Anda di halaman 1dari 77

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim pencernaan
yang disekresioleh kelenjar saliva dan pankreas. Beberapa mekanisme ini bergantung pada sifat
intrinsikotot polos usus. Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex, termasuk kerja neuron
intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi, dan hormone saluran
ceerna. Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang disekresi oleh sel-sel di mukosa
dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi usus, pankreas, dan kandung
empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan sistem pencernaan ?
2.    Bagaimana fungsi umum sistem pencernaan ?
3.    Bagaimana struktur sistem pencernaan dari mulut sampai dengan anus ?
4.    Bagaimana pengaturan sistem pencernaan ?
5.    Apa saja organ aksesori sistem pencernaan ?

B. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk dapat mengetahui yang dimaksud dengan sistem pencernaan.
2. Untuk dapat mengetahui fungsi umum sistem pencernaan.
3. Untuk dapat mengetahui struktur sistem pencernaan dari mulut sampai dengan anus.
4. Untuk dapat mengetahui pengaturan sistem pencernaan.
5. Untuk dapat mengetahui macam-macam organ aksesori sistem pencernaan.
BAB 2
PEMBAHASAN

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tuba muscular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ asesoris, seperti gigi, lidah,
kelenjar ludah (saliva), hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di
bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal (GI).
A.    Fungsi system pencernaan. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air,
dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorbsi. Pencernaan
berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut :
1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.
2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
4.  Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorbsi dapat berlangsung.
5.  Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga bakteri  dalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.

B.     Gambaran garis besar saluran pencernaan

1.      Dinding saluran tersusun dari lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar.
Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.

a.       Mukosa (membran mukosa) tersusun atas tiga lapisan :


1)      Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi. dan absorbsi. di bagian ujung
oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelium skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi
untuk perlindungan. lapisan ini terdiri dari epitelium kolumnar simpel dengan sel goblet di area
tersebut yang dikhususkan untuk sekresi dan absorbsi.
2)      Lamina propia adalah jaringan ikat areolar yang menopang epitelium. lamina ini mengandung
pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa jenis kelenjar.
3)      Muscularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos
longitudinal luar.

b.      Submukosa terdiri dari jaringan areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik,
beberapa kelenjar submukosa dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut
pleksus Meissner (pleksus submukosa). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.
c.       Muscularis eksterna tersiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengontriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan
longitudinal memperpendek dan melebar lumen saluran. Kontraksi ini mengakibatkan
gelombang periataltis yang mengerakkan isi saluran ke arah depan.
1.      Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esofagus atas, serta otot polos
pada saluran selanjutnya.
2.      Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan serbut ganglion
parasimpatis, terletak di antara lapisan otot sirkular dalam dan longitudinal luar.
d.      Serosa (adventisia), lapisan keempat dan yang paling luar juga disebut peritoneum visceral.
Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epithelium
skuamosa simple. Dibawah area diafragma dan dalam lokasi tempat epithelium skuamosa
menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat di sekitarnya, area tersebut disebut
adventisia.
2. pertonium, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membrane serosa dalam tubuh.
a. peritonium parietal melapisi rongga abdominopelvis.
b. peritoneum visceral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh
berbagai lipatan.
c. rongga perinonial adalah rongga potensial antara visceral dan peritoneum parietal.
   d. mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang merefleks
balik dari peritoneum gliseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ abdominal satu
sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang. Pembuluh darah, limfatik, dan
saraf terletak dalam lipatan peritoneal.

     1. omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang meleka pada duodenum, lambung,
dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperti celemek diatas usus.
     2. Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.
     3. mesokolon melekatkan kolon ke dinding abdominal belakang.
     4. ligament falsiformis melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan diafragma.
    e. organ yang tidak terbungkus peritoneum,tetapi hanya tertutup olehnya disebut retroperitoneal (
di belakang peritoneum). Yang termasuk retropertoneal antara lain pancreas, duodenum, ginjal,
rectum, kandung kemih, dan beberapa rgan reproduksi perempuan.

C.  Kendali saraf pada saluran pencernaan. SSO menginrvasi keseluruhan saluran pencernaan, keculi
ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunteer.
  1. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek stimulasi
konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas.
Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.
   2. Impuls simpatis yang dibawa medulla spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi
otot polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan pencernaan.
   3. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut praganklionik
parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokaldan aktivitas sekertori
saluran.

1.      MULUT ( CAVUM ORIS )


Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ
pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di
antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi
di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung
dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat
pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa (frenulum linguas)
menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak papilasublingualis, yang memuat
lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini terletak lipatan
sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada kelenjar
parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka melalui duktus parotis
menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada
kedua sisi.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga
memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.

1.      Bibir terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di sebelah luar
ditutupi kulit yang mengandung folikel rambut, disebelah dalam ditutupi selaput lendir
(mukosa), dan area transisional memiliki epidermis transparan, bagian ini tampak merah karena
dilewati oleh banyak kapiler yang dapat dilihat. Otot orbikularis oris menutup bibir; levator
anguli oris mengangkat, dan depresor anguli menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah
bertemu membentuk sudut mulut.

2.   Palatum (langit-langit) terdiri atas dua bagian, yaitu palatum keras yang tersusun atas tajuk-
tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris, dan lebih ke belakang terdiri atas dua tulang
palatum. Di belakang ini terletak palatum lunak, yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak dan yang terdiri atas jaringan fibrus dan selaput lendir. Gerakannya dikendalikan
ototnya sendiri. Ditengah palatum lunak menggantung ke luar sebuah prosesus berbentuk
kerucut, yaitu uvula. Dari sini tiang-tiang lengkungan (fauses) melengkung ke bawah, ke
samping kiri dan kanan, dan di antara tiang-tiang ini terdapat lipatan rangkap otot dan selaput
lendir yang di sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.

3.      Pipi membentuk sisi berdaging pada wajah dan menyambung dengan bibir mulai pada
lipatan nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa
yang mengandung papila-papila. Otot yang terdapat pada pipi ialah otot buksinator.

4. Gigi-geligi dan pengunyahan. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi. Terdapat dua kelompok
gigi, yaitu gigi sementara atau gigi sulung dan gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi sulung,
sepuluh pada setiap rahang. Dari tengah kedua sisi berturut-turut dinamai: dua insisivus atau gigi
seri, satu kanina atau gigi taring, dan dua molar atau geraham. Gigi tetap lebih banyak yaitu tiga
puluh dua, enam belas pada setiap rahang. Dari tengah ke samping berturut-turut disebut: dua
insisivus, satu taring, dua premolar ( geraham depan), dan tiga molar ( geraham belakang).

      Umumnya pada seorang bayi gigi pertamanya muncul pada umur enam bulan. Insisivus
tengah pada rahang bawah yang pertama keluar, kemudian insisivus lateral. Molar pertama
keluar pada kira-kira umur dua belas sampai lima belas bulan, gigi taring pada delapan belas
bulan, dan akhirnya pada dua puluh bulan molar lainnya.
      Seorang anak berumur dua belas bulan biasanya telah memiliki delapan gigi, dua insisivus
tengah dan dua yang lateral pada kedua rahang. Pada umur dua tahun si anak telah memiliki gigi
sulung yang lengkap. Pada umumnya gigi pada rahang bawah lebih dahulu  keluar daripada gigi
pasangannya pada rahang atas.
Gigi tetap mulai menggantikan yang sementara pada kira-kira umur enam tahun. Yang
pertama-tama keluar ialah sebuah molar di belakang gigi-gigi sementara di setiap sisi, kemudian
pada umur tujuh sampai delapan tahun keluar gigi insisivus, pada umur sembilan sampai sepuluh
tahun geraham premolar, dan umur sebelas tahun gigi taring, pada kira-kira dua belas tahun
geraham molar kedua dan terakhir geraham bungsu.
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi,
lehernya dikelilingi gusi(gingiva), dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang
sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapatronggapulpa. Pulpa gigi berisi sel
jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas ditutupi
email, yang jauh lebih keras daripada dentin.
Proses mengunyah. Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi
anterior (insisivus) menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja
menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi
dengan kekuatan sebesar 55 pound pada incisivus dan 200 pound pada molar.
      Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial
kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak akan menimbulkan
pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus,
amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu
seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun ke bawah.
Penurunan ini kemudian menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang
menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang
menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali
rebound pada saat yang lain, dan ini terjadi terulang-ulang.
Mengunyah bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi terutama sekali untuk
sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mampunyai membran selulosa
yang tidak mudah dicerna. Membran ini melingkupi bagian-bagian zat nutrisi sehingga harus
diuraikan sebelum makanan dapat dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan
makanan untuk alasan sederhana berikut: enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada
permukaan partikel makanan; karena itu, kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total
area permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan
hingga traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari
lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus berikutnya.
Menelan. Menelan dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap.
Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan melalui
bagian belakang mulut masuk ke dalam faring.
      Setelah makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis
menutup oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan
mendorongnya masuk esofagus. Pada saat ini pernapasan berhenti, kalau tidak maka akan
tersedak.  Orang tak dapat menelan dan bernapas pada saat yang sama. Gerakan menelan pada
bagian ini merupakan gerakan refleks.
      Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan
makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik
menghantarkan bola maknan ke lambung.
      Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terkadi tidak atas kemauan sendiri, sedangkan
tahap pertama, meskipun atas menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat halus akan
mencegah ekskoriasi kemauan sendiri, sebagian besar berjalan otomatis.
      Esofagus dapat terserang kardio-spasme atau akalasia, disebabkan kegagalan fungsi motorik
yang berupa hilangnya gerakan peristaltik di bagian bawah usofagus dan kegagalan sfinkter
kardiak untuk mengendor. Gejala utama ialah disfagia (kesukaran menelan) dan regurgitasi.
      Pengobatan konservatif yang berupa dengan perlahan-lahan makan makanan yang mudah
ditelan ada kalanya menolong. Atau usaha untuk membuka sfinkter kardiak bila perlu dapat
dilaksanakan. Kalau cara ini gagal maka perlu dipertimbangkan tindakan pembedahan.
Kesehatan gigi harus ditekankan. Anak-anak sejak kecil sudah dapat belajar menggosok gigi
mereka dalam gerakan naik-turun, sisi dalam dan luar, sesudah makan dan sebelum pergi tidur.
Jajan dan gula-gula jangan dimakan si antara waktu makan, atau menjelang tidur. Hal ini
merupakan sumber penyakit gigi yang lazim.
      Pertumbuhan gigi, baik yang sementara maupun yang tetap, harus di awasi. Kunjungan
teratur pada dokter gigi. Kalau dapat setiap bualan, atau sedikit-dikitnya 4 sampai 6 bulan. Tidak
adanya rasa sakit bukan berarti tidak ada penyakit atau karies gigi. Pada masa remaja kunjungan
ke dokter gigi boleh dikurangi. Kemudian pada umur dewasa junjungan boleh lebih jarang, tetapi
sebaiknya tetap teratur.

5.      Lidah
      Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indra khusus pengecap.
Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot intrinsik, lidah melakukan semua
gerakan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya
serta ,elaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan
menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi, dan akhirnya
mendorongnya masuk faring.
      Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar
pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke
belakang, tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur
ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah
bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar
mulut, ujung lidah berbentuk bulat. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan
pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beledu dan ditutupi papil-
papil, yang terdiri atas tiga jenis.
  Papila sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah jenis ini yang terletak pada bagian
dasar lidah. Papila sirkumvalata adalah jenis papila terbesar, dan masing-masing dikelilingi
semacam lekukan seperti parit. Papila ini tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian
belakang lidah.
Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk
jamur.Papila fliformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah.
Organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap.
Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan asin. Kebanyakan makanan
memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan
bukan ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan,
serta harus sungguh-sungguh bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima
rangsangan berbeda-beda. Puting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang
berbeda-beda juga.

