Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SD

“KURIKULUM 2013”

Disusun Oleh:
Herdianto

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Agama


Islam Al-Gazali Bulukumba
Tahun Ajaran 2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun serta
menyelesaikan makalah tentang “KURIKULUM 2013" ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Perencanaan Pembelajaran di SD. Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada para pembaca pada
umumnya dan khususnya untuk Saudara-Saudari yang membutuhkan.

Dalam penulisan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Maka pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di SD.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan material dan
spiritual.

3. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu memberikan


masukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi, bahasa, maupun segi lainnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan dapat memperbaiki kesalahan serta bisa menunjang
mutu dari makalah ini, sehingga makalah ini lebih berguna bagi pembaca.

Bulukumba, Desember2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. LataR Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan.

BAB II PEMBAHASAN

A. mengenal pelaksanaan kurikuluM 2013

B. sistem evaluasi dalam kurikulum 2013

C. karakteristik kurikulum 2013

D. proses pembelajaran kurikulum 2013

E. prinsip pengembangan kurikulum 2013

F. implikasi 2013 bagi guruSD/MI

G. tahap persiapan pelaksanaan

H. kerangka kerja kurikulum2013

I. kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.

J. konsep dasar pembelajaran dalam kurikulum 2013

K. motode pembelajaran dalam kurikulum 2013.

L. model pembelajaran dalam kurikulum 2013

M. perbedaan kurikulum 2013 dengan ktsp

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan
itu memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama
proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salahc satu persoalan pendidikan kita
yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu
membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan
sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan
sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan
harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut
mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami
jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia
internasional.
Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka
semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan semakin
gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat
bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk
menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum
dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh
tertinggal dengan negara-negara maju di dunia.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pentingnya mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013 ?
2.      Bagaimana sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013 ?
3.      Apa saja karakteristik Kurikulum 2013 ?
4.      Bagaimana proses pembelajaran Kurikulum 2013 ?
5.      Apa saja prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 ?
6. Bagaimana implikasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI ?
7. Apa saja tahap Persiapan Pelaksanaan kurikulum 2013 ?
8. Bagaimana kerangka Kerja Kurikulum 2013 ?
9.       Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013 ?
10. Apa saja konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ?
11.  Apa aja metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ?
12.  Apa saja model Pembelajaran dalam Kurikulum ?
13.  Apa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013
Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah pendekatan
pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi materi di
berikan pada anak didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu
secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak
awal, jauh sebelum siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran seperti ini,
tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif dengan
menafikan aspek psikomotrik dan afektif.
Ketiga aspek tersebut sebenarnya sudahmendapat penekanan pada kurikulum kita
selama ini. Pada saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003, aspek
kognitif, psikomotorik dan afektif (yang dikenal dengan taksonomi Bloom tentang tujuan
pendidikan), telah juga menjadi kompetensi integral yang harus dicapai. Lalu pada saat
pemberlakuan Kurikulum 2006, melalui pendidikan karakter, aspek afektif yang seolah
dilupakan para praktisi pendidikan, digaungkan.
Tapi dalam dataran praksis, hanya aspek kognitif yang dikejar. Penyebabnya
adalah kurikulum tidak dikawal dengan kebijakan yang sinergis, tetapi malah dijegal
dengan kebijakan ujian nasional.
Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian aspek kognitif. Pencapaian
aspek psikomotorik dan afektif tidak bisa diukur dengan menggunakan tes ini. Padahal
tes ini adalah penentu kelulusan. Maka pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran
yang berbasis materi tanpa memedulikan penanaman keterampilan dan sikap.
Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah dibiasakan menghadapi soal-
soal model ujian nasional. Pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang yang
nanti akan diujikan dalam ujian nasional. Bahkan ada pula guru yang menggunakan soal-
soal ujian nasional yang telah diujikan pada tahun sebelumnya sebagai acuan dalam
pembelajaran. Menjelang menghadapi ujian nasional, guru memberikan pembelajaran
ujian nasional pada siswanya. Apapun yang tidak ada kaitannya dengan ujian nasional
ditiadakan.
Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus didukung dengan
kebijakan yang konsisten, yaitu sistem avaluasi yang mengukur pencapaian kemampuan
kognitif, psikomotorik dan afektif secara berimbang. Tidak bisa dipungkiri bahwa ujian
nasional harus dihapuskan, sehingga penentu kelulusan nantinya adalah transkrip nilai
yang diperoleh dari nilai rapor tiap semester. Karena nilai-nilai rapor sebagai hasil
evaluasi pembelajaran mengandung ketiga aspek secara menyeluruh, maka pembelajaran
juga akan diberikan seccara benyeluruh dalam ketiga aspek itu.
Dengan dihapusnya ujian nasional, wewenang mengadakan evaluasi kembali
kepada guru sehingga lengkaplah kewenangan guru; menyusun rencana pembelajaran,
melaksanakn kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai
dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1[1]
B.     Sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Kesalahan fatal dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selama ini menurut saya adalah
kemunculan kebijakan yang sejatinya tidak konsisten dengan kurikulum-kurikulum
tersebut. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan ujian nasional dengan
standar kelulusannya. Dimana siswa dikatakan berhasil jika ia telah mampu menembus
jarring ujian nasional. Sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila kelulusan siswnya
100% dan banyak siswanya yang mendapatkan nilai 10. Bahkan untuk tujuan itu,
kecurangan sistematis selalu terjadi. Penanaman nilai moral seolah tak diperhatikan.
Oleh karena itu, jika nantinya Kurikulun 2013 diterapkan dan ditujukan agar
guru memperoleh ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan potensi siswa secara
seimbang dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Kurikulum ini
harus dikawal dengan kebijakan yang sinergis. Dan akhirnya siswa dapat belajar dengan
semangat, antusias, tidak bosan dan mampu menyerap nilai-nilai moral yang terkandung
secara tersitat dalam setiap materi.2[2]

