Pengertian Nasionalisme
Pengertian Nasionalisme
Pengertian Nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan
tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang
mendalam terhadap bangsa itu sendiri.
Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa
bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme
bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini.
Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai
berikut :
1. Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.
2. Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise
bangsa.
3. Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-
kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih
unggul daripada bagian-bagiannya.
4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk
bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
(1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat;
(2) perluasan kekuasan negara kebangsaan;
(3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan
(4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.
Sebagai gejala historis nasionalisme pun bercorak ragam pula. Di Perancis, Inggris,
Portugis dan Spanyol sebagian besar nasionalisme dibangun atas kekuasaan monarik-monarki
yang kuat, sedangkan di Eropa Tengah dan Eropa Timur nasionalisme terutama dibentuk atas
dasar-dasar nonpolitis yang kemudian dibelokkan ke nation-state yang sifatnya politis juga.
Namun banyak sarjana berpendapat bahwa nasionalisme mendapat bentuk yang paling jelas
untuk pertama kali pada pertengahan kedua abad ke-18 dalam wujud revolusi besar Perancis dan
Amerika Utara.
Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa transisi.
Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama
pendukungnya yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of belonging, artinya memiliki
nilai-nilai baru yang disepakati bersama. Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk
kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk
penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam
masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama,
maupun ras.
Prinsip – prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy,
antara lain :
Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti
kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain.
Nasionalisme berlebihan
Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita
harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-
bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri
mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
mengembangkan sikap tenggang rasa.
Rasa Kebangsaan
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena
adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa
lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.
Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi
wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa
memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham
kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.
Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri,
serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir
dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.
Wawasan kebangsaan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam mengekspresikan diri sebagai
bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungan nusantara itu. Unsur-unsur dasar wawasan
kebangsaan itu ialah: wadah (organisasi), isi, dan tata laku. Dari wadah dan isi wawasan itu,
tampak adanya bidang-bidang usaha untuk mencapai kesatuan dan keserasian dalam bidang-
bidang: Satu kesatuan bangsa, satu kesatuan budaya, satu kesatuan wilayah, satu kesatuan
ekonomi, dan satu kesatuan hankam.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak sekedar
wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat,
maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa
dan negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dangan mental blocknya, tetapi akan
senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara.
Nilai-nilai yang senantiasa berorientasi pada kepentingan publik (kepublikan) mejadi nilai
dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Untuk itu pegawai ASN harus memahami
dan mampu mengaktualisasikan Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan
kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing.
Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus
diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan
memuaskan public
Adapun fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara, setiap pegawai ASN
harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan
negara, menjadi pemersatu bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia,
dan menjaga keutuhan NKRI.
BELA NEGARA
Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal
tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah
memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta
dalam upayanya mencari penghidupan. Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang
warga bisa melakukannya baik secara fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara
fisik diantaranya dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara
asing terhadap kedaulatan bangsa.
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik
atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik
konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-
orang yang menyusun bangsa tersebut
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini
adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang
dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara
(misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi
syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan).
Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan
dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa
perang. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela
negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan.
Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan
cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib
untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional. Sebuah pasukan
cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai
cadangan militer, yang merupakan kelompok atau unit personel militer tidak berkomitmen
untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani
situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara.
Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras.
Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman
nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik
bagi bangsa dan Negara
B. Dasar Hukum
Dari unsur yang ada tersebut, bisa disebutkan mengenai beberapa hal yang menjadi contoh
proses pembelaan negara. Beberapa contoh tersebut diantaranya adalah:
Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama kebudayaan daerah yang
beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa mencegah adanya pengakuan dari negara lain
yang menyebutkan kekayaan daerah Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka.
Untuk para pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga pada
nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang cerdas serta mampu
menyaring berbagai macam informasi yang berasal dari pihak asing. Dengan
demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan adanya informasi yang
menyesatkan dari budaya asing.
Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai perwujudan
rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada hukum yang
berlaku akan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi lingkungan serta
mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat.
Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena merampas
hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan. Dengan meninggalkan
korupsi, kita akan membantu masyarakat dan bangsa dalam meningkatkan kualitas
kehidupan.
D. Tujuan Bela Negara
Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
Melestarikan budaya Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Menjaga identitas dan integritas bangsa/ Negara
E. Fungsi dan Tujuan Bela Negara
Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman;
Menjaga keutuhan wilayah negara;
Merupakan kewajiban setiap warga negara.
Merupakan panggilan sejarah;
F. Manfaat Bela Negara
Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.
Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
G. Contoh Implementasi Bela Negara
Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga)
Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
PILAR NEGARA
UUD 1945
Sebelum Amandemen
1. Pasal I : PPKI mengatur dan menyelenggarakan kepindahan pemerintahan kepada
Pemerintah Indonesia
2. Pasal II : Segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut UUD
3. Pasal III : Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI
4. Pasal IV : Sebelum MPR, DPR, DPA dibentuk, segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Sesudah Amandemen
1. Pasal I : Segala peraturan perundang – undangan yang ada masih tetap berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
2. Pasal II : Semua Lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan UUD dan belum diadakan yang baru menurut UUD
3. Pasal III : MK dibentuk selambat – lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan belum dibentuk
segala kewenangannya dilakukan oleh MA
yang tidak diamandemen
1. Pasal 4
2. Pasal 10
3. Pasal 12
4. Pasal 29
5. Pasal 35
Kronologi Perancangan dan Pengesahan UUD 1945
UUD adalah hokum dasar tertulis, UUD memiliki sejarah penting diantaranya :
1 Maret 1945 dibentuklah BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai)
29 Meri – 1 Juni 1945 gagasan negara yang dijabarkan oleh Moh Yamin, Soepomo dan
Ir. Soekarno
22 Juni 1945 sebanyak 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan untuk
merancang Jakarta Charter yang diketuai oleh Ir. Soekarno
Pada 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta disahkan oleh PPKI
Pada 29 Agustus 1945 , UUD disahkan oleh PPKI
Pokok – Pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar asas persatuan (sila ketiga, hak merdeka)
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial begi seluruh rakyat Indonesia (sila kelima,
cita – cita negara)
3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan /
perwakilan (sila keempat, keyakinan hidup religious)
4. Negara berdasarkan asas ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab (sila pertama dan sila kedua, yaitu filsafat negara, tujuan negara dan
Pancasila)
Hubungan Antara Pembukaan UUD dengan Batang Tubuh UUD
1. Bagian pertama, kedua dan ketiga pembukaan UUD merupakan segolongan pernyataan
yang tidak mempunyai hubungan kasual organis dengan batang tubuh UUD 1945
2. Bagian keempat pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat kasual
organis batang tubuh UUD 1945 yang mencakup beberapa segi :
UUD ditentukan ada
Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintah negara yang
memenuhi persyaratan dan meliputi segala aspek penyelenggara negara
Negara Indonesia ialah bentuk republic berkedaulatan rakyat
Ditetapkannya dasar negara
Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan
Dasar Negara Pancasila. Hal ini sesuai dengan komponen yang terdapat dalam Lambang Negara
Indonesia.
Konsep Dasar Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan bangsa yang
ditetapkan dalam UUD-nya. Oleh karena itu, untuk dapat dijadikan acuan secara tepat dalam
hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika perlu dipahami secara tepat dan
benar untuk selanjutnya dipahami cara untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika di kehidupan bangsa Indonesia, perlu mengacu pada
prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mengutamakan kepentingan
bangsa, bukan kepentingan individu. Berikut isi dalam Pembukaan UUD 1945:
a. Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa.
b. Kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia supaya rakyat dapat berkehidupan
kebangsaan yang bebas.
c. Salah satu misi negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Salah satu dasar negara Indonesia adalah Persatuan Indonesia yang merupakan wawasan
kebangsaan.
e. lngin diwujudkan dengan berdirinya negara Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dari isi dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, jelas bahwa prinsip kebangsaan mewarnai
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. lstilah individu atau konsep
individualisme tidak terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain, Bhinneka
Tunggal Ika yang diterapkan di Indonesia tidak berdasar pada individualisme dan liberalisme.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yaitu Asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa
dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras.
Beberapa cara menyikapi kemajemukan di antaranya adalah:
1. Kemajemukan dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang
dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh.
2. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa,
tetapi kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa.
3. Kemajemukan diikat secara sinergi menjadi kekuatan yang luar biasa untuk
dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Paham Bhinneka Tunggal Ika
Paham Bhinneka Tunggal Ika oleh Ir. Sujamto disebut sebagai paham Tantularisme, bukan
paham sinkretisme. Paham Bhinneka Tunggal Ika dicoba untuk mengembangkan konsep baru
dari unsur asli dengan unsur dari luar.
Contoh:
Adat istiadat tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berwawasan kebangsaan.
Artinya:
1. Ketunggalan Bhinneka Tunggal Ika tidak dimaksudkan untuk membentuk agama baru.
2. Setiap agama diakui seperti apa adanya, tetapi dicari common denominator dalam
kehidupan beragama di Indonesia.
3. Common denominator adalah prinsip-prinsip yang ditemui dari setiap agama yang
memiliki kesamaan.
4. Common denominator ini dipegang sebagai ketunggalan yang dipergunakan sebagai
acuan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif, melainkan bersifat inklusif
Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif
Artinya:
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling
benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.
–Kelemahan pandangan sektarian dan eksklusif (tertutup):
—-Menghambat terjadinya perkembangan dalam menghadapi arus globalisasi dan
keanekaragaman budaya bangsa.
—-Memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan.
Cirinya: tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat.
–Cara menyikapi pandangan sektarian dan eksklusif:
Perlu adanya sifat terbuka yang terarah agar memungkinkan terbentuknya masyarakat
yang pluralistik secara koeksistensi, mamiliki sifat saling menghormati, tidak merasa
dirinya yang paling benar, dan tidak memaksakan kehendak pribadi kepada pihak lain.
Sehingga dapat berkembangnya menjadi masyarakat modern.
Bhinneka Tunggal Ika bersifat inklusif
Artinya:
Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan
kehendaknya pada golongan minoritas.
Kelebihan:
Kelebihan dari Bhinneka Tunggal Ika yang bersifat inklusif ada pada segala peraturan
perundang-undangan khususnya peraturan daerah dibuat agar mampu :
— Mengakomodasi masyarakat yang pluralistik dan multikultural dengan tetap
berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
— Menghindari hal•hal yang memberi peluang terjadinya perpecahan bangsa.
3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalitas yang hanya menunjukkan perilaku semu
Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling mempercayai, saling menghormati,
saling mencintai, dan rukun. Hanya dengan cara demikian, keanekaragaman ini dapat
dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen (tidak divergen)
Hal ini bermakna bahwa perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk
dibesar-besarkan, melainkan dicari titik temu dalam bentuk kesepakatan bersama.
Kesepakatan tersebut akan terwujud jika dilandasi oleh sikap toleran, nonsektarian,
inklusif, akomodatif, dan rukun.
5. Terbuka
6. Koeksistensi damai dan kebersamaan
7. Kesetaraan
8. Musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda.
Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, secara konsistensi akan terwujud masyarakat yang
damai, aman, tertib, dan teratur sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.