6.    Kelenjar Ludah( Saliva)


      Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas gabungan
kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil. Saluran-saluran
dari setiap alveolus bersatu membentuk saluran yang lebih besar dan yang menghantar sekretnya
ke saluran utama dan melalui ini sekret dituangkan ke dalam mulut.
      Kelenjar ludah yang utama ialah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.
Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan dan
terletak dekat di depan agak ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui
saluran parotis atau saluran Stensen, yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan
geraham (molar) kedua atas. Ada dua struktur penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu
arteri karotis eksterna dan saraf kranal ketujuh (saraf fasialis).
Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya sesudah kelenjar parotis. Terletak di bawah
kedua sisi tulang rahang, dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Sekretnya dituangkan ke
dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton, yang bermuara di dasar
mulut, dekat frenulum linguage.
Kelenjar sublingualis adalah yang terkecil. Letaknya di bawah lidah kanan dan kiri
frenulum linguage dan menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa muara
kecil.
Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan pertama yang
mencernakan makanan. Deras aliran saliva dirangsang oleh :
1.         Adanya makanan dalam mulut
2.         Melihat, membaui, dan memikirkan makanan

2.      FARING
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring berupa
slauran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian
terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebrata servikal
keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus. Pada
ketinggian ini laring juga bersambung dengan trakea (batang tenggorok). Panjang faring kira-kira
tujuh sentimeter dan dibagi atas tiga bagian :
 a.       Nasofaring, di belakang hidung. Di dinding pada daerah ini terdapat lubang saluran  
Eustakhius. Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada nesofaring.
 b.      Faring oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di dinding lateral daerah faring.
 c.       Faring laringeal ialah bagian terendah yang terletak di belakang laring.
     Di dalam faring terdapat tujuh lubang-dua dari saluran Eustakhius, dua bagian posterior
lubang hidung (nares) yang berada di belakang rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus.
Struktur faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan
fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling dalam, bersambung dengan
lapisan dalam hidung, mulut, saluran Eustakhius. Lapisan dalam pada bagian atas faring ialah
epitelium saluran pernapasan dan bersambung dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring
yang bersambung dengan mulut dilapisi epitelium berlapis.
      Lapisan fibrosanya terletak  antara lapisan mukosa dan lapisan berotot. Otot utama pada
faring ialah otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan
mendorongnya ke dalam esofagus.
Kedua tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri
faring di antara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh
limfe dan mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa yang
bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan ke dalam
lekukan yang banyak ini sejumlah besar kelenjar penghasil mukus menuangkan sekresinya.
Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis depan
pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan tenggorok. Meskipun demikian
tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu ketika terjadi tonsilitis (peradangan tonsil) atau sebuah
abses peritonsiler. Setelah pengobatan dengan antibiotika dan pengobatan lokal, tonsilektomi
dapat dipertimbangkan. Tetapi dewasa ini hal itu kurang dijalankan daripada dulu.
Selaput lendir faring yang dekat lubang posterior nares dan lubang saluran (tuba) Eustakhius
juga mengandung jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan tonsil. Bila menjadi hipertrofik,
jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan terjadilah keadaan yang disebut sebagai
pembesaran adenoid.

3.      ESOFAGUS
Merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung
dalam hal ini adalah meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut terdapat
daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan
agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan sepanjang esofagus,
terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung
Di pangkal leher, terdapat dua saluran, yaitu batang tenggorokan dan kerongkongan. Batang
tenggorokan merupakan saluran pernapasan, sedangkan kerongkongan merupakan saluran
penghubung antara rongga mulut dan lambung. Kedua saluran ini dipisahkan oleh sebuah katup.
Katup akan menutup ketika sedang makan, dan akan terbuka ketika sedang bernapas. Itu
sebabnya dianjurkan untuk tidak berbicara ketika sedang makan sebab dapat menimbulkan
tersedak.
Panjang kerongkongan kira-kira 20 cm dan berdiameter 1 inchi. Kerongkongan terdiri atas
otot yang lentur. Makanan yang berada di dalam kerongkongan akan didorong oleh dinding
kerongkongan menuju lambung. Gerakan seperti ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik
dilakukan oleh otot dinding kerongkongan.
Menelan
Menelan  (deglutition) adalah suatu respon reflek yang dicetuskan oleh impuls aferen di
nervus trigeminus, glosofaringeous, dan vagus. Impuls-impuls ini terintegrasin di nukleus 
traktus solitaries dan nucleus ambigus. Serabut-serabut eferen berjalan ke otot faring dan lidah
melalui nervus trigeminus, fasialis dan hipoglassus. Menelan diawali dengan kerja volunteer,
yakni mengumpulkan isi mulut di lidah dan mendorongnya ke belakang menuju faring. Hal ini
mencetuskan serangkaian gelombang kontraksi involunter pada otot faring yang mendorong
makanan ke dalam esophagus. Inhibisi pernapasan dan penutupan glotis  merupakan bagian dari
respon reflek ini. Terjadi suatu kontraksi nperistaltik berbentuk cincin dari otot esophagus di
belakang makanan, yang kemudian menyapu makanan menuruni esofagus dengan kecepatan 4
cm/ detik. Jika manusia berada pada posisi tegak, cairan dan makanan setengah padat umumnya
jatuh oleh gaya tarik bumi ke esofagus bawah, yang mendahului gelombang peristaltic

Sfingter esofagus bawah


Tidak seperti bagian esofagus lain, otot pada perbatasan lambung dan esophagus (SEB)
bersifat tonik aktif tetapi melemah sewaktu menelan. Aktifitas tonik SEB antara waktu makan
refluks isi lambung kedalam esophagus. SEB terdiri atas 3 komponen. Otot polos esophagus
lebih menonjol diperbatasan dengan lambung (sfingter intrinsic). Serabut dari bagian crus
diafragma, berupa otot rangka, mengelilingi esophagus dibagian ini ( sfingter ekstrinsik) dan
menimbulkan efek yang menyerupai penjepit selang esophagus. Selain itu serat oblik dinding
lambung membentuk suatu katup flap yang membantu menutup perbatasan esophagus-lambung
dan mencegah regurgitasi apabila tekanan intragastrik meningkat.
Tonus SEB berada dibawah kendali saraf. Pengeluaran asetil kolin dari ujung nervus vagus
meyebabkan sfingter intrinsik berkontraksi, dan pengeluaran NO dan VIP dari interneuron yang
dipersarafi oleh serabut vagus yang lain menyebabkan sfingter tersebut melemah. Kontraksi
bagian crus diafragma, yang dipersarafi oleh nervus phrenicus, dikoordinasikan dengan
pernapasan dan kontraksi otot dada dan perut. Jadi, sfingter intrinsic dan ekstrinsik bekerja sama
sehingga makanan mengalir dengan baik ke lambung dan tidak  terjadi refluks isi lambung ke
dalam esophagus.
Akalasia adalah suatu keadaan yang menyebabkan akumulasi makanan di esophagus dan
pelebaran organ tersebut. Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan tonus SEB dan relaksasi
sfingter yang tidak sempurna saat menelen. Ada kelainan ini, pleksus mienterikus esophagus di
SEB berkurang, dan peleasan NO dan VIP menjadi terganggu. Kelainan ini dapat ditangani
dengan dilatasi pneumatic sfingter atau insisi otot esophagus (miotomi). Inhibisi pelepasan asetil
kolin oleh penyuntikan toksin botulinum kedalam SEB juga efektif dan menghasilkan perbaikan
yang menetap beberapa bulan.

4.  LAMBUNG
      Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung esofagus
dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak ke kiri
dari garis tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung
dipengaruhi oleh perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung.
Lambung terdiri dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi dengan
2 sfingter yakni sfingter kardia (terletak dekat dengan lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat
dengan pilorus).
Kapasitas lambung pada orang dewasa  1500 ml. Pada lapisan mukosa lambung terdapat
lipatan-lipatan yang disebut “Rugae” yang meregang pada saat terjadi penambahan volume / isi
lambung. Mukosa lambung juga mengandung banyak kelenjar yang mensekresi enzim-enzim
pencernaan. Didalam lambung terdapat getah lambung, yang membuat makanan lebih cair dan
asam. Getah lambung mengandung air, garam, mineral, lendir, asam hidrochlorida (Hcl),
pepsinogen, renin.
Makanan yang sudah masuk ke dalam lambung akan tetap didalam lambung selama  - 3 jam
atau lebih, sesuai dengan sifat makanan dan muskularitas lambung dan diperlukan 15-30 menit
diujung kardia lambung yang bertindak sebagai reservoar.
Manfaat Asam Lambung:
1.      Memberi reaksi asam yang diperlukan oleh enzim lambung.
2.      Membunuh bakteri.
3.      Mengontrol pilorus.
4.      Menghentikan kerja ptialin.
5.      Mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
Fungsi Lambung:
1.      Mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar
lambung dan memghasilkan zat yang bernama chyme.
2.      Melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah lambung.
3.      Mensekresi faktor instrinsik.
4.      Tempat penyimpan makanan (s/d 1,5 L tanpa nyeri)
5.      Mensekresikan HCl dan enzim u/ memulai pencernaan protein
6.      Mencegah masuknya sebagaian kuman
7.      Absorpsi : alkohol dan obat-obatan (aspirin)

Sekresi lambung
Sel kelenjar lambung menyekresikan sekitar 2500Ml getah lambung setiap hari. Getah
lambung ini mengandung beberapa macam zat.
Asam hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar korpus lambung membunuh sebagian besar
bakteri yang masuk, menghasilkan ph yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta
merangsang aliran empedu.

Sawar mukosa
Konsentrasi asam dalam getah lambung cukup pekat untuk dapat menimbulkan kerusakan
jaringan. Pada keadaan normal tidak terjadi kerusakan karena adanya sawar mukosa yang
dibentuk oleh mucus dan HCO3 . Mukus yang disekresikan oleh sel leher kelenjar lambung dan
sel mukosa permukaan terdiri atas glikoprotein yang disebut musin dan membentuk suatu gel
fleksibel yang melapisi mukosa. Sel mukosa permukaan juga mensekresi HCO3. Sebagian besar
HCO3 terperangkap dalam gel mucus sehingga terbentuk suatu gradient ph yang memiliki
rentang ph 1,0-2,0 disisi lumial dan 6,0-7,0 di permukaan sel epitel. HCl yang disekresikan oleh
sel parietal dikelenjar lambung melintasi sawar ini dalam kanal berbentuk jari, dengan
menyisakan lapisan gel lainnya yang utuh.
Mucus dan HCO3 yang disekresikan oleh sel mukosa juga berperan penting dalam melindungi
lambung dari kerusakan ketika getah lambung yang sangat asam disekresikan kedalamnya.
Prostaglandin merangsang sekresi mucus. Sekresi HCO3juga dirangsang oleh prostaglandin dan
reflex setempat.
Sekresi pepsinogen
Chief cell yang menyekresi pepsinogen (precursor inaktif dalam getah lambung)
mengandung granula zimogen. Proses sekresi yang terjadi serupa dengan proses sekresi
tripsinogen dan enzim pancreas lainnya oleh pancreas. Aktifitas pepsinogen dapat dideteksi
dalam plasma dan dalam urine yang disebut uropepsinogen.

Pengaturan sekresi lambung


Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme saraf dan humoral. Koponen saraf
merupakan reflek autonom local, yang melibatkan neuron kolinerdik, dan impuls dari SSP
melalui nervus vagus. Rangsangan vagus meningkatkan sekresi gastrin melalui pelepasan GRP.
Serabut vagus lain melepaskan asetil kolin, yang bekerja langsung pada sel kelenjar di korpus
dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsangan nervus vagus di dada atau
leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin tetapi vagotomi tidak menghilangkan respon sekresi
terhadap rangsangan local.
Pengaruh otak atau sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan diinduksi
oleh aktifitas di SSP. Pengaruh lambung adalah respon reflek local dan respon terhadap gastrin.
Pengaruh usus adalah efek reflex dan umpan balik hormonal pada sekresi lambung yang
dicetuskan dari mukosa usus halus.

Motilitas dan pengosongan lambung


Apabila makanan masuk kedalam lambung, vundus dan bagian atas korpus akan melemas
dan mengakomodasi makanan dengan sedikit peningkatan tekanan (relaksasi reseptif). Peristaltis
kemudian dimulai dibawah korpus, yang mencampur dan menghaluskan makanan serta
memungkinkan makanan dalam bentuk setengah cair mengalir sedikit demi sedikit melalui
pylorus dan memasuki duodenum.