C.    Karakteristik Kurikulum 2013


Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:
a)      Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti
(KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD)
mata pelajaran.

1[1] Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulm 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya, 2013). Hal 114-115
2[2] Ibid. Hal 121
b)      Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
c)      Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK.
d)     Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan
pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap
dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e)      Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar
yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
dalam Kompetensi Inti.
f)       Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
g)      Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus
tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
h)      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata
pelajaran dan kelas tersebut.

D. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013


   

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan


pembelajaran ekstra-kurikuler.
1.    Pembelajaran intra kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata
pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut :
a.    Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema
sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang dikembangkan guru.
b.    Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai
Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

2.         Pembelajaran ekstra-kurikuler


Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang
dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap
minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka
adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.
Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:
a.    Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,
b.    Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan
sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.
Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:
a.    Sekolah
b.    Masyarakat
c.    Alam
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur
pendukung kegiatan intra-kurikuler.

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1.      Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk
konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan
pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah
totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk
menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah
perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di
masyarakat.
2.      Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu
satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan
kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi
Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu
sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah
serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang
pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi
Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan
pendidikan.
3.      Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap,
pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam
berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus
dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas
dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran, diorganisasikan dengan
memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi
vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.
F.     Implikasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI
Dalam implementasi pembelajaran khususnya bagi guru kelas 1 sampai 3 di
sekolah dasar mempunyai implikasi antara lain :
a. Implikasi bagi guru

Kurikulum 2018 memerlukan guru PPKN yang kreatif baik dalam menyiapkan
kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai
mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik,
menyenangkan dan utuh mengigat harus mengintegrasikan pelajaran IPA dan IPS dalam
pembelajarannya.

b. Implikasi bagi siswa

         Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun
klasikal.
         Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif
misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan
pemecahan masalah

c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

           Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual
maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan
berbagai sarana dan prasarana belajar.
           Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya
didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun
sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
           Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang
bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang
abstrak.
           Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar
yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula
untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi
d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan


ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
      Ruang perlu ditata disesuaikan dengan topik yang sedang dilaksanakan.
      Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan
pembelajaran yang sedang berlangsung
      Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
      Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas
      Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan
dimanfaatkan sebagai sumber belajar
      Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta
didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.

e.       Implikasi terhadap Pemilihan metode


Sesuai dengan karakteristik pembelajaran terintegrasi , maka dalam pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi
metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
G.    Tahap Persiapan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran integrasi PPKN , perlu dilakukan beberapa hal
yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,
pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
      Tahap Perencanaan
1.             Pemetaan Kompetensi Inti
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata
pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a.    Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran Kompetensi Inti dan kompetensi dasar dari setiap
mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
       Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
         Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
         Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.
b.      Menentukan tema
1)   Cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
2)   Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
      Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
      Dari yang termudah menuju yang sulit
      Dari yang sederhana menuju yang kompleks
      Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
      Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
      Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya
3)   Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
2.             Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator
dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema,
kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
3.         Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan
dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
4.      Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari
pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen
rencana pembelajaran tematik meliputi:
a.    Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b.    Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
c.    Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator.
d.   Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa
dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai
kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti
dan penutup).
e.    Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f.     Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai
pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).

