Anda di halaman 1dari 9

INFORMASI UMUM DAN INSRUKSI

Buku praktikum pajak ini dirancang dengan pendekatan kasus per kasus. Setiap kasus
bersifat independen (tidak terkait satu sama lain) dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa
dalam memahami perpajakan secara terinci dan bertahap. Kasus-kasus didesain mendekati
praktik perpajakan secara riil dan mengacu pada Undang-Undang Perpajakan yang terbaru.
Buku Praktikum Perpajakan: Pendekatan Kasus Per Kasus ini terdiri dari informasi umum
dan instruksi, kasus, kertas kerja, dan formulir-formulir perpajakan. Kasus-kasus yang dibahas
terdiri dari Kasus I: Pemotongan PPh Pasal 21, Kasus II: Pemungutan PPh Pasal 22, Kasus III:
Pemotongan PPh Pasal 23,Kasus IV: Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2), Kasus V: SPT Tahunan
Wajib Pajak Orang Pribadi (Form. 1770), Kasus VI: SPT Tahunan Wajib Pajak Badan, Kasus
VII: Pajak Pertambahan Nilai (Form. 1111 DM), Kasus VIII: Pajak Pertambahan Nilai
(Form.1111), dan Kasus IX: Pajak Pertambahan Nilai (Form.1107 PUT).
Berikut penjelasan kasus-kasus tersebut secara singkat.
1. Pemotongan PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri,
yaitu penghasilan berupa gaji, upah, honararium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
Dalam perhitungan PPh Pasal 21, pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) berdasarkan PTKP terbaru yang berlaku mulai tahun 2016 berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016. Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun
diberikan paling sedikit sebesar :
Keterangan PTKP
Untuk diri Wajib Pajak orang pribadi. Rp54.000.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin. Rp4.500.000
Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung Rp54.000.000
dengan penghasilan suami.
Tambahan untuk setiap anggota keluarga semenda dalam garis Rp4.500.000
keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
2. Pemungutan PPh Pasal 22
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008, PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh:
a. Bendahara pemerintah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu yang terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain.
c. Wajib Pajak Badan tertentu yang terkait dengan pembayaran dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah
3. Pemotongan PPh Pasal 23
Berdasarkan UU No.36 Tahun 2008, PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari
penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang terkait
dengan:
a. Dividen sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) Huruf g UU Pajak
Penghasilan.
b. Bungasebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) Huruf f UU Pajak
Penghasilan
c. Royalti.
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya, selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) Huruf e UU Pajak
Penghasilan.
e. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak
Penghasilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (2)
f. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultasi, dan jasa lain, selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 21 UU Pajak Penghasilan.
4. Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2)
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008, PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari
penghasilan tertentu dan bersifat final atau tidak dapat dikreditkan dari total pajak
penghasilan yang terutang pada akhir tahun, serta diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2) antara lain:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, serta bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi.
b. Penghasilan berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha realestat, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.
e. Penghasilan tertentu lainnya.
5. SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terbagi ke dalam tiga bentuk formulir. Formulir
1770 digunakan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari
usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau norma perhitungan
penghasilan neto. Selanjutnya, formulir 1770S digunakan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp60.000.000 dalam satu tahun dan
penghasilannya bukan dari usaha/pekerjaan bebas. Terakhir, formulir 1770SS digunakan
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan kurang dari Rp60.000.000
dalam satu tahun dan penghasilannya bukan dari usaha/pekerjaan bebas.
Buku ini hanya membahas SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau norma
perhitungan penghasilan neto; dari satu atau lebih pemberi kerja; dan yang dikenakan PPh
final dan/atau bersifat final; dan dari penghasilan lain (Formulir 1770).
6. SPT Tahunan Wajib Pajak Badan
SPT Tahunan Wajib Pajak Badan adalah surat pemberitahuan yang digunakan oleh Wajib
Pajak Badan. Wajib Pajak Badan diwajibkan menyelenggarakan pembukuan yaitu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur dan ditutup dengan menyusun laporan keuangan,
berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
7. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Berdasarkan UU No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah. Pasal 4 menunjukkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak
yang dikarenakan atas:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
b. Impor Barang Kena Pajak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
f. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
g. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
SPT Masa PPN
SPT Masa PPN dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis formulir, yaitu:
a. SPT Masa PPN Formulir 1111 bagi Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan
mekanisme pajak masukan dan pajak keluaran
b. SPT Masa PPN Formulir 1111 DM bagi Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan
pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan
c. SPT Masa PPN Formulir 1107 PUT bagi Pemungut PPN

