Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keselamatan Kerja

Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan

yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

produksi. Keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan

orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang

mungkin terkena dampak akibat suatu proses produksi industri. Keselamatan kerja

memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat

menimbulkan kerugian berupa luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugian harta

benda, kerusakan peralatan dan lingkungan luas.

B. Pengertian Kesehatan Kerja

Tarwaka (2008 :22) mengatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian dari

ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha

preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan

yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit

umum dengan tujuan agar pekerjaan memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

1
C. Pengertian Kecelakaan Kerja

Tarwaka (2008: 5) mengatakan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian

yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa

yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

D. Penyebab Kecelakaan Kerja

Heinrich dalam Tarwaka (2008: 6) mengatakan bahwa terdapat suatu teori

sebab akibat terjadinya kecelakaan kerja yang di kenal dengan “Teori Domino” yang

di modifikasi oleh Bird dan German dalam Tarwaka (2008: 6). Faktor tersebut adalah

1. Kurangnya Pengawasan

Faktor ini antara lain meliputi ketersediaan program, standar program dan

tidak terpenuhinya standar.

2. Sumber Penyebab Dasar

Faktor ini meliputi faktor personal dan pekerjaan itu sendiri.

3. Penyebab Kontak

Faktor ini meliputi tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar.

4. Insiden

Hal ini terjadi karena adanya kontak dengan energi atau bahan-bahan

berbahaya.

5. Kerugian

Akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada

manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses produksi.

2
Tarwaka (2008: 6) mengatakan bahwa secara umum penyebab kecelakaan

kerja di kelompokkan sebagai berikut :

1. Sebab Dasar atau Asal Mula

Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum

terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan kerja. Sebab dasar kecelakaan

kerja di industri antara lain meliputi faktor :

a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan

perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) diperusahaannya.

b. Manusia atau para pekerjanya sendiri dan

c. Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.

2. Sebab Utama

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan

persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang belum

dilaksanakan secara benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor :

a. Tindakan tidak aman (Unsafe Actions)

Merupakan tindakan berbahaya para tenaga kerja yang di sebabkan

oleh :

1) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan.

2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal.

3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak.

4) Kelelahan dan kejenuhan.

5) Sikap dan tingkah laku tidak aman.

3
6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang belum dapat

dipahami.

7) Belum menguasai atau belum trampil dengan peralatan atau

mesin-mesin baru.

8) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja.

9) Kurang adanya motivasi kerja.

10) Kurang adanya kepuasan kerja.

11) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.

b. Kondisi Tidak Aman (Unsafe Conditions)

Merupakan kondisi tidak aman yang berasal dari mesin, peralatan,

pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat

pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat

diartikan tidak saja lingkungan fisik tetapi faktor lain yang berkaitan

fasilitas yang disediakan, pengalaman manusia sebelum bertugas,

pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi

ekonomi dan politik yang terkadang mengganggu konsentrasi saat

bekerja.

1) Interaksi Manusia dan Sarana Pendukung Kerja

Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber

penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak

sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang

mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Penyediaan sarana

kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan

4
keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain

sistem kerja.

E. KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA

International Labour Organization (ILO) dalam Tarwaka (2008: 11)

mengatakan bahwa klasifikasi kecelakaan kerja yaitu :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.

a. Terjatuh

b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja

c. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara

dua benda

d. Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan

e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi

f. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya

a. Mesin-mesin, seperti: mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin

transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin-

mesin pertanian dan lain-lain.

b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti: fork-lift, alat angkut kereta,

alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di

udara dan lain-lain.

c. Peralatan-peralatan lain seperti : bejana tekan, tanur atau dapur

peleburan, instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan

listrik, perkakas, tangga, perancah dan lain-lain.

5
d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi seperti : bahan mudah meledak,

debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi dan lain-lain.

e. Lingkungan kerja seperti: tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas

kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah dan lain-lain.

