Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN POTENSI EKONOMI

TERHADAP PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2016-2020

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

DANU PUSPITO 210231100112

APRILLIYA PUTRI 210231100136

MAYA YUNITA 210231100131

MOH SALAMAN 210231100141

PROGRAM STUDY EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2022
ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, INVESTASI DAN POTENSI

EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(PDRB) KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2016-2020

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura

OLEH:

DANU PUSPITO 210231100112

APRILLIYA PUTRI 210231100136

MAYA YUNITA 210231100131

MOH SALAMAN 210231100141

PROGRAM STUDY EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT . Karena


berkat petunjuk dan hidayahnya proposal penelitian “ANALISIS TINGKAT
PERTUMBUHAN EKONOMI, INVESTASI DAN POTENSI EKONOMI
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN
NGANJUK TAHUN 2016-2020” dapat di selesaikan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumber-sumber informasi,
pikiran, materi maupun tenaganya. Karena analisis ini tak lepas dari campur
tangan berbagai pihak yang telah berkontribusi.

Penulis sangat berharap semoga analisis ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar analisis ini dapat memberikan wawasan ilmu tentang apa yang akan
dibahas dalam analisis ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan analisis ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan analisis ini.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………….i

Kata Pengantar……………………………………………………………………ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………iii

BAB 1 : PENDAHULUAN.........................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................3

1.5 Pembahasan ..................................................................................4

1.5.1 Laju pertumbuhan Ekonomi di Nganjuk .........................4


1.5.2 Data PDRB ............................................................................6

BAB 2 : TINJAU PUSTAKA .....................................................................13

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................14

DAFTAR TABEL ......................................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan


pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : (1) pembangunan ekonomi
sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya
telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha
meningkatkan pendapatan per kapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus
berlangsung dalam jangka panjang (Suryana, 2000). Namun sebagai upaya
memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat luas. Tujuan
dasar pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk mengejar
pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan
pendapatan antar masyarakat. Karena ketidakmerataan distribusi pendapatan
masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Arsyad, 1997).

Proses pertumbuhan ekonomi yang disertai munculnya gejala


ketidakmerataan pendapatan itu, terjadi sebagai akibat adanya perbedaan
penerimaan pendapatan diberbagai golongan masyarakat. Bilamana proses
pembangunan ekonomi tidak diarahkan untuk mengurangi perbedaan-perbedaan
tersebut, maka perbedaan penerimaan ini akan menjadi semakin tajam.
Akibatnya akan dijumpai adnya golongan si kaya dan si miskin akan tetap
tertinggal. Kesenjangan ini akan semakin parah jika ketika laju pertumbuhan
ekonomi makin cepat dan pemerataan pendapatan masih jauh dari apa yang di
harapkan. Hal ini akan dirasakan sbagai suatu keadaan yang kurang adil, yang
dapat menimbulkan masalah sosial, politik disamping masalah ekonomi yang
pasti tercipta.

Kesenjangan pendapatan telah lama menjadi persoalan pelik dalam


pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah negara
miskin dan berkembang. Menurut Lincoln Arsyad (1997) banyak negara sdang
berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonommi tinggi pada tahun

iv
1980-an mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang semacam itu hanya sedikit
manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi
tinggi gagal untuk mengurangi bahkan menghilangkan besarnya kemiskinan
absolut. Dengan kata lain, pertumbuhan GNP per kapita yang cepat tidak secara
otomatis meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Karena apa yang disebut
dengan proses “trickle down effect” dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi
penduduk miskin tidak terjadi seperti apa yang diharapkan.

Tingkat pertumbuhan ekonommi secara keseluruhan dapat dihitung dari


Produk Domestik Regional Bruto, yaitu merupakan rata-rata dari tingkat
pertumbuhan dari masing-masing kabupaten/kota dari sembilan sektoralnya.
Artinya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya
lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat perekonomian secara
keseluruhan. Sebaliknya, apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang
besar terhadap totalitas perekonommian, maka sektor tersebut mempunyai
tingkat pertumbuhan yang tinggi. Sehingga sektor tersebut akan menjadi
lokomotif pertumbuhan secara total sehingga tingkat pertumbuhan ekonominya
menjadi lebih besar. Sebagai contoh laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten
nganjuk dapat dilhat pada tabel 1.1 .

