Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Nasionalisme

Pengertian Nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan
tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang
mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa
bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme
bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini.
Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai
berikut :

1. Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.
2. Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise
bangsa.
3. Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-
kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih
unggul daripada bagian-bagiannya.
4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk
bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan kekuatan-kekuatan berikut :

(1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat;
(2) perluasan kekuasan negara kebangsaan;
(3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan
(4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.

Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragam-an, keserasian, kemandirian dan agresivitas.


(Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168).

Sebagai gejala historis nasionalisme pun bercorak ragam pula. Di Perancis, Inggris,
Portugis dan Spanyol sebagian besar nasionalisme dibangun atas kekuasaan monarik-monarki
yang kuat, sedangkan di Eropa Tengah dan Eropa Timur nasionalisme terutama dibentuk atas
dasar-dasar nonpolitis yang kemudian dibelokkan ke nation-state yang sifatnya politis juga.
Namun banyak sarjana berpendapat bahwa nasionalisme mendapat bentuk yang paling jelas
untuk pertama kali pada pertengahan kedua abad ke-18 dalam wujud revolusi besar Perancis dan
Amerika Utara.

Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai suatu


bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan
nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi pula Wertheim juga menegaskan bahwa
faktor-faktor seperti perubahan ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama
Islam, dinamika kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan
kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif nasionalisme
Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab buku
karangannya yang berjudul : Indonesian Society in Transision: A Study of Social Change(1956).

Pertumbuhan nasionalisme Indonesia ternyata tidak sederhana seperti yang diduga


sebelumnya. Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan identitasnya pada derajat integrasi
tertentu.

Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa transisi.
Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama
pendukungnya yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of belonging, artinya memiliki
nilai-nilai baru yang disepakati bersama. Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk
kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk
penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam
masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama,
maupun ras.

Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme , antara lain :

a. Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.


b. Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan
absolut , agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar sebagai warga negara.
c. Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.
d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.
Sejarah munculnya faham nasionalisme di dunia, juga tidak lepas dari pengaruh perang
kemerdekaan Amerika Serikat terhadap Revolusi Perancis dan meletusnya revolusi industri di
Inggris. Melalui revolusi perancis, paham nasionlisme meyebar luas ke seluruh dunia.

Prinsip – prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy,
antara lain :

a. Hasrat untuk mencapai kesatuan


b. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
c. Hasrat untuk mencapai keaslian
d. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

Apa itu Nasionalisme


Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau
mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun
lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti
kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain.

Nasionalisme berlebihan
Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita
harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-
bangsa lain.

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,


sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai
beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa
cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Nasionalisme Pancasila
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa:

 menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
 menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
 bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri
 mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa
 menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
 mengembangkan sikap tenggang rasa.

Rasa Kebangsaan
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena
adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa
lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.

Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi
wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa
memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham
kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.

Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri,
serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir
dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.

Wawasan kebangsaan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam mengekspresikan diri sebagai
bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungan nusantara itu. Unsur-unsur dasar wawasan
kebangsaan itu ialah: wadah (organisasi), isi, dan tata laku. Dari wadah dan isi wawasan itu,
tampak adanya bidang-bidang usaha untuk mencapai kesatuan dan keserasian dalam bidang-
bidang: Satu kesatuan bangsa, satu kesatuan budaya, satu kesatuan wilayah, satu kesatuan
ekonomi, dan satu kesatuan hankam.

Bagaimana sikap ASN terhadap Nasionalisme?


Setiap pegawai ASN harus memiliki nasional- isme dan wawasan kebangsaan yang kuat
dan mampu mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD tahun
1945.

Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak sekedar
wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat,
maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa
dan negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dangan mental blocknya, tetapi akan
senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara.

Nilai-nilai yang senantiasa berorientasi pada kepentingan publik (kepublikan) mejadi nilai
dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Untuk itu pegawai ASN harus memahami
dan mampu mengaktualisasikan Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan
kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing.

Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus
diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan
memuaskan public

Adapun fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara, setiap pegawai ASN
harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan
negara, menjadi pemersatu bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia,
dan menjaga keutuhan NKRI.
BELA NEGARA

Bela   Negara   adalah   sebuah   konsep    yang    disusun    oleh    perangkat 


perundangan   dan  petinggi suatu negara tentang patriotisme  seseorang,  suatu  kelompok  atau 
seluruh  komponen  dari suatu     negara     dalam  kepentingan  mempertahankan    eksistensi   
negara    tersebut.

Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal
tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah
memberikan  kehidupan  padanya.  Hal  ini  terjadi  sejak  seseorang  lahir,  tumbuh dewasa serta
dalam upayanya mencari penghidupan. Dalam  pelaksanaan  pembelaan  negara,  seorang 
warga  bisa  melakukannya  baik  secara  fisik  maupun  non  fisik.  Pembelaan negara secara
fisik diantaranya dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara
asing terhadap kedaulatan bangsa. 

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik
atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik
konsep  ini  diartikan  sebagai  upaya  untuk  serta  berperan  aktif  dalam memajukan bangsa dan
negara, baik melalui pendidikan, moral,  sosial  maupun  peningkatan  kesejahteraan  orang-
orang  yang menyusun bangsa tersebut

Landasan  konsep  bela  negara  adalah  adanya  wajib  militer.  Subyek dari konsep ini
adalah tentara atau perangkat pertahanan  negara  lainnya,  baik  sebagai  pekerjaan  yang 
dipilih  atau  sebagai  akibat  dari  rancangan  tanpa  sadar  (wajib  militer).  Beberapa negara
(misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi
syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental  atau 
keyakinan  keagamaan).  

Sebuah  bangsa  dengan  relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan
dari  wajib  militer  warganya,  kecuali  dihadapkan  dengan  krisis  perekrutan selama masa
perang. Di  beberapa  negara,  seperti  Amerika  Serikat,  Jerman,  Spanyol  dan   Inggris,   bela 
negara   dilaksanakan   pelatihan   militer,   biasanya   satu   akhir   pekan   dalam   sebulan. 
Mereka   dapat   melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi  bisa  merupakan  bagian  dari  pasukan 
cadangan  militer,  seperti Amerika Serikat National Guard.

Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan  Israel,  wajib 
untuk  beberapa  tahun  setelah  seseorang  menyelesaikan   dinas   nasional.   Sebuah   pasukan 
cadangan   militer  berbeda  dari  pembentukan  cadangan,  kadang-kadang  disebut  sebagai 
cadangan  militer,  yang  merupakan  kelompok  atau unit personel militer tidak berkomitmen
untuk pertempuran  oleh  komandan  mereka  sehingga  mereka  tersedia  untuk  menangani
situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.

A. Pengertian Bela negara di Indonesia


Bela  Negara  adalah  sikap  dan  perilaku  warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya 
kepada  Negara  Kesatuan  Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila    dan    Undang-
Undang    Dasar    1945    dalam    menjalin    kelangsungan    hidup    bangsa dan negara yang
seutuhnya.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu
hakikatnya kesediaan  berbakti   pada   negara   dan   kesediaan   berkorban   membela  negara. 
Spektrum  bela  negara  itu  sangat  luas,  dari  yang paling halus, hingga yang paling keras.
Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal  ancaman 
nyata  musuh  bersenjata.  Tercakup  di  dalamnya  adalah  bersikap  dan  berbuat  yang  terbaik 
bagi  bangsa  dan  Negara

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945


 Pasal  27  Ayat  3:  “Setiap  warga  negara  berhak  dan  wajib  ikut serta dalam
pembelaan negara.” 
 Pasal 30 Ayat 1: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
 Pasal 30 Ayat 2: “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan  melalui  sistem 
pertahanan  dan  keamanan  rakyat   semesta   oleh   Tentara   Nasional   Indonesia   dan 
Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia  sebagai  kekuatan  utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung.”
 Pasal  30  Ayat  3:  “Tentara  Nasional  Indonesia  terdiri  atas  Angkatan   Darat, 
Angkatan  Laut,   dan   Angkatan   Udara   sebagai alat negara yang bertugas
mempertahankan, melindungi,    dan    memelihara    keutuhan    dan    kedaulatan   
negara.”
 Pasal  30  Ayat  4:  “Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia  sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban  masyarakat  bertugas  melindungi,  mengayomi, 
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.”
 Pasal 30 Ayat 5: “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,  Kepolisian 
Negara  Republik  Indonesia,  hubungan  kewenangan  Tentara  Nasional  Indonesia  dan 
Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia  di  dalam  menjalankan  tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha  pertahanan  dan  keamanan  negara,  serta  hal-
hal  yang  terkait  dengan  pertahanan  dan  keamanan  diatur  dengan undang-undang.”

2. TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis Besar Haluan Negara


Dalam  Bab  IV,  ketetapan  arah  kebijaksanaan  pertahanan  dan  keamanan,  antara 
lain  disebutkan  pengembangan  kemampuan  sistem  pertahanan  keamanan  rakyat  semesta 
yang  bertumpu  pada  kekuatan  rakyat,  TNI  dan  Polri  sebagai  kekuatan  utama  yang 
didukung  komponen  lainnya  dengan  meningkatkan  kesadaran bela negara, melalui wajib
latih dan membangun kondisi juang, serta mewujudkan kebersamaan TNI, Polri, dan rakyat

3. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia


Pasal  2:  “Fungsi  Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia  adalah  salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

4. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM


 Pasal  68:  “Setiap  warga  negara  wajib  ikut  serta  dalam  upaya  pembelaan  negara 
sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.”
 Untuk  mewujudkan  kesadaran  dan  menyatukan  konsep  pembelaan  negara  di  tengah 
masyarakat,  salah  satunya  dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars
ini  digubah  oleh  salah  seorang  musisi  Indonesia  yang  memiliki nasionalisme, yaitu
Dharma Oratmangun.
 Selain  itu,  dalam  upaya  menjaga  kesadaran  bela  negara,  dibuatlah  sebuah  momen 
untuk  memperingatinya.  Hari  yang  sudah  ditetapkan  sebagai  hari  Bela  Negara 
dipilih  tanggal  19  Desember.  Penetapan  ini  dimulai  tahun  2006  oleh  Presiden 
Susilo  Bambang  Yudhoyono,  yang  dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 28 Tahun 2006.
C. Unsur Dasar Bela Negara
Didalam  proses  pembelaan  bangsa,  ada  beberapa  hal  yang  menjadi unsur penting,
diantaranya adalah: Cinta  Tanah  Air,  Kesadaran  Berbangsa  dan  bernegara,  Yakin  akan
Pancasila sebagai ideologi Negara, Rela berkorban untuk bangsa & Negara, Memiliki
kemampuan awal bela Negara

Dari unsur yang ada tersebut, bisa disebutkan mengenai beberapa hal yang menjadi contoh
proses pembelaan negara. Beberapa contoh tersebut diantaranya adalah: 
 Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama kebudayaan daerah yang
beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa  mencegah  adanya  pengakuan  dari  negara  lain 
yang  menyebutkan  kekayaan  daerah  Indonesia  sebagai  hasil  kebudayaan asli mereka.
Untuk para pelajar, bisa diwujudkan  dengan  sikap  rajin  belajar.  Sehingga  pada 
nantinya  akan  memunculkan  sumber  daya  manusia  yang  cerdas  serta  mampu 
menyaring  berbagai  macam  informasi  yang  berasal  dari  pihak  asing.  Dengan 
demikian,  masyarakat  tidak  akan  terpengaruh  dengan  adanya  informasi  yang 
menyesatkan dari budaya asing.
 Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal  ini  sebagai  perwujudan 
rasa  cinta  tanah  air  dan  bela  bangsa.  Karena  dengan  taat  pada  hukum  yang 
berlaku  akan    menciptakan    keamanan    dan    ketentraman    bagi    lingkungan serta
mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat.
 Meninggalkan    korupsi.    Korupsi    merupakan    penyakit    bangsa  karena  merampas 
hak  warga  negara  lain  untuk  mendapatkan kesejahteraan. Dengan meninggalkan
korupsi,  kita  akan  membantu  masyarakat  dan  bangsa  dalam  meningkatkan kualitas
kehidupan.
D. Tujuan Bela Negara
 Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
 Melestarikan budaya Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
 Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
 Menjaga identitas dan integritas bangsa/ Negara
E. Fungsi dan Tujuan Bela Negara
 Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman;
 Menjaga keutuhan wilayah negara; 
 Merupakan kewajiban setiap warga negara. 
 Merupakan panggilan sejarah;
F. Manfaat Bela Negara
 Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.
 Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
 Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
 Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
 Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
 Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
 Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
 Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
 Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
 Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
G. Contoh Implementasi Bela Negara
 Menciptakan  suasana  rukun,  damai,  dan  harmonis  dalam  keluarga. (lingkungan
keluarga)
 Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
 Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
 Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
 Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
 Menjaga    keamanan    kampung    secara    bersama-sama    (lingkungan masyarakat)
 Mematuhi   peraturan   hukum   yang   berlaku   (lingkungan   negara)
 Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
PILAR NEGARA
UUD 1945

UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN


Amandemen merupakan perubahan resmi atau catatan tertentu terutama untuk
memperbanyak, melakukan perubahan, melakukan penambahan atau bahkan melakukan
penghapusan pada catatan yang salah. Sebelum melakukan amandeman, UUD 1945 terdiri dari :

Sebelum Amandemen
1. Pasal I : PPKI mengatur dan menyelenggarakan kepindahan pemerintahan kepada
Pemerintah Indonesia
2. Pasal II : Segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut UUD
3. Pasal III : Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI
4. Pasal IV : Sebelum MPR, DPR, DPA dibentuk, segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Sesudah Amandemen
1. Pasal I : Segala peraturan perundang – undangan yang ada masih tetap berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
2. Pasal II : Semua Lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan UUD dan belum diadakan yang baru menurut UUD
3. Pasal III : MK dibentuk selambat – lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan belum dibentuk
segala kewenangannya dilakukan oleh MA
yang tidak diamandemen
1. Pasal 4 
2. Pasal 10 
3. Pasal 12 
4. Pasal 29 
5. Pasal 35 
Kronologi Perancangan dan Pengesahan UUD 1945
UUD adalah hokum dasar tertulis, UUD memiliki sejarah penting diantaranya :
 1 Maret 1945 dibentuklah BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai)
 29 Meri – 1 Juni 1945 gagasan negara yang dijabarkan oleh Moh Yamin, Soepomo dan
Ir. Soekarno
 22 Juni 1945 sebanyak 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan untuk
merancang Jakarta Charter yang diketuai oleh Ir. Soekarno
 Pada 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta disahkan oleh PPKI
 Pada 29 Agustus 1945 , UUD disahkan oleh PPKI
Pokok – Pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar asas persatuan (sila ketiga, hak merdeka)
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial begi seluruh rakyat Indonesia (sila kelima,
cita – cita negara)
3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan /
perwakilan (sila keempat, keyakinan hidup religious)
4. Negara berdasarkan asas ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab (sila pertama dan sila kedua, yaitu filsafat negara, tujuan negara dan
Pancasila)
Hubungan Antara Pembukaan UUD dengan Batang Tubuh UUD

1. Bagian pertama, kedua dan ketiga pembukaan UUD merupakan segolongan pernyataan
yang tidak mempunyai hubungan kasual organis dengan batang tubuh UUD 1945
2. Bagian keempat pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat kasual
organis batang tubuh UUD 1945 yang mencakup beberapa segi :
 UUD ditentukan ada
 Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintah negara yang
memenuhi persyaratan dan meliputi segala aspek penyelenggara negara
 Negara Indonesia ialah bentuk republic berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar negara
Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945

