Cara Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Artinya, “Aku tinggalkan kepada kamu (umatku) dua perkara. Jika kamu
berpegang teguh kepada keduanya maka niscaya kamu tidak akan tersesat
َو َعلَى آلِ ِه، َالس اَل ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َس يِّ ِد َولَ ِد َع ْدنَان َّ الص اَل ةُ َو
َّ َو،ك ال َّديَّا ِن ِ ِالح ْم ُد هللِ ْال َمل
َ untuk selama-selamanya. (Dua perkara itu adalah) al-Qur’an dan Sunnah” (HR
ك لَهُ ْال ُمنَـ َّزهُ َع ِن َ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي،صحْ بِ ِه َوتَابِ ِع ْي ِه َعلَى َمرِّ ال َّز َما ِن َ َو Al-Baihaqi).
َ َوَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ الَّ ِذيْ َك ان،ْال ِج ْس ِميَّ ِة َو ْال ِجهَ ِة َوال َّز َما ِن َو ْال َم َك ا ِن Lalu bagaimanakah cara kita kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah? Sebab,
ْالقَاِئ ِل ِفي،ان ِ َّص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ ال َمن ِ ْ فَإنِّي ُأو، ِعبَا َد الرَّحْ مٰ ِن، َأ َّما بَ ْع ُد َُخلُقُهُ ْالقُرْ آن tidak semua orang mampu menjadi penafsir atau memahami sunnah dengan
فَسَْٔـلُ ٓو ۟ا َأ ْه َل ٱل ِّذ ْك ِر ِإن ُكنتُ ْم اَل ۖ َو َمٓا َأرْ َس ْلنَا قَ ْبلَ كَ ِإاَّل ِر َج ااًل نُّو ِح ٓى ِإلَ ْي ِه ْم:آن ِ ِْكتَابِ ِه ْالقُر baik kecuali mereka yang sehat aqidah, terbebas dari hawa nafsu, menguasai
ilmu bahasa Arab dengan baik, dan menguasai ilmu yang berkaitan dengan
َتَ ْعلَ ُمون
ilmu tafsir hadits.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih diberi
Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Hadad dalam kitab Risalatul Mu’awanah
rahmat, hidayah, serta inayah oleh Allah swt sehingga kita masih bisa
menyampaikan secara lugas dan tegas berkaitan dengan hal ini: "Bahwa tak
mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shalat
seorang pun mampu menyelesaikan segala persoalannya sendiri baik lahir
Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat walafiat. Sebagai wujud rasa syukur
maupun batin sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits, karena kemampuan
pula kita kepada Allah swt, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan
tersebut hanya dimiliki oleh ulama yang ilmunya sudah mendalam.”
dan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benar keimanan dan
sebaik-baik ketakwaan, dengan cata menjalankan imtitsâlu awâmirillâh Dengan demikian jika kita menghadapi suatu masalah yang tidak mampu
wajtinâbu nawâhîhi, yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah diselesaikan sendiri, maka kembalikanlah permasalahan itu pada orang yang
swt dan berupaya dengan sungguh-sungguh menjauhi apa pun yang dilarang- dipilih oleh Allah sebagai tempat kembali, yaitu ulama. Allah swt befirman,
Nya, sebab dengan jalan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi
hamba-hamba-Nya sebagaimana terfirman dalam al-Qur’an. َ فَ ْسـَٔلُ ٓو ۟ا َأ ْه َل ٱل ِّذ ْك ِر ِإن ُكنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون
ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم Artinya, "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nahl: 43).
Artinya, "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
Yang dimaksud ahlu dzikr adalah ulama yang mengetahui dan memahami
ialah orang yang paling takwa diantara kamu" (QS Al-Hujurat: 13)
sifat-sifat Allah dan agama-Nya, mengamalkan ilmu yang dimilikinya, selalu
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, mencari keridhaan Allah, zuhud terhadap keduniaan, selalu ingat kepada-Nya,
berdakwah di jalan Allah dengan akal dan kearifan sehingga terbuka baginya
Dalam berkehidupan tentu kita sering menemui permasalahan, baik
rahasia-rahasia Allah. Ahlu dzikr inilah yang patut menyandang identitis al-
permasalahan dalam keluarga, tetangga, rekan kerja, ataupun orang lain di
sekitar kita, sehingga dibutuhkan pedoman atau tuntunan sebagai solusi dari
ulamâ' ar-râsikhûn ( َخون َّ ْال ُعلَ َما ُء.
ُ ِالراس
permasalahan tersebut agar berbuah kemaslahatan. Sebagai seorang Muslim, Di dalam Tafsir Lathaif Isyarat, Imam al-Qusyairi mengatakan bahwa ahludz
tidak boleh tidak, yang harus dijadikan pedoman adalah Al-Qur’an dan dzikri adalah ulama.
Sunnah. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw,
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-jangan-pernah-remehkan-
kebaikan-oOI1Y