Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Disusun oleh:

Nama : Pandu Ali Abdullah

NPM : E1G021054

Prodi : Teknologi Industri Pertanian

Hari/tanggal : Rabu, 10 November 2021

Dosen : Delvi Silsia, Dra.,M.Si

Ko-Ass : Nugraha Hottua Sagala

Objek praktikum :

ANALISA KUALITAS AIR

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,


bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di muka bumi ini tidak pernah
terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah
tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang te1 rpencil
dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan1 yang turun di
atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2, O2, dan N2, serta
bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa
air hujan dari atmosfer.

Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan


metal (logam terlarut, seperti Na, Mg, Ca, dan Fe). Air yang mengandung
komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Air yang
tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah
ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan
tertentu, misalnya untuk air minum, (air ledeng, air sumur), berenang/rekreasi,
mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri.

Adanya benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan
sesuai dengan peruntukkannya secara normal disebut dengan pencemaran air.

Pengertian/definisi pencemaran air berdasarkan keputusan Menteri KLH No.


02/MENKLH/1978 adalah :

Adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, komponen lain ke
dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam.

 Ciri-ciri air fisika


1. Zat padat total, ditetapkan dengan menguapkan sampel/contoh air dan
menimbang sisanya yang telah kering. Zat padat terapung didapat
dengan menyaring sampel air.Perbedaan antara zat padat total dengan
zat padat terapung disebut zat padat terlarut.
2. Turbidity/kekeruhan, kekeruhan mengurangi kejernihan air. Kekeruhan
biasanya disebabkan oleh lempung partikel-partikel tanah dan
pencemar-pencemar koloidal3 lainnya. Tingkat kekeruhan tergantung
pada kehalusan pastikel-partikel dan konsentrasinya. Kekeruhan diukur
dengan alat turbidimeter, yang mengukur gangguan lintasan cahaya dari
air.
3. Warna, warna air adalah warna sesungguhnya (true colour), yaitu warna
yang mencakup tidak hanya warna yang menyebabkan substansi yang
larut di dalam air saja tetapi termasuk juga zat-zat tersuspensi yang
terkandung di dalamnya. Warna air dapat disebabkan oleh humus,
bahan organik yang membusuk. Warna pada air juga disebabkan oleh
ion-ion logam secara alami ada pada air seperti besi dan mangan, selain
itu warna air juga disebabkan oleh buangan industri.
4. Rasa dan Bau, dapat disebabkan oleh kehadiran organisme dalam air
seperti algae. Bahan kimia organik dan anorganik juga dapat
menimbulkan rasa dan bau pada air.
 Ciri-ciri kimia air
1. pH, digunakan untuk mengukur keasaman air. Keasaman air
mencirikan keseimbangan antara asam dan basa di dalam air, selain itu
pH juga merupakan suatu cara untuk menentukan konsentrasi ion
hidrogen (H+ ) dalam air. pH didefinisikan sebagai minus logaritma
dari ion hidrogen dalam mol per liter. Air murni mempunyai
konsentrasi ion hidrogen dan hidroksida (OH-) yang berimbang yakni
sebesar 10-7 mol per liter. Dengan demikian pH air murni adalah 7.
Untuk air baku yang diolah untuk air minum pH air yang diperbolehkan
berkisar antara 5-9.
2. Zat besi (Fe), besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat
ditemukan pada hampir setiap tempat di bumi. Pada umumnya besi
yang ada dalam air sebagai besi terlarut (Fero/Fe+2 dan Feri/Fe+3) dan
dalam bentuk tersuspensi sebagai butir koloidal seperti Fe2O3 dan
Fe(OH)3 serta ada juga yang tergabung dalam zat organik atau zat
padat anorganik seperti tanah liat. Pada air tanah yang tidak
mengandung oksigen besi berada dalam bentuk Fero(Fe+2), sedangkan
pada air permukaan dan terjadi aerasi maka Fe+2 akan teroksidasi
menjadi Fe+3 dan warna air akan menjadi kecoklatcoklatan.
3. DO (Disolve Oxigen), adalah jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut merupakan sumber oksigen mahluk hidup yang ada di
dalam air, minimal konsentrasi oksigen untuk kehidupan di dalam air
adalah 5 mg/L (5 ppm). Oksigen terlarut sebagian besar diperoleh dari
hasil fotosintesis di dalam air. Kualitas air dapat ditentukan oleh kadar
oksigen terlarut ini. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah akan
mengakibatkan ikan-ikan dan hewan air yang lain akan mati.
Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi
mempercepat proses korosi karena oksigen akan mengikat hidrogen
yang melapisi permukaan logam. Jika oksigen terlarut terlampau
rendah, maka organisme aerob mungkin akan mati dan proses
penguraian bahan-bahan organik akan dilakukan oleh organisme
anaerob dan akan menghasilkan bahan seperti metana, hidrogen sulfida.
Zat-zat inilah yang menyebabkan air berbau busuk. Konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air dipengaruhi oleh :suhu, fotosintesis tingkat
penetrasi cahaya, tingkat kederasan air, dan jumlah bahan organik.
4. COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu uji kebutuhan oksigen untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan (organik) di dalam air.
Konsentrasi COD yang tinggi dalam suatu perairan menandakan bahwa
di perairan tersebut banyak mengandung senyawa organik yang
membutuhkan oksigen terlarut (DO) dalam proses penguraiannya.
5. Amoniak (NH3), merupakan senyawa nitrogen, amoniak dalam air
permukaan dapat berasal dari air seni, tinja, juga oksida-oksida zat
organik secara mikrobiologis. Air tanah hanya sedikit yang
mengandung amoniak, karena dapat menempel pada butirbutir tanah
dan sedikit yang terlepas dari butir-butir tanah tersebut. Kadar amoniak
yang ting menunjukkan adanya pencemaran, dalam air minum kadar
amoniak harus nihil (nol).
1.2. Tujuan

Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat
kimia air secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti


intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur
perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air
pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus,
2013).

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2
terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang
kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan
benthos) (Sihotang, 2011).

Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode


purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan
memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan
(Fajri, 2013).

Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai factor seperti


intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh factor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperature
perairan dapat dipengaruhi oleh factor- faktor antrofogen (factor yang di akibat
kan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas dari yang berasal dari air
pendingin pabrik, penggunulan DAS yang menyebabkan hilangnya pelindungan,
sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. (barus 2011).

Nilai Ph merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran


kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan
Ph yang sulit menurut jenis dan aktifitas biologinya suatu perairan dapat
mengubah Ph dari unit penanganan limbahnya tetapi pada umumnya batas
toleransi ikan adalah berkisar pada Ph 4 sampai Ph 2. Perairan yang memiliki
kadar Ph 6,5 – 8,5 merupakan perairan sangat ideal untuk tempat hidup dan
produktipitas organisme air. Derajat keasaman sering juga digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam memproduksi
garam mineral. Garam mineral merupakan factor penentu bagi semua proses
produksi disuatu perairan derajat keasaman perairan merupakan suatu para meter
penting dalam pemantauan kualitas air dengan mengetahui jumlah kadar Ph suatu
perairan kita dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan tersebut. Kandungan
Ph dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses
fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga sangat
menentukan kelangsungan hidup organism dan merupakan resultan sifat kimia,
fisika perairan (Welch 2011).
BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

Alat

- Gelas ukur 50 ml

- Gelas ukur 100 ml

- Pipet tetes

- Pipet Volume 5 ml

- Pipet volume 10 ml

- Lampu spritus

- Tabung reaksi + rak

- Batang pengaduk

- Corong kaca

- Penjepit tabung reaksi

- Erlenmeyer

- Kompor listrik/ gas

- Buret dan statif

- Corong

- Neraca analitik

- Botol semprot

- Termometer

Bahan

- KMnO4

- Aquades

- H2SO4

- Kertas lakmus merah

- Asam oksalat (H2C2O4)


- Air sumur

- Air Sawah

3.2. Cara kerja

3.2.1. Suhu tempratur

- Siapkan sampel (buka tutup botol sampel)

- Celupkan alat pengukur suhu (termometer atau O2 meter) ke dalam


sampel, pastikan tangan anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur
tersebut.

- Baca angka yang tertera pada alat tersebut.

3.2.2. Zat terlrut dan zat tersuspensi


- Ambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan ke
dalam gelas piala dan panaskan.
- Perhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang
mengendap!
- Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut, sedangkan
jika terjadi endapan berarti sampel mengandung zat padat
tersuspensi.

3.2.3. Warna

- Ambil sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume


tabung reaksi.

- Bandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.

3.2.4. DO (Disolve Oxygen)

- 100 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala yang bervolume 100


ml.

- Celupkan O2 meter ke dalam sampel

- Tekan mode untuk mendapatkan nilai DO

- Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen


yang dikandung sampel.

3.2.5. Amoniak (NH3)


- Masukkan 10-15 ml sampel ke dalam tabung reaksi.

- Lipatkan kertas lakmus merah di mulut tabung reaksi.

- Panaskan di atas lampu spritus.

- Amati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.

- Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus


merah berubah menjadi warna biru.

3.2.5. COD secara kuantitatif

- Pipet 10ml sampel dengan pipet volume dan masukkan ke dalam


gelas ukur 100 ml.

- Encerkan sampel tersebut dengan aquades sampai volume 100 ml.

- Ditambah 5 ml H2SO4 4 N, panaskan sampai mendidih.

- Ditambah lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 N dan didihkan selama 10


menit (terbentuk warna merah muda)

- Jika selam dididihkan warna merah muda hilang tambah 10 ml


KMnO4 0,01 N lagi, sampai warna merah muda tidak hilang lagi.

- Tambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N warna merah muda


hilang.

- Selagi panas segera titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk


warna merah muda yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume
KMnO4 yang terpakai (= r)

Faktor koreksi :

- Larutan yang telah dititrasi diatas ditambah 10 ml asam oksalat


(H2C2O4) 0,01 N.