      Tahap Pelaksanaaan


1.    Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga
tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan
kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35
menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)
a.    Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran
untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini
dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan.
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani,
dan menyanyi
b.    Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat
dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c.    Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan
akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil
pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku,
pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

H. Kerangka Kerja Kurikulum 2013


   

Proses pengembangan kurikulum digambarkan dalam diagram Kerangka Kerja


berikut:
1.      Pengembangan Kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan masyarakat
Indonesia. Analisis kebutuhan tersebut merupakan analisis kesenjangan mengenai
kemampuan yang perlu dimiliki warganegara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
pada dekade ketiga dan keempat abad ke-21. Adanya tantangan seperti keterikatan
Indonesia dalam perjanjian internasional seperti APEC, WTO, ASEAN Community,
CAFTA. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penguasaan soft skills perlu
mendapatkan prioritas dalam pengembangkan kemampuan warganegara untuk kehidupan
masa depan.
2.      Analisis Tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan kurikulum. Setiap
upaya pengembangan kurikulum haruslah didesain untuk pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum sebagai jiwa pendidikan (the heart of education) harus selalu
dirancang untuk mencapai kualitas peserta didik dan bangsa yang dirumuskan dalam
tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pendidikan nasional memberi arah yang juga
mengacu kepada pengembangan soft skills yang berimbang dengan penguasaan hard
skills.
3.      Analisis kesiapan peserta didik dilakukan terutama dari kajian psikologi anak dan
psikologi perkembangan, tahap-tahap perkembangan kemampuan intelektual peserta
didik serta keterkaitan tingkat kemampuan intelektual peserta didik dengan jenjang
kemampuan kompetensi yang perlu mereka kuasai. Analisis ini diperlukan agar
kompetensi yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 bersesuaian untuk menerapkan
prinsip belajar. Prinsip belajar mengatakan bahwa proses pembelajaran dimulai dari
kemampuan apa yang sudah dimiliki untuk mencapai kemampuan di atasnya dapat
diterapkan dalam pengembangan kurikulum.
4.      Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan bahwa perlu pengembangan Standar
Kompetensi Lulusan baru yang menggantikan Standar Kompetensi Lulusan yang sudah
ada. Standar Kompetensi Lulusan Baru di arahkan untuk lebih memberikan
keseimbangan antara aspek sikap dengan pengetahuan dan ketrampilan. Walau pun
Standar Kompetensi Lulusan bukan kurikulum tetapi berdasarkan pendekatan pendidikan
yang berstandar standar sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka pengembangan Standar
Kompetensi Lulusan merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sesuai dengan
pendekatan berdasarkan standar maka kurikulum harus dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan.
5.      Analisis berikutnya adalah kajian terhadap desain kurikulum 2006 yang menjadi dasar
dari KTSP dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2005 tentang
Standar Isi. Dalam Standar Isi terdapat Kerangka dasar Kurikulum dan struktur
kurikulum. Analisis terhadap dokumen kurikulum tersebut menunjukkan bahwa desain
kurikulum dikembangkan atas dasar pengertian bahwa kurikulum adalah daftar sejumlah
mata pelajaran. Oleh karena itu satu mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak berinteraksi
dengan mata pelajaran lainnya. Melalui pengembangan kurikulum yang demikian maka
ada masalah yang cukup prinsipiil yaitu konten kurikulum yang dikategorikan sebagai
konten berkembang (developmental content) tidak mendapatkan kesempatan untuk
dikembangkan secara baik. Konten kurikulum berkembang seperti nilai, sikap dan
