Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Dx Medix
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
infeksi atau toksin termasuk alkohol (Elizabeth J.CORWIN.200:573). Hepatitis
juga dapat diartikan sebagai peradangan pada organ hati yang disebabkan infeksi
bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan zat
berbahaya lainnya. Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati.
Peradangan ini ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati yang disebabkan
adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Menurut Reeves hepatitis adalah
peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi
sel. Ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi. Ada
dua faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Faktor penyebab
infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri, sedangkan faktor penyebab non
infeksius antara lain obat-obatan, bahan kimia dan racun.

B. Etiologi Dx Medix
Penyebab penyakit Hepatitis menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and
Suddarth, 2015), yaitu :
1) Penularan melalui cairan tubuh
Hepatitis dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi vieus hepatitis.
Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis adalah darah,
cairan vagina dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta
berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis dapat
menyebabkan seseorang tertular penyakit ini. Ibu yang menderita hepatitis B
dan C juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir.
2) Konsumsi alkohol
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol
berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang
menjadi gagal hati atau sirosis.
3) Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat
menyebabkan hepatitis.
4) Autoimun
Pada hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun tubuh justru menyerang dan
merusak sel dan jaringan tubuh sendiri. Dalam hal ini adalah sel-sel hati,
sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi
mulai dari yang ringan hingga berat.

C. Patofisiologi/ Pathway
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksis terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobule dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar manjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karena itu, sebagian besar
klien mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada
hepar karena invasi virus menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan
kapsula hati yang memivu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati
hingga menyebabkan nafsu makan menurun (Arife, dkk. 2016).

D. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala


Menurut Arif Mansjoer (2017:513) manifestasi klinis merupakan suatu gejala
klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala
klinis dari penyakit hepatitis :
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual dan muntah, demam, nyeri pada otot, nyeri di perut
kanan atas, urin menjadi lebih cokelat.
2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan
berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin
berwarna kelabu dan kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3) Stadiu pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua karena penyebab yang biasanya berbeda.

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG pada kasus hepatitis dapat memberikan informasi
mengenai pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum atau ada
tidaknya sumbatan saluran empedu. USG dapat membuktikan ada tidaknya
pembesaran hati yakni dari pengamatan tepi hati terlihat tumpul atau tidak,
tepi hati yang tumpul menunjukkan adanya pembedaran hati. USG dapat
membuktikan ada tidaknya pembesaran hati. USG juga dapat melihat banyak
tidaknya jaringan ikat (Fibrosis). Selain itu, karena hepatitis merupakan proses
peradangan maka USG densitas (kepadatan) hati terlihat lebih gelap jika
dibandingkan dengan densitas ginjal yang terletak dibawahnya.
2) Tes darah
Hitung darah lengkap, LED-anemia, trombositosis dan kenaikan
penanda menunjukkan adanya proses penyakit kronis. Biokimiawi hasil tes
fungsi hati yang abnormal menunjukkan kemungkinan keganasan.
3) CT Scan
Sangat bermanfaat untuk menentukan sifat massa retroperitoneal dan
mungkin lebih sensitif dalam mengidentifikasi pembesaran KGB intra
abdomen.
4) MRI
Banyak digunakan, khususnya bagi massa adrenal atau massa yang
berasal dari tulang.
5) Biopsi
Jika ada keraguan mengenai sifat suatu massa intra abdomen, biasanya
bisa dilakukan aspirasi sel untuk pemeriksaan sitologi atau biopsi perkuatan
dengan bantuan USG atau CT-scan.