Perusahaan menetapkan pembayaran pajak dan penyampaian SPT yang dilakukan pada
tanggal yang terjadwal untuk menghindari denda maupun sanksi atas keterlambatan pembayaran
pajak dan tertundanya pelaporan SPT.
Jenis Pajak Tanggal Pembayaran Tanggal Pelaporan SPT
PPh Pasal 21/26 Tanggal 10 Bulan Berikutnya Tanggal 15 bulan berikutnya
PPh Pasal 22 Tanggal 10 Bulan Berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh Pasal 23/26 Tanggal 10 Bulan Berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh Pasal 4 Ayat (2) Tanggal 10 Bulan Berikutnya Tanggal 15 bulan berikutnya
PPh Pasal 25 Tanggal 15 Bulan Berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh WP Orang Tanggal 25 bulan ketiga setelah Akhir bulan ketiga setelah
Pribadi berakhirnya tahun pajak berakhirnya tahun pajak
PPh WP Badan Tanggal 25 bulan keempat Akhir bulan keempat setelah
setelah berakhirnya tahun pajak berakhirnya tahun pajak
Pajak Pertambahan Tanggal 15 Bulan Berikutnya Akhir bulan berikutnya setelah
Nilai (PPN) masa pajak berakhir
PPN atau PPN dan Tanggal 7 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa
PPnBM dipungut oleh setelah masa pajak berakhir pajak.
Bendahara
Pengeuaran

Kode jenis pajakdan kode jenis setoran yang sesuai dengan lampiran Peraturan Direktur
Jendeal Pajak No. PER-38/PJ/2009 sebagaimana yang diubah terakhir dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. PER-30/PJ/2015 tentang bentuk formulir Surat Setoran Pajak. Kode jenis
pajak dan kode jenis setoran ini digunakan untuk melengkapi pengisian Surat Setoran Pajak
dalam pembahasan/penyelesaian kasus-kasus dalam buku ini
1. Kode Akun Pajak 411121 untuk Jenis Pajak PPh pasal 21
Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Masa PPh Pasal 21 Untuk pembayaran pajak yang masih
harus disetor yang masih tercantum
dalam SPT Masa PPh Pasal 21 termasuk
SPT pembetulan sebelum dilakukan
pemeriksaan
401 PPh Final Pasal 21 Untuk pembayaran PPh Final Pasal 21
Pembayaran Sekaligus atas pembayaran sekaligus atas jaminan hari
Jaminan Hari Tua, Uang tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang
Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon
Pesangon
402 PPh Final Pasal 21 atas Untuk pembayaran PPh Final Pasal 21
honorarium atau imbalan lain atas honorarium atau imbalan lain yang
yang diterima Pejabat Negara, diterima Pejabat Negara, PNS, anggota
PNS, anggota TNI/POLRI TNI/POLRI, dan para pensiunannya.
dan para pensiunnya

2. Kode Akun Pajak 411122 untuk Jenis Pajak PPh Pasal 22


Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Masa PPh Pasal 27 Untuk pembayaran pajak yang harus disetor,
yang tercantum dalam SPT Masa PPh 22,
termasuk SPT pembetulan sebelum dilakukan
pemeriksaan.
900 Pemungut PPh Pasal 22 Untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang
dipungut oleh Pemungut

3. Kode Akun Pajak 411124 untuk Jenis Pajak PPh Pasal 23


Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Masa PPh Pasal 23 Untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus
disetor (selain PPh Pasal 23 atas dividen,
bunga, royalti, dan jasa) yang tercantum dalam
SPT Masa PPh Pasal 23 termasuk SPT
pembetulan sebeum dilakukan pemerikasaan
101 PPh Pasal 23 atas Untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus
Dviden disetor atas deviden yang dibayarkan kepada
wajib pajak badan dalam negeri yang tercantum
dalam SPT Masa PPh pasal 23.
104 PPh Pasal 23 atas Jasa Untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus
disetor atas jasa yang dibayarkan kepada wajib
pajak badan dalam negeri yang tercantum
dalam SPT Masa PPh pasal 23.

