Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PENDAHULUAN GINJAL KRONIK

DI RUANG HEMODIALISA RS BETHESDA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
LIMBONG DAMERIA SHYNTIA C
1902026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022
GANGGUAN GINJAL KRONIK (GGK)

A. Konsep Teori Medis


1. Definsi
Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
ketidakmampuan fungsi ginjal mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit yang mengakibatkan destruksi struktur ginjal yang progresif
adanya manifestasi penumpukan bahan sisa metabolisme seperti toksik uremik
didalam darah (Muttaqin & Sari, dalam Tanujiarso, dkk, 2014).
2. Anatomi dan Fisiologi

Sumber Gambar : Terry, Cyinthia Lee, 2013


Menurut Aditya (2020) selain menyaring darah dan membuang limbah dalam
tubuh, ginjal juga berfungsi menyerap kembali zat-zat yang dibutuhkan tubuh
seperti asam amino, gula, natrium, kalium serta kandungan nutrisi lainnya. Ginjal
juga berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh.

Ginjal secara umum terdiri dari empat bagian, yaitu nefron, korteks renal, medula
renal dan pelvis renal. Berikut ini penjelasannya menurut Aditya (2020):
a. Nefron
Salah satu bagian terpenting anatomi ginjal ini bertugas menyaring darah,
menyerap nutrisi dan membuang zat sisa hasil metabolisme melalui urine.
Masing-masing nefron terdiri dari sebuah struktur berisi:
1) Korpus renal (badan malphigi) : Korpus renal terdiri dari dua bagian,
yaitu glomerulus atau kumpulan kapiler yang menyerap protein dari
darah, serta kapsul Bowman
2) Tubulus renal : Kumpulan tabung yang menjalar dari kapsul Bowman
menuju tabung pengumpul (tubulus kolektivus) ini terdiri dari tubulus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus distal.
b. Korteks renal
Korteks renal atau korteks ginjal merupakan bagian anatomi ginjal paling
luar. Bagian ini dilapisi jaringan lemak yang dikenal sebagai kapsula renal
atau kapsul ginjal. Korteks berfungsi untuk melindungi struktur bagian dalam
ginjal.
c. Medula renal
Dalam susunan antomi ginjal, medula renal merupakan jaringan yang
konsistensinya lembut. Di dalamnya, terdapat:
1) Piramida ginjal (renal pyramids)
Ini merupakan struktur kecil yang mengandung nefron dan tubulus.
Tubulus ini yang mengangkut cairan ke ginjal. Kemudian cairan bergerak
menuju struktur bagian dalam yang mengumpulkan dan mengangkut urine
keluar dari ginjal
2) Duktus kolektivus:
Setiap ujung nefron terdapat duktus kolektivus yang menyaring cairan
keluar dari nefron. Setelah dari duktus kolektivus, cairan akan bergerak ke
pelvis ginjal.
d. Pelvis renal
Pelvis renal merupakan bagian anatomi ginjal yang letaknya paling dalam.
Bentuk organ ini menyerupai corong dan berperan sebagai tempat
penyimpanan urine, serta saluran perlintasan air dari ginjal menuju kandung
kemih.
Sumber Gambar : Shabrina, 2020

Fisiologi tahapan pembentukan urine menurut Shabrina (2020):

a. Filtrasi (penyaringan)
Pada waktu tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan melewati ginjal untuk
disaring. Hal ini dilakukan agar tubuh dapat menghilangkan zat-zat sisa
metabolisme (limbah) dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan
kadar darah.  Proses penyaringan darah pun dimulai di ginjal. Darah yang
mengandung zat sisa metabolisme akan disaring karena dapat menjadi racun
untuk tubuh.
Tahapan ini terjadi di badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan kapsul
Bowman. Glomerulus bertugas menyaring air, garam, glukosa, asam amino,
urea, dan limbah lainnya agar dapat melewati kapsul Bowman. Hasil
penyaringan ini kemudian disebut sebagai urine primer. Urine primer
termasuk urea di dalamnya, adalah hasil dari amonia yang sudah
terakumulasi. Hal ini terjadi ketika hati memproses asam amino dan disaring
oleh glomerulus. 
b. Reabsorpsi
Setelah filtrasi, proses pembentukan urine selanjutnya adalah reabsorpsi,
yakni penyaringan ulang. Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi.
Namun, sebagian besar akan diserap kembali sebelum dikeluarkan dari
tubuh. Penyerapan cairan tersebut dilakukan di tubulus proksimal nefron,
tubulus distal, dan tubulus pengumpul. 
Pada umumnya, semua glukosa akan diserap kembali. Namun, hal ini tidak
berlaku pada penyandang diabetes karena glukosa berlebih akan tetap dalam
filtrat. Natrium dan ion-ion lainnya akan diserap kembali secara tidak lengkap
dan tertinggal dalam filtrat dalam jumlah yang besar. Kondisi ini dapat terjadi
ketika seseorang mengonsumsi lebih banyak makanan, sehingga menghasilkan
konsentrasi darah yang lebih tinggi
c. Sekresi atau augmentasi
Sekresi adalah tahap terakhir dari proses pembentukan urine. Beberapa zat
mengalir langsung dari darah di sekitar tubulus distal dan tubulus pengumpul
ke tubulus tersebut. Tahapan ini juga menjadi bagian dari mekanisme tubuh
untuk menjaga keseimbangan pH asam-basa dalam tubuh. Ion kalium, ion
kalsium, dan amonia juga melewati proses sekresi, seperti beberapa obat.
3. Etiologi
Menurut Andra Saferi Wijaya, 2013 dalam buku Keperawatan Medikal Bedah :
a. Gangguan pembuluh darah ginjal
Berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian
jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri
renalis yang besar, dengan kontraksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hiperpiasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah. Nefrosklerosis oleh penebalan,
hilangnya elastisitas sistem, peubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan
aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis & SLE
c. Infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E. Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius pagi.
d. Gangguan metabolic
Seperti Diabetes Mellitus yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut
dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati aniloidosis yang
disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding
pembuluh darah secara serius merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam
berat.
f. Obstruksi traktus primer : oleh batu ginjal. Hipertrofi prostat, dan Konstriksi
uretra
g. Kelainan konginital dan herediter : penyakit polikistik= kondisi keturunan
yang dikarangteristik oleh terjadinya kista/ kantong berisi cairan didalam
ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jar. Ginjal yang bersifat kongenital
(hipoolasia renalis) serta adanya asidosis.
4. Epidemiologi
Hasil Riskesdas 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis sebanyak 3,8%, sedangkan
hasil Riskesdas 2013, sebesar 0,2% populasi berusia 15 tahun atau lebih
didiagnosis dengan gagal ginjal kronis (Kemenkes RI, 2018). Hasil dari Riskesdas
tahun 2013 juga membuktikan bahwa jumlah meningkat sesuai umur. Prevalensi
pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi daripada perempuan (0,2%), dan jumlah lebih
tinggi di masyarakat pedesaan (0,3%), non-sekolah (0,4%), wiraswasta, petani /
nelayan / pekerja (0,3%). Indeks kepemilikan menengah terendah serta terendah
adalah 0,3%. Sedangkan provinsi dengan angka kejadian tertinggi adalah Sulawesi
Tengah (Sulteng) sebesar 0,5%,
5. Klasifikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) dalam buku Keperawatan Medikal Bedah, gagal
ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium yaitu
a. Stadium 1
Pada stadium 1, didapati ciri yaitu menurunnya cadangan ginjal, pada stadium
ini kadar kreatinin serum berada pada nilai normal dengan kehilangan fungsi
nefron 40% - 75%. Pasien biasanya tidak menunjukkan gejala khusus, karena
sisa nefron yang tidak rusak masih dapat melakukan fungsi-fungsi ginjal secara
normal.
b. Stadium 2
Pada stadium 2, terjadi insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah
rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin serum meningkat akibatnya
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mnemekatkan urin dan terjadi
azotemia.
c. Stadium 3
Gagal ginjal stadium 3, atau lebih dikenal dengan gagal ginjal stadium akhir.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) akan
meningkat dengan menyolok sekali sebagai respon terhadap GFR (Glomerulo
Filtration Rate) yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan
kadar ureum nitrogen darah dan elektrolit sehingga pasien diindikasikan untuk
menjalani terapi dialisis atau bahkan perlu dilakukan transplantasi ginjal.
6. Pathway
Patogenesis gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) melibatkan
penurunan dan kerusakan nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang
progersif. Total laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun dan klirens menurun,
BUN dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi
akibat usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal
kehilangan kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekresi,
sejumlah besar urine dikeluarkan, yang menyebabkan klien mengalami
kekurangan cairan. Tubulus secara bertahap kehilangan kemampuan menyerap
elektrolit. Biasanya, urine yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga
terjadi poliuri berlebih. Oleh karena gagal ginjal berkembang dan jumlah nefron
yang berfungsi menurun, GFR total menurun lebih jauh. Dengan demikian tubuh
menjadi tidak mampu membebaskan diri dari kelebihan air, garam, dan produk
sisa metabolisme (Bayhakki, 2013).
7. Manifestasi Klinis
Manefestasi klinis menurut Yasmara Deni, 2016.
a. Faktor predisposes
b. Mulut kering, terasa haus
c. Letih
d. Mual
e. Cegukan
f. Kram otot
g. Fasikulasi, kedutan otot
h. Amenore
i. Penurunan libido
j. Turgor kulit buruk
k. Warna kulit perungu kekuningan dan pucat
l. Kuku jari mudah patah dan kering, rambut tipis dan mudah rontok
m. Retardasi pertumbuhan (pada anak)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosa gagal ginjal kronis (Prabowo, 2014).
a. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisis fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal adalah
dengan analisa creatinine Clearence (klirens kreatinin). Selain pemeriksaan
fungsi ginjal (renal fuction test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus
dilakukan untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sebagai bentuk kinerja ginjal.
b. Urinalis.
Urinalisis dilakukan untuk penyaringan ada atau tidaknya infeksi pada ginjal
atau ada atau tidakanya perdarahan aktif akibat inflamasi atau peradangan
pada jaringan parenkim ginjal.
c. Ultrasonografi.
Ginjal Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi
mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada pasien gagal
ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal.
Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat.
d. Pemeriksaan Laboratorium.
1) Urine
a) Volume, biasanya berkurang dari 400ml/24jam atau anuria yaitu tidak
adanya produksi urine.
b) Warna, secara abnormal urine keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, fosfat, kecoklatan menunjukkan adanya darah,
hb, mioglobin, dan porfirin.
c) Berat jenis, kurang dari 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat. d)
Osmoalitas, kurang dari 350 mOsm/kg menujukan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1.
d) Klirens kreatinin mengalami penurunan. Natrium, lebih besar dari 40
mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
e) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus.
2) Darah.
a) BUN / kreatinin, meningkat kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir.
b) Hematokrit menurun sehingga terjadi anemia. Hb biasanya kurang
dari 7-8 gr/dl.
c) Sel darah merah, menurun, defisiensi eritopoeitin.
d) Analisin gas darah, basanya asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2.
e) Natrium serum menurun, kalium meningkat, magnesium meningkat,
kalsium menurun.
f) Pemerksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri,
tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit.
9. Penatalaksanaan
Menurut Rendy dan Margareth (2012) menyatakan bahwa penatalaksanaan Gagal
Ginjal Kronis sebagai berikut:
a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam biasanya
diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema
betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan
keseimbangan cairan.
b. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40) g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan uremia,
menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih
dari kalium dan garam.
c. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering diperlukan diuretic
loop, selain obat anti hipertensi.
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60
mmol/hari), diuretik hemat kalium.
e. Obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat
ACE, dan obat anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam
yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kadar kalium plasma dan EKG.
f. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal.
g. Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti alumunium
hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3.000 mg) pada setiap
makan. Deteksi dini dan terapi infeksi. Pasien uremia harus diterapi sebagai
pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
h. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksis
dan dikeluarkan oleh ginjal.
i. Deteksi dini dan terapi komplikasi.
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, pericarditis, neuropati
perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat,
kelebihan cairan yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi
yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.
j. Persiapkan dialysis dan program transplantasi.
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik di deteksi. Indikasi dilakukan
dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah
dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi.