Relaksasi diperantarai oleh nervus vagus dan dipicu oleh pergerakan faring dan esofagus.
Gelombang pristaltik yang diatur oleh SEB lambung segera timbul dan menyapu kearah pylorus.
Kontraksi lambung distal yang ditimbulkan oleh setiap gelombang kadang-kadang disebut sistol
antrum dan dapat berlangsung sampai 10 detik. Gelombang-gelombang ini timbul 3-4 kali setiap
menit.
Pada pengaturan pengosongan lambung, antrum, pylorus, dan duodenum bagian atas
tampaknya berfungsi sebagai suatu kesatuan. Kontraksi antrum diikuti oleh kontraksi berurutan
daerah pylorus dan duodenum. Di antrum, kontraksi parsial didepan isi lambung yang sedang
bergerak maju akan mencegah masuknya massa padat di duodenum, dan isi lambung akan
dicampur dan dihancurkan. Isi lambung yang lebih cair dialirkan sedikit demi sedikit kedalam
usus halus. Secara normal, regurgitasi dari duodenum tidak terjadi karena kontraksi egmen
pylorus cenderung menetap sedikit lebih lama daripada kontraksi duodenum. Pencegahan
regurgitasi ini juga dapat disebabkan oleh stimulasi CCK dan sekretin pada sfringter pylorus.
Kontraksi lapar
Kontraksi lambung diantara waktu makan, yang mungkin diperantarai oleh MMC, terkadang
dapat kita rasakan dan bahkan dapat menimbulkan sedikit nyeri. Kontraksi lapar ini berkaitan
dengan rasa lapar dan semul diduga merupakan pengatur nafsu makan yang penting namun, pada
hewan yang mengalami denerfasi lambung dan usus, asupan makanan tetap normal.

5.      USUS HALUS (INTESTINE)


Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke
sambungannya dengan usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter,
berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.
Usus halus terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya adalah
mencerna dan absorbsi makanan.
Dalam usus halus terdapat membran mukosa yang mempunyai penampilan beludru akibat
adanya tonjolan seperti rambut yang disebu “villi”. Setiap villi mengandung pembuluh limfe
(lakteal) dan pembuluh darah. Membran mukosa tersebut menaikkan area yang tersedia untuk
absorbsi.

Bagian pertama duodenum kadang-kadang disebut duodenal cak atau bulb. Daerah ini
menerima isi lambung yang bersifat asam, yang mengalir emlalui vilorus dan merupakan tempat
redileksi terjadinya kulkus peptikum. Di ligantum treitz, duodenum berubah menjadi jejunum.
Berdasarkan kesepakatan, 40% bagian atas usus halus sebelah distal duodenum disebut jenunum
dan 60% sisanya disebut ileum, walaupun tidak terdapat batas anatomi yang jelas diantara
keduanya. Katup ileosekum menandai titik berakhirnya ileum di kolon.
Usus halus berukuran lebih pendek pada keadaan hidup disbanding pada kadever, setelah
kematian usus halus memanjang dan melemas. Jarak dari pylorus ke katup ileosekum pada
manusia hidup dikatakan sebesar 285cm. setelah kematian, otot disebagian besar saluran cerna
melemas sehingga jarak yang diukur saat otopsi menjadi lebih panjang.
Mukosa usus halus mengandung kelenjar limfe soliter dan terutama di ileum, nodulus
limfatik agrigat (plakpeyer) disepanjang batas yang berlawanan dengan perlekatan mesenterium.
Disepanjang usus halus terdapat kelenjar usus tubuler sederhana (kriptus lieberkuhn). Selain itu
di duodenum terdapat kelenjar duodenum asinotubuler kecil yang berbentuk seperti kumparan
(kelenjar brunner). Epitel usus halus mengandung berbagai jenis sel neuroendokrin dan banyak
lipatan mirip katup (valvulae conniventes) di membrane mukosa.
Di sepanjang usus halus, membrane mukosa diliputi vilus. Terdapat 20-40 vili per
milimeterpersegi mukosa. Setiap vilus usus merupakan tonjolan berbentuk jari yang panjangnya
0,5-1 cm, dan dibungkus oleh satu lapisan silindris serta berisi jaringan kapiler dan pembuluh
limfe (lacteal). Di setiap vilus terdapat perluasan otot polos lapisan submukosa yang berjalan
longitudinal sampai ke ujung vilus. Ujung bebas sel-sel epitel vilus dibagi menjadi mikrovili
yang halus. Mikrovili dibentuk oleh glikoliks, yakni suatu lapisan amorf yang kaya akan gula
netral dan gula amino. Mikrovili membentuk brush border. Sel dihubungkan satu sama lain oleh
taut erat. Lapisan luar membran sel mukosa mengandung banyak enzim yang berperan pada
proses pencernaan yang diawali oleh enzim air liur, lambung, dan pankreas.

Permukaan absorbtif usus haus meningkat sekitar 600 kali lipat oleh adanya valvulae
conniventes, vilus, dan milkrovilus. Diperkiraan luas permukaan bagian dalam silinder mukosa
seukuran usus halus adlah sekitar 3300 cm2, valvulae meningkatkan luas permukaan menjadi
10.000cm2, vilus meningkatkannya menjadi 100.000 cm2 dan mikrovilus meningkatkannya
menjadi 2 juta cm2. Enterosik di usus halus dibentuk dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi dan
membelah secara aktif dikriptus lieberkuhn. Sel-sel ini bermigrasi keujung vilus, tempat sel-sel
tersebut mengalami apoptosis dan dilepaskan kedalam lumen usus dalam jumlah besar. Lama
hidup rata-rata sel adalah 2-5 hari, bergantung pada spesies. Pada manusia, jumlah sel yang
dilepaskan per hari diperhitungkan sekitar 17 miliar, dan jumlah protein yang disekresikan
dengan cara ini adalah sekitar 30 gram per hari. Dilambung, sel-sel mukosa dengan cepat
dilepaskan oleh sel-sel baru.
Sel panet-sel endokrin yang berada di kedalaman kriptus lieberkuhn mengeluarkan defensin
yakni peptide anti biotika alami yang juga dikeluarkan ditubuh lain. Enterosit yang bermigrasi
terpapar oleh defensin berkadar tinggi, dan hal ini melindungi sel-sel tersebut saat sel bergerak
ke puncak vilus. Sel panet juga dapat mengeluarkan guanilin.

Mukus usus

Mucus disekresikan oleh sel epitel permukaan disepanjang saluran cerna, leh kelenjar
brunner di duodenum, dan oleh sel gobet di mukosa usus halus dan usus besar. Selain fungsi
protektif permukaan mukosa, sel mucus melumasi makanan dan menahan immunoglobulin
ditempatnya. Sekresi musin dipercepat oleh rangsangan kolinergik dan oleh iritasi kimia dan
fisika. Musin yang sedikit berbeda disekresikan oleh sel gobet lain. Pada orang yang mengidap
tumor usus dan pasien colitis ulseratif, komposisi musin mengalami perubahan.

Motilitas usus

MMC yang berjalan di sepanjang usus dengan interfal teratur pada keadaan kuasa dn
digantikannya MMC oleh peristalsis dan kontraksi lain yang dikontrol SEB telah dijelskan
sebelumnya. Di usus halus, rata-rata terdapat 12 siklus SEB per menit di jejunum proksimal,
yang berkurang menjadi 8 per menit di ileum distal. Terdapat 3 jenis kontraksi otot polos yaitu
gelombang peristalsis, kontraksi segmentasi dan kontraksi tonik. Kontraksi peristalsis
mendorong isi usus (kimus) kea rah usus besar. Kontraksi segmentasi merupakan kontraksi
berbentuk cincin yang muncul dalam interval yang relative teratur di sepanjang usus, lalu
menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-segmen diantara
kontraksi-kontraksi lainnya. Kontraksi ini mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan
pajanannya pada permukaan mukosa. Kontraksi segmentasi dipicu oleh peningkatan local influx
Ca2+ yang diserati gelombang peningkatan konsentrasi Ca2+ yang menyebar di setiap focus.
Kontraksi tonik adalah kontraksi yang relative lama yang pada dasarnya mengisolasi satu
segmen usus dari segmen yang lain. Bahwa  dua jenis kontraksi terakhir memperlambat waktu
transit di usus halus sehingga waktu transit sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang
daripada keadaan kuasa. Hal ini memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan enterosit
sehingga absorbsi meningkat.
Gelombang peristaltic yang sangat kuat yang disebut peristaltic rush, tidak terjadi pada orang
normal tetapi timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon kadang-kadang terjadi
antiperistalsis lemah, tetapi sebagian besar gelombang secara teratur bergerak dari arah oral ke
kaudal.

Proses pencernaan di usus


Proses pencernaan dilakukan oleh getah pankreas, empedu (yang mengemulsikan lemak) dan
getah usus kecil. Getah-getah ini dicampur dengan makanan oleh peristaltik, kerja muskular
dinding usus halus, yang membuat makanan alkali dalam reaksi. Kontraksi mula-mula terjadi
pada satu tempat dan kemudian ditempat lain diikuti oleh relaxasi, yang memungkinkan efek
meremas atau menggiling dan membawa mukosa kontak erat dengan makanan.absorbsi protein,
karbohidrat dan lemak terjadi hampir diseluruh villi usus kecil. Protein dalam bentuk asam
amino, karbohidrat dalam bentuk gula sederhana diabsorbsi oleh sel-sel yang menutupi villi yang
kemudian masuk ke kapiler darah yang di lanjutkan pada vena porta di hati, dan lemak dalam
bentuk asam lemak dan gliserol diabsorbsi oleh sel-sel yang melapisi villi.

6.      KOLON (USUS BESAR)


Gambaran Anatomi
Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang  1,5 meter. Usus
besar terdiri dari appendiks vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang
melingkari  bagian atas anus dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk
menutup kanal anus lebih kuat secara volunter. Pertemuan antara sekum dan illeum terdapat
katup “illeosekum”, berfungsi mencegah isi sekum masuk kembali ke illeum. Di sini terdapat
“refleks gastro-illeum”, yaitu dengan masuknya makanan ke lambung, kontraksi duodenum
diikuti pesase isi illeum ke sekum. Sekum terletak dibagian kanan fosa illiaka kanan, merupakan
bagian yang berdilatasi yang ujung bawahnya buntu tapi bagian atasnya bersambung dengan
kolon asenden. Apendiks adalah saluran sempit yang ujungnya buntu dan terbuka dari sekum 2
cm dibawah katup illeo-sekum, apendiks memiliki panjang 9 cm. Kolon asenden memiliki
panjang 15 cm, kolon transversium memiliki panjang 50 cm, dan kolon desenden memiliki
panjang 25 cm, membentuk sebagian besar usus besar. Bagian akhir kolon berbentuk huruf “S”
(sigmoid), membentuk lengkung dengan panjang 40 cm. Struktur lanjutan dari sigmoid adalah
rektum dengan panang 12 cm. Kanal anal berjalan ke arah bawah dan ke belakang, ke ujung
anus.
Fungsi dari usus besar (kolon): Tempat penyimpanan feses ,absorpsi air dan elektrolit,
mensekrsi mucus yang berfungsi sebagai pelindung, pelicin dan perekat feses.