- Titrasi lagi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah


muda yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang
terpakai (= n)

- Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti, ulangi lagi percobaan ini
sekali lagi.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

No Parameter Hasil pengamatan

Air Sumur Air kotor

1 Suhu - -

2 Zat padat Tidak ada Menjadi sedikit jernih


terlarut

3 Zat padat Tidak ada endapan setelah Tidak ada endapan


tersuspensi dipanaskan

4 warna Tetap sama Tetap keruh setelahm


dipanaskan

5 DO Ada di pembahasan Ada di pembahasan

6 Amoniak Tidak Berbauk Berbauk (tengik)

7 COD Volume Volume Volume Volume Volume Volume


KMnO4 KMnO4 KMnO4 KmnO4 KMnO4 KMnO4

Selama Titrasi I Titras Selama Titrasi I Titrasi II


pemanasa (ml) II pemanas (ml) (ml)
n an (ml)
(ml)i
(ml)

Ulangan I

Ulangan II
 PENGAMATAN AIR SUMUR DAN AIR KOTOR
 Air sumur sebelum direbus

 Air kotor sebelum direbus


1. Suhu
Tidak ada thermometer.
2. Zat padat terlarut
 Air sumur yang sudah direbus

Air sumur setelah direbus tidak ada perubahan.

 Air kotor setelah direbus

Air tetap keruh, menandakan adanya zat padat terlarut.

3. Amoniak
 Air sumur tidak berbau
 Air sawah semakin berbau tengik
 COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu uji kebutuhan oksigen untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan (organik) di dalam air.
Konsentrasi COD yang tinggi dalam suatu perairan menandakan bahwa di
perairan tersebut banyak mengandung senyawa organik yang
membutuhkan oksigen terlarut (DO) dalam proses penguraiannya.
 Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) atau Kebutuhan Oksigen Hayati
(KOH) (Biochemical Oxygen Demand, disingkat BOD) adalah analisis
empiris untuk mengukur proses- prosesbiologis(khususnya
aktivitasmikroorganismeyang berlangsung di dalam air. Nilai KOB
merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan
jumlahoksigenyang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikanzatorganik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang
tersuspensi di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB
merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat
pencemaran air. Pengukuran parameter ini dapat dilakukan pada air
minum maupun air buangan.
 DO (Disolve Oxigen), adalah jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut merupakan sumber oksigen mahluk hidup yang ada di
dalam air, minimal konsentrasi oksigen untuk kehidupan di dalam air
adalah 5 mg/L (5 ppm). Oksigen terlarut sebagian besar diperoleh dari
hasil fotosintesis di dalam air. Kualitas air dapat ditentukan oleh kadar
oksigen terlarut ini. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah akan
mengakibatkan ikan-ikan dan hewan air yang lain akan mati. Sebaliknya
konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi mempercepat proses korosi
karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam.
Jika oksigen terlarut terlampau rendah, maka organisme aerob mungkin
akan mati dan proses penguraian bahan-bahan organik akan dilakukan oleh
organisme anaerob dan akan menghasilkan bahan seperti metana, hidrogen
sulfida. Zat-zat inilah yang menyebabkan air berbau busuk. Konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air dipengaruhi oleh : suhu, fotosintesis, tingkat
penetrasi cahaya, tingkat kederasan air, dan jumlah bahan organik.
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Sifat fisika air yang dapat ditemukan pada percobaan yang dilakukan suhu air
dalam derajat panas yang dinyatakan dalam satuan derajat celcius. Wana adalah
warna nyata dari air yang disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan mangan),
humus, plankton, tumbuhan dan limbah industri. Kekeruhan adalah sifat optik dari
suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias.

Sifat kimia air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O yang terdiri
dari satu molekul air yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100 nKPa (1 bar) dan
temperatur 273,15 K.

6.2. Saran

Praktikan harus mendengarkan penjelasan dari koass dan tidak lupa untuk
mempelajari pebahsan yang ada di penuntuk sebelum praktikum dimulai, agar
dapat lebih mudah dalam memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA

 Fajri, 2013. Penuntun Praktikum Dan Lembar Kerja Praktikum Ekologi


Pertanian. Fakultas Pertanian : Universitas Riau
 Barus, T. A, 2013. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan Biologi FMIPA
dan Ilmu Pengetahuan Alam :Universitas. Sumatera Utara
 Barus, T. A, 2011. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan Biologi FMIPA
dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas. Sumatera Utara
 Sihotang, 2011. Penuntun Praktikum Limnologi. Pekanbaru
 Welch. 2010. Kimia organic. Jakarta : erlangga
 Silsiya Devi Syafnil, 2019. Penuntun Praktikum Kimia. Fakultas Pertanian
: Universitas Bengkulu. Bengkulu

Link Vidio :

https://drive.google.com/file/d/1LgHLFw-2yAAXnYjzKPSumwzVYta9Ku1U/
view?usp=drivesdk

Anda mungkin juga menyukai