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronik atau
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah (Prabowo, 2014):
a. Penyakit tulang
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Anemia
d. Disfungsi seksual
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Andra Saferi (2013), Pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik /
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah :
a. Anamnesis
Pengkajian antara lain keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan gagal ginjal kronik mengalami rasa nyeri pada
bagian pinggang, BAK dalam jumlah sedikit, perut membesar, mual muntah,
tidak nafsu makan, gatal pada kulit.
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan adanya DM, nefrosklerosis, Hipertensi, GGA yang tak
teratasi, obstruksi/ infeksi, urinarius, penyalahgunaan analgetik.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dalam keluarga.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Aktivitas/ istirahat : Kelelahan yang ekstrem, kelemahan, malaise.
b) Sirkulasi : Riwayat Hipertensi, nyeri dada.
c) Intregritas Ego : Faktor stress, contoh finansial, hubungan, perasaan
tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
d) Eliminasi : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare/ konstipasi
e) Makanan/ cairan : BB meningkat (edema), BB menurun (malnutrisi),
anoreksia (tidak nafsu makan) penggunaan diuretik.
f) Neurosensori : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang,
sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
(neuropati perifer).
g) Nyeri/ kenyamanan : Nyeri pinggul, sakit kepala, kram otot/
nyeri kaki (memburuk pada malam hari).
h) Pernafasan : Nafas pendek, dispnue, batuk dengan/ tanpa sputum
kental dan banyak.
i) Keamanan : kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi 10.) Sexualitas :
penurunan libido, amenore.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda- Tanda Vital
Kondisi gagal ginjal kronik biasanya lemah(fatigue), tingkat kesadaran
bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering
didapatkan RR meningkat (tachyneu), hipertensi/ hipotensi sesuai
kondisi fluktuatif (Prabowo &Pranata, 2014).
2) B1 (Breathing)
Pada pasien gagal ginjal kronik/ Chronic Kidney Disease (CKD)
biasanya mendapatkan bau napas sering kali dikaitkan dengan rasa
logam dalam mulut, dapat terjadi edema dalam paru, pleuritis,
pernapasan kusmaul (Priscilla LeMone, dkk, 2017).
3) B2 (Blood)
Penyakit yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik salah
satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang
kewajaran akan mempengaruhi volume
vaskuler. Stagnasi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga
akan meningkatkan beban jantung (Prabowo & Pranata, 2014).
a. Hipertensi sedang ditandai dengan TD= 165/105 mmHg
b. Takikardia ditandai dengan N = 110x/menit, irreguler (aritmia).
c. Konjungtiva anemis
d. Akral hangat, basah, dan pucat
e. CRT = 4 detik
4) B3 (Brain)
Pengkajian yang dapat dilihat dari aspek ini adalah kesadaran. Pada
pasien gagal ginjal kronik yang didapatkan kesadaran compos mentis
dengan GCS E: 4 V:5 M:6.
Menurut Priscillia LeMone, dkk, 2017.
Manefestasi gagal ginjal kronik/ Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi
lebih awal dan mencakup perubahan mental kesulitan berkonsentrasi,
keletihan, dan insomnia. Gejala psikotik, kejang, dan koma dikaitkan
dengan ensefalopati uremik lanjut.
5) B4 ( Bladder)
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secarakompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorbsi, dan ekskresi), maka manefestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine output ˂400 ml/
hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output (Prabowo &
Pranata, 2014).
a. Urine berwarna merah dan nyeri
b. Berkemih spontan tanpa alat bantu
c. Produksi urine 300 cc/hari, Intake Oral
6) B5 (Bowel)
BB badan mengalami penurunan, anoreksia, mual dan muntah adalah
gejala awal uremia, cegukan biasa dialami, nyeri perut, fetor uremik,
bau napas seperti urine seringkali dapat menyebabkan anoreksia
(Priscilla LeMone, dkk, 2017).
7) B6 (Bone)
Pada pasien gagal ginjal kronik/ Chronic Kidney Disease (CKD) sering
terjadi nyeri otot dan tulang, kelemahan otot, pasien beresiko mengalam
fraktur spontan. Gangguan pada kulit yaitu pucat, warna kulit uremik
(kuning hijau), kulit kering, turgor buruk, preuritis, edama ( Priscilla
LeMone, 2017).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut SDKI (2018), antara lain:
a. Nyeri akut b.d Agen pencidera fisik (proses operasi)
b. Resiko infeksi d.d supresi respon inflamasi
c. Resiko perfusi renal tidak efektif d.d faktor resiko disfungsi ginjal
1. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi,
pencidera fisik (proses keperawatan selama x24 jam durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
operasi) diharapkan tingkat nyeri intensitas nyeri. kualitas, intensitas nyeri.
menurun, dengan kriteria hasil : 2. Berikan teknik non farmakologis 2. Untuk meredakan rasa nyeri klien
1. Keluhan nyeri menurun untuk mengurangi rasa nyeri, 3. Agar klien mempu meredakan
2. Meringis menurun misal: TENS (Transcutaneous nyeri secara mandiri
3. Sikap protektif menurun Electrical Nerve Stimulation), 4. Untuk memberikan tektik
4. Gelisah menurun hipnosis, akupresure, terapi musik, farmakalogis dengan obat
5. Kesulitan tidur menurun biofeedback ,terapi pijat,
6. Frekuensi nadi cukup aromaterapi, teknik imajinasi
membaik denga normal terbimbing, kompres
60-100x/menit hangat/dingin).
7. Pola nafas cukup 3. Ajarkan eknik non farmakologis
membaik dengan normal untuk mengurangi rasa nyeri.
16-24x/menit 4. Kolaborasi pemberian analgetik,
8. Tekanan darah membaik jika perlu.
dengan normal sistol
110-120mmHg , diastol
80-90 mmHg

2. Resiko Infeksi ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Adanya peningkatan suhu
dengan supresi respon keperawatan selama x24 jam infeksi lokal dan sistemik menunjukan adanya infeksi
inflamasi diharapkan tingkat infeksi 2. Berikan perawatan luka dan 2. Untuk mencegah terjadinya
menurun, dengan kriteria hasil : lukakan prinsip steril pada luka kontaminasi kuman masuk ke
1. Kemampuan mengikuti 3. Mencuci tangan sesudah dan luka
perintah meningkat sebelum ke klien 3. Mengurangi mikroorganisme dan
2. Kemampuan mengingat 4. Jelaskan tanda dan gejala penularan infeksi
perististiwa saat ini infeksi 4. Agar mengerti bagaimana tanda
3. Kemampuan mengingat 5. Kolaborasi pemberian dan gejala bila terjadi infeksi
nama imunisasi, jika perlu 5. Mencegah terjadinya penularan
4. Kemampuan mengenal infeksi
keluarga
5. Kemampuan mengingat
objek familiar
6. Depresi menurun
7. Gelisah menurun
8. Orientasi waktu, tempat,
dan orang membaik

3. Resiko perfusi renal tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status 1. Mencegah terjadinya
efektif ditandai dengan keperawatan selama x24 jam kardiopulmonal (kekuatan peningkatan yang bisa
disfungsi ginjal diharapkan perfusi renal nadi, frekuensi nafas, TD) menyebabkan kematian
meningkat, dengan kriteria 2. Monitor status oksigenasi 2. Agar suplai oksigen ke dalam
hasil : (Oksimetri nadi) otak selalu tercukupi
1. Jumlah urine meningkat 3. Pasang kateter urine untuk 3. Agar tidak terjadi
dengan normal urine menilai produksi urine penumpukan cairan
yaitu 400 sampai 2.000 4. Anjukan memperbanyak 4. Mengembalikan fungsi ginjal
mL asupan oral 5. suplai darah ditubuh terpenuhi
2. Nyeri abdomen 5. Kolabroasi pemberian
menurun dengan skala transfusi darah, jika perlu
0-2
3. Tekanan arteri rata-rata
membaik dengan
normal 120/70 mmHg
4. Kadar urea nitrogen
darah membaik dengan
normal 6-27 mg/dL
5. Kadar kreatinin plasma
membaik dengan
normal 0,6–1,2 mg/dL
6. Tekanan darah sistolik
membaik dengan
normal 110-120 mmHg
Tekanan darah diastolik
membaik dengan normal 80-90
mmHg
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Prasanda. 2020. Mengenal Anatomi Ginjal dan Fungsinya pada Tubuh.
https://www.sehatq.com/artikel/anatomi-ginjal-memiliki-empat-bagian .
Diakses pada hari Sabtu, 20 Maret 2021 jam 21.00 WIB.

