PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SD
KURIKULUM 2013
Disusun Oleh:
Herdianto
Segala puja dan puji penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun serta
menyelesaikan makalah tentang KURIKULUM 2013" ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Perencanaan Pembelajaran di SD. Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada para pembaca pada
umumnya dan khususnya untuk Saudara-Saudari yang membutuhkan.
Dalam penulisan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Maka pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan material dan
spiritual.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi, bahasa, maupun segi lainnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan dapat memperbaiki kesalahan serta bisa menunjang
mutu dari makalah ini, sehingga makalah ini lebih berguna bagi pembaca.
Bulukumba, Desember2021
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. LataR Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan
itu memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama
proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salahc satu persoalan pendidikan kita
yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu
membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan
sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan
sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan
harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut
mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami
jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia
internasional.
Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka
semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan semakin
gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat
bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk
menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum
dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh
tertinggal dengan negara-negara maju di dunia.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013 ?
2. Bagaimana sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013 ?
3. Apa saja karakteristik Kurikulum 2013 ?
4. Bagaimana proses pembelajaran Kurikulum 2013 ?
5. Apa saja prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 ?
6. Bagaimana implikasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI ?
7. Apa saja tahap Persiapan Pelaksanaan kurikulum 2013 ?
8. Bagaimana kerangka Kerja Kurikulum 2013 ?
9. Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013 ?
10. Apa saja konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ?
11. Apa aja metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ?
12. Apa saja model Pembelajaran dalam Kurikulum ?
13. Apa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013
Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah pendekatan
pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi materi di
berikan pada anak didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu
secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak
awal, jauh sebelum siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran seperti ini,
tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif dengan
menafikan aspek psikomotrik dan afektif.
Ketiga aspek tersebut sebenarnya sudahmendapat penekanan pada kurikulum kita
selama ini. Pada saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003, aspek
kognitif, psikomotorik dan afektif (yang dikenal dengan taksonomi Bloom tentang tujuan
pendidikan), telah juga menjadi kompetensi integral yang harus dicapai. Lalu pada saat
pemberlakuan Kurikulum 2006, melalui pendidikan karakter, aspek afektif yang seolah
dilupakan para praktisi pendidikan, digaungkan.
Tapi dalam dataran praksis, hanya aspek kognitif yang dikejar. Penyebabnya
adalah kurikulum tidak dikawal dengan kebijakan yang sinergis, tetapi malah dijegal
dengan kebijakan ujian nasional.
Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian aspek kognitif. Pencapaian
aspek psikomotorik dan afektif tidak bisa diukur dengan menggunakan tes ini. Padahal
tes ini adalah penentu kelulusan. Maka pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran
yang berbasis materi tanpa memedulikan penanaman keterampilan dan sikap.
Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah dibiasakan menghadapi soal-
soal model ujian nasional. Pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang yang
nanti akan diujikan dalam ujian nasional. Bahkan ada pula guru yang menggunakan soal-
soal ujian nasional yang telah diujikan pada tahun sebelumnya sebagai acuan dalam
pembelajaran. Menjelang menghadapi ujian nasional, guru memberikan pembelajaran
ujian nasional pada siswanya. Apapun yang tidak ada kaitannya dengan ujian nasional
ditiadakan.
Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus didukung dengan
kebijakan yang konsisten, yaitu sistem avaluasi yang mengukur pencapaian kemampuan
kognitif, psikomotorik dan afektif secara berimbang. Tidak bisa dipungkiri bahwa ujian
nasional harus dihapuskan, sehingga penentu kelulusan nantinya adalah transkrip nilai
yang diperoleh dari nilai rapor tiap semester. Karena nilai-nilai rapor sebagai hasil
evaluasi pembelajaran mengandung ketiga aspek secara menyeluruh, maka pembelajaran
juga akan diberikan seccara benyeluruh dalam ketiga aspek itu.