3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya

a. Patah tulang

b. Keseleo/ dislokasi/ terkilir

c. Kenyeriaan otot dan kejang

d. Gegar otak dan luka bagian dalam lainnya

e. Amputasi dan enukleasi

f. Luka tergores dan luka luar lainya

g. Memar dan retak

h. Luka bakar

i. Keracunan akut

j. Aspixia atau sesak nafas

k. Efek terkena arus listrik

l. Efek terkena paparan radiasi

m. Luka pada banyak tempat di bagian tubuh

4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka

a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki, berbagai bagian tubuh

b. Luka umum dan lain-lain.

6
F. POTENSI BAHAYA

Tarwaka (2008: 9) mengatakan bahwa potensi bahaya yang menyebabkan

kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam

pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Identifikasi potensi

bahaya di tempat kerja yang beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja

antara lain disebabkan oleh berbagai faktor:

1. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari:

a. Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan atau mesin dan

tugas- tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakaian

b. Kegagalan yang bersifat mekanis

c. Kegagalan sistem pengendalian

d. Kegagalan sistem pengalaman yang disediakan

e. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan dan lain-lain.

2. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bisa terjadi akibat:

a. Kegagalan pengawasan atau monitoring

b. Kegagalan manual suplai dari bahan baku

c. Kegagalan pemakaian dari bahan baku

d. Kegagalan dalam prosedur shut-down dan start-up

e. Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan bahan yang

berbahaya dan lain-lain.

3. Kesalahan manusia dan organisasi seperti:

a. Kesalahan operator atau manusia

b. Kesalahan sistem pengaman

c. Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya

7
d. Kesalahan komunikasi

e. Kesalahan atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat

f. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai

prosedur kerja aman dan lain-lain.

4. Pengaruh kecelakaan dari luar:

a. Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk

b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan

c. Kecelakaan pada pabrik disekitarnya.

5. Kecelakaan akibat adanya sabotase.

Kecelakaan ini diakibatkan karena dimungkinkannya orang luar atau orang

dari dalam pabrik itu sendiri melakukan sabotase.

G. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Tarwaka (2008: 15) mengatakan bahwa pencegahan kecelakaan kerja pada

umumnya adalah upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan

mencari siapa yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan

maka dapat disusun suatu rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yang pada hakekatnya adalah

merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana menghilangkan atau

mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui.

Tarwaka (2008: 178) mengatakan bahwa Alat Pelindung Diri (APD) adalah

seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh

atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya

lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

8
Berikut jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) :

1. Alat pelindung kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh

mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur

benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang

melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dan lain-lain.

Macam alat pelindung kepala antara lain :

a. Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras

yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik.

b. Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi,

suhu panas atau dingin.

c. Topi (Hats/ Cap)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran

atau debu atau mesin yang berputar.

2. Alat Pelindung Mata (Ear Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan

bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di

udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang

elektromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda

keras dan lain-lain.

9
Macam alat pelindung mata :

a. Kacamata (Spectacles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,

debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.

b. Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata gas, debu, uap dan percikan

larutan bahan kimia.

3. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang

masuk ke dalam telinga. Macam alat pelindung telinga :

a. Sumbat telinga (Ear Plug)

Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB(A).

b. Tutup telinga (Ear Muff)

Alat pelindung telinga jenis ini berfungsi menyerap suara frekuensi

tinggi.

4. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko

paparan gas, uap, debu atau udara yang terkontamuinasi atau beracun,

korosi atau yang bersifat rangsangan.

10
Macam alat pelindung pernafasan antara lain :

a. Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-

partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.

b. Respirastor

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,

kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya.

5. Alat Pelindung Tangan (Hand’ Protection)

Alat jenis ini digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari

benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak

dengan arus listrik.

Macam alat pelindung tangan :

a. Sarung tangan untuk bahan kimia

b. Sarung tangan untuk pengelasan

c. Sarung tangan kulit

d. Sarung tangan untuk panas

e. Sarung tangan untuk dingin

f. Sarung tangan untuk cutting (pemotongan)

H. Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Undang-Undang Ketenagakerjaan

Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan mulai

berlaku sejak diundangkan pada tanggal 25 Maret 2003. Undang-undang ini

menyebutkan 5 paragraf tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), isi

paragraf tersebut adalah sebagai berikut:

11
a. Pasal 86 dinyatakan bahwa :

1) Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas:

a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b) Moral dan Kesusilaan, dan

c) Pelaku yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan

produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

b. Pasal 87 (1) dinyatakan bahwa :

Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan.