F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Elizabeth J.Corwin (2016) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari :
1) Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alkohol. Akohol
memperburuk stadium dan memperceepat HBV dan khususnya HCV.
2) Terapi obat bagi indivisu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara bertahap
untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa(IFN-α), suatu sitokin panen telah
dipakai untuk mengobati HBV dan HCV. Suntikan biasanya diberikan 3 kali
seminggu selama 3 bulan. Keefektifan IFN-α untuk kedua infeksi tersebut
bervariasi. Interferon umumnya di kontraindikasikan bagi penderita penyakit
hati yang berada pada stadium lanjut.
3) Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse
transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Analog
nukleotida seperti lamivudine dan rivabirin, biasanya ditoleransi dengan baik
sehingga sering dijadika obat pilihan utama bagi pasien hepatitis.
4) Terapo kombinasi interferon dimodifikasi dengan analog nukleotida adalah
pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini. Interferom termodifikasi
disebut interferon pegilase atau penginterferon mempunyai paruh waktu lebih
lama dibanding IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang.
5) Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni
yang spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan imunitas
pasid terhadap infeksi. Imunitas ini bersifat sementara, tersedia vaksim HAV
yang dibuat dari virus hepatitis inaktif.

G. Referensi
Smeltzer, Suzanne C.2015.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth Ed 8 Vol 3.Jakarta:EGC
Kowalak.2016.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC
Prastika, I Gede P.2016.Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan
Pasien Hepatitis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan : Naskah Dipublikasikan

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Definisi Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan
sisanya(Tarwoto dan Wartonah 2015). Tujuan pemberian nutrisi pada pasien
Hepatitis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa
memperberatkan fungsi hati, dengan cara :
1) Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.
2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori dan protein
dalam jumlah yang memadai.
3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam tubuh.
4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.
5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus dan
ensefalopati hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik.

B. Fisiologis Proses Kebutuhan nutrisi


Menurut Festy W (2018), sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi antara lain :
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari tahapan saluran pencernaan. Mulut
terdiri dari dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang diantara gusi,
gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut
makanan yang dikunyah akan hancur sampai merata karena makanan di dalam
mulut Enzim amylase ini akan memecah amilium yang terkandung dalam
makanan menjadi amylase. Proses pengunyahan ini akan terkoordinasi antara
lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar
saliva yang menghasilkan saliva untuk membantu proses pencernaan dengan
cara mencerna hidrat arang khususnya amylase, melicinkan bolus sehingga
mudah di telan, mengencerkan bolus, dan menetralkan (Festy W, 2018).
2. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berada di
belakang mulut, hidung dan laring. Faring bagian atas melebar hingga vertebra
servikal keenam dan berbentuk kerucut. Faring langsung berhubungan dengan
esophagus yang memiliki otot panjang kurang lebih 20-25 cm yang berbentuk
tabung dan berada dibelakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian
masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung
dengan abdomen serta menyambung dengan lambung Esophagus berfungsi
menghantarkan makanan dari faring menuju lambung. Esophagus berbentuk
seperti silinder yang memiliki rongga dengan panjang kurang lebih 2 cm
dengan keduan ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter ini dalam keadaan
normal selalu tertutu pada bagian atas, kecuali bila ada makanan yang masuk
menuju lambung. Hal ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ
atas yaitu esophagus (Festy W, 2018).
3. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari
bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal
(antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esophagus melalui
orifisium atau kardia dengan duodenum melalui pilorik. Lambung terletak di
bagian bawah diafragma dan pankreas, sedangkan limpa menempel pada
sebelah kiri fundus. Lambung berfungsi sebagai fungsi motoris dan fungsi
sekresi serta pencernaan. Fungsi motoris lambung sebagai reservoir untuk
menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai
pencampur adalah mensekresi pepsin dan HCL yang akan mengubah protein
menjadi pepton, amylase memecah amilum menjadi maltose, lipase memecah
lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin. Makanan
berada di dalam lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah
lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCL
untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan
desinfektan (Festy W, 2018).
4. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup dan dalam keadaan mati usus halus akan
bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 meter karena adanya relaksasi otot
yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus berfungsi mencerna dan
mengabsorbsi chime dari 16 lambung. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejenum dengan panjang
kurang lebih 2 meter dan ileum kurang lebih panjangnya 1 meter. Pada
duodenum zat-zat makanan telah halus dan terjadi absorbsi kalsium, besi
dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E dan K dengan bantuan empedu
dan asam folat (Festy W, 2018).
5. Usus Besar
Usus besar disebut juga dengan kolon yang merupakan sambungan
dari usus halus dan memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Sambungan dari
usus halus ini dimulai dari katup ileokolik atau ileoasekal yang merupakan
tempat lewatnya makanan. Kolon terbagi atas asenden, transversum, sigmoid
dan berakhir di rektum yang panjangnya sekitar 10 cm dari usus besar. Fungsi
utama dari usus besar yaitu untuk mengabsorbsi air (kurang lebih 90%),
elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih
yaiti 5000 cc/hari (Festy W, 2018).