Sumber Hukum Formal


1. Undang – undang (Statue) : suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hokum
yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara
2. Kebiasaan (custom) : perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang – ulang dalam hal
yang sama kemudian diterima dan diakui masyarakat
3. Keputusan hakim (jurisprudensi) : keputusan hakim terdahulu yang dijadikan dasar
keputusan oleh hakim – hakim lain dalam memutuskan perkara
4. Traktat (trety) : perjanjian mengikat warga antara dua negara atau lebih
5. Pendapat sarjana hokum (doktrin) : merupakan pendapat para ilmuwan atau sarjana
terkemuka
Binneka tunggal ika
Sejarah Penemuan Bhinneka Tunggal Ika
 Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh Mpu Tantular,
pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk
pada abad XIV (1350-1389).
Sesanti tersebut terdapat dalam karyanya, kakawin Sutasoma yang berbunyi “Bhinna ika
tunggal ika, tan hana dharma mangrwa” yang artinya, “Berbeda-beda, tak ada pengabdian
yang mendua” Kutipan tersebut berasal dari pupuh 139, bait 5, kekawin Sutasoma.
 Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam kehidupan dalam pemerintahan kerajaan
Majapahit itu mengantisipasi adanya keanekaragaman agama yang dipeluk oleh rakyat
Majapahit pada waktu itu.
Meskipun mereka berbeda agama, mereka tetap satu pengabdian.
Sasanti yang merupakan karya Mpu Tantular diharapkan dijadikan acuan bagi rakyat
Majapahit dalam berdharma, sedangkan oleh bangsa Indonesia dijadikan semboyan dan
pegangan bangsa dalam membawa diri dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
 Pada 1951 semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai
semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun
1951
 Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 menyatakan bahwa:
Sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan yang terdapat dalam
Lambang Negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila. Kata bhinna ika kemudian
dirangkai menjadi satu kata bhinneka.
 Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal Ika dikukuhkan sebagai
semboyan resmi yang terdapat dalam lambang negara, dan tercantum dalam pasal 36A UUD
1945.
Seperti halnya Pancasila, istilah Bhinneka Tunggal Ika juga tidak tertera dalam UUD 1945
(asli), namun esensinya terdapat di dalamnya. Sebagai contoh:
 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia,
terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah – daerah dan golongan-golongan.
 Penjelasan UUD 1945 yang menyatakan:
Di daerah yang bersifat otonom, akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di
daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dalam teritori negara
Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende Jandschappen dan voksgemeenschappen.
Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
daerah yang bersifat istimewa.
Makna dari contoh di atas adalah dalam menyelenggarakan kehidupan kenegaraan perlu
ditampung keanekaragaman atau kemajemukan bangsa dalam satu wadah, yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Lambang Negara Indonesia
 Dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950, Pasal 3 Ayat (3) menentukan perlunya ditetapkan
lambang negara oleh pemerintah.
 Sebagai tindak lanjut dari pasal tersebut, terbit Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951
tentang Lambang Negara.
 Baru setelah diadakan amandemen UUD 1945, dalam pasal 36A menyebutkan bahwa
lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, menyebutkan lambang negara terdiri atas
tiga bagian, yaitu :
a. Burung Garuda yang menengok dengan kepala lurus ke sebelah kanannya.
b. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda.
c. Semboyan yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Di atas pita, tertulis
dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa Kuno yang berbunyi “Bhinneka
Tunggal Ika”

Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan
Dasar Negara Pancasila. Hal ini sesuai dengan komponen yang terdapat dalam Lambang Negara
Indonesia.
Konsep Dasar Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan bangsa yang
ditetapkan dalam UUD-nya. Oleh karena itu, untuk dapat dijadikan acuan secara tepat dalam
hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika perlu dipahami secara tepat dan
benar untuk selanjutnya dipahami cara untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika di kehidupan bangsa Indonesia, perlu mengacu pada
prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mengutamakan kepentingan
bangsa, bukan kepentingan individu. Berikut isi dalam Pembukaan UUD 1945:
a. Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa.
b. Kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia supaya rakyat dapat berkehidupan
kebangsaan yang bebas.
c. Salah satu misi negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Salah satu dasar negara Indonesia adalah Persatuan Indonesia yang merupakan wawasan
kebangsaan.
e. lngin diwujudkan dengan berdirinya negara Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dari isi dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, jelas bahwa prinsip kebangsaan mewarnai
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. lstilah individu atau konsep
individualisme tidak terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain, Bhinneka
Tunggal Ika yang diterapkan di Indonesia tidak berdasar pada individualisme dan liberalisme.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
 Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yaitu Asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa
dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras.
 Beberapa cara menyikapi kemajemukan di antaranya adalah:
1. Kemajemukan dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang
dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh.
2. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa,
tetapi kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa.
3. Kemajemukan diikat secara sinergi menjadi kekuatan yang luar biasa untuk
dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Paham Bhinneka Tunggal Ika
Paham Bhinneka Tunggal Ika oleh Ir. Sujamto disebut sebagai paham Tantularisme, bukan
paham sinkretisme. Paham Bhinneka Tunggal Ika dicoba untuk mengembangkan konsep baru
dari unsur asli dengan unsur dari luar.

Contoh:
Adat istiadat tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berwawasan kebangsaan.

Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika


Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika, yaitu:
1. Toleransi
Pembentukan kesatuan dari keanekaragaman (bukan pembentukan konsep baru dari
keanekaragaman) pada unsur atau komponen bangsa. Contoh: terdapat keanekaragaman
agama dan kepercayaan.