Dengan dihapusnya ujian nasional, wewenang mengadakan evaluasi kembali
kepada guru sehingga lengkaplah kewenangan guru; menyusun rencana pembelajaran,
melaksanakn kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai
dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1[1]
B. Sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Kesalahan fatal dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selama ini menurut saya adalah
kemunculan kebijakan yang sejatinya tidak konsisten dengan kurikulum-kurikulum
tersebut. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan ujian nasional dengan
standar kelulusannya. Dimana siswa dikatakan berhasil jika ia telah mampu menembus
jarring ujian nasional. Sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila kelulusan siswnya
100% dan banyak siswanya yang mendapatkan nilai 10. Bahkan untuk tujuan itu,
kecurangan sistematis selalu terjadi. Penanaman nilai moral seolah tak diperhatikan.
Oleh karena itu, jika nantinya Kurikulun 2013 diterapkan dan ditujukan agar
guru memperoleh ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan potensi siswa secara
seimbang dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Kurikulum ini
harus dikawal dengan kebijakan yang sinergis. Dan akhirnya siswa dapat belajar dengan
semangat, antusias, tidak bosan dan mampu menyerap nilai-nilai moral yang terkandung
secara tersitat dalam setiap materi.2[2]
1[1] Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulm 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya, 2013). Hal 114-115
2[2] Ibid. Hal 121
b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK.
d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan
pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap
dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar
yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
dalam Kompetensi Inti.
f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
g) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus
tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata
pelajaran dan kelas tersebut.
Kurikulum 2018 memerlukan guru PPKN yang kreatif baik dalam menyiapkan
kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai
mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik,
menyenangkan dan utuh mengigat harus mengintegrasikan pelajaran IPA dan IPS dalam
pembelajarannya.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun
klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif
misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan
pemecahan masalah
Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual
maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan
berbagai sarana dan prasarana belajar.
Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya
didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun
sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang
bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang
abstrak.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar
yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula
untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi
d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
6[6] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hal.29-30
7[7] Ibid. Hal 30
8[8] Ibid. Hal 34
a. Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat terapkan.
b. Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
3. Efektif. Parameter :
a. Ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut efektif.
b. Secara operasional, model tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan.
Arends menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan
guru dalam mengajar, yaitu presensi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran
yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.9[9]
M. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.
Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP.10[10]
Berikut ini Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 di
Tingkat SMA/MA:
1. Perbedaan
No Kurikulum 2013 KTSP
4 Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
9[9] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hal.35
10[10] http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP dibanding Kurikulum 2013
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kepemimpinan dalam Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
dengan kriteria pelaksanaan Kurikulum 2013. Hal ini diketahui dari data
otentik dalam Kurikulum 2013. Hal ini diketahui dari dokumen nilai yang
baik, penilaian tidak hanya terfokus pada hasil ulangan harian dan
ganjil tahun pelajaran 2015/2016 sudah melebihi KKM yaitu 65. Hal ini
2013. Hal ini terlihat dari fasilitas ruangan yang ada cukup memadai,
namun yang berkaitan dengan sumber pelajaran masih kurang yaitu buku-
buku peminatan dan lintas minat, media pelajaran lengkap, bahan praktik
masih cukup dan peralatan praktik cukup lengkap.
6. Hasil belajar peserta didik secara efektif dapat tercapai dengan di atas
Kurikulum 2013.
otentik.
dilengkapi.
SNMPTN.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid & Chaerul Rochman, (2014), Pendekatan Ilmiah Dalam Kurikulum
2013, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Baharudin dan Esa Nur, (2012), Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta:
Ar-ruz Media.
Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetya dan Muhsinatun Siasah, (2013), Model
Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Multi Presindo.
Depdiknas, (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Bali
Pustaka.
Jamal Mamur, (2012, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan inovatif,
Yogyakarta: Diva Press.
Poerwati, L.E. & Amri, S. (2013), Panduan Memahami Kurikulum 2013, Sebuah
Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Masa Depan. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publiser.
Jakarta: Bumi
Aksara.