Gerakan Kolon
Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kismus untuk membentuk feses
yang padat dan (2) penimbunana bahan feses sampai dapat dikeluarkan, setengah bagian
proksimal kolon, terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal,
berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakan kuat dari dinding kolon
untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakan kolon secara normal sangat lambat. Meskipun lambat,
pergerakannya masih mempunyai karateristik yang serupa dengan pererakan usus halus dan
sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan gerakan mendorong.
Gerakan mencampur “Hautrasi.” Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerakan
segmentasi dalam usus halus, konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar.
Pada setiap konstriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang
menyempitkan lumen kolom sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal
kolon, yang terkumpul menjadi tig pit longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi.
Kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang
tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa kantung yang disebut haustrasi.
Setiap haustrasi biasanya mencapai intesitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan
kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang berkontraksi juga bergerak
lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum kolon asenden, dan
karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian,
timbul kontraksi haustrae yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan
feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar dengan cara yang hampir yang sama
seperti orang yang menyekop tanah. Dengan cara ini, semua bahan feses secara bertahap
bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat-zat terlarut secara
progresif diabsopsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap
hari.
Gerakan mendorong “Pergerakan Massa.” Banyak dorongan di dalam sekum dan kolon
asenden dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten, yang
membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus dari katup ileosekal ke kolon,
sementara kimusnya sendiri menjadi feses dengan karateristik lumpur setengah padat bukan lagi
setengah cair.
Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa dapat mengambil alih peran pendoorngan
untuk beberapa menit dalam satu waktu. Gerakan ini biasanya hanya terjadi satu sampai tiga kali
setiap hari pada kebanyakan orang, terutama untuk kira-kira 15 menit selama jam pertama
sesudah mkan pagi.
Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai oleh rangkaian
peristiwa sebagai berikut : pertama, timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respon dari tempat
yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum. Kemudian, dengan cepat
kolon, sepanjang 20 cm atau lebih, pada bagian distal cincin konstriksi tadi akan kehilangan
haustrasinya dan justru berkontraksi bagai satu unit, mendorong maju materi feses pada segmen
ini sekaligus untuk lebih menuruni kolon. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang
lebih besar selama kira-kira 30 detik, dan terjadi relaksasi selama 2-3 menit berikutnya. Lalu,
timbul pergerakan masa yang lainnya, kali ini mungkin erjalan lebih jauh sepanjang kolon.
Satu rangkaian pergerakan masa biasanya menetap selama 10-30 menit. Lalu mereda dan
mungkin timbul kembali setengah hari kemudian. Bila pergerakan sudah mendorong masa feses
kedalam rektum, akan terasa keinginan untuk defekasi.
      Bagian ileum yang mengandung katup ileosekum menonjol sedkit kedalam sekum sehingga
peningkatan tekanan kolon akan menutupnya, sedangkan peningkatan tekanan ileum akan
menyebabkan katup tersebut membuka. Jadi, katup ini secara efektif mencegah refluks isi kolon
kedalam ileum. Katup ini tertutup dalam keadaan normal. Setiap kali gelombang peristaltic
mencapainya, katup ini terbuka sebentar, dan memungkinkan sebagian kimus ileum masuk
kedalam sekum. Ada hewan percobaan, apabila katup disekresi, kimus akan masuk kedalam
kolon dengan cepat sehingga penyerapan di usus halus berkurang, namun, pada manusia tidak
terjadi penurunan yang bermakna jika makanan meninggalkan lambung, sekum melemas dan
terjadi peningkatan perpindahan kimus melalui katup ileosekum (reflex gastroileum). Hal
tersebut agaknya merupakan refleks vagus, walaupun muncul argumentasi mengenai pengatuh
rangsangan vagus terhadap katup ileosekum. Rangsangan simpatik meningkatkan reaksi katup.
      Gerakan kolon mencakup kontraksi segmentasi dan gelombang peristaltic seperti yang terjadi
di usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan terpajanannya lebih
banyak isi kolon ke mukosa, penyerapan akan meningkat. Gelombang peristaltic mendorong isi
kolon menuju rectum, walaupun anti peristaltis lemah kadang-kadang dijumpai. Kontraksi jenis
ketiga yang terjadi hanya di kolon adalah kontraksi kerja masal. Disini terjadi simultan kontraksi
otot polos di daerah penyatu yang luas. Kontraksi ini pendorong isis kolon dari satu bagian kolon
ke bagian lain. Kontraksi ini juga mendorong isi kolon ke rectum, dan peregangan rectum,
kemudian mencetuskan reflex defekasi.
      Gerakan kolon dikoordinasi oleh BER kolon. Frekuensi gelombang ini, tidak seperti
gelombang di usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari sekitar dua kali per menit di katup
ileosekum menjadi enam kali per menit di sigmoid.

Sekresi Usus Besar


Sekresi Mukus. Mukosa usus besar seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
lieberkuhm; tetapi berbeda pada usu halus mukosa usu besar tidak memiliki vili. Sel-sel
epitelnya hampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya, sel ini terutama sel-sel mukus yang
hanya menyekresi mukus. Sekresi yang dominan pada usus besar adalah mukus. Mukus ini
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah sedang yang disekresi oleh bebrpa sel epitel yang
tidak menyekresi mukus. Keceatan sekresi mukus terutama diatur oleh rangsangan taktil,
langsung dari sel sel epitel yang melapisi usu besar da oleh reflek saraf setempat terhadap sel-sel
mukus pada kripta lieberkuhm.
Rangsangan nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persyarafan parasimpatis
ke separuh sampai dua pertiga bagian distal usus besar, dan juga dapat mengakibatkan kenaikan
jumlah sekresi mukus yang nyata. Hal ini terjadi bersamaan dengan penigkatan motilitas
peristaltik kolon.
Selama perangangan parasimpatis yang ekstern, yng seringkali disebebkan oleh gangguan
emosional yang kadang begitu banyak mukusyang bisa disekresikan ke dalam usus besar
sehingga orang tersebut sering mengalami pergerakan mukus kental dalam usus setiap 30 menit
sekali; mukus ini sering hanya mengandung sedikit atau tidak mengandung feses.
Mukus dalam usus besar melindungi dinidng usus terhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga
menyediakan suatu media yang lengket untuk meletakkan bahan feses bersama-sama. Lebih
lanjut, mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktiitas bakteri yang berlangsung di
dalam feses, dan, akhirnya, mukus ditambah sifat basa dari sekresi( pH 8,0 yang dsebabkan oleh
sejumlah besar natrium bikarbonat) menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang
terbentuk di dalam tinja tidak menyerang dinding usus.

Absorpsi dan Sekresi Elektrolit dan Air


Mukosa usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi, dan gradien potensial listrik yang diciptaka oleh absorpsi natrium juga
menyebabkan absoprsi klorida. Taut eran di antara sel-sel epitel usus besar jauh lebih erat
daripada taut erat di usus halus. Keadaan tersebut mencegah difusi kembali ion ke dalam jumlah
bermakna melalui taut ini, sehingga menungkinkan mukosa usus besar untuk mengabsorpsi ion
natrium jauh lebih sempurna yaitu melawan gradien konsentarsi yang jauh lebih tinggi daripada
yang terjadi di usus halus. Hal ini terutama terjadi saat terdapat sejumlah besar aldosteron karena
aldosteron sangat meningkatkan kemampuan transpor natrium.
Selain itu, seperti yang berlangsung dibagian distal usus halus, mukosa usus besar
menyekresikan ion bikarbonat sementara secara bersamaan mengabsorpsi ion klorida dalam
jumlah yang sebanding dalam proses pertukaran. Bikarbonat menetralisir produk akhir asam dari
kerja bakteri di dalam usus besar.
Absorpsi ion natrium dan klorida menciptakan gradien osmotik di sepanjang mukosa usus
besar, yang kemudian akan menyebabkan absorpsi air.
      Kapasitas penyerapan dalam mukosa usus besar sangat besar. Na + secara aktif diangkut
kelaur dari kolon, dan air mengikuti gradient osmotic yang terbentuk. Secara normal terjadi
sekresi meto K+ dan HCO3 ke dalam kolon. Daya serap kolon menjadikan pemberian rektum
sebagai cara pemberian obat yang praktis terutama pada anak. Banyak senyawa seperti anastetik,
sedative, penenang dan steroid, dengan cepat diserap melalui jalur ini. Sebagian air dalam enema
diserap dan apabila volume enema besar dapat terjadi etoksikasi air akibat penyerapan air yang
besar.

Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar


Usus besar dapat mengabsorpsi maksimal 5 sampai 8 liter cairan dan elektrolit setiap hari.
Bila jumlah total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal atau melalui sekresi usus
besar melebihi jumlah ini, kelebihan cairan akan muncul dalam feses sebagai diare. Toksin dari
kolera atau infeksi bakteri tertentu lainnya sering menyebabkan kerja kripta pada ileum
terminalis dan usus besar menyekresikan 10 liter atau lebih cairan setiap harinya, menimbulkan
diare berat dan sering mematikan.  

Waktu transit di usus halus dan kolon


      Bagian pertama makanan mencapai sekum dalam waktu sekitar 4 jam, dan semua bagian
makanan yang tidak tercerna telah memasuki kolon dalam 8-9 jam. Sisa makanan yang pertama
rata-rata mencapai fleksura hepatica dalam waku 6 jam, fleksura luminealis dalam 9 jam dan
kolon sigmoid dalam 12 jam. Dari kolon sigmoid ke anus, pergerakan makanan jauh lebih
lambat. Bila manik-manik kecil berwarna dimasukkan ke dalam makanan, rata-rata 70 persennya
dikeluarkan ditinja dalam waktu 72 jam, tetapi pengeluaran seluruhnya memerlukan waktu lebih
dari seminggu. Waktu transit, fluktuasi tekanan, dan perbahan pH di saluran cerna dapat diamati
dengan memantau kemauan suatu pil kecil yang mengandung sensor dan pemancar radio
miniature.

Proses pencernaan di usus besar.


Fungsi utama usus besar adalah untuk mengabsorbsi air dan garam serta menyekresi feses.
Dalam keadaan normal, setiap hari kolon menerima  500 ml kimus dari usus halus. Isi usus yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat di cerna (misalnya: selulosa),
komponen empedu yang tidak diserap dan sisa cairan. Bahan-bahan ini membentuk sebagian
besar fases dan membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran
tinja secara teratur karena berperan menentukan volume isi kolon. Kolon dalam keadaan normal
menyerap sebagian garam dan H2O dan dengan penyerapan tersebut maka terbentuk feses yang
padat. Dari  500 ml bahan yang masuk, kolon menyerap  350 ml dan meninggalkan  150 gram
feses untuk dikeluarkan setiap hari. Komposisi feses yaitu 100 gram H2O, 50 gram bahan padat
(terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam) serta makanan yang tidak
diserap.
Defekasi
Pada sebagian besar waktu, rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian adalah akibat dari
kenyataan bahwa terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar 20cm dari anus pada perbatasan
antara kolon sigmoid dan rektum. Disini terdapat juga sebuah sudut tajam yang menambah
resistensi terhadap pengisisan rektum.
Bila pergerakan masa mendorong feses masuk kedalam rektum, segera timbul untuk
keinginan defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan masa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh kontriksi tonik dari
(1) sfingter ani intermus, penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa cm yang terletak tepat
disebelah dalam anus, dan (2) sfinghter ani ekstermus, yang terdiri dari otot lurik volunter yang
mengelilingi sfingter intermus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter ekstermus diaturleh
serabut-serabut saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis
dan karena itu dibawah pengaruh volunter, dalam keadaan sadar atau setidaknya bawah sadar;
secara bawah sadar sfingter eksternal biasanya secara terus menerus mengalami kontriksi kecuali
bila ada impuls kesadaran yang menghambat kontriksi.

Refleks Defekasi
Biasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah
refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat didalam dinding rektum.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum
menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk
menimbulkan gelombang peristaltik didalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong
feses ke arah anus. Sewatu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani intermus
direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani ekstermus
juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan terjadilah
defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsik yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat
relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam mneimbulkan defekasi, refleks biasanya harus
diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan
segmen sakral medula spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal
dihantarkan pertama kedalam medula spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon
desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis, dalam nervus
pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltik dan juga
merelaksasikan sfingter ani intermus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik
intrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekais yang kuat, yang kadang
efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksurah splenikus kolon sampai
ke anus.
Sinyal-sinyal defekasi masuk ke medul spinalis menimbulkan efek-efek lain, seperti
mengambil napas dalam, penutupan glotis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk
mendorong isi feses dari kolon turun kebawah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan
dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan menarik keluar cincin anus untuk  mengeluarkan
feses.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan
dengan mengambil napas dalam untuk mengerakkan diafragma turun ke bawah dan kemudian
mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam abdomen, jadi
mendorong isi feses ke dalam rektum untuk menimbulkn refelek-reflek yang baru. Reflek-reflek
yang ditimbulkan dengan cara ini hampir tidak seefekif seperti reflek yang timbul secara
alamiah, karena alasan inilah orang yang terlalu sering menghambat refleks alamiahnya
cenderung mengalami konstipasi berat.
Pada bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan medula spinalis yang terpotong, refleks
defekasi secara otomomatis menyebabkan kekosongan usus bagian bawah pada saat yang tidak
tepat sepanjang hari karena hilangnya pelatihan kontrol kesadaran melalui kontraksi atau
relaksasi volunter sfingter ani internus.

