Anda di halaman 1dari 5

PRE-EKLAMPSIA

No.Dokumen : /SOP/PKM-

c TJB/01/2019
SOP No.Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02/02 /2019
Halaman :¼

UPT Puskesmas dr. Suriyati, MKKK


 
Tanjung Buntung NIP. 19670603007012021

1. Penger Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di


tian atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta
dan respon maternal terhadap adanya inflamasi spesifik dengan
aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini adanya
hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia merupakan masalah
kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang
tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena Pre-eklampsia
berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga
menimbulkan masalah paska-persalinan.
2. Tujuan Agar petugas medis dan paramedis dapat memahami dan
memberikan penanganan yang tepat pada pasien
SK Kepala Puskesmas No /SK/PKM-TJB/01/2019 tahun
3. Kebijakan Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPT Puskesmas Tanjung
Buntung
4. Referensi Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/ 1.Alat dan bahan :
Langkah-langkah a) Spignomanometer (Tensimeter)
b) Stetoskop
c) Meteran
d) Laenec
e) RM Pasien
f) Pulpen
2.Petugas :
a) Dokter
b) Bidan

3.Langkah-langkah :
a) Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
b) Petugas memberi salam saat menerima pasien.
c) Petugas melakukan anamnesis pada pasien,
menanyakan keluhan utama pasien, gejala yang timbul
biasanya edema. Timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting, namun penderita
seringkali tidak merasakan perubahan ini. Biasanya pasien
datang dengan gejala pada kondisi yang sudah cukup lanjut
atau pre-eklampsia berat, seperti gangguan penglihatan,
sakit kepala hebat, nyeri perut bagian atas.
Faktor Risiko
a. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit
mikrovaskular (antara lain : diabetes melitus, hipertensi
kronik, gangguan pembuluh darah)
b. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
c. Nefropati
d. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu
sendiri, dan faktor spesifik dari ibu atau janin.
1. Umur > 40 tahun
2. Nulipara
3. Kehamilan multipel
e. Obesitas sebelum hamil
f. Riwayat keluarga pre-eklampsia – eklampsia
g. Riwayat Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
d) Petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan.
e) Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital pasien
meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan frekuensi
pernapasan.
f) Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada pasien :
 Pada pre-eklampsia ringan: ditandai adanya
peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
 Pada pre-eklampsia berat : tekanan darah > 160/110
mmHg, edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium
atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula glisson), sianosis, adanya
pertumbuhan janin yang terhambat.
a) Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
b) Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah rutin (Hb,Ht,leukosit,trombosit) dan urin
lengkap untuk menilai kadar proteinuria.
c) Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan hasil
pemeriksaan.

d) Petugas melakukan tatalaksana sebagai berikut :


a. Tata laksana pre-eklampsia ringan.
1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal:
tekanan darah, berat badan, tinggi badan, indeks masa
tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.
2/4
2. Rawat jalan (ambulatoir)
• Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
• Konsumsi susu dan air buah
• Obat antihipertensi
Indikasi utama pemberian antihipertensi pada kehamilan
adalah untuk keselamatan ibu dalam mencegah penyakit
serebrovaskular. Meskipun demikian, penurunan tekanan
darah dilakukan secara bertahap tidak lebih dari 25%
penurunan dalam waktu 1 jam. Hal ini untuk mencegah
terjadinya penurunan aliran darah uteroplasenter.
Obat antihipertensi yang dapat diberikan :
a) Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per
oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per
hari, atau
b) Nifedipin 10 mg kapsul per oral, diulang tiap 15-30 menit,
dengan dosis maksimal 30 mg.
• Tidak perlu diberikan obat-obatan seperti: diuretik, dan
sedatif.
b. Tata laksana pre-eklampsia berat.
Pemberian MgSO4 dosis awal dengan cara: ambil 4 mg
MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 10
ml aquades. Berikan secara perlahan IV selama 20 menit.
Jika akses IV sulit berikan masing-masing 5 mg MgSO4
( 12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan.
e) Petugas merujuk bila ada satu atau lebih gejala dan
tanda-tanda pre-eklampsia berat ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis obstetri
dan ginekologi setelah dilakukan tata laksana pada pre-
eklampsia berat.
f) Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosa dan terapi ke dalam rekam medik.
g) Petugas menandatangani rekam medik.
Petugas menulis hasil diagnosa pada buku register.
6.Bagan alir
Memanggil pasien sesuai
nomor urut

Petugas melakukan anamnesa pada


pasien

Petugas menanyakan keluhan utama pasien

Petugas melakukan pemeriksaan vital


sign

Petugas melakukan pemeriksaan fisik

3/4
Petugas menegakkan diagnosa

Petugas memberikan terapi berdasarkan hasil


pemeriksaan dan diagnose dan merujuk bila
perlu

Petugas mencatat hasil di rekam


medik

menulis diagnose pasienkebuku


register.

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait - Poli Umum
Apotik

9. Dokumen - Rekam Medik


terkait - Register
- Blanko resep
10. Rekam
historis No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan diberlakukan
1.

2.

4/4
5/4

Anda mungkin juga menyukai