Bayhakki. (2013). Klien gagal ginjal kronik seri asuhan keperawatan. Jakarta, EGC.

Jakarta: EGC.

Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.


Jakarta, Salemba Medika.

Perkemihan, Yogyakarta, Nuha Medika.

Prabowo, Eko dan Andi Eka Pranata, (2014). Asuhan Keperawatan Sistem

Ramadhani, Muhammad. 2017. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M


DENGAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) DIRUANG RAWAT INAP
INTERNE PRIA RSUD.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI”.
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN. SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PERINTIS PADANG.
Riskesdes.(2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.df.

SUMAA, ERODIANA. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. KD


DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG KELIMUTU RSUD.
PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG”. Pada Program Studi D-III
Keperawatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

Tanujiarso, B, A., Ismonah, dan Supriyadi. (2014). Efektifitas Konseling Diet


CairanTerhadap Pengontrolan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Pasien
Hemodialisis Di RS Telogorejo Semarang. Semarang.

Terry, Cynthia Lee. (2013). Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Wijaya, Andra Safari. (2013). Buku Keperawatan Medical Bedah. Jakarta. EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA
DI RUANG HEMODIALISA RS BETHESDA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
LIMBONG DAMERIA SHYNTIA C
1902026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing
akademik

Yogyakarta, Juli 2022

Mengetahui

Pembimbing Klinik

Pembimbing Klinik

Agustin Eka K., S.Kep., Ns


Eni Purwanti, S.Kep., Ns

Pembimbing Akademik

Nimsi Melati, S.Kep., Ns., MAN


TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, dan zat lainnya melalui
membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosi dan ultra filtrasi (Brunner dan Suddart , dalam
Rikoyani 2018). Terapi Hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam
urat, dan zat-zat lain melalui membrane semipermeabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi
(Brunner & Suddarth, 2013).
Penderita yang telah menjalani hemodialisa akan terus menerus melakukan
hemodialisa secara rutin untuk menyambung hidupnya. (Brunner & Suddarth, (2013)
B. Indikasi
Menurut Wijaya, AS dkk (2013) indikasi hemodialisa terdiri dari:
1. Pasien GGA dan GGK hingga fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus
<5ml)
Memerlukan hemodialisa dengan indikasi:
a. Hiperkalemia (K+ darah > 6 mEq/l)
b. Asidosis
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah (Ureum > 200 mg%
e. Kreatinin serum > 6 mEq/l)
f. Kelebihan cairan
g. Mual dan muntah hebat.
2. Pasien dengan intoksikasi obat dan zat kimia
3. Pasien dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
4. Pasien dengan sindrom hepatorenal dengan kriteria:
a. K + pH darah < 7,10 → asidosis
b. Oliguria/anuria > 5 hari
c. GFR < 5 ml/I pada GGK
d. Ureum darah > 200 mg/dl

C. Kontraindikasi
Kontra indikasi (Nuari & Widayati, 2017):
1. Penyakit Alzheimer’s
Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi di mana sel-sel saraf di otak mati,
sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik.
2. Multi-infarct Dementia
Multiple infarct dementia (MID) adalah jenis demensia vaskular yang
menyebabkan hilangnya fungsi otak, stroke, atau infark serebral, yang terjadi
ketika aliran darah ke otak terputus atau tersumbat.
3. Organic Brain Syndrome
Organik brain syndrom adalah ketidaknormalan kelainan mental akibat
gangguan struktur atau fungsi otak.
4. Sindrom Hepatorenal
Sindrom hepatorenal atau SHR adalah disfungsi ginjal prerenal yang disebabkan
oleh perfusi ginjal yang tidak mencukupi.
Sirosis Hati Tingkat Lanjut dengan Enselopati
Sirosis adalah perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut
yang tidak berfungsi disekeliling jaringan hati yang masih berfungsi
5. Hipotensi
Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah tekanan darah lebih rendah dari 90/60
mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala
seperti pusing dan pingsan.
6. Penyakit Terminal
Penyakit terminal adalah penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama yang
tidak dapat disembuhkan bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif
(mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup).
7. Malignansi stadium lanjut (kecuali multiple myeloma)
Terkait tumor dan cenderung mengarah ke keadaan buruk.
D. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Komplikasi yang terjadi selama hemodialisa berlangsung. Komplikasi yang
sering terjadi diantaranya adalah hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit
kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Bieber &
Himmelfarb, 2013).
Komplikasi Penyebab
Hipotensi Penarikan cairan yang berlebihan, terapi
antihipertensi, infark jantung, tamponade,
reaksi anafilaksis
Hipertensi Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi
yang tidak adekuat
Reaksi alergi Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin,
besi, lateks
Aritmia Gangguan elektrolit, perpindahan cairan
yang terlalu cepat, obat aritmia yang
terdialisis
Kram otot Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan
elektrolit
Emboli udara Udara memasuki sirkuit darah
Dialysis Perpindahan osmosis antara intrasel dan
disequilibrium ekstrasel menyebabkan sel menjadi
bengkak, edema cerebral. Penurunan
konsentrasi urea plasma terlalu cepat
Masalah pada dialisat Hemolisis oleh karena menurunnya
klorin kolom charcoal
Kontaminasi fluoride Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop,
tetanus, gejala neurologi, aritmia
Kontaminasi Demam, menggigil, hipotensi oleh karena
bakteri/endotoksin kontaminasi dari dialisat maupun sirkuit
air

2. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronik passion hemodialisa dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
a. Komplikasi yang sering terjadi karena terapi hemodialisa seperti hipotensi,
anemia, endocarditis, dll.
b. Komplikasi yang terjadi karena penyakit ginjal primer seperti nefropati,
kronik gromeluropati, glomerulonefritis, dll.
Komplikasi kronik atau komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada
pasien yang mengalami terapi hemodialisa antara lain, penyakit kardiovaskular.
(Suhardjono, 2014)
E. Alat-alat HD
1. Areri-Venouse Blood Lin (AVBL)

Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)


AVBL terdiri dari :
a. Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing
akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan
warna merah.
b. Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan
tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan
warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. Priming volume
adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan
kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung
runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara, bubble
trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi dan inti dari alat hemodialysis
terdiri dari 2 ruang atau kompartemen,yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisa
Proses ini berfungsi menggantikan cairan dalam darah yang sudah terbuang /
tersaring oleh membrane dialyzer Kedua kompartemen dipisahkan oleh
membran semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk
keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat. Dializer ini
berfungsi menyaring racun racun / sisa sisa metabolism dalam tubuh dalam
darah kita dan akan di strelirkan kembali sebelum masuk ke dalam tubuh pasien.
Dializer ini memiliki Membrane-membrane kecil yang digunakan untuk
menyaring, Biasa nya 500mmHg tergantung spesifikasi.
3. Air Water Treatment

Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka


(diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air
sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga
memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of Medical
Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis
seorang pasien adalah sekitar 120 Liter. 
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu.
Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu :
jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada
yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air
water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

5. Heparin pump

Bagian dari hemodialisa yang prinsip kerjanya sama seperti syringe pump yang
berfungsi untuk memasukkan obat. Obat yang digunakan disini adalah heparin
yang mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan darah pada saat
proses pencucian darah sedang berlangsung.
6. Blood pump
Merupakan sebuah bagian pesawat hemodialisa yang seperti roda motor
berputar,bagian ini berfungsi untuk membuat darah mengalir dari pasien hingga
menuju ke alat(Dializer) sampai kembali menuju ke pasien.
7. Mesin Haemodialisis 

Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi


prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system
pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai
monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti
heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,
kateter vena, blood volume monitor.
F. Proses Hemodilisa
1. Terdapat 3 prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu osmosis, difusi dan
ultrafiltrasi (Brunner & Suddarths, 2015).
a. Difusi
Pada proses ini toksik dan zat limbah didalam darah dikeluarkan dengan cara:
darah yang memiliki konsentrasi tinggi bergerak menuju ke darah yang
memiliki konsentrasi rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit
yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang idela
b. Osmosis
Prinsip yang kedua adalah osmosis, pada prinsip ini terjadi pengeluaran air
yang berlebihan. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan
gradien tekanan; dengan kata lain, air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi
(tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).
c. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi dikenal juga dengan meningkatkan gradien melalui penambahan
tekanan negatif. Tekanan negatif yang diterapkan pada alat ini sebagai
pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air.Karena pasien
tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mngeluarkan
cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
G. Cara kerja HD
Cara Kerja Hemodialisa
1. Darah dialirkan ke selang Dialyzer
Pertama, dua selang dialyzer dipasangkan melalui pembuluh darah di lengan.
Darah kemudian mengalir dari tubuh ke mesin dialisis melalui salah satu
selang dialyzer.
Guna menjaga aliran darah pada tingkat yang tepat, dokter akan mengawasi
melalui monitor dan pompa mesin cuci darah
2. Limbah dalam darah disaring dan dibuang
Darah kemudian memasuki dialyzer dan disaring. Larutan dialisat akan masuk ke
dalam membran dialyzer. Setelah itu, dialisat akan menarik limbah, seperti urea,
kreatinin, kalium, dan cairan berlebih lainnya dari darah. Larutan dialisat bersama
limbah darah akan dipompa ke luar dari mesin dan dibuang.
3. Darah dialirkan kembali ke dalam tubuh
Darah yang sudah dibersihkan akan dialirkan kembali melalui
selang dialyzer kedua yang terpasang di pembuluh darah lengan pasien. Seluruh
proses cuci darah menggunakan alat tersebut diperkirakan memakan waktu sekitar
4 jam.
H. Penatalaksanaan pasien yang menjalani Hemodialisa
Pasien hemodialisa harus mendapat asupan makanan yang cukupagar tetap dalam gizi
yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting untuk terjadinya kematian
pada pasien hemodialisis.Status cairan menentukan kecukupan cairan dan terapi
cairanselanjutnya.Status cairan pada pasien CKD dapat dimanifestasikan dengan
pemeriksaan edema, tekanan darah, kekuatan otot, lingkar lengan atas, nilai IDWG
dan biochemical marker yang meliputi natrium, kalium, kalsium,magnesium, florida,
bikarbonat dan fosfat.Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 %
terdiri atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-
70 meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium
seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah
asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yangada ditambah insensible water
loss.Asupan natrium dibatasi 40-120 mEq.hariguna mengendalikan tekanan darah dan
edema. Asupan tinggi natrium akanmenimbulkan rasa haus yang selanjutnya
mendorong pasien untuk minum.Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode
di antara dialisis akanterjadi kenaikan berat badan yang besar (Wijaya dan putri,
2017)
I. Pengukuran adekuasi hemodialisa
Hemodialisa dinilai adekuat bila mencapai hasil sesuai dosis yang direncanakan.
Untuk itu, sebelum hemodialisis dilaksanakan harus dibuat suatu peresepan untuk
merencanakan dosis hemodialisis, dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil
hemodialisis yang telah dilakukan untuk menilai keadekuatannya. Adekuasi
hemodialisis diukur secara kuantitatif dengan menghitung Kt/V yang merupakan rasio
dari bersihan urea dan waktu hemodialisis dengan volume distribusi urea dalam cairan
tubuh pasien. Penghitungan Kt/V dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
formula linier sederhana Daugirdas sebagai berikut (Widiana, 2013) :