Bakteri Kolon
Kimus dalam jejunum secara normal mengandung sedikit atau tidak mengandiung bakteri. Di
ileum jumlah mikroorganisme lebih banyak, tetapi hanya kolon yang selalu mengandung bakteri
dalam jumlah besar. Penyebab isi jejunum yang relatif steril tidak diketahui, walaupun asam
lambung dan cepatnya waktu transit kimus melalui daerah ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
Bakteri di saluran cerna dapat dibagi menjadi tiga tipe. Sebagian adalah patogen yang
menyebabkan penyakit, yang lain berupa simbion yang bermanfaat bagi pejamu dan demikian
sebaliknya, dan kebanyakan berupa komensal, yang tidak menimbulkan efek tertentu pada
pejamu dan demikian sebaliknya. Bakteri yang terdapat di kolon meliputi basil seperti berbagai
galur Escherichia coli dan Enterobacteraerogenes, dan berbagai jenis kokus. Sejumlah besar
bakteri keluar melalui tinja. Saat lahir, kolon bersifat steril, tetapi flora bakteri usus segera
tumbuh pada awal masa kehidupan.
      Sebagian mikroorganisme enterik mensintesis viatamin K dan sejumlah vitamin B kompleks,
dan asam folat yang dihasilkan oleh bakteri terbukti dapat diserap dalam jumlah yang bermakna.
Selain itu, asam lemak rantai pendek yang dihasilkan oleh kerja bakteri di kolon juga penting
secara fisiologis.
Bukti terkini menunjukkan bahwa galur non patogen bakteri Salmonella mampu
menghambat ubikitinasi IkBα yaitu langkah penting bagi faktor transkripsi NF k-B untuk memicu
peradangan.
Warna coklat pada tinja disebabkan oleh pigmen yang terbentuk dari pigmen empedu oleh
bakteri usus, tinja menjadi putih ( tinja akolik). Bakteri menghasilkan gas dalam flatus. Asam
organik yang teerbentuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab reaksi tinja yang
sedikit asam. Amina yang terbentuk oleh bakteri usus terutama indol dan skatol beerperan
menimbulkan bau tinja, demikian juga sulfida.
Bakteri usus tampaknya berperan pada metabolisme kolesterol karena antibiotik neomisin
yang diserap kurang baik dan mengubah flora normal usus, akan menurunkan kadar LDL dan
kolesterol plasma. Pertumbuhan beerlebihan bakteri di lumen usus dapat menyebabkan efek yang
membahayakan.

Organ-organ Asesoris
      
1.      Pankreas
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan
secara transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen. Pankreas
terdiri dari bagian kepala, badan kelenjar dn ekor. Pada bagian kepala pankreas, duktus
pankreatikus dibungkus oleh duktus empedu dan terbuka ke dalam duodenum melalui ampula
hepato-pankreatik. Pankreas berfungsi sebagai organ eksokrin yang mensekresi getah pankreas
yang mengandung enzim amilase, lipase dan tripsinogen untuk membantu pencernaan.

Pengaturan Sekresi Getah Pankreas


      Sekresi getah pankreas terutama diatur oleh hormon. Sekretin bekerja pada duktus
pankreatikus untuk menimbulkan sekresi getah pancreas encer yang sangat alkalis dan banyak
mengandung HCO3- serta sedikit enzim. Efek pada sel-sel duktus disebabkan oleh peningkatan
AMP siklik intrasel. Sekretin juga merangsang sekresi empedu. CCK bekerja pada sel asinus
untuk menimbulkan pelepasan granula zimogen dan pembentukan getah pancreas yang kaya
akan enzim tetapi kecil volumenya. Efeknya diperantarai oleh fosfolipase C. respon terhadap
sekretin intravena diperlihatkan dalam Gambar 26-19. Perhatikan bahwa seiring dengan
peningkatan volume sekresi pancreas, konsentrasi Cl--nya menurun dan konsentrasi HCO3- nya
meningkat. Walaupun disekresikan dalam duktus kecil, HCO3- di reabsorbsi di duktus besar
untuk ditukar dengan Cl-. Besar pertukaran ini berbanding terbalik dengan kecepatan aliran.
Seperti CCK, asetil kolin bekerja pada sel asinus melalui fosfolipase C untuk menimbulkan
pelepasan granula zimogen, dan rangsangan vagus menyebabkan sekresi sejumlah kecil getah
pancreas yang kaya akan enzim. Terdapat bukti adanya sekresi getah pancreas sebagai reflex
terkondisi yang diperantarai oleh nervus vagus sebagai respon terhadap penglihatan atau bau
makanan.

2.    Hati (Hepar)
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen, dengan
berat 1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri dimana lobus
tersebut terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen. Hati dibungkus oleh kapsul glison yang
melindungi hati dari trauma. Unit fungsional hati disebut “lobulus” yang berbentuk haksagonal
yang terdiri dari lempeng-lempeng sel hati, diantara lempeng-lempeng sel hati terdapat kapiler-
kapiler yang disebut “sinusoid” yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika serta
saluran empedu. Sinusoid dibatasi oleh “sel kuffer ” (makrofag) yang terjulur ke dalam lumen,
yang merupakan sistem retikuloendotelial (RES) yang berfungsi menghancurkan bakteri dan
antigen dalam darah. Hati mendapatkan 2 suplay darah, yaitu: dari aorta melalui arteri hepatika
dan dari saluran cerna dan limfa melaluivenapor
Fungsi hati:
·         Fungsi metabolik
Detoksifikasi obat-obatan dan racun
Produksi antibodi dan antitoksin
Produksi heparin
Sebagai organ utama penghasil panas tubuh
Metabolisme karbohidrat, protein, lemak
•         Karbohidrat
–        Dapar glukosa darah
•         Lemak
–        Oksidasi asam lemak
–        Sintesis lipoprotein
–        Sintesis kolesterol dan PL
–        lipogenesis
•         Protein
–        Deaminasi asam amino
–        Sintesis urea
–        Protein plasma
·         Fungsi penyimpanan
Vitamin A dan D faktor antianemia, zat besi dan glukosa dalam bentuk glikogen
·         Fungsi sekresi
Memproduksi dan mensekresi empedu
·      Fungsi vaskuler hepar
•                     Menerima darah 29% CO
•                     Tekanan dan tahanan dalam pembuluh darah hepar
•                     Reservoir
•                     Pengaliran limfe

Cara lain untuk memandang susunan hati yang memiliki arti fungsional adalah pembagian
hati menjadi asinus hati. Bagian tengah dari tiap-tiap asinus adalah suatu tangkai faskular yang
berisi cabang terminal vena porta, arteri hepatica, dan duktus biliaris. Darah mengalir dari
tangkai faskular ke venula hepatica terminal yang berada di luar asinus. Dengan cara ini, sel
yang terletak paling dekat dengan tangkai vaskula menerima darah dengan kadar oksigen
maksimum dan sel di perifer asinus kurang mendapat oksigenasi sehingga lebih rentan terhadap
cedera anoksik. Tiap-tiap sel hati juga berdekatan dengan beberapa kanalikulus biliaris.
Kanalikulus biliaris bermuara kedalam duktus biliaris intralobulus, dan duktus-duktus ini
bergabung melalui duktus biliaris interlobulus untuk membentuk duktus hepatikus kiri dan
kanan. Duktus-duktus hepatikus ini bersatu diluar hati untuk membentuk duktus koledokus.
Duktus koledokus masuk kedalam duodenum di papilla duodenum. Orifisiumnya dikelilingi oleh
sfingter Oddi, dan duktus ini biasanya bersatu dengan duktus pankreatikus mayor tepat sebelum
masuk kedalam duodenum. Sfingter biasanya tertutup, tetapi bila isi lambung masuk ke
duodenum, pelepasan CCK akan terjadi dan hormone gastrointestinal ini melemaskan sfingter
dan menyebabkan kandung empedu berkontraksi.
Dinding duktus biliaris ekstrahepatik dan kandung empedu mengandung jaringan vibrosa dan
otot polos. Membrane mukosa mengandung kelenjar mukosa dan dilapisi oleh selapis sel
silindris. Di kandung empedu membrane mukosa membentuk lipatan dalam; hal ini
meningkatkan luas permukaan dan menyebabkan bagian dalam kandung empedu tampak seperti
sarang lebah. Pada primata, membrane mukosa duktus sistikus juga berlipat-lipat membentuk
katup spiral.

3.    Kandung empedu
      Kandung empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan
hati. Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi
untuk mensekresi empedu. Aliran eksresi empedu yakni secara terus menerus hati mensekresi
empedu melalui duktus hepatikus kanan dan kiri, kemudian ke duktus hepatikus komunis, duktus
sistikus, duktus koledokus bergabung dengan duktus pankreatikus, ampula vatery, dan terakhir
sampai di duodenum. Unsur utama empedu yaitu terdiri dari air (97%), elektrolit, garam empedu,
fosfolipid (lesitin), kolesterol, pigmen bilirubin terkonjugasi.
90-95% garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian diserap melalui difusi nonionic, tetapi
sebagian besar garam empedu diserap dari ileum terminal oleh suatu system kotranspor Na + -
garam empedu yang sangat efisien dan dijalankan oleh Na+ - Ka+ - ATP ase basolateral. Salah
satu kotransporter garam yang berperan dalam system transport aktif sekunder ini berhasil
diklon, dan terdapat bukti bahwa setidaknya terdapat satu kotransporter lain. Sisa garam empedu
sebesar 5-10% masuk kedalam kolon dan diubah menjadi garam asam deoksikolat dan asam
litokolat. Litokolat relative tidak larut dan sebagian besar dieskresikan dalam tinja; hanya 1%
yang diserap, namun deoksikolat diserap.
Garam empedu yang diserap disalurkan kembali ke hati dalam vena porta dan di ekskresikan
kembali dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Garam yang keluar melalui tinja diganti
melalui sintesis zat ini di hati; kecepatan normal sintesis garam empedu adalah 0,2-0,4 g/hari.
Jumlah total garam empedu yang mengalami siklus berulang-ulang melalui siklus enterohepatik
adalah sekitar 3,5g; telah diperhitungkan bahwa jumlah total tersebut bersirkulasi 2x/waktu
makan dan 6-8x/hari. Bila empedu tidak ada dalam usus, hampir 50% lemak yang dimakan akan
keluar melalui feses dan akan terjadi malabsorbsi berat vitamin larut – lemak. Jika reabsorbsi
garam empedu terhalang akibat reseksi ileum terminal atau suatu penyakit dibagian usus halus
ini, jumalh lemak dalam tinja juga akan meningkat jika sirkulasi enterohepatik terputus,
sedangkan hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan  garam empedu untuk dapat
mengompensasi kehilangan yang terjadi. Pengaruh reseksi ileum terminal lainnya dibahas
kemudian. 

Metabolisme dan Eskresi Bilirubin


Sebagian besar bilirubin dalam tubuh terbentuk di jaringan dari hasil pemecahan hemoglobin.
Dalam peredaran darah, bilirubin berikatan dengan albumin. Sebagian berikatan dengan erat,
tetapi sebagian besar dapat terurai dihati, dan bilirubin bebas masuk kedalam sel-sel hati, tempat
empedu berikatan dengan protein-protein sitoplasma. Bilirubin kemudian dikonjugasikan dengan
asam glukuronat dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim glukuronil transferase. Enzim ini
teruatam terdapat di reticulum endoplasma halus. Setiap molekul bilirubun bereaksi dengan dua
molekul asam uridin di fosfaglukuronat (UDPGA) dan membentuk bilirubin diglukuronida.
Glukuronida ini, yang lebih mudah larut dalam air daripada bilirubin bebas, lalu diangkut
melawan gradient konsentrasi, kemungkinan oleh suatu proses aktif kedalam kanalikulus biliaris.
Sejumlah kecil bilirubin glukuronida dapat masuk kedalam darah, lalu berikatan dengan
albumin, tetapi ikatan ini lebih longgar bila dibandingkan dengan ikatan bilirubin bebas dengan
albumin. Akhirnya, bilirubin tersebut di eksresikan ke urin. Jadi, bilirubin plasma total secara
normal mencakup bilirubin bebas ditambah sejumlah kecil bilirubin terkonjugasi. Sebagian besar
bilirubin glukuronida disalurkan melalui duktus biliaris kedalam usus.
Mukosa usus relative tidak permeable terhadap bilirubin terkonjugasi, tetapi permeable terhadap
bilirubin tak terkonjugasi dan terhadap urobilinogen, yaitu serangkaian turunan bilirubin yang
tak berwarna dan terbentuk akibat kerja bakteri usus. Akibatnya, sebagian pigmen empedu dan
urobilinogen direabsorbsi di dalam sirkulasi portal. Sebagian zat yang diserap ulang ini
kemudian diksresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik), namun sejumlah kecil
urobilinogen masuk kedalam sirkulasi sistemik dan di ekskresikan di urin.