2. Undang-undang Pengawasan Ketenagakerjaan

Undang-undang No. 21 Tahun 2003 tentang pengesahan konvensi

International Labour Organization (ILO) Nomor 81 mengenai Pengawasan

Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan dimaksudkan untuk dapat

melaksanakan Pengawasan Ketenagakerjaan secara efektif sesuai standar yang

ditetapkan oleh International Labour Organisation (ILO). Pokok-pokok isi

dari konvensi International Labour Organisation (ILO) adalah sebagai berikut:

a. Sistem pengawasan ketenagakerjaan ditempat kerja harus diterapkan

di seluruh tempat kerja berdasarkan peraturan perundangan dan

pengawasannya dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan.

12
b. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan harus menjamin

penegakan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan tenaga

kerja serta memberikan informasi efektif tentang masalah teknis

kepada pengusaha dan pekerja/ buruh.

c. Pengawasan ketenagakerjaan tetap berada dibawah supervisi dan

kontrol pemerintah pusat.

d. Hal-hal lain yang berkaitan dengan prasyaratan pegawai pengawas,

tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengawas ketenagakerjaan.

3. Undang-Undang Keselamatan Kerja

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja terdiri dari 11

bab 18 pasal, adalah merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-

aturan dasar dan ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam

segala tempat kerja. Aturan-aturan yang termuat dalam Undang-undang No.1

Tahun 1970 adalah :

a. Pasal 3 dan Pasal 4, secara jelas menyatakan bahwa setiap tempat

kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan

peraturan perundangan.

b. Pasal 8, mewajibkan kepada pengurus untuk memeriksakan kesehatan

tenaga kerja sesuai peraturan perundangan.

c. Pasal 9, mewajibkan kepada pengurus untuk memberikan pembinaan

kepada tenaga kerja yang meliputi; penyelenggaraan pelatihan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menyediakan alat pelindung

diri, melakukan upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan

pemberantasan kebakaran serta peningkatan Keselamatan dan

13
Kesehatan Kerja (K3) dan pemberian Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) bagi setiap tenaga kerja yang bekerja di

perusahaannya sesuai prasyaratan dan ketentuan yang berlaku.

d. Pasal 10, pengurus berkewajiban mengusulkan pembentukan Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di perusahaannya.

e. Pasal 11, mewajibkan kepada pengurus untuk melaporkan tiap

kecelakaan kerja yang terjadi dalam tempat kerjanya sesuai dengan

peraturan perundangan.

f. Pasal 12, mengatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja dalam

penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditempat kerja

untuk menjamin perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi

dirinya.

g. Pasal 13, mewajibkan kepada semua orang yang akan memasuki

tempat kerja untuk mentaati semua petunjuk keselamatan kerja.

h. Pasal 14, mewajibkan kepada pengurus untuk memasang UU 1/ 70;

memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan

ditempat kerjanya; serta menyediakan alat pelindung diri secara cuma-

Cuma sesuai petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3).

4. Undang-Undang Kesehatan

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, khususnya pada

Pasal 23 dinyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal yang meliputi pelayanan

kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.

14
Dan setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Secara garis besar di dalam penjelasan undang-undang ini, diuraikan hal-

hal sebagai berikut :

a. Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk maksud agar setiap pekerja

dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang

optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

b. Upaya Kesehatan Kerja pada hakekatnya merupakan penyerasian

kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan

kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan mencakup

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan kerja meliputi

persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan

jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan dan proses kerja

serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja.

c. Tempat kerja adalah tempat yang terbuka atau tertutup, bergerak atau

tetap, yang dipergunakan untuk memproduksi barang dan jasa, oleh

satu atau beberapa orang pekerja. Tempat kerja yang wajib

menyelenggarakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai

resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau mempunyai

karyawan paling sedikit 10 (sepuluh) orang.

15

Anda mungkin juga menyukai