ketrampilan (intelektual dan psikomotorik) memerlukan desain kurikulum yang
menempatkan satu mata pelajaran dalam jaringan keterkaitan horizontal dan vertikal
dengan mata pelajaran lain. Dari hasil analisis tersebut maka dikembangkan desain baru
yang memberikan jaminan keutuhan kurikulum melalui keterkaitan vertikal dan
horizontal konten.
6.      Berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Lulusan yang baru maka dikembangkanlah
Kerangka dasar Kurikulum yang antara lain mencakup Kerangka Filosofis, Yuridis, dan
Konseptual. Landasan filosofis yang dikembangkan adalah bersifat eklektik yang mampu
memberikan dasar bagi pengembangan individu peserta didik secara utuh yaitu baik dari
aspek intelektual, moral, sosial, akademik, dan kemampuan yang diperlukan untuk
mengembangkan kehidupan individu peserta didik, sebagai anggota masyarakat dan
bangsa yang produktif, dan memiliki kemampuan berkontribusi dalam meningkatkan
kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia. Kerangka yuridis
kurikulum adalah berbagai ketetapan hukum yang mendasari setiap upaya pendidikan di
Indonesia. Kerangka konseptual berkenaan dengan model kurikulum berbasis
kompetensi yang dinyatakan dalam ketetapan pada Undang-undang Sisdiknas. Prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum ditetapkan antara lain termasuk penyederhanaan
konten kurikulum, keseimbangan kepentingan nasiional dan daerah, posisi peserta didik
sebgai subjek dalam belajar, pembelajaran aktif yang didasarkan pada model
pembelajaran sains, dan penetapan Kompetensi Inti sebagai unsur pengikat (organizing
element) bagi KD mata pelajaran.
7.      Kegiatan pengembangan berikutnya adalah penetapan struktur kurikulum. Struktur
kurikulum menggambarkan kerangka kurkulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran,
pengelompokkannya, posisi mata pelajaran, beban belajar mata pelajaran per minggu dan
jumlah beban belajar keseluruhan per minggu. Berdasarkan prinsip penyederhanaan
kurikulum maka jumlah mata pelajaran dikurangi tetapi jam belajar baik untuk setiap
mata pelajaran mau pun untuk keseluruhan ditambah. Penambahan jam belajar adalah
untuk memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik mengembangkan kompetensi
ketrampilan dan sikap melalui proses pembelajaran yang berorientasi pada sains.
8.      Berdasarkan struktur kurikulum yang telah ditetapkan, selanjutnya dirumuskan
Kompetensi Inti setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai Kompetensi Dasar.
Adanya Kompetensi Inti lebih menjamin terjadinya integrasi Kompetensi Dasar
antarmata pelajaran dan antarkelas. Proses pengembangan Kompetensi Dasar melibatkan
pengembang kurikulum yang terdiri dari guru, dosen, dan para pakar pendidikan.
9.      Berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah direviu dan dinyatakan memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan maka dikembangkan silabus. Pengembangan silabus
dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai kualitas hasil belajar untuk seluruh
Indonesia. Dalam silabus ditetapkan sebagai patokan minimal adalah indikator yang
dikembangkan dari Kompetensi Dasar dan kemudian diramu dalam Materi Pokok, proses
pembelajaran yang dikembangkan dari kegiatan observasi, menanya, mengasosiasi, dan
mengomunikasi. Keempat kemampuan ini dikembangkan selama dua belas tahun
sehingga kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan belajar
peserta didik dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan yang memberikan kebiasaan belajar
sepanjang hayat. Silabus tidak membatasi kreativitas dan imaginasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran karena silabus akan dikembangkan lebih lanjut
oleh guru menjadi RPP yang kemudian diterjemahkan dalam proses pembelajaran.
10.  Berdasarkan KD dan silabus dikembangkan buku teks peserta didik dan buku panduan
guru. Buku teks peserta didik berisikan konten yang dikembangkan dari KD sedangkan
buku panduan guru terdiri atas komponen konten yang terdapat dalam buku teks peserta
didik dan komponen petunjuk pembelajaran dan penilaian. Adanya buku teks peerta
didik dan guru adalah patokan yang memberikan jaminan kualitas hasil belajar minimal
yang harus dimiliki peserta didk.