Anatomi kelenjar-kelenjar pencernaan dan eksresinya.

1.    Kelenjar saliva
Kelenjar parotis, merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah telinga.
Kelenjar parotis memiliki panjang 5 cm, terbuka kedalam mulut.
Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular, terbuka kedalam lantai mulut. Saliva disekresi
secara refleks akibat adanya makanan didalam mulut atau oleh refleks akibat penglihatan, bau
atau pikiran tentang makanan.
Saliva mengandung air dalam jumlah besar yang berguna untuk melembabkan dan melunakkan
makanan, lendir berguna untuk mengkombinasi dan melumasi makanan, amilase berguna untuk
memecahkan karbohidrat menjadi maltosa dan dekstrin.

2.      Kelenjar dalam mukosa lambung


Mukosa lambung banyak mengandung banyak kelenjar yang terdiri dari 3 tipe sel, yaitu:
·         Sel mukosa yang mensekresi lendir yang melindungi membran mukosa dari kerja asam
lambung.
·         Sel-sel utama (sel zimogenik) untuk mensekresi enzim pepsinogen dan renin untuk mencerna
protein.
·         Sel-sel oksintik (sel parietal) untuk mensekresi Na, K, Cl, dan faktor intrinsik.
Sekresi kelenjar mukosa lambung dirangsang oleh internal atau hormon gastrin, masuk ke dalam
sirkulasi darah mencapai kelenjar lambung sehingga menaikkan produksi getah lambung.
3.      Sekresi mukosa usus halus
·         Enterokinase untuk mengubah tripsinogen pankreas menjadi tripsin aktif.
·         Peptidase bekerja pada pepton dan mengubahnya menjadi asam amino.
·         Maltase untuk mengubah maltosa menjadi gula sederhana, seperti glukosa.
·         Sukrase untuk mengubah gula tebu atau sukrosa menjadi gula sederhana.
·         Laktase untuk mengubah laktosa menjadi gula sederhana.
·         Lipase untuk melengkapi perubahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

4.      Kelenjar pankreas sebagai organ eksokrin


Kelenjar pankreas sebagai organ eksokrin mensekresi enzim-enzim pencernaan berupa getah
pankreas, yaitu:
·   Tripsinogen (non aktif), diubah menjadi tripsin (aktif) oleh enterokinase yang kemudian
mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
·         Amilase untuk mengubah zat pati menjadi maltosa.
·    Lipase untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi
lemak.

5.      Sekresi empedu
Empedu dihasilkan oleh hepar yang secra terus menerus disekresikan kekandung empedu
melalui duktus-duktus (saluran).
Sekresi empedu di mulai dari duktus hepatikus kanan dan kiri menuju ke duktus hepatikus
komunis ke duktus sistikus ke duktus koledokus kemudian bergabung dengan duktus
pankreatikus ke ampula vatery dan terakhir sampai di duodenum.
BAB 3
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1.    Sistem pencernaan adalah

2.    Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari
nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorbsi.

3.    Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai
berikut :
-       Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.
-       Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan
kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
-       Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
-       Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorbsi dapat berlangsung.
-       Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
-       Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga bakteri mdalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.

4.    Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ
pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atauvestibula, yaitu ruang di
antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi
di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung
dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat
pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa (frenulum linguas)
menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletakpapilasublingualis, yang memuat
lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini terletak lipatan
sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada kelenjar
parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka melalui duktus parotis
menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada
kedua sisi.
Faring
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring
berupa slauran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan
bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebrata
servikal keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan
esofagus.

Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung dalam hal ini adalah meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut
terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan sepanjang
esofagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

Lambung
  Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung
esofagus dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak
ke kiri dari garis tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung
dipengaruhi oleh perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung. Lambung terdiri
dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi dengan 2 sfingter yakni
sfingter kardia (terletak dekat dengan lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat dengan pilorus).
Usus halus
Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke
sambungannya dengan usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter,
berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.Usus halus
terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya adalah mencerna dan
absorbsi makanan.
Usus besar (kolon)
Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang  1,5 meter. Usus
besar terdiri dari appendiks vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang
melingkari  bagian atas anus dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk
menutup kanal anus lebih kuat secara volunter.

5.  A. Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan
secara transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen.
B. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen,
dengan berat 1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri dimana
lobus tersebut terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen.
C. Kandung empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan
hati. Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi
untuk mensekresi empedu.

3.2    Saran
Semoga dalam penyusunan makalah berikutnya, penulis lebih baik dan lebih teliti dari
sebelumnya. Dan menjadikan makalah ini sebagai suatu manfaat.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk digunakan di
dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan bekerja didalam
tubuh.

Hormon merupakan bahan kimia yang disintesa  oleh kelenjar dibawah kontrol genetic dan
kemudian disekresikan menuju darah. Sistem endokrin mempunyai sel-sel target spesifik di
dalam tubuh dan mengontrol bermacam-macam fungsi fisiologis. Perubahan pada fungsi kelenjar
endokrin, hormon-hormon, atau aktifitas sel target, biasanya mempunyai pengaruh yang cukup
lama. Banyak penyakit endokrin yang prosesnya lambat dan tidak ketahuan gejala-gejalanya,
banyak fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem endokrin  merupakan sistem yang vital, disfungsi
sistem ini akan menimbulkan keadaan yang serius dan fatal.       

1.2  TUJUAN PENULISAN

1.      Mengetahui anatomi fisiologi sistem endokrin.

2.      Mengetahui fungsi sistem endokrin.

3.      Mengetahui karakteristik sistem endokrin.

4.      Mengetahui Patofisiologi Sistem Endokrin

5.      Mengetahui klasifikasi Hormon

6.      Mengetahui patofisiologi Hormon


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

            Sistem endokrin adalah sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret
internal ( hormon) yang dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, mempengaruhi
metabolisme dan proses tubuh lainnya.

            Kelenjar endokrin biasa di sebut kelenjar buntu. Kelenjar tanpa melewati duktus atau
saluran dan hasil sekresinya di sebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal). Di samping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya kelenjar hipofise
sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Kelenjar utama dari sistem endokrin adalah hipotalamus, hipofisis, tiroid , paratiroid,


adrenal, pineal body, dan organ reproduksi (ovarium dan testis).Pankreas juga merupakan bagian
dari sistem ini; memiliki peran dalam produksi hormon serta dalam pencernaan.
            Berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah pengikat  sel epitel yang
telah berploriferasi dan membentuk sebuah kelenjar endokrin, tumbuh dan berkembang dalam
pembuluh kapiler. Zat yang dihasilkannya di sebut hormon, dialirkan langsung ke dalam darah.
Dalam keadaan fisiologis hormon mempunyai pengaturan sendiri sehingga kadarnya selalu
dalam keadaan optimum untuk menjaga keseimbangan dalam organ yang berada di bawah
pengaruhnnya, mekanisme pengaturan ini di sebut sistem umpan balik negatif.

Sistem endokrin diatur oleh umpan balik dalam banyak cara yang sama bahwa termostat
mengatur suhu di kamar. Untuk hormon yang diatur oleh kelenjar hipofisis, sinyal yang
dikirimkan dari hipotalamus ke kelenjar pituitari dalam bentuk "releasing hormone," yang
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan sebuah "stimulating hormone" ke dalam
sirkulasi.Hormon merangsang kemudian sinyal kelenjar target untuk mengeluarkan hormon
tersebut. Sebagai tingkat hormon ini meningkat dalam sirkulasi, hipotalamus dan kelenjar
hipofisis menutup sekresi hormon melepaskan dan hormon merangsang, yang pada gilirannya
memperlambat sekresi oleh kelenjar sasaran. Sistem ini menghasilkan konsentrasi darah yang
stabil dari hormon yang diatur oleh kelenjar hipofisis.

2.1.1 Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan


                Gambar Organ sistem endokrin

1.       Hipotalamus.

Hipotalamus terletak di bagian tengah bawah otak. Ini bagian dari otak yang penting dalam
regulasi kenyang, metabolisme, dan suhu tubuh. Selain itu, ia mengeluarkan hormon yang
merangsang atau menekan pelepasan hormon di kelenjar pituitari. Banyak dari hormon ini
melepaskan hormon yang disekresikan ke dalam arteri (sistem portal hypophyseal) yang
membawa mereka langsung ke kelenjar pituitari. Dalam kelenjar hipofisis, hormon-hormon
melepaskan sinyal sekresi hormon-hormon. Hipotalamus juga mengeluarkan hormon yang
disebut somatostatin, yang menyebabkan kelenjar pituitari untuk menghentikan pelepasan
hormon pertumbuhan.

Fungsi utama hipotalamus 'adalah homeostasis,  yaitu bermanfaat untuk menjaga tubuh agar
tetap stabil dan dalam kondisi konstan.

Karena berapa hipotalamus juga terhubung ke beberapa daerah dari sistem saraf pusat dan otak
depan limbik, maka harus menyesuaikan sesuai dengan sinyal yang berbeda baik internal
maupun yang eksternal. Rangsangan yang berasal dari penciuman sering mempengaruhi hormon
endokrin. Sementara glucorticoids dan steroid mempengaruhi tanggapan seperti nafsu makan
atau rasa haus. Paparan sinar matahari merupakan sebuah sinyal yang jelas dan hal ini akan
membantu mengatur siklus tidur dan bangun tidur.

Daerah anterior hipotalamus berada di depan dan memiliki tanggung jawab untuk beberapa
fungsi. Hal ini merupakan bagian penting dari termoregulasi yang bertugas mengatur suhu tubuh.
Termoregulasi dikendalikan melalui proses berkeringat dan saat Anda terengah-engah, selain itu
tidur serta siklus sirkadian juga diatur oleh daerah anterior.

Di tengah hipotalamus bertanggung jawab pada rasa haus dan lapar. Wilayah tuberal juga
memiliki tugas mengontrol tekanan darah dan denyut jantung. Pada bagian belakang hipotalamus
merupakan daerah posterior. Bagian ini juga akan mengontrol peningkatan tekanan darah, rasa
menggigil, serta pelebaran pupil. Fungsi memori juga akan dipengaruhi juga oleh daerah ini.

Hormon Hipotalamus
·         Crticotropibn Releasing Hormon (CRH)

·         Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)

·         Thyrotrpin Releasing Hormon (TRH)

·         Grrowth Hormon Inhibiliting Hormon (GHIH)

·         Plolachtin  Releasing Fachtor (PRF)

·         Prolactin Inhibitory Factor (PIF)

·         Vasopresin (ADH)

·         
Oxitosin

Gambar : Hipotalamus

Hipotalamus dan kelenjer hipofise/ pituitary membentuk satu kesatuan unit yang mengatur
fungsi dari bebeerapa kelenjar endokrin : kelenjar tiroid , adrenal, gonad dan berbagai aktivitas
fisiologis lainnya.

2.      Kelenjar Hipofise

Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali karena
menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar
hipofisis merupakan kelenjar yanga seukuran kacang polong dan berat 0,5 gram (0.018 oz) pada
manusia. Ini adalah penonjolan dari bagian bawah hipotalamus di dasarotak, terletak di dasar
tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua semua organ-
organ endokrin. Dapat di katakan sebagai kelenjar pemimpin, sebab hormon-hormon yang
dihasilkannya dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya.
                        

            Gambar : Hipopisis

a)      Hipofisis Anterior

Hormon yang  dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar:
Gambar : Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya

Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya.

Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya

Hormon Somatotropin (STH), Merangsang sintesis protein dan


Hormon pertumbuhan (Growth metabolisme lemak, serta
Hormone / GH) merangsang pertumbuhan tulang
(terutama tulang pipa) dan otot.
kekurangan hormon ini pada
anak-anak-anak menyebabkan
pertumbuhannya terhambat
/kerdil (kretinisme), jika
kelebihan akan menyebabkan
pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Jika kelebihan
terjadi pada saat dewasa, akan
menyebabkan pertumbuhan tidak
seimbang pada tulang jari tangan,
kaki, rahang, ataupun tulang
hidung yang disebut akromegali.

