Anda di halaman 1dari 29

Nama Anggota Kelompok :

1. Elia Mardina Agustin (20108840013)


2. Fayza Alifia Surya (20108840040)
3. Nora tasya Ariffatul Hafidha (20108840011)
4. Zuana Della (20108840010)

Kelas : V ( Lima )
Mata Pelajaran PPKN
Tema : 7 Peristiwa Dalam Kehidupan
Sub tema 1 : Peristiwa kebangsaan masa penjajahan
Sub tema 2 : Peristiwa kebangsaan seputar proklamasi kemerdekaan
Sub tema 3 : Peristiwa mengisi kemerdekaan
Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia, IPS, PPkn
Pembelajaran :3

A. Kompetensi Inti (KI) :


1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga, dan negara.
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat
dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya
B. Kompetensi dasar (KD) :
3.3 Menelaah keberagaman sosial budaya masyarakat
4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung keberagaman sosial budaya
masyarakat.

C. Indikator
3.3.1 Mengidentifikasi keberagaman sosial budaya masyarakat
4.3.1 Menuliskan contoh tentang pengalaman hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari
dan manfaatnya sebagai wujud semangat persatuan

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu Mengidentifikasi keberagaman sosial budaya masyarakat dengan benar
2. Siswa mampu Menuliskan contoh tentang pengalaman hidup rukun dalam kehidupan
sehari-hari dan manfaatnya sebagai wujud semangat persatuan

E. Materi
Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat
Seluruh rakyat di berbagai daerah dari  berbagai suku,  agama, dan golongan penuh  suka 
cita   menyambut  dan  merayakan  Proklamasi Kemerdekaan. Semua bersatu padu dan
lebur  saling bahu-membahu  melakukan perlawan terhadap penjajah. Semua
menunjukkan rasa persatuan dan kesatuan, tidak lagi  memikirkan kedaerahan,  suku,   
agama, dan golongan. Hanya ada satu identitas, yaitu  Indonesia. Kita hidup di tengah-
tengah masyarakat yang  memiliki keanekaragaman di  segala bidang kehidupan.
Meskipun beragam dan berbeda, tetapi kita tetap bisa bersatu dan hidup dengan rukun.
Perhatikan lambang negara kita,  Burung Garuda. Lihatlah pita  yang   dicengkeramnya.
Pada  pita  itu, tertulis kalimat “Bhinneka Tunggal Ika”. Kalimat ter- sebut  diambil dari   
Kitab   Sutasoma  karangan  Mpu Tantular,   yang    memiliki  arti    berbeda-beda  tetapi
tetap satu. Kata-kata tersebut kemudian diberi makna yang   lebih   luas dan  menjadi
semboyan “meskipun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua”. Semboyan itulah kemudian
yang    mengikat   keberagaman   bangsa menjadi satu kesatuan.
Untuk menerapkan  nilai-nilai   Bhinneka Tunggal Ika,  kamu pun  tidak perlu harus
meniru temanmu atau orang lain  agar terlihat sama. Kamu  tidak harus seperti orang
lain.  Biarlah kamu berbeda dengan orang lain  dan orang lain biarlah berbeda dengan
dirimu.
Kamu  harus menyadari perbedaan itu  anugerah dari   Tuhan  Yang  Maha Esa yang 
harus kita  syukuri. Dengan demikian, kamu tidak perlu berselisih hanya karena adanya
perbedaan. Kamu  harus mensyukuri perbedaan dengan cara menghormati dan
menghargai teman-temanmu.  Dengan begitu, perbedaan itu justru membuat hidup makin
indah.
Keberagaman Budaya Indonesia
Keragaman budaya adalah salah satu keunikan yang terdapat di muka bumi ini dengan
beragam suku bangsa yang ada di seluruh dunia, begitu pula dengan keragaman budaya
Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia, tak dapat memungkiri bahwa
keberadaan negara Indonesia sendiri menghasilkan keragaman yang tidak terkira, mulai
dari keragaman ras, suku bangsa hingga bahasa.
Dari berbagai keragaman itulah melahirkan bentuk keragaman budaya Indonesia yang tak
ada tandingannya, seperti rumah adat, upacara adat, pakaian adat tradisional, tarian adat
tradisional, alat musik dan lagu tradisional, senjata tradisional, bahkan beragam makanan
khas.
Pada hakikatnya, keragaman budaya Indonesia datang dari berbagai kebudayaan-
kebudayaan lokal yang terus tumbuh dan berkembang di masyarakatnya. Adapun
munculnya keragaman budaya tersebut akibat dari pengaruh yang tampak dan merekah di
masyarakat sehingga menciptakan kebudayaan itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu dari zaman ke zaman, perkembangan kebudayaan mempunyai
peran dan fungsi untuk meningkatkan semangat nasionalis. Hal itu karena budaya lokal
memuat nilai-nilai sosial yang perlu diterapkan oleh tiap masyarakat Indonesia itu
sendiri.
Keberagaman Agama
Indonesia adalah negara yang religius. Hal itu dibuktikan dalam sila pertama Pancasila,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin dalam UUD 1945
pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Di Indonesia sendiri, ada enam agama yang diakui oleh negara. Agama-agama yang
diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga Konghucu.
Keenam agama harus hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi antar
umat beragama.
1. Islam

Mayoritas agama di Indonesia beragama Islam. Berdasarkan perhitungan, pemeluk


agama Islam berjumlah 87,2% atau lebih dari 207 juta orang.
Hari besar agama Islam adalah Idul Fitri dan Idul Adha. Sedangkan, tempat
ibadahnya merupakan masjid.
2. Kristen Protestan

Protestan muncul setelah protes Marthin Luther pada tahun 1517. Di Indonesia
sendiri, pemeluk agama Protestan ada sebanyak 6,9% dengan kitab suci bernama Al-
Kitab atau Injil.
3. Kristen Katolik
Katolik merupakan salah satu agama di Indonesia yang denominasi dalam agama
Kristen. Agama ini muncul di Indonesia saat bangsa Portugis sampai di kepulauan
Maluku.
Orang Maluku pun menjadi orang beragama Katolik pertama di Indonesia. Hari besar
agama di Indonesia ini adalah Natal atau Kelahiran Yesus Kristus.
4. Hindu

Agama Hindu saat ini memiliki jumlah 1,7% dengan pulau Bali sebagai pemilik
penganut agama Hindu terbesar di Indonesia. Agama Hindu selalu melakukan
persembahyangan di pura.
Penganut agama Hindu memiliki kitab suci bernama Weda. Untuk hari raya Umat
Hindu, adalah Nyepi, Kuningan, dan Galungan.
5. Buddha

Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka. Agama Buddha awalnya berasal dari
India dan menjadi salah satu agama tertua di dunia serta Indonesia.
Saat ini, jumlah pemeluk agama Buddha di Indonesia mencapai 0,7%. Para penganut
Buddha selalu bersembahyang ke Vihara saat perayaan upacara keagamaan, seperti
Waisak.
6. Konghucu
Urutan agama di Indonesia yang terakhir adalah Khonghucu. Agama ini berasal dari
orang-orang Tionghoa yang berdatangan ke Indonesia. Saat ini agama Khonghucu di
Indonesia berjumlah 0,05% dengan kitab suci bernama Shishu Wujing.
Keberagaman Bahasa Daerah
Indonesia adalah salah satu negara dengan bahasa daerah terbanyak di dunia. Menempati
posisi kedua, Indonesia berada hanya satu tingkat di bawah Papua Nugini dalam hal
keragaman bahasa. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019, terdapat
718 bahasa daerah (jumlah tersebut mungkin akan terus bertambah) di Indonesia yang
tersebar dari pulau Sumatra hingga Papua. Fakta ini menegaskan keberagaman yang kita
miliki. Kita tak hanya memiliki warna kulit yang berbeda, menjalani adat istiadat yang
berbeda, dan memeluk agama yang berbeda, tetapi juga menuturkan bahasa (bahasa ibu)
yang berbeda.
Perbedaan memang kerap dijadikan alasan untuk menolak persatuan. Mungkin itu pula
yang menyebabkan multikulturalisme, atau multilingualisme khususnya, kerap dianggap
sebagai kambing hitam perpecahan dan sumber konflik. Di beberapa negara, perbedaan
bahasa bahkan telah memicu konflik sosial-politik, seperti di India, Pakistan, Turki,
Spanyol, dan di belahan dunia yang lain.
Beruntung hal tersebut tidak terjadi di Indonesia karena kita memiliki satu bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia secara resmi telah menegaskan
dirinya sebagai bahasa pemersatu sejak tahun 1928 dan telah menjadi salah satu
pembentuk identitas keindonesiaan. Uniknya, ketika menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa antara (lingua franca) dan memperkuat identitas nasionalnya, masyarakat
Indonesia pada saat yang bersamaan secara unik juga tetap bisa melestarikan identitas
kedaerahannya. Orang Jawa masih bisa menjadi orang Jawa dengan menuturkan bahasa
daerahnya di rumah saat berkomunikasi dengan keluarganya. Begitu pula dengan orang
Sunda, orang Minang, orang Dayak, orang Bugis, orang Papua, dan suku-suku lainnya.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak bertujuan untuk mengancam keberadaan
bahasa daerah.
Keberagaman Rumah Adat
1. Rumah Adat Provinsi Aceh: Krong Bade

Rumah Krong Bade dari Aceh ini berbentuk memanjang dari timur ke barat
menyerupai persegi panjang. Di bagian depan rumah dilengkapi dengan tangga untuk
masuk ke dalam rumah. Umumnya, tangga pada rumah adat Aceh ini jumlahnya
ganjil, yaitu sekitar 7 hingga 9 anak tangga.
2. Rumah Adat Sumatera Utara: Bolon

Pada rumah adat Bolon ini, terdapat dua bagian yang berbeda, yaitu Jabu Bolon dan
juga Jabu Parsakitan. Jabu Bolon biasa menjadi tempat untuk keluarga besar,
sedangkan Jabu Parsakitan adalah tempat untuk membicarakan masalah adat.
Keunikan dari rumah adat Sumatera Utara ini adalah tidak ada sekatan antara setiap
ruangan. Jadinya, semua anggota keluarga tidur bersama di dalam ruangan besar.
3. Rumah Adat Sumatera Barat: Gadang
Rumah adat ini berasal dari Sumatera Barat, rumah ini memiliki beberapa atap yang
runcing dan menjulang ke atas. Rumah adat Gadang terbuat dari ijuk dan bentuknya
mirip seperti tanduk kerbau, yang melambangkan kemenangan suku Minang dalam
perlombaan adu kerbau di Jawa.
4. Rumah Adat Riau: Selaso Jatuh Kembar

Rumah ini memiliki arti rumah dengan dua selasar. Masyarakat Riau tidak
menjadikan Rumah Selaso Jatuh Kembar sebagai tempat tinggal mereka, tetapi hanya
menggunakannya untuk acara adat.
5. Rumah Adat Provinsi Bengkulu: Bubungan Lima

Rumah adat dari Bengkulu ini memiliki tiang penopang dan menggunakan kayu
khusus untuk membuatnya, yaitu kayu Medang Kemuning. Untuk memasuki rumah
ini, Anda juga harus menggunakan tangga, yang berada pada bagian depan rumah.
Sama seperti rumah adat dari Riau, masyarakat Bengkulu menggunakan rumah ini
untuk acara adat saja, bukan untuk menjadi tempat tinggal.
6. Rumah Adat Provinsi Lampung: Rumah Nuwo Sesat

Rumah adat Provinsi Lampung memiliki nama Nuwo Sesat. Ciri khas dari rumah ini
adalah bentuknya panggung dan di sisi-sisinya terdapat ornamen yang khas. Biasanya,
ukuran dari rumah ini sangat besar, tetapi saat ini banyak yang membuat Rumah
Nuwo Sesat berukuran lebih kecil. Namun, rumah ini tidak dibangun sebagai tempat
tinggal. Sama seperti rumah adat lainnya, Rumah Nuwo Sesat ini hanya dibangun
untuk acara adat dan melakukan musyawarah.
7. Rumah Adat Sumatera Selatan: Rumah Limas

Rumah adat satu ini memiliki bentuk yang sesuai dengan namanya, yaitu menyerupai
limas. Tamu yang berkunjung ke rumah ini harus singgah ke ruang atas atau teras
rumah. Hal ini merupakan tradisi masyarakat Sumatera Selatan agar dapat merasakan
budaya mereka, yang tampak pada ukiran di dalamnya.
8. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Rakit

Karena Bangka Belitung memiliki banyak yang tergenang air atau di tepi laut, warga
setempat harus menyesuaikan diri, yaitu dengan membangun rumah di atas air juga
yang dinamakan Rumah Rakit. Bentuk rumah adat provinsi Bangka belitung terlihat
sangat unik karena merupakan perpaduan rumah Melayu dengan aksen arsitektur
Tionghoa. Pembuatan rumah ini menggunakan bambu khusus dan bahan lainnya,
yang tentunya kuat dan membuatnya dapat mengapung di atas air. Rumah Rakit ini
biasa menjadi tempat tinggal warga.
9. Rumah Adat Jawa Timur: Rumah Joglo
Memang merupakan ciri khas dari Rumah Joglo memiliki 4 tiang penopang. Ini pula
yang terlihat dari rumah adat Jawa Timur. Ciri khas dari Rumah Joglo ini terletak
pada bentuk dan ukurannya yang unik dan juga makna seni yang tinggi. Desain rumah
joglo juga sangat khas dengan bentuk limas dan bangunannya berasal dari kayu jati.
Bangunan dan pondasi rumah joglo sangat erat kaitannya dengan kepercayaan
kejawen yang dianut masyarakat Jawa. Umumnya, rumah joglo di daerah ini tidak
hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga untuk menyimpan peninggalan
sejarah.
10. Rumah Adat Sulawesi Utara: Rumah Walewangko

Rumah Walewangko ini merupakan rumah adat yang mendominasi di Sulawesi


Utara. Sama seperti rumah adat provinsi lainnya, Rumah Walewangko ini juga
memiliki arsitektur yang unik dan filosofi yang sangat kental dengan adat
penduduknya.
Keberagaman Pakaian Adat
1. Ulee Balang dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Pakaian adat Indonesia paling terkenal dari Nanggroe Aceh Darussalam adalah ulee
balang. Untuk pria, pakaian ulee balang dinamakan sebagai linto baro, sedangkan
untuk perempuan dinamakan daro baro. Mendapat pengaruh kental dari Islam dan
Melayu, pakaian adat Ulee Balang memiliki tampilan yang serba tertutup. Selain
untuk upacara prosesi pernikahan, pakaian adat Aceh ini juga sering dikenakan dalam
acara adat dan tari-tarian tradisional.
2. Bundo Kanduang dari Provinsi Sumatera Barat

Bundo kanduang merupakan pakaian adat dari provinsi Sumatera Barat. Busana
tradisional yang memiliki warna mencolok ini dipengaruhi oleh budaya Melayu,
Arab, dan Cina. Pakaian yang khusus diperuntukkan bagi wanita yang telah diangkat
menjadi bundo kanduang ini memiliki ciri khas penutup kepala yang disebut dengan
tengkuluk. Dalam adat Sumatera Barat, pakaian yang digunakan oleh kaum pria
disebut dengan pakaian adat Penghulu.
3. Ulos dari Provinsi Sumatera Utara

Pakaian adat di Sumatera Utara adalah Ulos. Di mana pakaian adat tersebut dibuat
dengan kain ulos yang berbahan sutra dan diproes dengan cara ditenun. Ulos yang
menjadi ciri khas bagi masyarakat Sumatera Utara sudah ada sejak lama dan secara
turun temurun dikembangan masyarakat Batak. Pakaian adat Sumatera Utara terbuat
dari kain ulos yang memiliki warna cerah dan terbuat dari sutra. Umumnya ulos akan
dijadikan sebagai selempang baju.
4. Aesan Gede dari Provinsi Sumatera Selatan
Aesan gede adalah pakaian adat masyarakat Sumatra Selatan yang biasa dipergunakan
dalam upacara pernikahan. Penamaan aesan gede berkaitan dengan julukan Sumatra
sebagai swarnadwipa atau pulau emas. Indikasinya terlihat dari beberapa kelengkapan
yang dikenakan, yaitu berupa perhiasan bercitrakan keemasan.
5. Pakaian Adat Paksian dari Provinsi Bangka Belitung

Untuk perempuan, Paksian dilengkapi bawahan kain cual, yang merupakan kain asli
Bangka. Tak lupa juga hiasan mahkota Paksian. Sedangkan buat laki-laki, pakaian
adat Paksian dilengkapi sungkon atau sorban. Baju adat ini didominasi dengan warna
merah.
6. Tulang Bawang dari Provinsi Lampung
Pakaian adat Lampung bisa menjadi simbol untuk menunjukkan kebesaran budaya
Lampung. Tidak hanya digunakan sebagai pakaian adat saat pernikahan, pakaian adat
yang kerap disebut Tulang Bawang ini juga dipakai dalam acara pentas atau
pertunjukkan seni tari. Pakaian adat khas Lampung ini didominasi dengan kain
berwarna putih dengan tutup kepala. Pria akan menggunakan kain tapis sebagai tutup
kepala, sedangkan perempuan akan menggunakan siger atau mahkota emas.
7. Pesa’an dari Provinsi Jawa Timur

Pesa'an adalah baju adat khas dari Madura, provinsi Jawa Timur. Baju Pesa'an
menjadi salah satu simbol utama yang menjadi wakil budaya baju adat Jawa Timur di
Nusantara. Baju Pesa'an ini bisa digunakan pada acara-acara penting masyarakat
Madura seperti acara upacara pernikahan ataupun acara penting lainnya. Namun, di
masa lalu orang-orang Madura juga bisa menggunakan pakaian Pesa'an ini sebagai
busana sehari-hari. Walaupun sering digunakan oleh penjual sate, pakaian ini
mempunyai makna tersendiri. Pakaian adat Madura ini terdiri atas busana wanita dan
pria. Bagi para pria terdiri atas celana longgar dan kaos bergaris merah putih yang
cukup sederhana. Sedangkan untuk para wanita menggunakan kebaday dengan warna
cerah yang mencolok sebagai pasangan dari busana pria. Penggunaan warna yang
cerah dan terang yang kuat pada pakaian adat ini mencerminkan karakter masyarakat
Madura dikenal akan keberaniannya, sikap tegas, tidak kenal ragu, serta bersikap
terbuka dalam menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain.
8. Payas Agung dari Bali

Payas Agung adalah pakaian adat Bali asal Kabupaten Buleleng yang menampilkan
kesan mewah, derajat tinggi, hingga artifilosofis. penting seperti pernikahan. Payas
Agung memiliki kesan etnis, mewah dan spesial sehingga pakaian ini tidak ditujukan
untuk sembarang aktivitas. Payas agung biasanya digunakan sebagai busana
pengantin. Dengan perpaduan tiga warna mewah yakni merah, emas dan putih payas
agung juga disertai dengan mahkota yang berukuran besar.
9. Ta’a dan Sapei Sapaq dari Provinsi Kalimantan Timur
Ta'a dan Sapei Sapaq adalah pakaian adat Kalimantan Timur yang berasal dari Suku
Dayak Kenyah. Ta'a adalah sebutan pakaian adat untuk para wanita. Sementara Sapei
Sapaq adalah pakaian adat untuk para pria. Ta'a memiliki filosofi wanita Suku Dayak
yang berwibawa, percaya diri dan berkarakter.
10. Yokal dari Papua Barat

Pakaian adat Yokal merupakan pakaian adat dari masyarakat Papua Barat yang
dikhususkan untuk dikenakan oleh wanita yang sudah berkeluarga. Yokal menjadi
simbol bahwa masyarakat Papua memiliki kedekatan dengan alam. Pakaian Yokal
terbuat dari kulit pohon yang berwarna mencolok coklat tanah atau kemerahan.
Pakaian adat Yokal ini digunakan ketika ada festival budaya maupun sehari-hari.
Dalam budaya Papua, perempuan yang sudah menikah juga disediakan pakaian
khusus. Fungsinya jelas, pakaian ini untuk menutupi tubuh wanita bagian atas dan
hanya boleh dikenakan oleh mereka yang sudah menikah.
Keberagaman Tarian Daerah
1. Tari Cokek (Betawi, DKI Jakarta)

Tari cokek adalah tarian akulturasi antara budaya Betawi, Cina dan Banten. Suku
Betawi yang tinggal di sekitar Jakarta atau ibukota dari Indonesia sejak dulu, sangat
mudah untuk berinteraksi dengan suku atau bangsa lain. Karena itulah, seiring
berjalannya waktu, kesenian Betawi pun berkembang dan bercampur padu dengan
kesenian lain. Salah satunya tari Cokek ini, nama Cokek berasal dari Bahasa Hokkian
“chiou-khek” yang berarti menyanyikan lagu. Tarian cokek ini biasa dimainkan pada
saat ada pertunjukan atau pesta hiburan. Penari Cokek menunjukan kemampuannya
sambil menyanyi diiringi oleh alunan musik Gambang Kromong. Gerakan tarian ini
layaknya beradu bokong atau banyak yang menggoyangkan pinggul.
2. Tari Remo (Jombang, Jawa Timur)

Tari Remo atau Reyoge Cak Mo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Tarian ini biasa ditampilkan saat penyambutan tamu yang diiringi oleh gamelan.
Sejatinya, tarian ini dibawakan oleh penari pria, tapi sebagai usaha pelestarian, penari
wanita pun dapat menari tarian Remo. Tari Remo membutuhkan sisi maskulinitas
untuk menjadi lakon penari. Pertunjukan Tari Remo memang ingin menampilkan
kisah pangeran yang sedang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Ciri khas
utama dari tarian ini adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Didukung dengan
lonceng-lonceng di area pergelangan kaki, sehingga akan berbunyi jika penari
melangkah di panggung.
3. Tari Indang (Sumatera Barat)

Tari Indang atau yang terkenal dengan nama Tari Dindin Badindin merupakan
kesenian asli Sumatera Barat, lebih tepatnya masyarakat Pariaman. Tarian ini konon
merupakan media proses penyebaran Islam oleh Syekh Burhanudin di Sumatera
Barat. Filosofi tarian ini sangat erat dengan budaya Minang dengan Islam. Tarian
Indang ditampilkan dengan alunan Shalawat Nabi atau syair yang mengandung nilai
ajaran Islam. Biasanya, ditampilkan pada peringatan wafatnya cucu Rasulullah atau
tiap tanggal 10 Muharram. Tarian Dindin Badindin ini dilakukan oleh penari pria
dengan jumlah ganjil seperti 7, 9, 11, atau 13 orang. Gerakannya mirip dengan Tari
Saman yang berasal dari Aceh, tapi jika Toppers melihat secara seksama, tarian ini
memiliki gerakan yang lebih luwes.
4. Tari Legong (Bali)

Tari Legong adalah tarian klasik Bali yang telah ada sejak abad ke-19. Konon, Tari
Legong terinspirasi dari mimpi seorang Pangeran yang sedang sakit lalu bertemu
dengan dua gadis menari diiringi oleh alunan gamelan. Tari Legong memiliki gerakan
yang cukup kompleks dan terikat dengan tabuhan gamelan. Alat musik yang
mengiringi Tari Legong namanya Gamelan Semar Pagulingan. Hingga kini di Bali
memiliki berbagai macam Tari Legong, khususnya di Bali Selatan. Adapun Tari
Legong yang cukup populer adalah Legong Lasem (Kraton) yang dimainkan oleh dua
orang legong dan seorang condong. Selain ini, ada Tari Legong Jobog, Ledog Bawa,
Kuntul, Sudarsana, Smaradahana dan lain-lain.
5. Tari Bungong Jeumpa (Aceh)

Tari yang satu ini kini cukup populer karena lagunya dinyanyikan pada ajang Asian
Games 2018 Jakarta dan Palembang. Tari khas Aceh ini memiliki gerakan cukup
simpel dengan dilakukan secara bergantian, duduk dan berdiri. Sambil menari, para
penari juga menyanyikan lagu Bungong Jeumpa yang menjadi kebanggaan
masyarakat Aceh. Lagu dan tarian Bungong Jeumpa melambangkan keindahan dan
kesuburan tanah Aceh. Bungong Jeumpa sejatinya adalah bunga yang memiliki
beragam warna. Bagi masyarakat Aceh, bunga ini adalah simbol keindahan. Maka,
tak heran apabila Toppers akan sering melihat bunga bungong jeumpa di acara
tradisional warga Aceh.
6. Tor Tor (Tapanuli Utara)

Di utara Pulau Sumatra, tepatnya di sekitar Danau Toba, terdapat suku Batak yang
memiliki tarian daerah bernama tor tor. Tarian ini biasanya ditarikan oleh orang Batak
dalam berbagai ritual penting seperti pesta pernikahan, pesta kematian, syukuran
panen hingga upacara penyembuhan orang sakit. Saat menari Tor Tor, orang Batak
biasanya diiringi permainan alat musik Mangondangi yang terdiri dari 9 buah
gondang (gendang batak), terompet khas Batak dan suling. Gerakan tari tor tor tidak
rumit dan relatif lebih mudah dipelajari karena gerakannya monoton. Di era sekarang,
penari tor tor biasanya memasukkan unsur-unsur tambahan dalam koreografi-nya.
7. Tari Piring (Minangkabau)