Kt/V = 2,2 – 3,3 ( R-0,03) UF/W

Keterangan :
a. BUN : setelah dialisis dibagi dengan BUN sebelum dialysis
b. UF : Volume Ultra Filtrasi (Liter).
c. W : Berat badan pasien setelah dialysis
J. Akses Sirkulasi Darah.
a. Kateter dialisis perkutan yaitu pada vena pulmoralis atau vena subklavikula.
b. Cimino: denganmembuat fistula interna arteriovenosa~ operasi (LA.Radialis danV.
Sefalika pergelangan tangan) pada tangan non dominan. Darah dipirau dari A keV
sehingga vena membesar hubungan ke sistim dialisi dengan 1 jarum di distal(garis
arteri) dan diproksimal (garis vena), lama pemakaian -+ 4 tahun, masalahyang
mungkin timbul: Nyeri pada punksi vena,trombosis, Aneurisme,
kesulitanhemostatik post dialisa, Iskemia tangan. Kontra indikasi : Penyakit
perdarahan, Kerusakan prosedur sebelumnya, Ukuran pembuluh darah klien/halus.
c. AV Graft : tabung plastic dilingkarkan yang menghubungkan arteri ke vena.
Operasi graf seperti operasi fistula AV, digunakan 2-3 minggu setelah operasi
(Wijaya dan Putri, 2017).
K. Nama-nama penting.
a. BB kering = Berat badan pasien yang dirasakan nyaman, tidak ada sesak dan tidak
ada tanda-tanda kelebihan cairan.
b. Rumus Kenaikan BB = BB saat datang/BB Pre HD – BB Post HD
c. SLED (Sustained Low Efficiency Dialysis) =  Teknik hemodialisis yang dilakukan
pada pasien dengan kondisi hemodinamik yang tidak stabil dengan cara menambah
time dialysys (waktu hemodialisis) dengan kecepatan yang lebih rendah / pelan.
d. QB (Quick of Blood) = Kecepatan aliran darah (Quick of Blood/Qb) adalah jumlah
darah yang dapat dialirkan dalam satuan waktu menit (mL/menit).
e. QD = Kecepatan aliran dialisat (Qd) dan penggunaan jenis dialiser yang memiliki.
f. UF Rate (Ultrafiltration rate)
g. UF Goal (ultrafiltration goals)
h. UF (Volume Ultra Filtrasi (Liter) : Ultrafiltrasi adalah proses
dari hemodialisis untuk menarik cairan yang berlebihan di darah, besarnya
ultrafiltrasi yang dilakukan tergantung dari penambahan berat badan klien.
Ultrafiltrasi terdiri dari teknik nonprofiling dan profiling, Ultrafiltrasi berpengaruh
terhadap terjadinya hipotensi
i. LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
j. Rumus Balance Cairan =
1) Anak-anak dan bayi = 1-2cc/kg BB/jam
2) Dewasa = 0,5 – 1cc/kg BB/jam
L. Tujuan
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang
penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialise
tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikemabalikan lagi ke tubuh pasien
(Brunner & Suddarths, 2015)
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S GAGAL GINJAL KRONIK
DI RUANG HEMODIALISA RS BETHESDA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
LIMBONG DAMERIA SHYNTIA C
1902026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ini
telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing akademik

Yogyakarta, Juli 2022

Mengetahui

Mengetahui, Mengetahui Mengetahui,


Pembimbing Akademi Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

(Ns. Nimsi Melati, MAN.) (Ns. Agustin Eka K, S.Kep)


(Ns. Eni Prwanti, S.Kep)

Pembimbing Akademik

Nimsi Melati, S.Kep., Ns., MAN


ASESMEN AWAL DAN STATUS HARIAN NO. RM : 01XXXXXX

UNIT HEMODIALISA NAMA : Ny. S

TGL LAHIR : 23 September 1967

UMUR: 55 tahun

JENIS KELAMIN : Perempuan

Tanggal Kunjungan 19 Juli 2022 Jam 07.00 WIB

Sumber Pasien Keluarga Orang lain Nama : ……….. Hubungan


Data : Sendiri ……

Bahasa : Perlu Ya, Bahasa : ……


Penerjemah Tidak

MRS Datang Diantar keluarga Rujuk Dari : …….


: sendiri

No Mesin : 15 HD ke : 258 Tipe Dialiser, N/R : fx 80


PENGKAJIAN KEPERAWATAN (INFORMASI)
Keluhan utama : Sesak Nafas Mual, Muntah Gatal-gatal tidak ada keluhan

lain-lain:
Diagnosis Medis : CKD STAGE IV
Riwayat kesehatan lalu : Pasien mengatakan mempunyai riwayat Hipertensi sejak lama, lalu sekitar 2015 pasien melakukan
pemeriksaan ke rumah sakit dan ditemukan hasil pemeriksaan gangguan pada fungsi ginjal sehingga disarankan oleh doker untuk
melakukan hemodi. Pasien mengatakan rutin menjalani hemodilisa 2x seminggu hingga sampai sekarang.
Riwayat Alergi : Tidak ada Ada:……….
Nyeri : Tidak Ya, Skala : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (lingkari yang sesuai). Jenis : Akut Kronis
Suhu : 36 ⁰C Nadi : 72 x/menit Tekanan darah: 161/71 mmHg Nafas : 20x/menit
BB Pre HD : 60kg BB Post HD : 57 Kg BB Kering : 57,3 Kg Kenaikan BB: 3,3kg Tinggi Badan : 160 cm
Jumlah urine 24 jam : 300 cc
Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik Sedang Buruk Lain-lain

Tingkat kesadaran : CM Apatis Delirium Somnolen Sopor koma


Konjungtiva : Tidak Anemis Anemis Lain-lain

Ekstremitas : Tidak Edema/dehidrasi Edema Dehidrasi Edema anarsaka

Akses Vaskuler : AV Shunt Femoralis HD Catheter

Hasil pemeriksaan lain : Tidak ada hipergimentasi pada kaki pasien

Tidak ada edema pada ekstremitas

Skrining Gizi (NRS)

Indek massa tubuh (IMT) < 20,5 Ya Tdk Penurunan asupan makan 1 minggu terakhir Ya Tdk
(IMT=BB/TB ) 2

IMT : 57,3/1,602

IMT : 57,3/2,56

IMT : 22,3 (Normal)

Kehilangan BB tidak direncanakan dalam 3 bulan Ya Tdk Apakah pasien mengalami sakit berat Ya Tdk
terakhir

Jika ada satu jawaban ya maka disarankan asesmen lanjutan gizi (oleh bagian gizi)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Juli 2022

Hemoglobin : 10,4 g/dL (normal : 13,2 – 17,3 g/dL)


Skrining Fungsional Skrining Psikologis

ADL : Mandiri Dibantu Tergantung Total Tenang Cemas Agitasi

Hambatan komunikasi : Tidak ada Ada, Jelaskan …

Kebutuhan edukasi : Tidak ada Ada, Jelaskan …………………………………………………………

Yang merawat di rumah : Tidak ada Ada, Jelaskan : Keluarga

Keyakinan/tradisi/budaya/ yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan Tidak ada Ada : ..

ASESMEN RISIKO JATUH

No Variabel Nilai Skor

1 Riwayat jatuh Kurang dari 3 bulan 25 TOTAL


0
Tidak ada atau > 3 bulan 0 SKOR

2 Kondisi >1 diagnosa penyakit 30


kesehatan 30
≤1 diagnosa penyakit 0 50

3 Bantuan Perabot 30
ambulasi
Krug/tongkat/walker 15 0 Kesimpulan :

Tidak ada/tirah baring 0 Tidak Berisiko (Skor 0 – 24)

4 Terapi heparin Terapi IV terus-menerus 20


lock/iv 20
Tidak 0 Risiko Rendah (Skor 25 – 50)

5 Cara berjalan Kerusakan (terganggu) 20

Lemah 10 0 Risiko Tinggi (Skor >51)



Normal 0

6 Status mental Lupa keterbatasan 15


0
Sadar kemampuan diri 0
ASESMEN AWAL DAN STATUS HARIAN NO. RM : 01xxxxx

UNIT HEMODIALISA NAMA : Ny. S


TGL LAHIR : 23 September 1967
UMUR: 55 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan

INSTRUKSI MEDIS Dialisat :

Inisiasi Akut Rutin Pre-Op SLED …….……….… Asetat

Bicarbonat

Durasi waktu : 3,5 jam, QB : 200 ml/mnt, QD : 500 ml/mnt, UF Goal : 3600 ml Condactivity

Program Profilling : Na : 140 UF:................ Bicarbonat : ………… Temperatur

Dosis Sirkulasi : ………..iu Dosis continue : 1000iu LMWH: ……………


HEPARINISASI :

Dosis Awal : 1000 iu Tanpa Heparin

Program Bilas NaCl 0,9% :……..

Catatan lain : - TT & Nama Dokter

DISCHARGE PLANING

1. Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan akses vaskular.


2. Menganjurkan untuk tidak memberi tekanan berlebih tangan dengan AV Shunt.
3. Edukasi pasien untuk tidak melakukan pengukuran tekanan darah pada tangan dengan AV Shunt
4. Menganjurkan untuk membatasi minum, dalam 24 jam maksimal 1050 cc.
Cairan masuk = cairan keluar

Cairan keluar : IWL + Urine

: ((10×50) – (15×50)) + 300

: (500 – 750) + 300

: 800 – 1050 cc / 24 jam

5. Edukasi bahan makanan yang dibatasi:


a. Sumber protein: kacang-kacangan dan hasil olahannya: tahu, tempe, kacang, kedelai, kacang hijau, kacang tolo.
b. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah yang tinggi kalium, seperti: pisang, alpukat, jeruk, bayam, ubi jalar,
kentang.
c. Bahan makanan yang diawetkan: sarden, kornet.
6. Edukasi bahan makanan yang dianjurkan:
a. Sumber energi: nasi, lontong, bihun, mie, makaroni, jagung, makanan yang dibuat dari tepung.
b. Sumber protein: dipilih yang bernilai biologik tinggi seperti telur, susu, daging, ikan, ayam.
c. Sumber vitamin dan mineral: seperti terung, tauge, buncis, kangkung, kacang panjang, selada, wortel, jamur, dan
lain-lain dalam jumlah sesuai anjuran.
7. Membatasi konsumsi garam sekitar 1500 mg atau 2/3 sendok teh per hari. Mengingatkan pasien untuk datang rutin
hemodialisa sesuai dengan jadwal.

ANALISA DATA

Keterangan Data Masalah Penyebab

Pre HD DS: Hipervolemia Gangguan mekanisme


a. Pasien mengatakan tidak ada keluhan. regulasi
b. BB naik 3,3 Kg.
DO:
a. Tampak tenang
b. BB kering 57,3
c. BB post HD sebelumnya 57 Kg
d. BB saat ini 57Kg
e. TD: 161/71 mmHg
f. N: 72x/menit.
g. Jumlah urine 24 jam : 300 cc
h. Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc
Intra HD DS: Pasien mengatakan tidak ada keluhan Risiko Syok Kekurangan volume
DO: cairan
a. KU baik
b. Composmentis
c. UF Goal 3600 ml
d. UF rate 800 ml/h
Post HD DS: Pasien mengatakan sedikit pusing Risiko Perdarahan Efek agen farmakologis
DO:
a. Terpasang AV Shunt pada tangan kiri.
b. Diberikan heparin 1000 iu
Shynia
Keterangan MASALAH KEPERAWATAN (DX)

Pre HD Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d


DS:
a. Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
b. BB naik 3,3 Kg.
DO:
a. Tampak tenang
b. BB kering 57,3
c. BB post HD sebelumnya 57 Kg
d. BB saat ini 57,3 Kg
e. TD: 161/72 mmHg
f. N: 72x/menit.
g. Jumlah urine 24 jam : 300 cc
h. Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc

Intra HD Risiko syok d.d kekurangan volume cairan

Post HD Risiko perdarahan d.d efek agen farmakologis

Shyntia
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Implementasi Evaluasi
Hasil (SOAP)
Pre HD SDKI SLKI SIKI
16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022
16 Juli 2022
07.20 WIB Jam 07.25 WIB Jam 07.30 Jam: 07.35 Jam 11.30
D.0022 Hipervolemi b.d gangguan I.03112 Manajemen
L.03020
mekanisme regulasi d.d Hemodialisis Jam 07.35
Keseimbangan Cairan
DS: a. Identifikasi kesiapan 1. Mengidentifikasi
Setelah dilakukan S:Pasien mengatakan
a. Pasien mengatakan tidak hemodialisis kesiapan hemodialisis.
intervensi keperawatan tidak ada keluhan
ada keluhan. b. Monitor tanda-tanda DS: Pasien mengatakan
selama 4 jam, O:
b. BB naik 3,3 Kg. vital tanda siap
diharapkan a. Pasien tampak
DO: perdarahan, dan DO: Kelebihan BB 3,3
keseimbangan cairan lemas.
a. Tampak tenang respon selama Kg.
meningkat dengan b. UF Goal 3600
b. BB kering 57,3 dialisis.
kriteria hasil: ml
c. BB post HD sebelumnya c. Siapkan peralatan Jam 07.35
a. Asupan cairan c. UF Volume 1620
57 Kg hemodialisis. 2. Memonitor tanda-tanda
meningkat (1500- ml
d. BB saat ini 57,3 Kg d. Lakukan prosedur vital tanda perdarahan,
3500 ml) d. BB post HD saat
e. TD: 161/71 mmHg dialisis dengan dan respon selama
b. Keluaran urin ini 57,3 Kg
f. N: 72x/menit. prinsip aseptic. dialisis.
meningkat A:Masalah
g. Jumlah urine 24 jam e. Atur filtrasi sesuai DS: Pasien mengatakan
(frekuensi buang hipervolemia teratasi.
: 300 cc kebutuhan penarikan tidak pusing dan lemas.
air kecil 4-7x P: HD rutin 2x
h. Jumlah intake cairan 24 kelebihan cairan. DO: seminggu
dalam 24 jam, dari 1) Nadi: 72 ×/menit.
jam: 500 cc f. Ajarkan pembatasan
urine 400 menjadi 2) Suhu: 36 C.
cairan. (edukasi
800-2000 ml) 3) RR: 20 ×/menit.
batasi cairan
c. Tekanan darah maksimal 1050 cc/24 Jam 07.38
membaik (90/60 - jam) 3. Menyiapkan peralatan
120/80 mmHg) g. Kolaborasi hemodialisis.
Shyntia
d. Berat badan pemberian heparin. DS : -
membaik (45-46 DO : Peralatan sudah
kg) siap sebelum pasien
masuk ruangan.

Shyntia Jam 07.39


4. Melakukan prosedur
dialisis dengan prinsip
Shyntia Shntia
aseptic.
DS : -
DO : Melakukan 5
moment cuci tangan dan
selalu menggunakan yas
serta sarung tangan saat
berada di dekat pasien.

Jam 07.40
5. Mengatur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan.
DS : -
DO : Kelebihan BB 3,3
kg
UF Goal 3600 ml
6. Memberi heparin.
DS: -
DO: Heparin 1000 iu

Jam 07.50
7. Mengajarkan
pembatasan cairan.
(edukasi batasi cairan
maksimal 1050 cc/24
jam)
DS: Pasien mengatakan
sudah melakukan
pembatasan cairan.
DO: Dapat menjawab
pertanyaan, berapa
jumlah cairan maksimal
yang boleh dikonsumsi
dalam sehari.

Shyntia
Intra HD 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022
Jam 08.20 Jam 08.25 Jam 08.30 Jam 08.35 Jam 11.30
D.0039 Risiko syok d.b kekurangan L.03032 Tingkat Syok I.03121 Pemantauan Jam 08.30, 09.30, 10.30
volume cairan Setelah dilakukan cairan 1. Memonitor tekanan darah S:Pasien mengatakan
DS: Pasien mengatakan sedikit tindakan selama 4 jam 1. Monitor tekanan darah DS: tidak ada keluhan
pusing diharapkan tingkat syok 2. Identifikasi faktor - Tidak ada keluhan O:
DO: menurun dengan risiko DO: - TD :156/80
a. KU baik kriteria hasil: ketidakseimbangan - Jam 08.30 TD 161/71 mmHg
b. Composmentis 1. Tekanan darah cairan (penyakit mmHg - UFG 3600
c. UF Goal 3600 ml sistolik membaik ginjal) - Jam 09.30 pasien - N: 70 x/menit
d. UF rate 800 ml/h (90-120 mmHg) 3. Dokumentasi hasi tidur A: Masalah risiko syok
2. Tekanan darah pemantauan - Jam 10.30 TD 165/75 teratasi
diastolik membaik 4. Informasikan hasil mmHg P: Intervensi
(60-80 mmHg) pemantauan Jam 08.35 dihentikan
2. Mengidentifikasi faktor
risiko ketidakseimbangan
cairan
Shyntia
Shyntia DS: -
Shyntia
DO:
- Tidak terdapat tanda-
Shyntia
tanda
ketidakseimbangan
Shyntia
cairan
Jam 08.35, 09.35, 10.35
3. Mendokumentasikan
hasil pemeriksaan
DS: tidak ada keluhan
DO:
- Jam 08.30 TD 161/71
mmHg
- Jam 09.30 pasien
tidur
- Jam 10.30 TD 165/75
mmHg

Shyntia
Post HD 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022 16 Juli 2022
Jam 11.05 Jam 11.10 Jam 11.15 Jam 11.20 Jam 11.30
D.0012 Risiko perdarahan L.02017 Tingkat I.02067 Pencegahan Jam 11.20
dibuktikan dengan efek agen Perdarahan Perdarahan 1. Memonitor tanda dan S: Pasien mengatakan
farmakologis selama 4 jam 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan tidak ada keluhan
DS: Pasien mengatakan tidak ada diharapkan tingkat gejala perdarahan DS: - O:
keluhan perdarahan menurun 2. Jelaskan tanda dan DS: - Kesadaran
DO: dengan kriteria hasil: gejala perdarahan - Pasien tenang compos mentis
a. Terpasang AV Shunt pada 1. Hemoglobin 3. Anjurkan segera 2. Menjelaskan tanda dan - UFG 3600
tangan kiri. membaik (13,2 – melapor jika terjadi gejala perdarahan - Tidak ada
b. Diberikan heparin 1000 iu 17,3 g/dL)) perdarahan DS: - perdarahan
2. Tekanan darah DO: Pasien tampak - BB Post HD saat
membaik (90/60 - ini : 57,3
120/80 mmHg) memahami A:
- Masalah risiko
Jam 11.25
perdarahan
3. Menganjurkan segera
teratasi
melapor jika terjadi
P: Intervensi
perdarahan
dihentikan
Shyntia Shyntia DS:
Shyntia
- Pasien mengatakan
akan segera melapor
jika terjadi
perdarahan
DO:
- Tidak terdapat tanda-
tanda perdarahan Shyntia