Hormon tirotropin atau Thyroid Mengontrol pertumbuhan dan

Stimulating Hormone (TSH) perkembangan kelenjar gondok atau


tiroid serta merangsang sekresi
tiroksin

Mengontrol pertumbuhan dan


Adrenocorticotropic hormone perkembangan aktivitas kulit ginjal
(ACTH)    dan merangsang kelenjar adrenal
untuk mensekresikan
                    
glukokortikoid (hormon yang
dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)

Membantu kelahiran dan

Prolaktin (PRL) atau Lactogenic memelihara sekresi susu oleh

hormone (LTH)  kelenjar susu

Hormon gonadotropin pada


wanita :
Merangsang pematangan folikel
1.     Follicle Stimulating Hormone dalam ovarium dan menghasilkan
(FSH) estrogen

Mempengaruhi pematangan folikel


dalam ovarium dan menghasilkan
2.     Luteinizing Hormone (LH)  
progestron

Hormone gonadotropin pada pria :

Merangsang terjadinya
spermatogenesis (proses
1.     FSH
pematangan sperma)

Merangsang sel-sel interstitial testis


untuk memproduksi testosteron dan
androgen

2.     Interstitial Cell Stimulating


Hormone (ICSH)

b)      Hipofisis Pars Media

Jenis Hormon serta fungsi Hipofisis pars media

Hormon Fungsi

MSH (Melanosit Stimulating Mempengaruhi warna kulit


individu, dengan cara menyebarkan
butir melanin, apabila hormon ini
Hormon
banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam.

c)      Hipofisis Posterior

Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat pada
gambar :

Gambar :  Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya

Jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior      

Hormon Fungsi

Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada


rahim wanita selama proses melahirkan

Menurunkan volume urine dan


Hormon ADH meningkatkan tekanan darah dengan
cara menyempitkan pembuluh darah

Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus. Jika cairan
(plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH  untuk melakukan
reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari hasil reabsorpsi
tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali seimbang. Selain
itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat pekat.

3.      Kelenjar Tiroid

Kelenjar Tiroid terdiri atas  dua lobus yang terletak di sebelah kanan trakea, diikat bersama oleh
jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang
terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding laring. Atas pengaruh hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar toroid ini dapat memproduksi
hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon tiroksin adalah mengatur pertukaran zat/
metabolisme dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.

Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epitelium
silinder, disatukan oleh jaaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat
yaitu koloid tiroid yang mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui
saluran limfe.

Hipofungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit miksedema.


Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksoftamalik goiter. Sekresi tiroid diatur oleh sebuah
hormon dari lobus anterior kelenjar hipofise yaitu oleh hormon tirotropik.

Fungsi kelenjar tiroid sangat erat dengan kegiatan metabolik, adapun fungsi kelenjar tiroid yaitu
sebagai berikut :
1)      Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi

2)      Mengatur penggunan oksidasi

3)      Mengatur pengeluaran karbon dioksida

4)      Metabolik dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan

5)      Pada anak memengaruhi perkembangan fisik dan mental

Kelenjer tiroid  mempunyai keunikan dibandingkan kelenjer endokrin lain karena :

1.      Kelenjer tiroid mempunyai kemampuan untuk menyimpan hormon tiroid dalam jumlah besar
sekitar 23 minggu.

2.      Untuk sintesa horon tiroid dibutuhkan iodium. Hormon tiroid T3 dan T4 memegang peranan
penting dalam proses  pertumbuhan serta proses  meetabolisme hampir semua jaringan dan organ
didalam tubuh

                                                         

Hormon yang dihasilkan dari kelenjar Tiroid beserta fungsinya :

Hormon Fungsi

Tiroksin (T4) Mengatur metabolisme, pertumbuhan,


perkembangan, dan kegiatan

system saraf

Triiodontironin (T3) Mengatur metabolisme, pertumbuhan,


perkembangan dan kegiatan

sistem saraf

Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam


darah dengan cara mempercepat

absorpsi kalsium oleh tulang

Efek Fisiologis  Hormon Tiroid

·         Metabolisme

·         Pertumbuhan dan perkembangan

·         Efek kordiofaskuler                            mematikan

·         Hemopoetik

·         Pernapasan 

·         Aktivitas saluran cerna

·         SSP

·         Suhu tubuh

Jenis penyakit tiroid yang utama:

Ø  Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Ø  Hipotiroidisme

Gambar : kelenjar tiroid

4.      Kelenjar Paratiroid

· Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid

· Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion
kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi kalsium dari usus, ekskresi
kalsium  oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.

· Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang reabsorpsi kalsium di
ginjal dan dengan cara penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk merombak matriks
bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks bermineral pada tulang sejati dan
melepaskan kalsium ke dalam darah

· Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam darah meningkat, hal
ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur pada ginjal.

· Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.


· Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga fungsinya menurunkan
kalsium darah.

Fungsi kelenjar Pratiroid :

a.       Memelihara  konsentrasi ion kalsium yang teteap dalam plasma.

b.      Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal.

c.       Mempercepat absorbsi kalsium di intestin.

d.      Kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi resorpsi tulang sehingga menambah


kalsium dalam darah.

e.       Menstimulasi dan mentraspor kalsium dan fosfat melalui membran sel.

5.      Kelenjar Timus
Terletak di dalam mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus hanya dijumpai pada
anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam thorax kira-kira setinggi bifurkasi
trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan
beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah besar pada masa remaja dari
30-40 gram kemudian berkerut lagi.

Suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan imunologis. Sumber hormon timus
mempersiapkan poliferasi dan maturasi sel-sel yang memepunyai kemampuan potensial
imunologisdalam jaringan lain sehingga pertumbuhan meningkat masa bayi  sampai remaja.
Setelah dewasa pertumbuhan akan kurang sehingga mengurangi aktivitas kelamin.

Fungsi hormon kelenjar timus :

a.       Mengaktifkan pertumbuhan badan.

b.      Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

6.      Kelenjar Adrenal

Pada manusia, kelenjar anak ginjal, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar


endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes, "ginjal").
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas)
ginjal. Padamanusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan
mendapatkan suplai darah dariarteri adrenalis. Tiap kelenjar berbobot sekitar 4 gram.

Kelenjar ini berpasangan, masing-masing menempel di atas ginjal sebagai topi.

Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks berbobot
sekitar 90% massa kelenjar

Kelenjar adrenal yang sehat merupakan alat kecantikan yang paling baik di dunia. Warna dan
mutu kulit merupakan suatu tanda dari cara bekerja adrenal itu. Fungsi adrenal yang normal
memberikan warna kemerah-merahan dan terang kepada kulit biarpun kulit itu berwarna gelap;
kulit kelihatan segar. Bila kulit nampak pucat, kisut, maka itu menandakan kurangnya aktivitas
adrenal.

Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon
yang saling berkaitan.

Hipotalamus menghasilkan CRH (Corticotrophin Releasing Hormone), yang


merangsang kelenjar hipofisa untuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan
kortikosteroid oleh kelenjar adrenal.

Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk
hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon
kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius yaitu Penyakit Addison.

Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :

Hormon Fungsi

Bagian korteks adrenal

a.       Mineralokortikoid Mengontol metabolisme ion


anorganik

Mengontrol metabolisme glukosa


b.      Glukokortikoid

Bagian Medula Adrenal Kedua hormon tersebut bekerja


sama dalam hal

berikut :

a. dilatasi bronkiolus
Adrenalin (epinefrin) dan
noradrenalin b. vasokonstriksi pada arteri

c. vasodilatasi pembuluh darah


otak dan otot

d. mengubah glikogen menjadi


glukosa dalam hati

e. gerak peristaltik

f. bersama insulin mengatur kadar


gula darah

Gambar :  kelenjar Adrenal


7.      Kelenjar Pankreas

·         Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas, sehingga dikenal
dengan pulau – pulau langerhans.

·         Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin mempermudah


gerakan glukosa dari darah menuju ke sel – sel tubuh menembus membrane sel.

·         Di dalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan.

·         Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis).

·         Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresikan insulin.
Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah kita makan. Setelah makan, maka kadar glukosa
dalam darah akan naik karena tubuh mendapatkan glukosa dari pemecahan makanan tersebut.
Tubuh mengambil kelebihan glukosa dengan cara mensekresikan insulin untuk
menyeimbangkannya pada kadar normal. Sebaliknya glukagon bekerja secara berlawanan
terhadap insulin.  Glukagon berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa sehingga kadar
glukosa naik. Contohnya pada saat kita berpuasa. Karena tubuh tidak mendapatkan asupan
glukosa ketika berpuasa, maka tubuh mensekresikan glukagon untuk menyeimbangkan
kekurangan glukosa tersebut.

·         Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing manis).
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?

·         
Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar gula darah.
Jika  seseorang tidak dapat memproduksi insulin, maka glukosa dalam darah terus bertambah
karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen. Akibatnya urine yang
dikeluarkannyapun mengandung glukosa.
Gambar : Kelenjar Pankreas

Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia) merangsang
pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel –sel targetnya untuk mengambil kelebihan
glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun
dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon,
yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
Gambar : Pengaturan Kadar Gula

8.      Kelenjar Pienalis

Kelenjar pineal  (juga disebut badan pineal, epiphysis cerebri, epiphysis, conarium atau "Mata


ketiga") adalah sebuah kelenjarendokrin pada otak vertebrata. Ia memproduksi serotonin turunan
dari melatonin, sebuah hormon yang mempengaruhi modulasi pola bangun/tidur dan fungsi
musiman. Bentuknya mirip dengan sebuah buah pohon cemara mungil (namanya karenanya),
dan dia terletak dekat dengan pusat otak, di antara dua belahan, terselip di sebuah alur di mana
dua badan thalamus bulat bergabung.

Kelenjar pineal berwarna abu-abu kemerahan dan sekitar ukuran sebutir beras (5–8 mm)
pada manusia, berlokasi hanya di rostro-dorsal dengansuperior colliculus dan dibelakang dan
dibawah stria medullaris, di antara berposisi lateral badan thalamus. Dia adalah bagian
dari epithalamus.

Kelenjar pineal adalah struktur berbentuk garis tengah seperti buah pohon cemara  , dan sering
terlihat di tengkorak X-ray, seperti yang sering klasifikasi.  Kelenjar ini menghasilkan sekresi
interna dalm membantu pankreas dan kelenjar kelamin.

Gambar : Kelenjar Pienalis


9.      Kelenjar  Kelamin

OVARIUM

·         Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur, hormone estrogen
dan hormone progesterone.

·         Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH

·         Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda –tanda kelamin sekunder pada
wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus.

·         Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH

·      
Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur yang sudah
dibuahi.
Gambar : Regulasi hormon di ovarium

·         Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

a.       FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus


untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.

b.      LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk


merangsang hipofisis mengeluarkan LH.

c.       PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan


prolaktin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan
folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang
namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi
folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormonesyang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus.Produksi hormon
gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium.Di bawah
pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH
dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat
pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum  tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

a.   Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)
dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling
rendah.

b.  Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir,
dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.

c.   Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap
untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
Gambar : Regulasi Hormon Wanita

Testis Essentials

·         Testis mensekresi testosteron, yang diperlukan untuk pembangunan fisik yang tepat dalam
anak laki-laki.

·         Pada usia dewasa, testosteron mempertahankan libido, kekuatan otot, dan kepadatan tulang.

·         Gangguan testis disebabkan oleh terlalu sedikit produksi testosteron.

Testis (buah zakar atau) adalah sepasang organ yang memproduksi sperma yang menjaga
kesehatan sistem reproduksi laki-laki. Testis dikenal sebagai gonad. Rekan perempuan mereka
adalah ovarium .

Selain peran mereka dalam sistem reproduksi laki-laki, testis juga memiliki perbedaan menjadi
kelenjar endokrin karena mereka mengeluarkan testosteron-hormon yang sangat penting untuk
perkembangan normal karakteristik fisik laki-laki.