Artinya:
1. Ketunggalan Bhinneka Tunggal Ika tidak dimaksudkan untuk membentuk agama baru.
2. Setiap agama diakui seperti apa adanya, tetapi dicari common denominator dalam
kehidupan beragama di Indonesia.
3. Common denominator adalah prinsip-prinsip yang ditemui dari setiap agama yang
memiliki kesamaan.
4. Common denominator ini dipegang sebagai ketunggalan yang dipergunakan sebagai
acuan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif, melainkan bersifat inklusif
 Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif
Artinya:
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling
benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.
–Kelemahan pandangan sektarian dan eksklusif (tertutup):
—-Menghambat terjadinya perkembangan dalam menghadapi arus globalisasi dan
keanekaragaman budaya bangsa.
—-Memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan.
Cirinya: tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat.
–Cara menyikapi pandangan sektarian dan eksklusif:
Perlu adanya sifat terbuka yang terarah agar memungkinkan terbentuknya masyarakat
yang pluralistik secara koeksistensi, mamiliki sifat saling menghormati, tidak merasa
dirinya yang paling benar, dan tidak memaksakan kehendak pribadi kepada pihak lain.
Sehingga dapat berkembangnya menjadi masyarakat modern.
 Bhinneka Tunggal Ika bersifat inklusif
Artinya:
Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan
kehendaknya pada golongan minoritas.
Kelebihan:
Kelebihan dari Bhinneka Tunggal Ika yang bersifat inklusif ada pada segala peraturan
perundang-undangan khususnya peraturan daerah dibuat agar mampu :
— Mengakomodasi masyarakat yang pluralistik dan multikultural dengan tetap
berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
— Menghindari hal•hal yang memberi peluang terjadinya perpecahan bangsa.
3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalitas yang hanya menunjukkan perilaku semu
Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling mempercayai, saling menghormati,
saling mencintai, dan rukun. Hanya dengan cara demikian, keanekaragaman ini dapat
dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen (tidak divergen)
Hal ini bermakna bahwa perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk
dibesar-besarkan, melainkan dicari titik temu dalam bentuk kesepakatan bersama.
Kesepakatan tersebut akan terwujud jika dilandasi oleh sikap toleran, nonsektarian,
inklusif, akomodatif, dan rukun.
5. Terbuka
6. Koeksistensi damai dan kebersamaan
7. Kesetaraan
8. Musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda.
Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, secara konsistensi akan terwujud masyarakat yang
damai, aman, tertib, dan teratur sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.

Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea pertama disebutkan bahwa:
“Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Awalnya, kemerdekaan atau kebebasan diberi makna bebas dari penjajahan negara asing,
namun saat ini memiliki makna yang lebih luas yaitu menyangkut harkat dan martabat manusia,
serta hak asasi manusia, karena di era globalisasi berkembang neoliberalisme dan
neokapitalisme. Paham neoliberalisme dan neokapitalisme menyebabkan penjajahan dalam
bentuk baru, yaitu penjajahan dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan bidang
kehidupan yang lain. Dengan begitu, kemerdekaan dimaknai sebagai bebas dari berbagai
eksploitasi manusia oleh manusia dalam segala dimensi kehidupan, baik dari luar maupun dari
dalam negeri.
Manusia memiliki kebebasan dalam berpikir, berkehendak, memilih, dan bebas dari
segala macam ketakutan yang merupakan aktualisasi dari konsep hak asasi manusia, yaitu
menundukkan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.
Sementara itu, penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara harus berdasar pada Pancasila (dasar negara) yang telah ditetapkan oleh bangsa
Indonesia. Dengan demikian, penerapan Bhinneka Tunggal Ika harus dijiwai oleh konsep
religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas, dan sosialitas. Hanya dengan ini maka
Bhinneka Tunggal Ika akan teraktualisasi.
NKRI
Pengertian NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Mengetahui dan mempelajari NKRI adalah kewajiban kita sebagai warga
negara yang cinta tanah air. Agar kita bisa mengetahui apa saja tujuan dan
fungsi dari negara kita Indonesia ini. Mempelajari tentang negara Indonesia
akan membuat kita semakin cinta terhadap Negara Indonesia. Secara umum
Negara Indonesia merupakan negara yang berada di antara Benua Asia dan
Australia dan juga Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Negara Indonesia berbentuk Pemerintahan yang Demokrasi, Sistem
presidensial yang terdiri dari beberapa provinsi dan ribuan pulau yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Yang kaya akan budaya dan sumber
daya alam melimpah. Yang terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dengan tujuan dan fungsi masing-masing. Agar lebih detailnya berikut
ini penjabarannya.
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah negara kesatuan yang
berupa republik dengan sistem desentralisasi, yang mana pemerintah daerah
menjalankan otonomi dengan luas pada bidang pemerintahan, yang sudah
ditentukan oleh undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 1 ayat 1 NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Ketetapan ini
sudah disusun dalam pasan 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu terbadi atas kota dan kabupaten yang masing-masing
kota, kabupaten dan provinsi tersebut memilki pemerintahan daerah yang
diatur dengan Undang-Undang.
Pasal 18 UUD 1945 menjelaskan dengan detail NKRI adalah berikut ini:

 Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas daerah provinsi dan


daerah provinsi tersebut terbagi atas kabupaten dan kota, yang setiap
provinsi, kabupaten serta kota tersebut memiliki pemerintahan daerah
yang diatur dalam Undang-Undang.
 Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur
dengan menjalankan sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan
 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten serta kota
mempunyai DPRD yang anggotanya dipilih dari pemilihan umum
(Pemilu)
 Gubernur, Bupati dan Walikota adalah kepala pemerintahan masing-
masing daerah provinsi, kabupaten dan kota yang dipilih dengan cara
demokrasi
 Pemerintahan dearah menjalankan otonomi dengan seluasnya kecuali
bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditetapkan menjadi
bidang pemerintah pusat
 Pemerintah daerah memiliki hak menentukan peraturn daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk menjalankan otonomi dan tugas
pembantuan
 Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam Undang-Undang.

Tujuan Dan Fungsi NKRI (Negara Kesatuan Republik


Indonesia)
Tujuan merupakan sesuatu yang dengan ideal ingin dicapai/diraih, sedangkan
fungsi adalah melakukan tujua yang ingin dicapai. Tujuan dan fungsi dari
NKRI adalah sebagai berikut:
Tujuan NKRI Berdasarkan Pembukaan UUD 1945

 Sebagai pelindung segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah


darah Indonesia
 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia menurut kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial

Fungsi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Adapun fungsi dari NKRI adalah:

 Fungsi pembentukan lembaga negara


 Fungsi pembuatan UUD
 Fungsi menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara
 Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum
 Fungsi memeriksa pertanggungjawaban keuangan negara
 Fungsi pertimbangan
 Fungsi pemerintahan penyelenggaraan kemakmuran
 Fungsi kehakiman
 Fungsi perencanaan “aktivitas pembangunan Negara”

Bentuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Menurut Muhammad Yamin, bahwa kita hanya memerlukan negara yang
sifatnya unitarisme dan wujud negara kita adalah tidak lain Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Bentuk negara kesatuan itu berdasarkan pada
lima alasan sebagai berikut:

 Unitarisme adalah cita-cita gerakan kemerdekaan Indonesia


 Negara tidak memberikan tempat hidup untuk provinsialisme
 Tenaga-tenaga terdidik banyak berada di Pulau Jawa menjadikan tida
ada tenaga di daerah untuk membentuk negara federal
 Wilayah-wilayah di Indonesia tidak sama potensi dan kekayaannya
 Dari sudut geopolitik, dunia internasional menilai Indonesia kuat jika
sebagai negara kesatuan.

Berikut beberapa sikap dan perilaku Mempertahankan NKRI :

1. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga


seluruh kekayaan  alam yang terkandung di dalamnya.
2. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga
keutuhan, kedaulatan negara, dan mempererat persatuan bangsa.
3. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama, dan warna kulit.
Perbedaan yang ada akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan
menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan
bangsa.
4. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan
memiliki bangsa, bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta
memiliki pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Sang Saka Merah
putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan
nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
5. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu
semangat mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek
kehidupan sosial, baik alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerjasama, dan
kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
Memiliki wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar
yang harus dipatuhi, ditaati, dan dipelihara oleh semua komponen
masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu, antara lain Pancasila sebagai
landasan dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. Ketentuan
lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang
mengatur kehidupan bermasyarakat.
6. Mentaati peraturan, agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan
dengan tertib dan aman. Jika peraturan saling dila ar, akan terjadi
kekacauan yang dapat menimbulkan perpecahan.

Anda mungkin juga menyukai