Shyntia
OBSERVASI
Out-Take
Intake(ml)

UF Rate (ml)
(ml)

(ml/mnt)
Observas Nad Suh UF AP/ Hepa Maka

QB
Jam TD RR TMP CBV EBV
i i u Goal VP rin n/ Lain

NaCl
0,9%

40%
Dex
UF Volume
minu Lain
m
Pre 07.3 161 72 36 20 200 800 3600 - 90 11,2 198 15 - - - - 1600
0 /71 60/16
0

Intra 08.3 165 65 36, 20 200 800 3600 - 90 24,8 198 10 - - 200 - 1682
0 /70 2 60/16
0

09.3 - - 36, 20 200 800 3600 - 90 34,4 174 7 - - - - 2333


0 2 60/13
0

10.3 150 75 36 19 200 800 3600 - 90 42,3 176 5 - - - - 3211


0 /90 60/12
0

Post 11.3 171 67 36, 20 200 0 3600 - 90 56,9 3 Wash - - - 3600


0 /87 3 60/12 out 100
0

Penyulit selama HD: Total Intake (sisa priming, Jumlah UF


[ ] Masalah Akses makan minum, wash out, Volume :3600
[ ] Kram otot transfuse darah dan lainnya):
[ ] Aritmia
[ ] Perdarahan Sisa priming : 50 cc
[ ] Hipotensi Makan/minum : 200 cc
[ ] Demam
[ ] Hipertensi Wash out : 100 cc
[ ] menggigil/dingin
Transfusi darah : -
[ ] Sakit Kepala
[ ] Hiperkalemia 200 + 100 + 50 = 350 cc
[ ] Gatal-gatal
[ ] Mual dan muntah UF Goal (data sesuai dengan Balance UF Goal
[ ] Nyeri dada setting mesin): (UF Goal-UF
[ ] Lain-lain…… Volume):
3600
3600 – 3600 = 0
cc

Balance cairan
(Intake+kenaikan BB-
Outake)

3300+350 = 3650

3650-3600 =+50
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIS DI RUANG HEMODIALISA RS BETHESDA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
LIMBONG DAMERIA SHYNTIA C
1902026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ini
telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing akademik

Yogyakarta, Juli 2022

Mengetahui

Mengetahui, Mengetahui Mengetahui,


Pembimbing Akademi Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

(Ns. Nimsi Melati, MAN.) (Ns. Agustin Eka K, S.Kep)


(Ns. Eni Prwanti, S.Kep)
ASESMEN AWAL DAN STATUS HARIAN NO. RM : 01XXXXXX

UNIT HEMODIALISA NAMA : Ny. S

TGL LAHIR : 21 Agustus 1954

UMUR: 67 tahun

JENIS KELAMIN : Perempuan

Tanggal Kunjungan 20 Juli 2022 Jam 06.30 WIB

Sumber Data : Pasien Sendiri Keluarga Orang lain Nama : ……….. Hubungan ……

Bahasa : Perlu Penerjemah Tidak Ya, Bahasa : ……

MRS : Datang sendiri Diantar keluarga Rujuk Dari : …….

No Mesin : 20 HD ke : 108 Tipe Dialiser, N/R : fx 80

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (INFORMASI)


Keluhan utama : Sesak Nafas Mual, Muntah Gatal-gatal tidak ada keluhan

lain-lain:
Diagnosis Medis : CKD STAGE IV
Riwayat kesehatan lalu : Pasien mengatakan mempunyai riwayat Diabetes sejak lama, lalu sekitar 2020 pasien melakukan
pemeriksaan ke rumah sakit bethesda dan ditemukan hasil pemeriksaan Lab keratin tinggi dan sempat mondok di rs bethesda saat
diperiksa dokter ditemukan ada gangguan pada fungsi ginjal sehingga disarankan oleh doker untuk melakukan terapi hemodilisa. Pasien
mengatakan rutin menjalani hemodilisa 2x seminggu hingga sampai sekarang.
Riwayat Alergi : Tidak ada Ada: Antibiotik
Nyeri : Tidak Ya, Skala : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (lingkari yang sesuai). Jenis : Akut Kronis
Suhu : 36 ⁰C Nadi : 75 x/menit Tekanan darah: 140/80 mmHg Nafas : 19x/menit
BB Pre HD : 57,6kg BB Post HD : 56,1 Kg BB Kering : 57 Kg Kenaikan BB: 1,5 kg Tinggi Badan : 150 cm
Jumlah urine 24 jam : 300 cc
Jumlah intake cairan 24 jam: 400 cc

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik Sedang Buruk Lain-lain

Tingkat kesadaran : CM Apatis Delirium Somnolen Sopor koma

Konjungtiva : Tidak Anemis Anemis Lain-lain

Ekstremitas : Tidak Edema/dehidrasi Edema Dehidrasi Edema anarsaka

Akses Vaskuler : AV Shunt Femoralis HD Catheter

Hasil pemeriksaan lain : Tidak ada hipergimentasi pada kaki pasien


Tidak ada edema pada bagian ekstremitas

Skrining Gizi (NRS)

Indek massa tubuh (IMT) < 20,5 Ya Tdk Penurunan asupan makan 1 minggu terakhir Ya Tdk
(IMT=BB/TB2 )

IMT : 57,/1,502

IMT : 57/2,25

IMT : 25,3 (Gemuk)

Kehilangan BB tidak direncanakan dalam 3 bulan Ya Tdk Apakah pasien mengalami sakit berat Ya Tdk
terakhir

Jika ada satu jawaban ya maka disarankan asesmen lanjutan gizi (oleh bagian gizi)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

29Juni 2022

Hemoglobin : 11,4 g/dL (normal : 13,2 – 17,3 g/dL)

Skrining Fungsional Skrining Psikologis

ADL : Mandiri Dibantu Tergantung Total Tenang Cemas Agitasi

Hambatan komunikasi : Tidak ada Ada, Jelaskan …

Kebutuhan edukasi : Tidak ada Ada, Jelaskan …………………………………………………………


Yang merawat di rumah : Tidak ada Ada, Jelaskan : Keluarga

Keyakinan/tradisi/budaya/ yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan Tidak ada Ada : ..

ASESMEN RISIKO JATUH

No Variabel Nilai Skor

1 Riwayat jatuh Kurang dari 3 bulan 25 TOTAL


0
Tidak ada atau > 3 bulan 0 SKOR

2 Kondisi >1 diagnosa penyakit 30


kesehatan 30
≤1 diagnosa penyakit 0 50

3 Bantuan Perabot 30
ambulasi
Krug/tongkat/walker 15 0 Kesimpulan :

Tidak ada/tirah baring 0 Tidak Berisiko (Skor 0 – 24)

4 Terapi heparin Terapi IV terus-menerus 20


lock/iv 20
Tidak 0 Risiko Rendah (Skor 25 – 50)

5 Cara berjalan Kerusakan (terganggu) 20

Lemah 10 0 Risiko Tinggi (Skor >51)



Normal 0

6 Status mental Lupa keterbatasan 15


0
Sadar kemampuan diri 0
ASESMEN AWAL DAN STATUS HARIAN NO. RM : 01xxxxx

UNIT HEMODIALISA NAMA : Ny. S


TGL LAHIR : 21 Agustus 1954
UMUR: 67 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan

INSTRUKSI MEDIS Dialisat :

Inisiasi Akut Rutin Pre-Op SLED …….……….… Asetat

Bicarbonat

Durasi waktu : 4,5 jam, QB : 180 ml/mnt, QD : 500 ml/mnt, UF Goal : 1700 ml Condactivity

Program Profilling : Na : 140 UF:................ Bicarbonat : ………… Temperatur

Dosis Sirkulasi : ………..iu Dosis continue : 1000iu LMWH: ……………


HEPARINISASI :

Dosis Awal : 1000 iu Tanpa Heparin

Program Bilas NaCl 0,9% :……..

Catatan lain : - TT & Nama Dokter

DISCHARGE PLANING

8. Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan akses vaskular.


9. Menganjurkan untuk tidak memberi tekanan berlebih tangan dengan AV Shunt.
10. Edukasi pasien untuk tidak melakukan pengukuran tekanan darah pada tangan dengan AV Shunt
11. Menganjurkan untuk membatasi minum, dalam 24 jam maksimal 1050 cc.
Cairan masuk = cairan keluar

Cairan keluar : IWL + Urine

: ((10×50) – (15×50)) + 300

: (400 – 750) + 300

: 650 – 1050 cc / 24 jam

12. Edukasi bahan makanan yang dibatasi:


d. Sumber protein: kacang-kacangan dan hasil olahannya: tahu, tempe, kacang, kedelai, kacang hijau, kacang tolo.
e. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah yang tinggi kalium, seperti: pisang, alpukat, jeruk, bayam, ubi jalar,
kentang.
f. Bahan makanan yang diawetkan: sarden, kornet.
13. Edukasi bahan makanan yang dianjurkan:
d. Sumber energi: nasi, lontong, bihun, mie, makaroni, jagung, makanan yang dibuat dari tepung.
e. Sumber protein: dipilih yang bernilai biologik tinggi seperti telur, susu, daging, ikan, ayam.
f. Sumber vitamin dan mineral: seperti terung, tauge, buncis, kangkung, kacang panjang, selada, wortel, jamur, dan
lain-lain dalam jumlah sesuai anjuran.
14. Membatasi konsumsi garam sekitar 1500 mg atau 2/3 sendok teh per hari. Mengingatkan pasien untuk datang rutin
hemodialisa sesuai dengan jadwal.