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)


Kabupaten
2016 2017 2018 2019 2020 2021

Nganjuk  5,29 5,26 5,38 5,36 -1,71 3,61


Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nganjuk Tahun 2016-2021

1.2 RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah penelitian merupakan pertanyaan yang jelas


terhadap hal-hal tertentu, dimana hal ini mencakup ruang lingkup masalah yang
akan menjadi titik fokus untuk di teliti lebih lanjut berdasarkan identifikasi dan
kajian masalah. Terkait dengan hal ini, maka masalah dalam penelitian ini dapat
diformulasikan sebagai berikut.

v
Dengan memperhatikan latar belakang diatas tentang pentingnya
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan pendapatan di kabupaten
nganjuk, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Nganjuk Pada Tahun 2016-


2021 ?
2) Bagaimana Pengeluaran Produk Regional Domestik Bruto (PDRB)
Kabupaten Nganjuk ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pada dasarnya


memiliki tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian merupakan
pembahasan mengenai rumusan dalam kalimat penelitian yang menunjukkan
hasil didapatkan setelah prosesiasi penelitian terselesaikan. Dimana prose
pembuatan penulisan dalam tujuan ini didasarkan pada permasalahan-
permasalahan yang telah disampaikan pada latar belakang. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini upadalah :

1) Menganalisis Pertumbuhan Ekonomi di daerah Nganjuk pada Tahun


2016-2021.
2) Memaparkan data Pengeluaran Produk Regional Domestik Bruto (PDRB)
Tahun 2016-2021.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat yang akan dirasakan


oleh berbagai pihak yang terkait, antara lain :

1) Mengetahui Pertumbuhan Laju Perekonomian di Kabupaten Nganjuk.


2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pihak lain yang
akan mengadakan penelitian yang sama.
3) Sebagai pengembangan pengetahuan suatu bidang keilmuan yang sudah
ada.

vi
1.5 PEMBAHASAN
1.5.1 Laju pertumbuhan Ekonomi di Nganjuk

diketahui bahwa sejak tahun 2015, PDRB diestimasi dengan


menggunakan tahun dasar yang baru, tahun 2010(2010=100)
menggantikan tahun dasar lama, tahun 2000 (2000=100). Penyusunan
PDRB dengan tahun dasar baru juga disertai dengan upaya untuk
mengimplementasikan System of National Accounts (SNA) yang baru,
SNA 2008. Ke dua hal tersebut tentu berdampak pada besaran
maupun struktur PDRB serta indikator ekonomi yang diturunkan dari
data PDB/PDRB tersebut.

Secara total, PDRB Kabupaten Nganjuk atas dasar harga Berlaku


di tahun 2021 melambat sebesar 5,46 %, yakni dari 26.601.161,82 juta
Rupiah menjadi 28.053.330,72 juta rupiah. Jika dinilai atas dasar harga
Konstan 2010, mengalami pertumbuhan, yakni dari 17.990.364,53
juta Rupiah (2010=100) menjadi 18.640.684,56 juta Rupiah
(2010=100), atau tumbuh sebesar 3,61 %.
Perlu diketahui bersama bahwa selama Tahun 2020 dan 2021
terjadi Pandemi Covid-19 yang berdampak kepada seluruh ekonomi.
Pandemi Covid-19 ini menyebar ke seluruh negara di dunia. Dampak
dari Pandemi Covid-19 ini dirasakan oleh seluruh sector ekonomi
yang ada. Beberapa sektor ekonomi terdampak sangat dalam dan
beberapa sektor ekonomi lainnya sedikit terpengaruh, yang pada
gilirannya berakibat pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di
seluruh negara di dunia. Akan tetapi perlahan perekonomian
Kabupaten Nganjuk mulai menuju pemulihan di tahun 2021.

Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang


cenderung melemah, perekonomian Kabupaten Nganjuk periode
2016-2019 dapat tetap tumbuh sekitar 5%, yakni sebesar 5,29%;
5,26%; 5,38%; 5,36%, tetapi melambat minus 1,71% di Tahun 2020
karena pandemi Covid-19 dan mulai bangkit bertumbuh 3,61 % di

vii
Tahun 2021. Peningkatan volume ekonomi tersebut tercermin baik
dari sisi produksi (supply side) maupun sisi permintaan akhir
(demand side). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi
terjadi pada kategori Perdagangan Besar dan Eceran yang tumbuh
sekitar 5% setiap tahunnya. Dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Nganjuk didominasi pertumbuhan komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga (PK-RT), yang menyumbang
lebih dari separuh total PDRB.