I.       Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 20133[3]


1.    Kelebihan Kurikulum 2013
a)    Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual) karena
berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk
bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan.
b)   Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan pengetahuan dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal
berdasarkan standar kompetensi tertentu.
c)    Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya
lebih cepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
keterampilan.
d)   Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan
karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi
pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
e)   Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan
potensi mereka.
f)    Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya  melalui
pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus.
2.    Kelemahan Kurikulum 2013

3[3]E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya) hal.164
a)    Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama
dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kurikulum 2013.
b)   Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih
diberlakukan.
c)    Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran
tersebut berbeda.

J.      Konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Menurut Sudjana , pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Menurut Gulo pembelajaran adalah untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang dimaksud
lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan
sebagainya yang relefan dengan kegiatan belajar siswa.4[4]
Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga pengertian, yaitu:
1.         Pengertian kuantitatif
Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk menguasai ilmu
yang disampaikan kepada siswa, sehingga memberikan hasil optimal.
2.         Pengertian institusional
Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru harus selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.
3.         Pengertian kualitatif
Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya menyampaikan
materi pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan
efisien. Kesimpulannya pembelajran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sitem lingkunagn dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.5[5]
4[4] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hal.28
5[5]Ibid
K.    Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang
dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
1.    Metode ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal
maupun nonverbal.
2.                Metode latihan
Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu
sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
3.                Metode tanya jawab
Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab oleh anak
didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran
atau guru mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.
4.                Metode karya wisata
Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek
diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau
mengalami secara langsung.
5.                Metode demonstrasi
Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda
yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.
6.                Metode sosiodrama
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.
7.                Metode bermain peran
Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan
cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini
mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi
yang dipelajari.
8.                Metode diskusi
Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta
untuk memecahkan masalah secara kelompok.
9.                Metode pemberian tugas dan resitasi
Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi
merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan
tugas yang telah diberikan guru.
10.    Metode eksperimen
Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.

11.    Metode proyek


Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.6[6]
Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah disesuaikan
dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya bersifat kombinasi.
Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain:
1.      Tujuan pembelajaran
2.      Tingkat kematangan anak didik
3.      Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran7[7]
L.     Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain.8[8]
Model pembelajaran memiliki empat ciri khusu yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah :
1.    Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta tau pengembangnya.
2.    Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tuuan pembelajran yang
akan dicapai).
3.    Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil.
4.    Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kruteria sebagi berikut :
1.      Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal :
a.       Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat ?
b.      Apakah terdapat konsistensi internal ?

2.      Praktis. Aspek kepraktisannya dapat dipenuhi jika :

6[6] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hal.29-30
7[7] Ibid. Hal 30
8[8] Ibid. Hal 34
a.       Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat terapkan.
b.      Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
3.      Efektif. Parameter :
a.       Ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut efektif.
b.      Secara operasional, model tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan.
Arends menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan
guru dalam mengajar, yaitu presensi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran
yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.9[9]
M.   Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.
Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP.10[10]
Berikut ini Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 di
Tingkat SMA/MA:
1.        Perbedaan
No Kurikulum 2013 KTSP

1 SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu


ditentukan terlebih dahulu, melalui melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006.
Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah Setelah itu ditentukan SKL (Standar
itu baru ditentukan Standar Isi, yang Kompetensi Lulusan) melalui
bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, Permendiknas No 23 Tahun 2006
yang dituangkan dalam Permendikbud No
67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013

2 Aspek kompetensi lulusan ada Lebih menekankan pada aspek


keseimbangan soft skills dan hard skills pengetahuan
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan

3 di jenjang SD Tematik Terpadu untuk di jenjang SD Tematik Terpadu untuk


kelas I-VI kelas I-III

4 Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan

9[9] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hal.35
10[10] http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP dibanding Kurikulum 2013

5 Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam pembelajaran terdiri


jenjang SD dan semua mata pelajaran di dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan
dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari Mengamati,
Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.

6 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran.


Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran

7 Standar penilaian menggunakan penilaian Penilaiannya lebih dominan pada aspek


otentik, yaitu mengukur semua pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib

9 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas XI


untuk jenjang SMA/MA

10 BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan masalah


potensi siswa siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya


terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun
sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan
ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada
siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini
mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah
pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang
tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013
akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak
paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
2.   Persamaan
a)    Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks sebagai
butir-butir KD.
b)   Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama dibuat atau
dirancang oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
c)    Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP. 
d)   Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang pada
hakekatnya berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari pengetahuan bukan
menerima pengetahuan

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan antara lain :

1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013 di

enam SMA Negeri kabupaten Bantul cukup baik sesuai kriteria

kepemimpinan dalam Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka efektifitas

implementasi Kurikulum 2013. Peran tersebut terwujud dalam bentuk

usaha kepala sekolah mengirim guru-guru mengikuti pelatihan Kurikulum

2013, pengadaan sarana prasarana, pelibatan komite sekolah dalam

pengadaan fasilitas sekolah.

2. Persiapan guru dalam pembelajaran cukup efektif sesuai kriteria sesuai

dengan kriteria pelaksanaan Kurikulum 2013. Hal ini diketahui dari data

yang disampaikan oleh bagian kurikulum, bahwa semua guru telah

membuat administrasi pembelajaran. Persiapan mengajar dilaksanakan


dengan penyusunan perangkat pembelajaran, yang berpedoman pada

kurikulum 2013 SMA yang dikeluarkan oleh Kemendikbud. Guru dalam

menyusun rencana pembelajaran melaksanakan pengembangan pada

materi pokok pembelajaran, strategi, skenario proses pembelajaran,

metode penilaian dan sumber belajar.

3. Proses pembelajaran berjalan efektif sesuai dengan persiapan yang

direncanakan. Hal ini terlihat semua guru menggunakan pembelajaran

yang bervariasi dan inovasi, inventarisasi sumber belajar baik, sumber

belajar cukup memadai, guru yang mengajar dengan menggunakan

pendekatan santifik, banyak guru yang mengajar dengan menggunakan

lebih dari satu variasi.

4. Sistem penilaian efektif atau sesuai dengan rambu-rambu penilaian

otentik dalam Kurikulum 2013. Hal ini diketahui dari dokumen nilai yang

dimiliki guru cukup lengkap, penilaian proses sudah terinventaris dengan

baik, penilaian tidak hanya terfokus pada hasil ulangan harian dan

ulangan tengah semester. Rata-rata hasil perolehan nilai kognitif UTS

ganjil tahun pelajaran 2015/2016 sudah melebihi KKM yaitu 65. Hal ini

juga menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri

sudah cukup efektif.

5. Secara umum sarana prasarana yang dimiliki sudah cukup menunjang

proses pembelajaran yang sesuai dengan kriteria pelaksanaan Kurikulum

2013. Hal ini terlihat dari fasilitas ruangan yang ada cukup memadai,

namun yang berkaitan dengan sumber pelajaran masih kurang yaitu buku-

buku peminatan dan lintas minat, media pelajaran lengkap, bahan praktik
masih cukup dan peralatan praktik cukup lengkap.

6. Hasil belajar peserta didik secara efektif dapat tercapai dengan di atas

nilai KKM tiap mapelnya yang memilii rata-rata KKM 65.


B. Saran-saran
1. Usaha kepala sekolah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013

perlu ditingkatkan, utamanya pada minsed guru dan peserta didik.

2. Kompetensi guru di SMA sasaran Kurikulum 2013 perlu ditingkatkan.

Hal itu bisa dilakukan dengan cara meningkatkan intensitas

pengiriman guru-guru mengikuti seminar, workshop, pelatihan dan

MGMP agar pemahaman guru tentang konsep Kurikulum 2013 lebih

jelas, sehingga persiapan mengajar, konsep pembelajaran dan konsep

pengembangan penilaian sesuai dengan rambu-rambu implementasi

Kurikulum 2013.

3. Guru diharapkan selalu berusaha untuk melaksanakan program sesuai

dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya, misalnya pelaksanaan

ulangan harian, media yang digunakan, dan jenis tagihan.

4. Proses pembelajaran perlu dikembangkan terutama strategi mengajar,

variasi metode mengajar, dan guru dapat melaksanakan penilaian

otentik.

5. Penambahan sarana prasarana perlu ditingkatkan, sumber

pembelajaran perlu ditambah, peralatan laboratorium IPA perlu

dilengkapi.

6. Penilaian dalam Kurikulum 2013 perlu disederhanakan.

7. Format Laporan Hasil Belajar Peserta Didik perlu dibakukan sehingga

tidak sering ganti format yang disesuaikan dengan Dapodikmen.