Anatomi Testis
Testis yang kembar organ berbentuk oval seukuran anggur besar. Mereka berada di dalam
skrotum, yang merupakan kantong longgar kulit yang menggantung di luar tubuh belakang
penis. Sementara lokasi ini membuat testis rentan terhadap cedera (mereka tidak memiliki otot
atau tulang untuk melindungi mereka), ia menyediakan suhu pendingin untuk organ.Lingkungan
pendingin diperlukan untuk produksi sperma yang sehat.

Gambar : Kelenjar testis

Testosteron: Hormone dari Testis

Testosteron diperlukan untuk pembangunan fisik yang tepat dalam anak laki-laki. Ini adalah
androgen utama, yang merupakan istilah untuk zat yang merangsang dan / atau mempertahankan
pengembangan maskulin. Selama pubertas, testosteron terlibat dalam banyak proses transisi
seorang anak ke kedewasaan, termasuk:

·         Perkembangan yang sehat dari organ seks pria

 Pertumbuhan rambut wajah dan tubuh

 Menurunkan suara

 Peningkatan tinggi

 Peningkatan massa otot

 Pertumbuhan jakun
Pentingnya testosteron tidak terbatas pada pubertas. Sepanjang masa dewasa, hormon merupakan
bagian integral dalam berbagai fungsi, seperti:

 Menjaga libido

 Produksi sperma

 Mempertahankan kekuatan otot dan massa

 Mempromosikan kepadatan tulang yang sehat


Produksi testosteron

The hipotalamus dan kelenjar hipofisis bagaimana banyak kontrol testosteron testis


memproduksi dan mengeluarkan.

Hipotalamus mengirim sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan zat gonadotrophic (folikel
merangsang hormon dan luteinizing hormone). Luteinizing hormone (LH) merangsang produksi
testosteron. Jika terlalu banyak testosteron diproduksi, hipotalamus memberitahu kelenjar
pituitari untuk membuat sedikit LH, yang memberitahu testis untuk mengurangi kadar
testosteron.

Gangguan dari Testis: Hipogonadisme

Hipogonadisme adalah gangguan testis terkait dengan testosteron rendah . Memiliki kadar


testosteron yang terlalu rendah menyebabkan berbagai masalah, termasuk:

 Penurunan gairah seks

 Massa otot berkurang

 Jumlah sperma rendah (mengurangi kesuburan)

 Hilangnya rambut tubuh


Ada dua jenis hipogonadisme primer dan sekunder. Primer mengacu cacat dengan testis, dan
sekunder melibatkan masalah pada kelenjar pituitari yang secara tidak langsung mempengaruhi
produksi testosteron.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal dan ini paling sering hasil dari:

 Penuaan

 Cacat pada hipofisis dan / atau hipotalamus, seperti tumor hipofisis (yang negatif
mempengaruhi kemampuan hipofisis untuk berfungsi normal) dan kadar prolaktin yang tinggi
(terlalu banyak hormon menyebabkan penurunan kadar testosteron)

 Pengobatan

 Kondisi testis berbasis, seperti cedera parah, dan radiasi atau kemoterapi, semua bisa menguras
kadar testosteron
Testis memainkan peran penting tidak hanya dalam sistem reproduksi laki-laki, tetapi dalam
sistem endokrin juga. Pelepasan hormon testosteron merupakan bagian integral dari
perkembangan yang sehat dari karakteristik fisik laki-laki.

2.2 FUNGSI SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :

1.      Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang

2.      Menstimulasi urutan perkembangan

3.      Mengkoordinasi sistem reproduktif

4.      Memelihara lingkungan internal optimal

5.      Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat

2.3 KARAKTERISTIK SISTEM ENDOKRIN

Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri, namun
semua hormon mempunyai karakteristik berikut.Hormon disekresi dalam  salah satu dari tiga
pola berikut:
a.       Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh
hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada malam hari.

b.      Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan.
Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.

c.       Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya.
Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.Hormon bekerja
dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi
lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular.

Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang
mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.

Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar
sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

2.4 PATOFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Ada berbagai jenis gangguan sistem endokrin. Diabetes adalah gangguan endokrin yang paling
umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan endokrin lainnya meliputi:

1.    Dwarfisme

Gejala  hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa anak-anak yang


menyebabkan cebol.

2.    Gigantisme (acromegaly) 

Gangguan endokrin yang terjadi karena kelebihan growth hormonesebelum pubertas.

Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak
dan remaja (sebelum pubertas).
Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak dan
bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah,
seorang anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.

3.    Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)

Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas,impaired glucose tolerance,
hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum
hormon kortisol.

Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol) dan hormon androgen serta
aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom cushing bisa terjadi pada orang, terutama anak-anak,
yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit Chusing yang ditandai dg kelebihan
kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis (80% kasus).

4.    Goiter (gondok)

Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun hiperfungsi tiroid.

5.    Hiperparatiroidisme

Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH), hormon asam amino
polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah
patah.

 6.    Hypothyroidisme

Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid
yang cukup, menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif
dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa jenis hipotiroidisme
yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat hipotiroidisme adalah Kretinisme

7.    Hipertiroidisme (tirotoksikosis)

Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak, menyebabkan penurunan berat
badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid
yang terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit Grave.

8.      Hiperpituitarisme

Merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior yang terjadi akibat adanya
tumor.

9.      Hypopituitarisme

Adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama pada bagian anterior.

Kelenjar pituitari melepaskan hormon sedikit atau tidak ada. Ini mungkin disebabkan oleh
sejumlah penyakit yang berbeda. Wanita dengan kondisi ini mungkin berhenti mendapatkan
menstruasi.

Beberapa neoplasia endokrin I dan II (MEN I dan II MEN). Ini, kondisi genetik langka yang
diturunkan melalui keluarga. Mereka menyebabkan tumor paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid,
menyebabkan kelebihan produksi hormon.

10.   Adrenal insufisiensi

Kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol dan kadang-kadang, aldosteron.

Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan perubahan kulit. Penyakit Addison adalah
jenis insufisiensi adrenal.

11.   Tiroiditis

Adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi viral seperti HFV dan virus
beguk pada tiroiditis subakut.

12.   Tumor tiroid

Adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai dengan metastasispada


organ yang jauh dari lokasi primer.
12.   Tiroidektomi

Adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau sebagian dari kelenjar
tiroid.

13.    Hipoparatiroid

Adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid menyebabkan kadar kalsium dalam
darah rendah.

14.   Addison

Adalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon korteks
adrenal.

15.  Aldosteronisme primer

Adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh produksi aldosteron “suatu hormon
steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih.

16.   Tumor hipofisis

Adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada otak.

17.   Hipofisektomi

Merupakan suatu  tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan.

18.   Pangkreatitis

Adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan enzim pencernaan dalam saluran
pencernaan sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin dan glukagon.

19.   Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). 

Kelebihan produksi androgen mengganggu perkembangan telur dan pembebasan mereka dari
indung telur perempuan. PCOS adalah penyebab utama infertilitas. Dewasa sebelum waktunya
pubertas.
Abnormal pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan
hormon seks terlalu cepat dalam hidup.

20.   Diabetes Insipidus

Adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena kurangnya hormon
antidiuretik (hormon vasopresin).

21.   Diabetes Militus (DM)

Gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia (meningkatnya kadar gula dalam darah)
akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya.

Ada 3 (tiga) jenis DM yang dikenal, yaitu :

1.      DM Tipe I        :  Bergantung insulin.

Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun, meskipun bisa pada umur berapun.

2.  DM Tipe II       :  Tidak bergantung insulin. Terjadi pada usia 40 tahun.

Resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat bervariasi. Terjadi
penurunan sensitivitas terhadap insulin.

3.   DM Gestasional (DM Kehamilan)      : Muncul saat kehamilan

Penyebab :

2.      Hereditas (faktor keturunan)

3. Lingkungan (infeksi, makanan, toksin, stres)

4. Perubahan gaya hidup pada orang yang secara genetik rentan.

5. Kehamilan
2.5 KLASIFIKASI HORMON

a.       Hormon perkembangan: hormon yang memegang peranan di dalam  perkembangan dan


pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.

b.      Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam
hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.

c.       Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni
kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan
proses spermatogenesis (LH).

d.      Hormonpengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk
mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

2.6 HORMON UTAMA

Yang
Hormon Fungsi
menghasilkan

Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan


garam & air dengan cara

menahan garam & air serta


membuang kalium

Antidiuretik(vasopresin) Kelenjar Hipofisa Menyebabkan ginjal


menahan air Bersama dengan
aldosteron,  membantu
mengendalikan tekanan

Darah
Kartikosteroid Kelenjar adrenal Anti peradangan

memiliki efek Mempertahankan kadar gula


yang
darah,tekanan darah &
luas kekuatan otot

diseluruh tubuh 3.

Membantu mengendalikan
tekanan

darah

Kartikotropin Kelenjar Hipofisa Mengendalikan pembentukan


&

pelepasan hormon oleh


korteks

adrenal

Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan sel


darah merah

Estrogen Indung telur Mengendalikan


perkembangan ciri seksual &
sistem reproduksi wanita

Glukagon Pankreas Meningkatkan adar gula


darah

Hormon pertumbuhan Kelnjar hipofisa Mengendalikan pertumbuhan


& perkembangan

Meningkatkan pembentukan
protein

Insulin Pankreas Menurunkan kadar gula


darah

Mempengaruhi metabolisme

glukosa,protein & lemak di


seluruh tubuh

LH (Luteinizing Kelenjar hipofisa Mengendalikan fungsi


Hormone) reproduksi (pembentukan
sperma &
smentum,pematangan sel
FSH (Follicle telur,siklus menstruasi)
Stimulating Hormone)
Mengendalikan ciri seksual
pria & wanita (penyebaran
rambut, pembentukan otot,
tekstur & ketebalan kulit,
suara & bahkan mungkin
sifat kepribadian

Oksitosin Kelenjar hipofisa Menyebabkan kontraksi otot


rahim

& saluran susu di payudara

Hormon Paratiroid Kelenjar Mengendalikan pembentukan


paratiroid
tulang

Mengendalikan pelepasan
kalsium & fosfat progesteron
indung telur

Mempersiapkan lapisan
rahim untuk penanaman sel
telur yang telah dibuahi

Mempersiapkan kelenjar susu

untuk menghasilkan susu

Polaktin Kelenjar Hiposa Memulai & mempertahankan

pembentukan susu di kelenjar


susu

Renin & angiotensin Ginjal Mengenalikan tekanan darah

Hormon Tiroid Kelenjar Tiroid Mengatur pertumbuhan,


pematangan & kecepatan
metabolisme
TSH (Tyroid- Kelenjar Hipofisa Merangsang pembentukan &
Stimulating Hormone)
pelepasan kelenjar tiroid

Aktivasi Sel-Sel Target :

Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel berfungsi

dengan satu atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan mediator intraselular dan, kedua

yaitu mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu mediator intraselular adalah cyclic
adenosine monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan permukaan dalam dari membran

sel. Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel akanmengalami sedikit perubahan. Misalnya,
ketika hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP
meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan

berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya

protein (misalnya enzim, steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.

2.7 PATOFISIOLOGI HORMON

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada
perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam
sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau
mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin). Di sel target, hormon berikatan
dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal
selular.Hal ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan
berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik
negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon
menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah
pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya.
Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar
penghasil hormon. Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan
penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis
atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup
dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup
sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak
cukup (hipoplasia, aplasia).

Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau
kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama
kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat,
hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah
atau dieksresi melalui ginjal.

Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun,
jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan
berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal,
akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau
ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .

Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan


hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan.
Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia,
adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor
yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).

Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan terlalu
lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat diperlambat
dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
BAB 3
PENUTUP

Sistem endokrin adalah sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret internal
( hormon) yang dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, mempengaruhi
metabolisme dan proses tubuh lainnya.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu.Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membantu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.

Ada berbagai jenis gangguan sistem endokrin seperti Dwarfisme,Gigantisme (acromegaly) ,


Penyakit Cushing (Sindrom Cushing), Goiter (gondok), Diabetes Insipidus, .   Tumor tiroid, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. (2008).  Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN.Jakarta: EGC


Pearce, Evelyn C. (2011). ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. (2012). Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. Jakarta:
EGC
Sloane, Ethel. (2004). ANATOMI DAN FISIOLOGI Untuk Pemula. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2006).ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai