
agribisnis memang makro dan banyak kiatnya. Namun, bila penerapannya
dilakukan dengan tepat, bisa menjadi langkah awal yang baik. Materi-materi
kegiatan manajemen dalam sistematika agribisnis yang berkaitan, mulai dari
subsistem input, subsistem proses, subsistem output, subsistem jasa penunjang;
serta teknologi sebagai penunjang mutu/kualitas produk.
Untuk menjaga kualitas daging yang terbaik, maka peternak perlu
memperhatikan kesehatan ayam dan menciptakan lingkungan yang higienis dan
bebas stress bagi ayam. Penyakit yang umum terjadi pada ayam pedaging adalah
penyakit tetelo (newcastle disease) yang disebabkan oleh virus paramyxo yang
sangat menular. Gejala klinis yang dapat terjadi yaitu masalah pernapasan (napas
berat, batuk), sistem saraf (depresi, hilang nafsu makan, tremor otot, sayap, leher,
dan kepala lemas). Untuk mengatasi hal ini, peternak dapat mengisolasi ayam
yang menunjukan gejala tersebut sehingga tidak menular terhadap ayam yang
lainnya serta memberikan vaksin kepada ayam tersebut agar imun tubuhnya
kembali membaik.

2.3 PELUANG PASAR USAHA AYAM RAS PEDAGING

Peluang pasar ayam pedaging, memang terbuka lebar. Ditinjau dari aspek
finansial, usaha peternakan ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu usaha
di bidang agribisnis yang memberikan keuntungan yang menggiurkan. Permintaan
pasar yang cukup kuat, sementara sarana distribusi atau tata niaganya tersebar di
mana-mana. Mulai dari pasar tradisional, warung-warung pinggir jalan, pedagang
sayur keliling hingga supermarket.Bagi peternak sendiri dalam memasarkan ayam
pedagingnya, disamping bisa langsung ke konsumen akhir, bisa juga melalui
pedagang pengumpul, pedagang eceran atau lewat pedagang besar. Saluran mana
yang dipilih sangat tergantung pada kondisi setempat dan tentunya yang paling
menguntungkan.
Dalam menjalankan usaha ayam pedaging termasuk pemasarannya, secara
umum terdapat dua jenis pola pengelolaan. Pola tersebut adalah secara mandiri
atau dalam bentuk plasma-inti.
Dengan pola mandiri, peternak melakukan semua aktivitas usahanya
secara sendiri-sendiri tanpa melibatkan pihak lain, sedangkan dalam pola plasma-
inti, peternak bekerja sama dengan perusahaan. Dalam hal ini pihak peternak
bertindak sebagai plasma, sementara perusahaan sebagai inti. Dengan pola
mandiri, para peternak menjalankan aktivitas usahanya menggunakan modal
sendiri. Di samping itu penjualan ayam pedaging biasanya ke pedagang
pengumpul. Hal ini dilakukan, karena pedagang pengumpul umumnya
menggunakan strategi menjemput bola yakni dengan mendatangi para peternak ke
rumah-rumah untuk membeli ayam pedaging yang baru dipetik. Manfaat yang
diperoleh peternak dengan melakukan penjualan ini adalah tidak perlu melakukan
tambahan aktivitas menjual ke pasar. Di samping itu para pedagang pengumpul
banyak yang berasal dari desa setempat dan tidak sedikit yang masih mempunyai
hubungan kerabat.
Sedangkan pada pola plasma-inti, semua modal ditanggung oleh
perusahaan inti. Sebelum aktivitas dimulai atau di awal-awal kegiatan, pihak
perusahaan selaku inti dan peternak selaku plasma menandatangani terlebih
dahulu kesepakatan atau kontrak harga jual ayam pedaging ketika panen
dilakukan. Biasanya dalam kontrak dibunyikan, apabila harga pasar ayam
pedaging di bawah harga kontrak, peternak tetap menerima harga jual seperti pada
saat penandatanganan kontrak harga jual ayam pedaging. Namun demikian
apabila harga pasar lebih tinggi dari harga kontrak, peternak selaku plasma
memperoleh penerimaan sesuai harga kontrak ditambah insentif dari pihak inti.
Para peternak plasma hanya diminta menyiapkan kandang dan tenaga, sedangkan
masalah pemasaran dan lain-lain seperti kebutuhan anak ayam atau, day old
chicken (DOC), pakan, sampai obat-obatan menjadi tanggung jawab pihak inti.
Setelah ayam pedaging berumur kurang lebih 35-40 hari maka ayam pedaging
siap dijual ke pedagang yang ditunjuk oleh pihak inti. Bentuk kerja sama plasma-
inti ini sangat menguntungkan khususnya para peternak yang terbatas pada
kemampuan penyediaan modal. Terlebih dalam situasi sulit akibat krisis ekonomi
yang berkepanjangan. Melalui kerjasama ini para peternak plasma tidak perlu
mengeluarkan modal besar yang selama ini masih merupakan momok utama
untuk investasi dalam usaha ayam pedaging. 
Dengan model plasma-inti, peternak plasma yang umumnya tersebar di
berbagai lokasi akan mendapatkan banyak keuntungan. Demikian juga halnya
dengan Para pedagang. Para pedagang yang ditunjuk oleh perusahaan inti untuk
membeli, sudah pasti mendapatkan jaminan pasokan ayam pedaging pada saat
panen tiba. Kedepannya para peternak bersatu dalam suatu lembaga seperti
koperasi sehingga akan memperoleh kemudahan dalam melakukan pemasaran.
Bagi pedagang diupayakan tidak hanya memikirkan keuntungan sendiri, sebab
dalam jangka panjang kontinuitas usaha harus diutamakan dengan menciptakan
perdagangan yang adil bagi semua pihak baik bagi pedagang sendiri maupun
peternak
13

BAB III
KESIMPULAN
Proses pemeliharaan ayam ras pedaging dimulai dari persiapan kandang
yang dilakukan dengan mempersiapkan kandang dari kotoran untuk membunuh
bibit penyakit, pengapuran dan pengosongan kandang selama 1- 2 minggu untuk
memotong siklus hidup bibit penyakit yang tertinggal. Temperatur yang ideal
untuk ayam broiler adalah 23-26° C (Fadilah, 2006). Vaksinasi dilakukan untuk
mencegah penyakit unggas menular yang tidak bisa diobati misalnya ND
(Newcastle Disease) dan gumboro. Umumnya bahan pakan sumber energi yang
digunakan berasal dari tumbuhan sementara sumber hewani hanya 5%. Bahan
pakan yang mengandung bahan berbahaya 8 akan berdampak kualitas ransum
yang dikonsumsi. Pengaturan proses-proses dalam tubuh ayam seperti, hidup
pokok, pertumbuhan, produksi daging maka dibutuhkan energi yang dapat
diperoleh dari konsumsi makanan. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
diklasifikasikan kedalam group protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin serta
air. Menurut Maynard dan Loosli (1069), karbohidrat dan lemak sangat
dibutuhkan tubuh ternak sebagai sumber energi. Energi yang terdapat dalam
bahan makanan tidak semuanya dapat digunakan dalam tubuh. Pertambahan berat
badan saja yang diketahui tidak cukup karena disebabkan oleh variasi-variasi
dalam komposisi karkas (Wahyu,1992). Protein berguna untuk membentuk
jaringan tubuh,memperbaiki jaringan yang rusak, untuk kebutuhan berproduksi
dan kelebihannya akan diubah menjadi energi. Energi yang terdapat dalam bahan
makanan tidak seluruhnya dapat dipergunakan oleh tubuh. Kandang merupakan
salah satu bagian dari manajemen ternak unggas yang sangat penting untuk
diperhatikan, kesalahan dalam konstruksi kandang dapat berakibat fatal yang
berujung pada kerugian bagi peternak.Sistem kandang tertutup (Closed House)
merupakan sistem kandang yang harus sanggup mengeluarkan kelebihan panas,
kelebihan uap air, gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2, dan NH3 yang ada di
dalam kandang. Keadaan suhu dan kelembaban pada kandang sistem closed house
ini tidak melewati ambang kritis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam yang
ideal. Kedua, manusia yang memelihara ayam itu (buruh atau pekerja). Sistem
yang dianut antara lain adalah sistem manajemen agribisnis. Untuk menjaga
kualitas daging yang terbaik, maka peternak perlu memperhatikan kesehatan ayam
dan menciptakan lingkungan yang higienis dan bebas stress bagi ayam. Untuk
mengatasi hal ini, peternak dapat mengisolasi ayam yang menunjukan gejala
tersebut sehingga tidak menular terhadap ayam yang lainnya serta memberikan
vaksin kepada ayam tersebut agar imun tubuhnya kembali membaik. Para
peternak plasma hanya diminta menyiapkan kandang dan tenaga, sedangkan
masalah pemasaran dan lain-lain seperti kebutuhan anak ayam atau, day old
chicken (DOC), pakan, sampai obat-obatan menjadi tanggung jawab pihak inti.
Setelah ayam pedaging berumur kurang lebih 35-40 hari maka ayam pedaging
siap dijual ke pedagang yang ditunjuk oleh pihak inti. Bentuk kerja sama plasma-
inti ini sangat menguntungkan khususnya para peternak yang terbatas pada
kemampuan penyediaan modal. Terlebih dalam situasi sulit akibat krisis ekonomi
yang berkepanjangan. Dengan model plasma-inti, peternak plasma yang
umumnya tersebar di berbagai lokasi akan mendapatkan banyak keuntungan. Para
pedagang yang ditunjuk oleh perusahaan inti untuk membeli, sudah pasti
mendapatkan jaminan pasokan ayam pedaging pada saat panen tiba. Kedepannya
para peternak bersatu dalam suatu lembaga seperti koperasi sehingga akan
memperoleh kemudahan dalam melakukan pemasaran. Bagi pedagang diupayakan
tidak hanya memikirkan keuntungan sendiri, sebab dalam jangka panjang
kontinuitas usaha harus diutamakan dengan menciptakan perdagangan yang adil
bagi semua pihak baik bagi pedagang sendiri maupun peternak.
15

DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) - Diponegoro


University  
  
           Institutional Repository (UNDIP-IR).
https://eprints.undip.ac.id/53976/3/Bab_II.pdf

Menilik Strategi Budi Daya Ayam Pedaging. (2020, April 1). PT Medion Ardhika
Bhakti.

           https://www.medion.co.id/menilik-strategi-budi-daya-ayam-pedaging-2/

Nirhayu, G. A. (2019). Seroprevalensi Penyakit Tetelo (Newcastle Disease) pada Ayam


Buras di Bali. Indonesia Medicus Vertinus, 497.

Rasyaf, M. (2012). Panduan beternak ayam pedaging. Niaga Swadaya.

n.d.). Etheses of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University.   

           https://etheses.uin-malang.ac.id/558/6/09620029%20Bab%202.pdf

(n.d.). Welcome to Umpo Repository - Umpo Repository. 

            https://eprints.umpo.ac.id/4763/1/BAB%20I.pdf

(n.d.).UMBY Repository - UMBY repository.


https://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/10938/2/BAB%20I-converted.pdf

Anda mungkin juga menyukai