4. Kode Akun Pajak 411125 untuk Jenis Pajak PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi
Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Masa PPh Pasal 25 Untuk pembayaran PPh Pasal 25Orang Prinadi
Orang Pribadi yang terutang
200 Tahunan PPh Orang Untuk pembayaran pajak yang msih harus
Pribadi dibayar, yang tercantum dalam SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi terpasuk SPT Pembentulan
sebelum dilakukan pemeriksaan.

5. Kode Akun Pajak 411126 untuk Jenis Pajak PPh Pasal 25/29 Orang Badan
Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Masa PPh Pasal 25 Untuk pembayaran PPh Pasal 25Badan yang
Badan terutang
200 Tahunan PPh Badan Untuk pembayaran pajak yang msih harus
dibayar, yang tercantum dalam SPT Tahunan
PPh Badan termasuk SPT Pembentulan
sebelum dilakukan pemeriksaan.

6. Kode Akun Pajak 411128 untuk Jenis Pajak PPh Final


Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
403 PPh Final Pasal 4 ayat Untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2)
(2) atas persewaan atas persewaan tanah dan/atau bangunan
tanah dan/atau
bangunan
405 PPh Final Pasal 4 ayat Untuk pembayaran PPh Final pasal 4 ayat (2)
(2) atas hadiah undian atas hadiah undian
409 PPh Final Pasal 4 ayat Untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2)
(2) atas jasa atas jasa konstruksi
konstruksi

7. Kode Akun Pajak 411211 untuk Jenis Pajak PPN Dalam Negeri
Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Setoran Masa PPN Untuk pembayaran pajak yang masih harus
Dalam Negeri dibayar, yang tercantum dalam SPT Masa PPN
Dalam Negeri
103 Setoran Kegiatan Untuk pembayaran PPN terutang atas Kegiatan
Mambangun Sendiri Membangun Sendiri
900 Pemungutan PPN Untuk pembayaran PPN Dalam Negeri yang
Dalam Negeri dipungut oleh Pemungut

8. Kode Akun Pajak 411221 untuk Jenis Pajak PPnBM Dalam Negeri
Kode Jenis Setoran Keterangan
Jenis
Setoran
100 Setoran Masa PPnBM Untuk pembayaran pajak yang masih harus
Dalam Negeri dibayar, yang tercantum dalam SPT Masa PPN
Dalam Negeri

Penomoran bukti pemotongan/pemungutan pajak dalam buku praktikum ini diatur sebagai
berikut:
1. Penomoran bukti pemotongan PPh Pasal 21 diawali dengan kode bukti pemotongan
PPh Pasal 21 , masa pajak, tahun pajak, dan nomor urut
a. Satu Masa Pajak PPh Pasal 21
Contoh format penulisan: 1.3-mm.yy-xxxxxxx, penomoran dimulai dengan nomor
urut sebagai berikut.
Nama Nomor
Fikri 1.3-07.15-0000050
Jasman 1.3-07.15-0000051

b. Satu Tahun Pajak PPh Pasal 21


Contoh format penulisan: 1.1-mm.yy-xxxxxxx, penomoran dimulai dengan nomor
urut sebagai berikut.
Nama Nomor
Fikri 1.1-12.15-0000001
Jasman 1.1-12.15-0000002s

2. Penomoran bukti pemungutan PPh pasal 22 diawali dengan nomor urut, kode jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak (nomor urut/kode jenis pajak/masa pajak/tahun
pajak). Contoh: 01/PPh_22/03/13
3. Penomoran bukti pemungutan PPh pasal 23 diawali dengan nomor urut, kode jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak (nomor urut/kode jenis pajak/masa pajak/tahun
pajak). Contoh: 01/PPh_23/03/13
4. Penomoran bukti pemungutan PPh pasal 24 ayat (2) diawali dengan nomor urut, kode
jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak (nomor urut/kode jenis pajak/masa
pajak/tahun pajak). Contoh: 01/PPh_4(2)/03/13
5.

Anda mungkin juga menyukai