C. Masalah-Masalah pada Kebutuhan Nutrisi


Secara umum, terdapat beberapa masalah yang memengaruhi pemenuhan
kebutuhan manusia meliputi :
1) Penyakit Saat seseorang sakit dalam kondisi sakit, ia tidak akan mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan
bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
(Rosmalawati, 2016).
2) Hubungan yang berarti Keluarga merupakan system pendukung bagi individu
(klien). Selain itu, keluarga juga dapat membantu klien dalam menyadari
kebutuhannya dan mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi
kebutuha tersebut. Dalam praktek di tatanan layanan kesehatan, perawat dapat
membantu upaya pemenuhan kebutuhan dasar klien yang membina hubungan
yang berarti (Rosmalawati, 2016).
3) Konsep diri Individu dengan konsep diri yang positif akan mudah mengenali
dan memenuhi kebutuhannya tersebut. Sedangkan seseorang dengan konsep
diri yang negatif, misalnya penderita depresi, akan mengalami perubahan
kepribadian dan suasana hati yang adapt memengaruhi persepsi dan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
4) Tahap perkembangan Dalam hal ini, pemenuhan kebutuhan dasar akan
dipengaruhi oleh perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku individu
sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan (Rosmalawati, 2016).
5) Struktur keluarga Struktur keluarga dapat memengaruhi cara klien memuaskan
kebutuhannya. Sebagai contoh, seorang ibu mungkin akan mendahulukan
kebutuhan bayinya dibandingkan kebutuhannya sendiri. Misalnya, saat ia
menunda makan atau tidurnya untuk menyusui bayinya (Rosmalawati, 2016).

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Data demografi : apakah pasien tinggal/bekerja di lingkungan yang
terpapar dengan infeksi virus dan bahan-bahan kimia ?
2) Riwayat kesehatan sekarang : pasien bisa datang dengan keluhan
demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran atas, mual, muntah, ikterik,
lemah, letih ,lesu dan anoreksia.
3) Riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit apa yang pernah diderita pasien ?
- Apakah pasien memiliki kebiasaan minum alkohol ?
- Apakah pasien pernah menjalani operasi batu empedu ?
- Riwayat kesehatan keluarga : apakah ada keluarga pasien yang
menderita penyakit hepatitis dan penyakit infeksi lain ?
b. Pengkajian Fokus Kebutuhan Dasar Nutrisi
Pemeriksaan fisik
a) Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien
mengenai :
- Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan lingkungannya ?
- Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?
- Bagaimana cara pasien menjaga kesehatannya selama sakit ?
b) Pola nutrisi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji
pasien mengenai :
- Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia)?
- Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan?
- Apakah pasien mengalami mual muntah ?
- Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
c) Pola eliminasi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji
pasien mengenai :
- Apakah urine pasien berwarna gelap ?
- Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
- Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
- Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ?
d) Aktivitas dan Latihan
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktifitas dan
latihan kaji pasien mengenai aktifitas sehari-hari :
- Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya ?
- Apakah tanda gejala dari penyakit hepatitisnya mengganggu
aktifitasnya ?
- Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise
umum selama beraktifitas ?
- Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olahraga ?
- Jika iya, jenis olahraga apa yang dilakukan pasien ?
e) Tidur dan Istirahat
Dalam pola ini kaji pasien mengenai :
- Apakah penyakit hepatitisnya menganggu pola tidurnya ?
- Apakah selama sakit pasien cenderung ingin tidur ?
f) Sensori, Presepsi dan Kognitif
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji pasien
mengenai :
- Bagaimanakah tingkat ansietas pasien selama sakit hepatitis ?
- Apakah pasien mengalami nyeri ? jika iya lakukan pengkajian
menggunakan PQRST.
g) Konsep diri
h) Pola peran hubungan
Pada pola peran hubungan kaji pasien mengenai :
- Apakah pekerjaan pasien ?
- Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien selama sakit ?
- Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain selama
sakit ?
i) Menajemen Koping Stres
Pola ini tidak menjadi fokus pengkajian, pada pola ini kaji pasien
mengenai :
- Apakah pasien mengalami stres sejak selama hepatitis ?
- Bagaimana pasien menghadapi stres yang dimilikinya ?
j) Sistem Nilai dan Keyakinan
Pola ini tidak menjadi fokus pengkajian, pola ini menggambarkan
bagaimana keyakinan serta spiritual pasien terhadap penyakitnya
k) Seksual dan Reproduksi
Pola ini tidak menjadi fokus pada pengkajian.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit
antara lain (Kowalak, 2016) :
1) Enzim-enzim serum AST(SGOT), ALT(SGPT), LDH
Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama
infark miokardium.
2) Bilirubin direk
Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi
3) Bilirubin indirek
Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert
4) Bilirubin serum total
Meningkat pada penyakit hepatoseluler
5) Protein serum total
Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
6) Masa protombin
Meningkat pada penurunan sintesis prothrombin akibat kerusakan sel
hati
7) Kolesterol serum
Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi
ductus biliaris.

2. Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Nutrisi


a) Hipertermi b.d proses penyakit (infeksi)
b) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (tidak nafsu
makan)
c) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)

3. Perencanaan
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
Hipertermi b.d Setelah Pemberian Obat
proses dilakukan asuhan Observasi
penyakit keperawatan 1. Identifikasi kemungkinan
(infeksi) selama 3x24 jam alergi
maka status 2. Verifikasi order obat sesuai
neurologis dengan indikasi
membaik dengan 3. Periksa tanggal kedaluwarsa
kriteria hasil : obat
1. Hiperter 4. Monitor tanda vital dan nilai
mia laboratorium sebelum
menurun pemberian obat
2. Frekuensi 5. Monitor efek terapeutik dan
kejang efek samping obat
menurun Terapeutik
3. Pucat 1. Perhatikan prosedur pemberian
menurun obat yang aman dan akurat)
2. Perhatikan prinsip 6 benar
Edukasi
1. Menjelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping
sebelum pemberian

Defisit nutrisi Setelah Manajemen nutrisi


nutrisi b.d dilakukan asuhan Observasi
ketidakmampu keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
an selama 3x24 jam 2. Identifikasi alergi dan
mengabsorbsi maka status intoleransi makanan
nutrient (tidak nutrisi membaik 3. Identifikasi makanan yang
nafsu makan) dengan kriteria disukai
hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori
1. Berat dan jenis nutrient
badan 5. Monitor asupan makanan
membaik 6. Monitor berat badan
2. Frekuensi 7. Monitor hasil pemeriksaan
makanan laboratorium
membaik Terapeutik
3. Nafsu 1. Lakukan oral hygene sebelum
makan makan, jika perlu
membaik 2. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protwin
4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu

Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misal pereda
nyeri,antlemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Nyeri akut b.d Setelah Manajemen nyeri
agen pencedera dilakukan asuhan Observasi
fisiologis keperawatan 1. Identifikasi
(inflamasi) selama 3xx24 lokasi,karakteristik,durasi,frek
jam maka tingkat uensi kualitas dan intensitas
nyeri menurun nyeri
dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil : 3. Identifikasi nyeri non verbal
1. Keluhan 4. Identifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan
menurun memperingan nyeri
2. Gelisah 5. Monitor pemberian efek
menurun samping nyeri
3. Muntah Terapeutik
menurun 1. Berikan efek nonfarmakologis
4. Mual untuk mengurangi rasa nyeri
menurun (mis. Terapu musik, kompres
hangat/dingin, aromaterapi)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
3. Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Daftar Pustaka
Tim Pokja SKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI PP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Smeltzer, Suzanne C.2015.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
and Suddarth Ed 8 Vol 3.Jakarta:EGC
Kowalak.2016.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC
Prastika, I Gede P.2016.Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan
Pasien Hepatitis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan : Naskah Dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai