Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Ilmu Rasmul Qur’an


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Muhammad Romli, S.Pd.I,M.S.I

Penyusun:

1- Febriana Eka Fadillah NIM 4221082


2- Dinda Selly Angelika NIM 4221086
3- Aisyahtul Abror NIM 4221087
4- Putri Nurul Amalia NIM 4221088

Kelas : D

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum arahmatullahi wabarakatuh. Dengan menyebut nama Allah SWT


yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Ilmu Rasmul Qur’an “ dengan baik.
Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam hingga sampai
kepada umatnya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar
manajemen dan bisnis, serta diharapkan bisa menambah wawasan dan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan kelompok kami. Oleh karena itu, masukan yang bersifat
membangun dari semua pihak atau pembaca akan sangat membantu kami untuk
kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini yang
telah membantu kami dalam menulis makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Pekalongan, 23 Maret 2022

Penulis, Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..…..1
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………….……………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasmul Qur’an…………………………………………………………..2
B. Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur’an…………………………………….2
C. Pedoman dan Penyusunan surat dan ayat dalam Al-Qur’an………………………...8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di
dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani. Tulisan al-Quran
‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra. Istilah ini muncul
setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh
Ustman pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan
dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin
Ustman ra.
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang
berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah),
mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada
salah satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah tentang tatacara penulisan wahyu.
diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam
kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz al-Dibagh”, bahwa
tlisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak
ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh
mu’jizat begitupula tulisannya”.

B. Rumusan Masalah
Setelah memahami latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Rasmul Qur’an ?
2. Bagaimana sejarah dan pengumpulan Al-Qur’an ?
3. Bagaimana pedoman dan penyusunan surat dan ayat dalam Al-Qur’an ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Rasmul Qur’an.
2. Mengetahui sejarah dan pengumpulan Al-Qur’an
3. Mengetahui pedoman dan penyusunan surat dan ayat dalam Al-Qur’an
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasmul Qur’an


Rasm berasal dari kata “rasama, yarsamu, rasma”, yang berarti menggambar atau
melukis. Kata rasm juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau menurut aturan.
Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang mempnyai metode tertentu. Adapun yang
dimaksud rasm dari makalah ini adalah pola penulisan Al-Qur’an yang digunakan Utsman
bin Affan dan para sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an.

B. Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur’an


1) Sejarah pengumpulan Al-Qur’an
Pengumpulan Al-Qur’an telah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan
telah dimulai sejak masa-masa awal turunnya Al-Qur’an. Sebagaimana diketahui
bahwa Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur. Setiap kali menerima wahyu
Nabi Muhammad SAW lalu membacakannya dihadapan para sahabat karena ia
memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka.
Pengumpulan Al-Qur’an dalam arti penulisan dan pembukuan ada tiga tahap,
yaitu :
- Pengumpulan pada masa Rasulullah SAW
- Pengumpulan pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq
- Pengumpulan pada masa Khalifah Utsman bin Affan

a. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW


Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, pengumpulan dan penyatuan
Al-Qur’an dilakukan dengan dua cara, yaitu Pengumpulan dalam dada
(penghafalan) dan penulisan.
Pengumpulan dengan cara menghafal dilakukan oleh Rasulullah SAW
dan para sahabatnya. Penghafalan ini sangat penting mengingat Al-Qur’anul
Karim yang diturunkan kepada Nabi yang ‘ummi’ (tidak bisa membaca dan
menulis).

2
Setelah menerima wahyu, Rasulullah SAW mengumumkannya
dihadapan para sahabat dan memerintahkan mereka untuk menghafalnya.
Ada beberapa riwayat yang mengindikasikan bahwa para sahabat menghafal
dan mempelajari Al-Qur’an lima ayat, sebagian meriwayatkan sepuluh setiap
kali pertemuan. Mereka merenungkan ayat-ayar tersebut dan berusaha
mengimplementasikan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya sebelum
meneruskan pada teks berikutnya.
Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW belum terkumpul menjadi satu
mushaf. Al-Qur’an pada saat itu ditulis di atas dedaunan, kulit kayu, bebatuan
yang tipis, tulang-tulang yang lebar, dan lain-lain. Setelah Rasulullah SAW
wafat dan para sahabat ahli baca Al-Qur’an banyak yang syahid, maka
muncul pemikiran bahwa Al-Qur’an harus dikumpulkan dalam satu mushaf.
Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

b. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar As-shiddiq


Pada tahun pertama pemerintahannya, Abu Bakar dihadapkan pada
sekelompok orang murtad melakukan peperangan yang mengantar pecahnya
Perang Yamamah pada tahun 12 H. Perang tersebut pada akhirnya dapat
dimenangkan oleh kaum muslimin, meski tetap menimbulkan dampat negatif,
yaitu banyaknya penghafal Al-Qur’an dari kalangan sahabat yang gugur.
Keadaan ini sangat sangat mengkhawatirkan karena bila dibiarkan
akan mengancam keberlangsungan Al-Qur’an. Umar bin Khattab segera
menemui Abu Bakar selaku khalifah pada masa itu yang ketika itu sedang
dalam keadaan sakit. Umar mengusulkan agar segera menghimpun atau
mengumpulkan Al-Qur’an yang berserakan di sejumlah sahabat karena
khawatir akan lenyap seiring dengan banyaknya huffazh yang meninggal.
Ia mengutus Zaid bin Tsabit dan menyuruhnya agar segera menangani dan
mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf.

3
Ada beberapa hal yang terindikasi menjadi sebab dibalik keraguan Abu
Bakar dalam masalah pengumpulan Al-Qur’an, yaitu :
1. Abu Bakar khawatir apabila orang-orang islam akan
mempermudah dalalm usaha menghayati dan menghafal Al-
Qur’an.
2. Abu Bakar selalu berusaha agar tetap bertitik tolak dari
batasan-batasan syari’at dan berpegang pada jejak-jejak
Rasulullah SAW, sehingga ia khawatir apabila idenya itu
termasuk bid’ah yang tidak dikehendaki oleh Rasul.

Zaid bin Tsabit memulai tugasnya yang berat ini dengan bersandar
pada hafalan yang ada dalam hati para qurra’ dan catatan yang ada pada para
penulis wahyu, kemudian lembaran-lembaran itu disimpan Abu Bakar.
Setelah ia wafat pada tahun 13 H, lembaran-lembaran itu berpindah ke tangan
Umar dan tetap berada ditangannya hingga ia wafat. Kemudian mushaf itu
berpindah ke tangan Hafshah, putri Umar.
Inilah masa kedua dari proses kodifikasi Al-Qur’an, yaitu yang terjadi
pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Adapun faktor yang mendorong
pengkodifikasian adalah banyaknya para qurra yang terbunuh di medan
perang, sedangkan dalam prosesnya Abu Bakar mengutus Zaid bin Tsabit
untuk mengumpulkan Al-Qur’an dan menuliskan kembali pada lembaran-
lembaran yang kemudian disatukan hingga menjadi satu mushaf. Abu Bakar
adalah orang pertama yang mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf
dengan cara seperti ini.

c. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan


Pada masa pemerintahan Usman bin Affan terjadi perluasan wilayah
islam diluar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya
terdiri dari bangsa Arab saja. Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif
dan negatif. Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al-
Qur’an, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab.

4
Utsman berpendapat bahwa sebagian perbedaan itupun terjadi pada
orang-orang yang mengajarkan qira’at kepada anak-anak. Perbedaan ini
dikhawatirkan akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Bahkan
tidak jarang masalah ini menimbulkan konflik satu sama lain. Sehingga
Utsman bersama para sahabat bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran
pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat islam pada
lembaran-lembaran itu dengan bacaan-bacaan baku pada satu huruf.
Utsman kemudian mengirim utusan kepada Hafshah untuk
meminjamkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya, dan Hafshah pun
mengirimkan lembaran-lembaran itu padanya. Kemudian Utsman memanggil
Zaid bin Tsabit al-Anshari, Abdullah bin az-Zubair, Said bin al-Ash, serta
Abdurrahman. Lalu ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang
Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur’an turun
dalam dialek bahasa mereka.
Mereka melaksanakan perintah itu. Setelah mereka selesai
menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Utsman mengembalikan lembaran-
lembaran asli itu kepada Hafshah. Selanjutnya Utsman mengirimkan mushaf
baru tersebut ke setiap wilayah dan memerintahkan agar semua Al-Qur’an
atau mushaf lainnya dibakar. Apa yang dilakukan Utsman telah disepakati
oleh para sahabatnya. Mushaf-mushaf itu ditulis dengan satu huruf (dialek)
dari tujuh huruf Al-Qur’an.

2) Penulisan Al-Qur’an
a) Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi
Sejak awal Rasulullah telah memperhatikan penulisan Al-Qur’an.
Ketika wahyu disampaikan oleh malaikat Jibril a.s, beliau selalu memerintahkan
kepada para penulis wahyu yang diangkat untuk menulisnya disamping
menghafalnya sehingga antara hafalan dan tulisan saling menguatkan dan Al-
Qut’an terjaga di dalam dada dan lembaran tulisan.

5
Para sahabat yang dikenal sebagai para penulis wahyu adalah Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Affan, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah, Aban ibn Sa’id, Khalid ibn Walid, Ubay ibn Ka’ab, Zaid ibn Tsabit,
Tsabit ibn Qois, dan lainnya. Nabi memerintahkan mereka untuk menulisnya dan
menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, bukan hanya pada lempengan
tempat menulis harus tersusun sesuai dengan surah yang ditujukkan pada Nabi,
tetapi juga disampaikan pada sahabat ayat yang turun itu dalam hafalan sahabat
dimasukkan pada surah yang ditunjuk. Jadi ada kecocokan antara hafalan dengan
bukti fisik dari ayat yang tertulis, sehingga penulisan pada lembar itu membantu
penghafalan di dalam hati.
Disamping itu sebagian sahabat juga menuliskan Al-Qur’an yang turun
itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh Rasulullah SAW. Mereka
menuliskannya pada pelepeh kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit, atau
daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
Maksud penyusunan Al-Qur’an yang dilakukan di masa Nabi adalah
menempatkan sebuah ayat di tempat yang telah ditetapkan oleh Nabi atas
petunjuk malaikat Jibril a.s, sehingga penyusunan ayat bersumber dari wahyu
bukan ijtihad dari para penulis wahyu atau Nabi sendiri.
Ayat-ayat yang ditulis oleh para penulis tersebut disimpan di rumah
Nabi dan salinannya dipegang oleh masing-masing mereka. Dengan demikian
salinan-salinan tulisan tersebut dan tulisan yang disimpah di rumah Nabi serta
ribuan ayat yang ada dihati para sahabat telah menjamin terpeliharanya Al-
Qur’an.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Al-Qur’an telah dihafal oleh ribuan
para sahabat dan ditulis di berbagai lembar tulisan, walaupun masih berserakan
ayat-ayat dan surat-suratnya belum dhimpun didalam satu mushaf secara tertib
baik ayat maupun suratnya.

6
b) Penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq menggantikan
beliau menjadi khalifah pertama. Pada masanya terjadi gerakan kemurtadan pada
beberapa kabilah. Pada perang inilah sekitar 70 sahabat penghafal Al-Qur’an
terbunuh. Tragedi yang memilukan ini membuat Umar bin Khattab khawatir
dengan banyaknya penghafal yang gugur dan Al-Qur’an akan lenyap bersama
mereka. Akhirnya Umar mengajukan usul kepada Abu Bakar untuk menyusun
Al-Qur’an.
Abu Bakar berkata : “Umar telah datang kepadaku dan berkata,
“Sesungguhnya pada perang Yamamah telah banyak para penghafal Al-Qur’an
yang hilang. Dan menurutku perintahkanlah penghimpunan Al-Qur’an.” Umar
terus mengajukan idenya hingga Allah membuka hati Abu Bakar untuk
menerimanya.
Abu Bakar mencari Al-Qur’an dan menghimpunnya dari pelepah
kurma, batu yang halus dari hafalan para sahabat sampai mendapatkan ayat
terakhir surat At-Taubah pada Khuzaimah Al-Anshary. Lalu lembaran lembaran
tersebut disimpan di rumah Abu Bakar hingga beliau wafat, kemudian disimpan
dirumah Umar sampai akhir hayatnya, dan di rumah Hafshah Al-Mu’minin putri
Umar.

c) Penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan


Islam telah tersebar ke berbagai negeriyang ditaklukan oleh pasukan
islam. Mereka mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak negeri baru itu dengan
bacaan yang berbeda-beda sesuai dengan dialek bahasa masing-masing. Sebab
Al-Qur’an memang diturunkan dalam tujuh bahasa yang berbeda dan hal itu
diterima oleh Nabi SAW agar mereka mudah menghafalnya.
Utsman mengkhawatirkan sekali perbedaan mereka dalam bacaan Al-
Qur’an, lalu Utsmna meminta kepada Hafshah untuk mengirim kepadanya
lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ada padanya untuk disalin kedalam
mushaf0mushaf dan setelah tugas penyalinan selesai lembaran-lembaran itu akan
dikembalikan lagi. Sebenarnya kekhawatiran terjadinya perselisihan yang lebih
luas bukan saja dirasakan oleh Hudzaifah tapi sahabat-sahabat lain juga telah
merasakan adanya gejala itu termasuk pula Utsman.

7
Dalam hal ini terdapat riwayat yang disampaikan oleh Abu Qulabah, ia
berkata : “Pada masa pemerintahan Utsman setiap guru akan mengajarkan
bacaan Al-Qur’an yang ia pelajari dari guru masing-masing. Lalu anak-anak
bertemu dan saling berselisih hingga perselisiha itu sampai kepada guru-guru
mereka dan saling mengkafirkan. Utsman mendengar berita itu lalu beliau
berkhutbah, “Kalian disini saling bertikai, maka orang yang sangat jauh dariku
pasti akan lebih saling bertikai, bersatulah hai para sahabat-sahabat Muhammad,
tulislah imam (Al-Qur’an standar) untuk manusia.

C. Pedoman dan Penyusunan Surat dan Ayat dalalm Al-Qur’an


Pada masa Nabi Saw, al-qur’an secara keseluruhan sudah ditulis oleh para
sahabat, hanya saja belum tersusun rapi sebagaimana al- qur’an yang kita ketahui
sekarang ini, bahkan surat-suratnya pun belum diurutkan secara detail. Banyak faktor
yang melatar belakangi kenapa pada saat itu nabi tidak mengumpulkan al-qur’an dalam
satu mushaf, antara lain adalah karena al-qur’an pada waktu itu masih dalam masa
pembentukan (proses). Tidak sedikit ayat yang turun belakangan berfungsi sebagai
penghapus (nasikh) hukum atau bacaan ayat sebelumnya, sehingga menjadi salah satu
kesulitan tersendiri jikalau al- qur’an dibukukan dalam bentuk mushaf seperti halnya al-
qur’an yang kita ketahui sekarang ini. Selain hal tersebut, ada banyak hal tentunya yang
melatar belakangi kenapa al-qur’an tidak dibukukan . Hingga akhirnya, sahabat
bersepakat untuk mengumpulkan semua al-qur’an dan melalui sejarah yang panjang maka
terbentuklah mushaf al-qur’an sebagaimana yang kita tau saat ini.
Dalam masalah ini, ada tiga pendapat ulama tentang penyusunan surat di dalam Al-
Qur’an antara lain:
1. Ijtihad Sahabat Nabi (bukan tauqifi). Pendukung pendapat ini antara lain: Imam
Malik, al-Qadhi Abu Bakar dan Ibnu Faris.
Adapun dasar ulama yang mendukung pendapat pertama ini sebagai berikut:
a. Mushaf-mushaf para sahabat itu berbeda-beda di dalam tertib surat- suratnya,
sebelum Khalifah Usman memerintahkan penghimpunan dan penulisan al-
qur’an secara seragam. Maka seandainya tertib surat itu berdasarkan tauqifi dari
Nabi, para sahabat tidak akan mengabaikannya dan tidak akan terjadi pula
bermacam-macam mushaf.

8
b. Berdasarkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Astah dari Ismail bin
Abbas dari Hibban bin Yahya dari Abu Muhammad al-Qurashi, ia berkata :
"Usman memerintahkan kepada para sahabat agar mengurutkan surat yang
panjang. Kemudian ia menjadikan surat al-Anfal dan surat at-Taubat di dalam
kelompok "tujuaN" dan surat yang ketujuh. Dan ia tidak memisahkan antara al-
Anfal dan at-Taubah dengan Basmallah".
2. Berdasarkan tauqifi dari Nabi, artinya telah ditetapkan oleh Rasulullah berdasarkan
wahyu. Alasan pendapat ini adalah para sahabat telah mencapai konvensi (ijma')
atas mushaf yang ditulis pada masa pemerintahan Usman.
3. Tertib sebagian surat-surat al-Qur'an adalah tauqifi, dan tertib sebagian surat yang
lainnya adalah hasil ijtihad. Pendapat ketiga ini didukung oleh beberapa ulama
terkemuka. Hanya mereka berbeda tentang surat-surat yang mana yang tertibnya
berdasarkan uqifi dan yang berdasarkan ijtihad.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Rasmul Qur’an adalah pola penulisan Al-Qur’an yang digunakan Utsman
bin Affan dan para sahabatnya. Pengumpulan Al-Qur’an telah dimulai sejak zama
Rasulullah SAW, bahkan telah dimulai sejak masa-masa awal turunnya Al-Qur’an,
sebagaimana diketahui bahwa Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur.
Terdapat tiga tahapan dalam proses pengumpulan dan penulisan Al-Qur’an
yaitu pada masa Rasulullah SAW, masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, dan Utsman bin
Affan. Pada zaman Rasulullah SAW, pengumpulan Al-qur’an terjadi dengan dua cara,
yaitu penghafalan dan penulisan Al-Qur’an pada alat tulis yang ada pada zaman itu. Pada
zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq, pengumpulan Al-Qur’an dilakukan karena banyaknya
penghafal Al-Qur’an yang gugur di medan perangsehingga dikhawatirkan akan terjadi
terus-menerus hingga berdampak pada punahnya huffadz dan Al-Qur’an. Pada zaman
Utsman bin Affan, pengumpulan Al-Qur’an dilakukan dengan menyalin dari mushaf Abu
Bakar pada sau mushaf dengan satu dialek (jenis bacaan, yaitu Quraisy).
Penyusunan surat dan ayat Al-Qur’an pada masa Nabi Saw, al-qur’an
secara keseluruhan sudah ditulis oleh para sahabat, hanya saja belum tersusun rapi
sebagaimana al- qur’an yang kita ketahui sekarang ini, bahkan surat-suratnya pun
belum diurutkan secara detail. Banyak faktor yang melatar belakangi kenapa pada
saat itu nabi tidak mengumpulkan al-qur’an dalam satu mushaf, antara lain adalah
karena al-qur’an pada waktu itu masih dalam masa pembentukan (proses).

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, 1996, Ulumul Qur'an, Yogyakarta


Mawardi Abdullah, 2011, Ulumul Qur'an,Yogyakarta
Sejarah Kodifikasi dan Penulisan Al-Qur’an ; http://sc.syekhnurjati.ac.id
N.Ibrahim, 2015, Sejarah Penulisan Al-Qur’an ; http://jornal.uin-alauddin.ac.id
Miftakhul Munir, 2021, Metode Pengumpulan Al-Qur’an ; https://jurnal.inkadha.ac.id
Ansharuddin, M., 2016, Sistematika Susunan Surat di dalam Al-Qur’an ;
https://ejurnal.staiha.ac.id
Djamilah Usup, Ilmu Rasm Al-Qur’an, 2016 ; http://journal.iain-manado.ac.id

11

Anda mungkin juga menyukai