ANALISA DATA

Keterangan Data Masalah Penyebab

Pre HD DS: Hipervolemia Gangguan mekanisme


c. Pasien mengatakan tidak ada keluhan. regulasi
d. BB naik 1,5 Kg.
DO:
i. Tampak tenang
j. BB kering 57
k. BB post HD sebelumnya 56,1 Kg
l. BB saat ini 57Kg
m. TD: 161/71 mmHg
n. N: 72x/menit.
o. Jumlah urine 24 jam : 400 cc
p. Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc
Intra HD DS: Pasien mengatakan tidak ada keluhan Risiko Syok Kekurangan volume
DO: cairan
e. KU baik
f. Composmentis
g. UF Goal 1700 ml
h. UF rate 379 ml/h
Post HD DS: Pasien mengatakan sedikit pusing Risiko Perdarahan Efek agen farmakologis
DO:
c. Terpasang AV Shunt pada tangan kiri.
d. Diberikan heparin 1000 iu
Shynia
Keterangan MASALAH KEPERAWATAN (DX)

Pre HD Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d


DS:
c. Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
d. BB naik 1,5 Kg.
DO:
i. Tampak tenang
j. BB kering 57
k. BB post HD sebelumnya 56,1 Kg
l. BB saat ini 57 Kg
m. TD: 140/82 mmHg
n. N: 78x/menit.
o. Jumlah urine 24 jam : 400 cc
p. Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc

Intra HD Risiko syok d.d kekurangan volume cairan

Post HD Risiko perdarahan d.d efek agen farmakologis

Shyntia
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Implementasi Evaluasi
Hasil (SOAP)
Pre HD SDKI SLKI SIKI
20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022
20 Juli 2022
07.20 WIB Jam 07.25 WIB Jam 07.45 Jam: 07.55 Jam 11.30
D.0022 Hipervolemi b.d gangguan I.03114 Manajemen S:Pasien mengatakan
1. Monitor intake-output
L.03020 tidak ada keluhan
mekanisme regulasi d.d Hipervolemia cairan masuk
Keseimbangan Cairan O:
DS: a. Monitor intake-output DS : Pasien mengatakan
Setelah dilakukan e. Pasien tampak
c. Pasien mengatakan tidak cairan hari ini jumlah air putih
intervensi keperawatan lemas.
ada keluhan. b. Tinggikan kepala yang diminum 200
selama 4 jam, f. UF Goal 1700
d. BB naik 1,2 Kg. tempat tidur 30-40o DO : Intake cairan masuk
diharapkan ml
DO: I.03112 Manajemen 200ml
keseimbangan cairan g. UF Volume 1620
i. Tampak tenang Hemodialisis 2. Tinggikan kepala tempat
meningkat dengan ml
j. BB kering 57,3 h. Identifikasi kesiapan tidur 30-40o
kriteria hasil: h. BB post HD saat
k. BB post HD sebelumnya hemodialisis DS : Pasien mengatakan
e. Asupan cairan ini 57,3 Kg
56,1 Kg i. Monitor tanda-tanda ingin posisi bagian kepala
meningkat (1500- A:Masalah
l. BB saat ini 57 Kg vital tanda lebih tinggi
3500 ml) hipervolemia teratasi.
m. TD: 140/80 mmHg perdarahan, dan DO : Posisi semi fowler
f. Keluaran urin P: HD rutin 2x
n. N: 72x/menit. respon selama Jam 08.00
meningkat seminggu
o. Jumlah urine 24 jam dialisis. 8. Mengidentifikasi
(frekuensi buang
: 400 cc j. Siapkan peralatan kesiapan hemodialisis.
air kecil 4-7x
p. Jumlah intake cairan 24 hemodialisis. DS: Pasien mengatakan
dalam 24 jam, dari
jam: 500 cc k. Lakukan prosedur siap
urine 400 menjadi
dialisis dengan DO: Kelebihan BB Shyntia
800-2000 ml)
prinsip aseptic. 1,5Kg.
g. Tekanan darah l. Atur filtrasi sesuai Jam 08.25
membaik (90/60 - kebutuhan penarikan 9. Memonitor tanda-tanda
120/80 mmHg) kelebihan cairan. vital tanda perdarahan,
h. Berat badan m. Ajarkan pembatasan dan respon selama
membaik (45-46 cairan. (edukasi dialisis.
kg) batasi cairan DS: Pasien mengatakan
maksimal 1050 cc/24 tidak pusing dan lemas.
jam) DO:
Shyntia
n. Kolaborasi 4) Nadi: 72 ×/menit.
pemberian heparin. 5) Suhu: 36 C.
Shyntia 6) RR: 20 ×/menit.
Jam 08.40
10. Menyiapkan peralatan
hemodialisis.
DS : -
DO : Peralatan sudah

Shntia siap sebelum pasien


masuk ruangan.

Jam 08.49
11. Melakukan prosedur
dialisis dengan prinsip
aseptic.
DS : -
DO : Melakukan 5
moment cuci tangan dan
selalu menggunakan yas
serta sarung tangan saat
berada di dekat pasien.

Jam 09.00
12. Mengatur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan.
DS : -
DO : Kelebihan BB 1,5
kg
UF Goal 1700 ml
13. Memberi heparin.
DS: -
DO: Heparin 1000 iu

Jam 09.15
14. Mengajarkan
pembatasan cairan.
(edukasi batasi cairan
maksimal 1050 cc/24
jam)
DS: Pasien mengatakan
sudah melakukan
pembatasan cairan.
DO: Dapat menjawab
pertanyaan, berapa
jumlah cairan maksimal
yang boleh dikonsumsi
dalam sehari.

Shyntia
Intra HD 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022
Jam 09.20 Jam 09.25 Jam 09.30 Jam 09.35 Jam 11.30
D.0039 Risiko syok d.b kekurangan L.03032 Tingkat Syok I.03121 Pemantauan Jam 09.30, 09.45, 10.50
volume cairan Setelah dilakukan cairan 4. Memonitor tekanan darah S:Pasien mengatakan
DS: Pasien mengatakan sedikit tindakan selama 4 jam 5. Monitor tekanan darah DS: tidak ada keluhan
pusing diharapkan tingkat syok 6. Identifikasi faktor - Tidak ada keluhan O:
DO: menurun dengan risiko DO: - TD:156/80
e. KU baik kriteria hasil: ketidakseimbangan - Jam 09.30 TD 145/70 mmHg
f. Composmentis 3. Tekanan darah cairan (penyakit mmHg - UFG 1700
g. UF Goal 1700 ml sistolik membaik ginjal) - Jam 09.35 pasien - N: 70 x/menit
h. UF rate 379 ml/h (90-120 mmHg) 7. Dokumentasi hasi tidur A: Masalah risiko syok
4. Tekanan darah pemantauan - Jam 10.10 TD 145/70 teratasi
diastolik membaik 8. Informasikan hasil mmHg P:Intervensi
(60-80 mmHg) pemantauan Jam 10.15 dihentikan
5. Mengidentifikasi faktor
risiko ketidakseimbangan
cairan
Shyntia DS: -
DO:
- Tidak terdapat tanda-
tanda
Shyntia Shyntia
ketidakseimbangan
Shyntia Shyntia
cairan
Jam 09.35, 09.35, 10.15
6. Mendokumentasikan
hasil pemeriksaan
DS: tidak ada keluhan
DO:
- Jam 08.30 TD 145/70
mmHg
- Jam 09.35 pasien
tidur
- Jam 10.15 TD 147/72
mmHg

Shyntia
Post HD 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022 20 Juli 2022
Jam 11.00 Jam 11.10 Jam 11.20 Jam 11.25 Jam 11.30
D.0012 Risiko perdarahan L.02017 Tingkat I.02067 Pencegahan Jam 11.25
dibuktikan dengan efek agen Perdarahan Perdarahan 4. Memonitor tanda dan S: Pasien mengatakan
farmakologis selama 4 jam 4. Monitor tanda dan gejala perdarahan tidak ada keluhan
DS: Pasien mengatakan tidak ada diharapkan tingkat gejala perdarahan DS: - O:
keluhan perdarahan menurun 5. Jelaskan tanda dan DS: - Kesadaran
DO: dengan kriteria hasil: gejala perdarahan - Pasien tenang compos mentis
c. Terpasang AV Shunt pada 3. Hemoglobin 6. Anjurkan segera 5. Menjelaskan tanda dan - UFG 1700
tangan kiri. membaik (13,2 – melapor jika terjadi gejala perdarahan - Tidak ada
d. Diberikan heparin 1000 iu 17,3 g/dL)) perdarahan DS: - perdarahan
4. Tekanan darah DO: Pasien tampak - BB post HD saat
membaik (90/60 - memahami ini : 57,3 kg
120/80 mmHg) A:
Jam 11.25
- Masalah risiko
6. Menganjurkan segera
perdarahan
melapor jika terjadi
teratasi
perdarahan
Shyntia P: Intervensi
Shyntia DS:
dihentikan
Shyntia - Pasien mengatakan
akan segera melapor
jika terjadi
perdarahan
DO:
- Tidak terdapat tanda-
tanda perdarahan

Shyntia
Shyntia

OBSERVASI
Out-Take
Intake(ml)
(ml)
(ml/mnt)

UF Rate

Nad Suh UF Hepari


(ml)
QB

Observasi Jam TD RR AP/VP TMP CBV EBV


i u Goal n Makan/ Lain

NaCl
0,9%

40%
Dex
UF Volume
minum Lain
Pre 06.30 166 72 36 20 180 379 1700 -60/80 80 9,1 170 15 - - - - 1600
/61

Intra 08.30 145 65 36, 20 180 379 1700 -60/80 80 10,4 168 10 - - 200 - 1682
/70 2

09.30 - - 36, 20 180 379 1700 -60/80 80 20,5 165 7 - - - - 2333


2

10.30 138 75 36 19 180 379 1700 -60/80 80 35,3 162 5 - - - - 3211


/63
Post 11.30 171 67 36, 20 180 0 1700 -60/80 80 38,2 137 3 Wash - - - 3600
/ 3 out