Dari Barat Pulau Sumatra, tepatnya di Minangkabau, terdapat tari piring yang punya
gerakan indah dan kaya makna. Tari piring merupakan simbolisasi dari pemberian
persembahan kepada sang pencipta atas keberhasilan panen. Namun, di masa
sekarang tari piring sudah dipertunjukkan secara bebas dalam berbagai perayaan. Tari
piring biasanya ditampilkan oleh 3 hingga 5 penari yang memegang dua hingga tiga
piring dalam tangannya dan gelang lonceng kecil yang diikat pada kaki penari. Tarian
luwes dan indah ini biasanya diiringi oleh alunan alat musik tradisional Minangkabau
yakni bong dan saluang.
8. Tari Sekapur Sirih (Jambi)
Tari Sekapur Sirih adalah tarian penyambut tamu di Provinsi Jambi yang diiringi
musik langgam melayu. Seorang seniman bernama Firdaus Chatap menciptakan
tarian ini yang diperkenalkan pada tahun 1962. Tarian Sekapur Sirih biasanya
dilakukan sembilan orang penari perempuan dan tiga penari laki-laki. Satu penari
laki-laki akan membawa payung, dan dua lainnya berperan sebagai pengawal. Penari
perempuan akan menari layaknya memvisualisasikan gadis berdandan. Ini
tercerminkan melalui gerakan awal tarian ini, perempuan berdandan supaya indah lalu
mereka akan bertemu tamu. Gerakan inti dan akhir mereka akan menerima tamu
dengan suguhan kapur dan sirih.
9. Tari Bedhaya (Yogyakarta)

Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan tarian daerah.
Salah satu tarian daerah yang populer adalah tari bedhaya. Tarian yang biasanya
ditampilkan oleh penari perempuan ini dulunya dipertunjukkan untuk kalangan
keraton saja. Tarian ini bercerita tentang sosok spiritual yang diyakini sebagai
penguasa dunia kebatinan di pantai utara Jawa, Nyi Roro Kidul. Tari Bedhaya banyak
menampilkan gerakan gerakan-gerakan gemulai bertempo lambat. Bedhaya Ketawang
dimainkan dengan diiringi perangkat gamelan lengkap.
10. Tari Reog (Ponorogo)
Tari reog adalah salah satu tarian daerah asli Ponorogo, Jawa Timur, yang telah
mendunia. Tarian tradisional ini dimainkan oleh sejumlah pria yang menggunakan
topeng kepala singa bermahkotakan bulu-bulu merak. Berat topeng besar ini bisa
mencapai 50 kilogram, lho Toppers. Tari tradisional ini konon diciptakan oleh Ki
Ageng Kutu, seorang abdi raja Majapahit terakhir, Bra Kertabumi. Ki Ageng Kutu
yang kemudian memberontak pada rajanya tersebut menggunakan tarian ini sebagai
sindiran bagi sang raja yang dianggapnya korup dan berada di bawah pengaruh Cina.
Hal ini diperlihatkan lewat properti singa barong yang merepresentasikan sang raja
dan bulu-bulu merak di atas kepalanya yang melambangkan pengaruh Cina.
Keberagaman Mata Pencaharian
1. Pertanian

Pertanian merupakan bentuk mata pencaharian tertua yang dimiliki bangsa Indonesia,
karena masih banyak penduduk yang mengandalkan kehidupannya melalui pertanian,
Indonesia sering mendapat sebutan sebagai negara agraris. Perkebunan adalah usaha
penanaman tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan bahan mentah.
2. Perkebunan

Penduduk daerah dataran tinggi banyak yang bekerja mengolah perkebunan, Kids. Ini
dikarenakan iklim dan keadaan alam yang cocok dimanfaatkan untuk tanaman
perkebunan, seperti kopi, teh, sayuran, cengkeh, dan lain sebagainya.
3. Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan
tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya
terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan
dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah
dikombinasikan secara optimal. Berdasarkan ukuran hewan ternak, bidang peternakan
dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan
kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dan
lain-lain.
4. Perikanan

Mata pencaharian hidup nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil
laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau
pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian
hasil laut dan tinggal di desa-desa atau pesisir.
Unsur-unsur Budaya
1. Religi/Kepercayaan
Di Indonesia, diakui adanya enam agama resmi, yaitu Hindu, Buddha, Islam, Katolik,
Kristen, dan Konghucu. Semuanya dapat mengembangkan sikap tolerensi dan
kerukunan.
2. Mata Pencaharian

Keragaman alam di Indonesia menyebabkan mata pencaharian masyarakatnya juga


beragam. Sebagian penduduk Indonesia menjadi petani karena memang tanahnya
subur. Sementara itu, orang-orang yang tinggal di tepi sungai atau pantai
mengandalkan perikanan sebagai mata pencahariannya. Lalu, ada pula yang menjadi
pedagang, peternak, pekerja jasa, atau mata pencaharian lainnya.
3. Teknologi dan Peralatan

Teknologi berkaitan dengan kepandaian dan keterampilan orang dalam membuat atau
melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Teknologi bermula dari bentuk
yang sangat sederhana, lalu berkembang terus sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan zaman. Selain itu, kebutuhan manusia mulai beragam. Teknologi yang
sudah ada sejak zaman dulu hingga sekarang seperti teknologi dan peralatan senjata,
wadah, alat angkut, tempat berlindung (rumah), alat pembuat makanan dan minuman,
serta pakaian dan perhiasan.
4. Kesenian
Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki kesenian yang menjadi ciri
khasnya. Kesenian dapat dikelompokan menjadi dua macam.
a. Kesenian yang dapat dinikmati oleh mata, misalnya seni patung, seni ukir, seni
lukis, seni rias, seni tari, seni pedalangan (wayang), dan seni olahraga.
b. Kesenian yang dapat dinikmati oleh telinga, misalnya seni musik dan seni sastra.
Setiap suku di Indonesia juga memiliki lagu daerah, alat musik, dan berbagai
keseniannya sendiri-sendiri.
5. Pengetahuan

Berbagai suku bangsa di Indonesia telah memiliki pengetahuan yang tinggi.


Pengetahuan itu telah mereka terapkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidup.
Pengetahuan itu antara lain tentang alam sekitar, flora fauna, bahan bahan mentah,
benda-benda di lingkungan alam, tubuh manusia, sifat dan kelakuan manusia, serta
pengetahuannya tentang ruang dan waktu.
Misalnya, pengetahuan tentang berbagai jenis tanaman dan ramuan obat tradisonal,
pengetahuan menentukan arah orang Dayak sehingga tidak tersesat di hutan
belantara, dan pengetahuan menentukan arah para pelaut tradisional kita ketika
mengarungi samudra dengan kapal pinisinya sehingga bangsa kita dikenal sebagai
bangsa bahari.
6. Sistem Kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan adalah pola hidup yang menjadi kebiasaan dan dianut serta
telah menjadi kebiasaan suatu masyarakat. Ada sistem perkawinan, sistem
kekerabatan, dan sistem berperilaku dalam masyarakat.
Contohnya, sistem marga pada suku Batak dan sistem trah pada suku Jawa. Kedua
contoh ini merupakan sistem kekerabatan suku-suku tersebut.
7. Bahasa

Setiap suku bangsa mempunyai alat komunikasi sendiri-sendiri yang terkadang hanya
dimengerti dan dipakai oleh suku itu sendiri. Itulah yang dinamakan dialek. Lalu,
bagaimana suku-suku di Indonesia bisa berkomunikasi dengan suku yang lain?
Beruntunglah kita memiliki bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sebagai bahasa
nasional dan bahasa persatuan.

F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD Negeri Tadika Mesra


Kelas / Semester : V (Lima) / 2
Tema 7 : Peristiwa dalam Kehidupan
Sub Tema 2 : Peristiwa Kebangsaan Seputar proklamasi Kemerdekaan
Pembelajaran :3
Alokasi Waktu : 1 Hari ( 6 x 35 menit)

METODE PEMBELAJARAN
 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan 10 menit
mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh
salah satu siswa.
3. Siswa melakukan tanya jawab bersama guru tentang
pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan doa.
Selain itu, guru dapat memberikan penguatan tentang
penanaman sikap syukur dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Siswa diajak menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Guru memberikan penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat kebangsaan.
5. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
6. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang topik 15 menit
pembelajaran yang akan dilakukan yaitu
“Keragaman Budaya di Indonesia”
2. Siswa diberikan beberapa pertanyaan untuk
menstimulus rasa ingin tahu siswa tentang topik yang
akan dipelajari:
 Apa yang kalian ketahui tentang keragaman budaya?
 Apa saja contoh keragaman budaya yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggal kalian?
3. Siswa diminta untuk membaca buku tema yang
sesuai dengan materi yang iberikan oleh guru.
4. Setelah membaca beberapa siswa ditunjuk oleh guru
secara spontan dan acak untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap isi bacaan.
5. Setelah selesai melakukan tanya jawab, siswa
diminta untuk memperhatikan kembali teks yang
telah diberikan oleh guru.
6. Siswa diminta untuk menuliskan bentuk-bentuk
keragaman budaya di Indonesia yang ada pada teks
di buku masing-masing.
7. Beberapa siswa yang ditunjuk oleh guru secara acak
diminta untuk membacakan hasil temuannya.
8. Siswa dengan guru membahas bersama tentang
jawaban dari beberapa siswa yang telah dibacakan.
9. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang
beranggotakan 3-4 siswa.
10. Siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran
“Pop-up Book Keragaman Budaya Indonesia” yang
ditunjukkan oleh guru di depan kelas.
11. Siswa mendapat penjelasan dari guru terkait tata cara
penggunaan media “Pop-up Book Keragaman
Budaya Indonesia”.
12. Siswa diminta berkumpul dengan anggota
kelompoknya untuk bersiap melakukan diskusi
kelompok.
13. Secara bergiliran, setiap kelompok maju ke depan
untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk keragaman
budaya Indonesia yang disajikan pada media
pembelajaran.
14. Setelah semua kelompok sudah menjawab
permasalahan yang disajikan, siswa dengan guru
berdiskusi bersama untuk membahas jawaban dari
tiap kelompok.
Penutup 1. Siswa bersama guru melakukan refleksi atas 15 menit
pembelajaran yang telah berlangsung:
 Apa saja yang telah dipelajari dari kegiatan hari
ini?
 Apa yang akan dilakukan untuk menghargai
perbedaan di sekitar?
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terkait
materi yang belum dipahami.
3. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
4. Siswa bersama guru menyanyikan salah satu lagu
daerah Indonesia.
5. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin salah
seorang siswa.

SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Buku Pedoman Guru Tema 7 : Peristiwa Dalam Kehidupan Kelas 5 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
2. Buku Siswa Tema 7 : Peristiwa Dalam Kehidupan Kelas 5 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
3. Pop-up Book Keragaman Sosial Budaya Indonesia.
G. RUBRIK PENILAIAN
A. Rubrik Menganalisis Bacaan
Aspek Baik Sekali Baik Cukup Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
Isi dan Hasil Hasil Hasil Hasil
Pengetahuan: pengamatan pengamatan pengamatan pengamatan
Hasil ditulis lengkap, ditulis ditulis cukup ditulis kurang
pengamatan dan lengkap, dan lengkap, dan lengkap, dan
ditulis lengkap, pertanyaan- pertanyaan- pertanyaan- pertanyaan-
menunjukkan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan
pengetahuan yang berkaitan yang yang yang
siswa dengan bacaan, berkaitan berkaitan berkaitan
tentang materi secara dengan dengan dengan
yang keseluruhan bacaan bacaan bacaan hanya
disajikan dijawab sebagian beberapa sedikit yang
dengan besar dijawab dijawab dijawab dengan
benar. dengan dengan benar.
benar. benar.
Keterampilan Penjelasan Penjelasan Penjelasan Penjelasan
mengomunikasik mudah mudah kurang kurang
an dipahami, dipahami, dipahami, dipahami,
hasil pemilihan Pemilihan pemilihan pemilihan
kata sesuai beberapa beberapa sebagian besar
dengan bahasa kata sesuai kata tidak kata tidak
Indonesia dengan sesuai sesuai
baku. bahasa dengan dengan bahasa
Indonesia bahasa Indonesia baku.
baku. Indonesia
baku.
Sikap Ketelitian
Diisi dengan catatan khusus hasil pengamatan terhadap sikap yang menunjukkan
ketelitian siswa yang sangat baik hingga yang memerlukan pendampingan untuk
kemudian digunakan sebagai data dalam rekapitulasi penilaian sikap.

B. Rubrik Berlatih
Aspek Baik Sekali Baik Cukup Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
Pengetahuan Mampu Mampu Mampu Mampu
mengeidentifik mengeidentifi mengeidentifi mengeidentifik
asi bentuk kasi bentuk kasi bentuk asi bentuk
keragaman keragaman keragaman keragaman
budaya budaya budaya budaya
Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
dengan sangat dengan tepat. dengan cukup dengan kurang
tepat. tepat. tepat.
Keterampilan Penjelasan Penjelasan Penjelasan Penjelasan
mengomunikasik mudah mudah kurang kurang
an dipahami, dipahami, dipahami, dipahami,
hasil pemilihan Pemilihan pemilihan pemilihan
kata sesuai beberapa beberapa sebagian besar
dengan bahasa kata sesuai kata tidak kata tidak
Indonesia dengan sesuai sesuai
baku. bahasa dengan dengan bahasa
Indonesia bahasa Indonesia
baku. Indonesia baku.
baku.
Sikap Kemandirian, Percaya Diri, Rasa Ingin Tahu, dan Tanggung Jawab
Diisi dengan catatan khusus hasil pengamatan terhadap sikap yang menunjukkan
kemandirian, percaya diri, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab siswa yang sangat
baik hingga yang memerlukan pendampingan untuk kemudian digunakan sebagai
data dalam rekapitulasi penilaian sikap.

H. Media Pembelajaran
POP UP BOOK
1. Alat dan Bahan yang digunakan
a. Kertas manila 5 warna
b. Kertas print gambar-gambar
c. Gunting
d. Cutter
e. Lem kertas
f. Double tip
2. Cara Pembuatan Media
a. Siapkan semua alat dan bahan
b. Gunting kertas manila sesuai dengan ukuran yang diinginkan
c. Lipat menjadi dua bagian kertas manila yang sudah digunting
d. Ukur panjang dan lebar yang diinginkan agar terlihat 3D
e. Gunting sesuai dengan ukuran yang telah diukur
f. Gunting semua gambar-gambar yang sudah di print
g. Kemudian tempelkan gambar-gambar diatas kertas manila yang sudah digunting
3. Petunjuk Penggunaan Media
a. Salah satu siswa sebagai perwakilan kelompok maju ke depan kelas sesuai dengan
intruksi guru untuk menempelkan tugas yang telah guru buat mengenai keberagaman
sosial budaya di indonesia
b. Setelah semua perwakilan kelompok maju kedepan, guru mengecek dari hasil yang
telah siswa kerjakan.
c. Guru memberi apresiasi kepada siswa karena telah maju kedepan kelas
d. Kelompok dengan jawaban yang sesuai mendapatkan nilai tambah dari guru
e. Guru menjelaskan dan menyimpulkan dari media yang telah dibuat

Anda mungkin juga menyukai