8. Hasil Penilaian sesuai dengan aplikasi PDSS dalam kaitannya

SNMPTN.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid & Chaerul Rochman, (2014), Pendekatan Ilmiah Dalam Kurikulum
2013, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abidin, Y, (2012), Model Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Membaca


Pemahaman Beorientasi Pendidikan Karakter, Artikel. Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012, Bandung.

Ahmad Yani, (2014), Minset Kurikulum 2013, Bandung: Alfabeta.

Ari Rahmawati, (2016), Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran IPS


Kelas VIII SMP Negeri 1 Kepil Wonosobo Tahun Pembelajaran 2015/2016,
Tesis Program Sarjana Universitas PGRI Yogyakarta.

Baharudin dan Esa Nur, (2012), Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta:
Ar-ruz Media.

Buchory, (2012), Guru: Kunci Pendidikan Nasional,Yogyakarta: Leutikaprio.

Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetya dan Muhsinatun Siasah, (2013), Model
Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Multi Presindo.

Depdiknas, (2001), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:


Depdiknas.

Depdiknas, (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Bali
Pustaka.

Ella Yulaelawati, (2007), Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan


Aplikasi, Jakarta: Pakarjaya.

Jamal Ma’mur, (2012, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan inovatif,
Yogyakarta: Diva Press.

John W Creswell, (2016), Research Design, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemendikbud Dirjen Dikmen Pembinaan SMA, (2013) Kumpulan Peraturan


Pemerintah dan Permendikbud tentang Implementasi Kurikulum 2013,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.

Kemendikbud, (2013), Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013,


Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan
SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kemendikbud.
Kemendikbud, (2013), Permendikbud RI Nomor 69 Tahun 2013 Tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA / MA, Jakarta.

Kemendikbud, (2014), Manajemen Kepemimpinan Sekolah, Bahan Ajar


Implementasi Kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah, Jakarta : Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan SDM
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kemendikbud.

Kemendikbud, (2014), Manajemen Implementasi Kurikulum 2013, Bahan Ajar


Implementasi Kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah, Jakarta : Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan SDM
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kemendikbud.

Mida Latifatul, (2013), Kupas Tuntas Kurikulum 2013, Yogyakarta: Katapena.

Moleong, (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya.

Muh. Ghozali, (2008), Keefektifan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi


di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul,Pascasarjana UMY.

Mulyasa, (2006), Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung:


Rosdakarya

Mundir, (2013), Statistik Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nasution, (2003), Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik, (2007), Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Poerwati, L.E. & Amri, S. (2013), Panduan Memahami Kurikulum 2013, Sebuah
Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Masa Depan. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publiser.

Ridwan Abdullah Sani, (2014), Pembelajaran Saintifik, Jakarta : Bumi Aksara.

Rudi Zulkifli Nurdin, (2005), Penerapan Program KBK dan Konstribusinya


terhadap Pencapaian Standar Kompetensi Siswa, Artikel diambil tanggal
26 Nopember 2007, dari Http://www.pages-
yourfavorite.com/ppsupi/abstrakpk2005.htm/.

Ruhimat, ( 2011), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Rajawali.


Sani RA, (2014), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013,
Jakarta : Paragonatama Jaya.

Sarjimah, Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ilmu


Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 5 Yogyakarta Tahun
nPelajaran 2014/2015, Tesis Program Studi Pendidikan IPS
Program Pasca Sarjana Universitas PGRI Yogyakarta.

Sholeh Hidayat, (2013), Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Siti Estiningsih, (2004), Evaluasi Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi, Yogyakarta: Pascasarjana UNY.

Siti Nur Rochmah Azwarini, (2005), Evaluasi Implementasi Kurikulum


PAI Berbasis Kompentansi di MAN III Yogyakarta, Yogyakarta:
Pascasarjana UMY.

Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,


Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, (2002), Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka

Cipta. Sukardi, (2012), Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Opersionalnya,

Jakarta: Bumi
Aksara.

Sunarti dan Selly Rahmawati, (2014), Penilaian Dalam Kurikulum


2013,
Yogyakarta: Andi

Suparlan, (2005), Menjadi Guru Efektif , Yogyakarta: Hikayat.

Anda mungkin juga menyukai