Grafik 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nganjuk 2016-2021

viii
1.5.2 Data PDRB

Perubahan struktur perekonomian suatu wilayah sebagai


akibat dari upaya pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada
periode tertentu, tidak terlepas dari perilaku masing-masing
komponen pengguna akhir. Setiap komponen mempunyai perilaku
yang berbeda sesuai dengan tujuan akhir penggunaan barang dan
jasa. Data empiris menunjukan bahwa sebagian besar produk atau
barang dan jasa yang tersedia pada periode tertentu digunakan
untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir oleh rumah tangga,
LNPRT dan pemerintah, sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik
dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori. Berikut perilaku
masing-masing komponen PDRB pengeluaran Kabupaten Nganjuk
untuk periode 2016-2021.

A. Konsumsi Akhir Rumahtangga

Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah tangga (PK-


RT) merupakan pengeluaran terbesar atas berbagai barang dan jasa
yang tersedia. Data berikut menunjukkan bahwa dari seluruh nilai
tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di Kabupaten Nganjuk
ternyata sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangga. Dengan kata lain, sebagian
besar produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah Kabupaten
Nganjuk maupun produk (impor) yang didatangkan dari luar wilayah
atau luar negeri akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi akhir oleh rumah tangga.

Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumah


tangga adalah sebagai konsumen akhir (final consumer) atas barang
dan jasa yang tersedia, termasuk konsumsi oleh rumah tangga khusus
(seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya, berbagai jenis
barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut akan diklasifikasikan
menurut 7 (tujuh) kelompok COICOP (Classification of Individual
Consumption by Purpose), yaitu kelompok makanan dan minuman

ix
selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya;
perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan
pendidikan;
angkutan dan komunikasi; restoran dan hotel; serta kelompok barang dan
jasa lainnya.

Data berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2017 –


2021 pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga mengalami
peningkatan signifikan, baik dari sisi nominal (atas dasar harga
berlaku) maupun secara riil (atas dasar hargakonstan). Kenaikan
jumlah penduduk menjadi salah satu pendorong terjadinya kenaikan
nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pada gilirannya kenaikan
tersebut juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.

Tabel 2 Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Nganjuk

B. Konsumsi Akhir LNPRT

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT)

adalah salah satu unit institusi yang melakukan kegiatan produksi,

x
konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya diakui oleh hukum

atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki

atau mengendalikan. Dalam kegiatannya, LNPRT merupakan mitra

pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial seperti

kemiskinan dan lingkungan hidup.

Tabel 3 Perkembangan Pengeluaran Akhir Konsumsi LNPRT Kabupaten Nganjuk

C. Konsumsi Akhir Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah terdiri dari Pengeluaran


Konsumsi Individu dan Pengeluaran Konsumsi Kolektif. Barang dan
jasa individu merupakan barang dan jasa privat, dimana ciri-ciri
barang privat adalah a) Scarcity, yaitu ada
kelangkaan/keterbatasan dalam jumlah. b)
Excludable consumption, yaitu konsumsi suatu barang dapat dibatasi
hanya pada mereka yang

memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga). c) Rivalrous


competition, yaitu konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi
atau menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal
serupa. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan
tergolong sebagai barang dan jasa individu adalah jasa pelayanan
kesehatan pemerintah di rumah sakit/puskesmas dan jasa
pendidikan di sekolah/universitas negeri.

Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang


publik yang memiliki ciri a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu

xi
konsumen terhadap suatu barang tidak mengurangi kesempatan
konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. b) Non
excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak
ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat
dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang memiliki
akses ke barang tersebut. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan
pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa kolektif adalah jasa
pertahanan yang dilakukan TNI dan keamanan yang dilakukan
kepolisian.
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah
menunjukan peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2016 total pengeluaran konsumsi
akhir pemerintah atas dasar harga berlaku adalah sebesar
1.946.287,59 juta rupiah, kemudian pada tahun-tahun berikutnya
sebesar 2.096.825,39 juta rupiah (2017); 2,332,254.86 juta rupiah
(2018); 2.531.086,92 juta rupiah (2019);2.487.306,34 juta rupiah (2020) dan
2.521.086,81 juta rupiah (2021). Demikian halnya dengan konsumsi
pemerintah atas dasar harga konstan 2010, yang juga mengalami
peningkatan pada masing-masing tahun, tetapi mengalami perlambatan
di tahun 2020 akibat

xii
pandemic covid-19. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah
terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.

Tabel 4 . Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kabupaten Nganjuk

Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi


pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB juga mengalami
fluktuasi, dari 9,22 persen (tahun 2016) hingga menjadi 8,99 persen
(tahun 2021). Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi
pada tahun 2021 sebesar 8,99 persen; sedangkan proporsi tertinggi
pada tahun 2019 sebesar 9,50 persen.
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan
pada publik atau masyarakat dalam bentuk jasa kolektif maupun
individual. Dalam praktek, pengeluaran pemerintah ini selalu
dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada
masyarakat (publik), meskipun tidak seluruh masyarakat dapat
merasakan manfaatnya secara langsung. Kondisi tersebut dapat
diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus
ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak
langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total
menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan

13
pada rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun 2016
konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga berlaku sebesar
1.861,81 ribu rupiah, terus meningkat pada tahun-tahun setelah itu,
yaitu menjadi 1.999,26 ribu rupiah (2017); 2,217.18 ribu rupiah (2018);
2,399,82 ribu rupiah (2019); turun menjadi 2,256,65 ribu rupiah (2020)
dan naik menjadi 2.271,90 ribu rupiah pada Tahun 2021.

Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga


konstan 2010 juga menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya,
dengan masing-masing senilai 1.265,84 ribu rupiah (2016); 1.303,67 ribu
rupiah (2017); 1.367,52 ribu rupiah (2018); 1.427,42 ribu rupiah (2019);
1.306,77 ribu rupiah (2020) dan 1.307,14 ribu rupiah (2021). Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah
secara kuantitas, dengan laju pertumbuhan sebesar minus 7,85
persen (2016) dan menjadi 3,33 persen (2017). Kemudian pada tahun
berikutnya pertumbuhan konsumsi pemerintah per kapita yaitu 5,21
persen (2018); 4,66 persen (2019); minus 4,33 persen (2020) dan 0,71
persen (2021).

Rata-rata konsumsi per pegawai pemerintah menunjukkan


kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2016 konsumsi
pemerintah per-pegawai pemerintah sebesar 102.936,49 ribu rupiah,
kemudian pada tahun-tahun berikutnya masing-masing dan 112.137,11
ribu rupiah (2017); 126.018,05 ribu rupiah (2018); 137.853,66 ribu
rupiah (2019); 136.497,58 ribu rupiah (2020) dan 139.375,62 ribu
rupiah (2021).

Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut


pegawai ini juga menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu.
Persentase kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2018
dan 2019, masing-masing sebesar 6,30 persen dan 5,49 persen.

14
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan
peningkatan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan 2010), tidak sejalan dengan jumlah pegawai pemerintah
yang mengalami penurunan. Pada periode tahun 2016 s.d 2021 jumlah
pegawai pemerintah terus mengalami penurunan dengan jumlah pada
masing-masing tahun sebesar 18,908 orang (2016); 18,699 orang
(2017); 18,507 orang (2018); 18,361 orang (2019) 18,222 orang (2020) dan
18,088 orang (2021).

Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” ini


menunjukkan peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata
(per penduduk maupun per pegawai pemerintah). Parameter ini adalah
pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat
atas pengeluaran sumber daya finansial oleh pemerintah.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 dan 2019, dengan
rincian untuk total konsumsi pemerintah masing-masing tahun
sebesar 5,21 persen dan 4,66 persen; untuk konsumsi per-kapita
4,90 persen dan 4,38 persen; sedangkan untuk konsumsi per-
pegawai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 dan 2019
yaitu 6,30 persen dan 5,49 persen.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://nganjukkab.bps.go.id

16
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nganjuk 2016-2021

DAFTAR TABEL
Tabel 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nganjuk Tahun 2016-2021

Tabel 2. Perkembangan komponen Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Nganjuk

Tabel 3. Perkembangan Pengeluaran Akhir Konsumsi LNPRT Kabupaten Nganjuk

Tabel 4. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kabupaten Nganjuk

17

Anda mungkin juga menyukai