100

Penyulit selama HD: Total Intake (sisa priming, makan Jumlah (UF
[ ] Masalah Akses minum, wash out, transfuse darah dan Volume)
[ ] Kram otot lainnya):
[ ] Aritmia 3600 cc
[ ] Perdarahan Sisa priming : 50
[ ] Hipotensi
[ ] Demam Makan minum : 200 ml
[ ] Hipertensi
Wash out : 100
[ ] menggigil/dingin
[ ] Sakit Kepala Transfusi darah : -
[ ] Hiperkalemia
[ ] Gatal-gatal 200 + 100 + 50 = 350cc
[ ] Mual dan muntah
[ ] Nyeri dada Uf Goal (data sesuai dengan mesin di
[ ] Lain-lain…… awal )

Uf Goal : 3600 cc

Balance Cairan (Intake+kenaikan Balance UF


BB-Outake) Goal (UF
Goal-UF
350+ 1500 = 1850 Volume):
1850-3600 = -1.750 3600 – 3600
= 0 cc
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIS DI RUANG HEMODIALISA RS BETHESDA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
LIMBONG DAMERIA SHYNTIA C
1902026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ini
telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing akademik

Yogyakarta, Juli 2022

Mengetahui

Mengetahui, Mengetahui Mengetahui,


Pembimbing Akademi Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

(Ns. Nimsi Melati, MAN.) (Ns. Agustin Eka K, S.Kep)


(Ns. Eni Prwanti, S.Kep)
ASESMEN AWAL DAN STATUS HARIAN NO. RM : 01XXXXXX

UNIT HEMODIALISA NAMA : Tn. S

TGL LAHIR : 29 Agustus 1963

UMUR: 59 tahun

JENIS KELAMIN : Laki-laki

Tanggal Kunjungan 20 Juli 2022 Jam 06.30 WIB

Sumber Data : Pasien Sendiri Keluarga Orang lain Nama : ……….. Hubungan ……

Bahasa : Perlu Penerjemah Tidak Ya, Bahasa : ……

MRS : Datang sendiri Diantar keluarga Rujuk Dari : …….

No Mesin : 20 HD ke : 284 Tipe Dialiser, N/R : fx 80

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (INFORMASI)


Keluhan utama : Sesak Nafas Mual, Muntah Gatal-gatal tidak ada keluhan

lain-lain:
Diagnosis Medis : CKD STAGE IV
Riwayat kesehatan lalu : Pasien mengatakan sudah 5 tahun rutin terapi hemodilisa, pasien mengatakan sebelumnya pernah mondok
di rumah sakit karena mengalami masalah pada lambung sehingga sering menyebabkan mual-muntah, lalu berobat kembali di rumah
sakit bethesda lempunyawangi selama 8 bulan pasien berobat dengan rawat jalan. Setelah itu selama 3 hari setelah rawan jalan, pasien
merasakan sakit pada bagian pinggang lalu saat dirujuk untuk pemeriksaan ke rumah sakit bethesda di rujuk dokter untuk melakukan
terapi hemodilisa sampai saat ini.
Riwayat Alergi : Tidak ada Ada: Antibiotik
Nyeri : Tidak Ya, Skala : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (lingkari yang sesuai). Jenis : Akut Kronis
Suhu : 36 ⁰C Nadi : 75 x/menit Tekanan darah: 150/80 mmHg Nafas : 19x/menit
BB Pre HD : 83,7kg BB Post HD : 81,2 Kg BB Kering : 81,2 Kg Kenaikan BB: 2,5 kg Tinggi Badan : 170 cm
Jumlah urine 24 jam : 300 cc
Jumlah intake cairan 24 jam: 400 cc
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik Sedang Buruk Lain-lain

Tingkat kesadaran : CM Apatis Delirium Somnolen Sopor koma

Konjungtiva : Tidak Anemis Anemis Lain-lain

Ekstremitas : Tidak Edema/dehidrasi Edema Dehidrasi Edema anarsaka

Akses Vaskuler : AV Shunt Femoralis HD Catheter

Hasil pemeriksaan lain : Tidak ada hipergimentasi pada kaki pasien


Tidak ada edema pada bagian ekstremitas

Skrining Gizi (NRS)

Indek massa tubuh (IMT) < 20,5 Ya Tdk Penurunan asupan makan 1 minggu terakhir Ya Tdk
(IMT=BB/TB2 )

IMT : 82,1,/1,702

IMT : 82,1/2,89

IMT : 28,4 (Gemuk)

Kehilangan BB tidak direncanakan dalam 3 bulan Ya Tdk Apakah pasien mengalami sakit berat Ya Tdk
terakhir

Jika ada satu jawaban ya maka disarankan asesmen lanjutan gizi (oleh bagian gizi)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

22 Juni 2022

Hemoglobin : 9,2 g/dL (normal : 13,2 – 17,3 g/dL)

Skrining Fungsional Skrining Psikologis

ADL : Mandiri Dibantu Tergantung Total Tenang Cemas Agitasi

Hambatan komunikasi : Tidak ada Ada, Jelaskan …

Kebutuhan edukasi : Tidak ada Ada, Jelaskan …………………………………………………………


Yang merawat di rumah : Tidak ada Ada, Jelaskan : Keluarga

Keyakinan/tradisi/budaya/ yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan Tidak ada Ada : ..

ASESMEN RISIKO JATUH

No Variabel Nilai Skor

1 Riwayat jatuh Kurang dari 3 bulan 25 TOTAL


0
Tidak ada atau > 3 bulan 0 SKOR

2 Kondisi >1 diagnosa penyakit 30


kesehatan 30
≤1 diagnosa penyakit 0 50

3 Bantuan Perabot 30
ambulasi
Krug/tongkat/walker 15 0 Kesimpulan :

Tidak ada/tirah baring 0 Tidak Berisiko (Skor 0 – 24)

4 Terapi heparin Terapi IV terus-menerus 20


lock/iv 20
Tidak 0 Risiko Rendah (Skor 25 – 50)

5 Cara berjalan Kerusakan (terganggu) 20

Lemah 10 0 Risiko Tinggi (Skor >51)



Normal 0

6 Status mental Lupa keterbatasan 15


0
Sadar kemampuan diri 0
ASESMEN AWAL DAN STATUS HARIAN NO. RM : 01xxxxx

UNIT HEMODIALISA NAMA : Tn. S


TGL LAHIR : 29 Agustus 1963
UMUR: 59 tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki

INSTRUKSI MEDIS Dialisat :

Inisiasi Akut Rutin Pre-Op SLED …….……….… Asetat

Bicarbonat

Durasi waktu : 4,5 jam, QB : 180 ml/mnt, QD : 500 ml/mnt, UF Goal : 1700 ml Condactivity

Program Profilling : Na : 140 UF:................ Bicarbonat : ………… Temperatur

Dosis Sirkulasi : ………..iu Dosis continue : 1000iu LMWH: ……………


HEPARINISASI :

Dosis Awal : 1000 iu Tanpa Heparin

Program Bilas NaCl 0,9% :……..

Catatan lain : - TT & Nama Dokter

DISCHARGE PLANING

15. Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan akses vaskular.


16. Menganjurkan untuk tidak memberi tekanan berlebih tangan dengan AV Shunt.
17. Edukasi pasien untuk tidak melakukan pengukuran tekanan darah pada tangan dengan AV Shunt
18. Menganjurkan untuk membatasi minum, dalam 24 jam maksimal 1050 cc.
Cairan masuk = cairan keluar

Cairan keluar : IWL + Urine

: ((10×50) – (15×50)) + 300

: (400 – 750) + 300

: 650 – 1050 cc / 24 jam

19. Edukasi bahan makanan yang dibatasi:


g. Sumber protein: kacang-kacangan dan hasil olahannya: tahu, tempe, kacang, kedelai, kacang hijau, kacang tolo.
h. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah yang tinggi kalium, seperti: pisang, alpukat, jeruk, bayam, ubi jalar,
kentang.
i. Bahan makanan yang diawetkan: sarden, kornet.
20. Edukasi bahan makanan yang dianjurkan:
g. Sumber energi: nasi, lontong, bihun, mie, makaroni, jagung, makanan yang dibuat dari tepung.
h. Sumber protein: dipilih yang bernilai biologik tinggi seperti telur, susu, daging, ikan, ayam.
i. Sumber vitamin dan mineral: seperti terung, tauge, buncis, kangkung, kacang panjang, selada, wortel, jamur, dan
lain-lain dalam jumlah sesuai anjuran.
21. Membatasi konsumsi garam sekitar 1500 mg atau 2/3 sendok teh per hari. Mengingatkan pasien untuk datang rutin
hemodialisa sesuai dengan jadwal.

ANALISA DATA

Keterangan Data Masalah Penyebab

Pre HD DS: Hipervolemia Gangguan mekanisme


e. Pasien mengatakan tidak ada keluhan. regulasi
f. BB naik 2,5 Kg.
DO:
q. Tampak tenang
r. BB kering 81,2
s. BB post HD sebelumnya 81,2 Kg
t. BB saat ini 81 Kg
u. TD: 150/80 mmHg
v. N: 75x/menit.
w. Jumlah urine 24 jam : 400 cc
x. Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc
Intra HD DS: Pasien mengatakan tidak ada keluhan Risiko Syok Kekurangan volume
DO: cairan
i. KU baik
j. Composmentis
k. UF Goal 3500 ml
l. UF rate 875 ml/h
Post HD DS: Pasien mengatakan sedikit pusing Risiko Perdarahan Efek agen farmakologis
DO:
e. Terpasang AV Shunt pada tangan kiri.
f. Diberikan heparin 1000 iu
Shynia
Keterangan MASALAH KEPERAWATAN (DX)

Pre HD Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d


DS:
e. Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
f. BB naik 2,5 Kg.
DO:
q. Tampak tenang
r. BB kering 81,2
s. BB post HD sebelumnya 81,2 Kg
t. BB saat ini 81 Kg
u. TD: 150/80 mmHg
v. N: 75x/menit.
w. Jumlah urine 24 jam : 400 cc
x. Jumlah intake cairan 24 jam: 500 cc

Intra HD Risiko syok d.d kekurangan volume cairan

Post HD Risiko perdarahan d.d efek agen farmakologis

Shyntia
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Implementasi Evaluasi
Hasil (SOAP)
Pre HD SDKI SLKI SIKI
21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022
21 Juli 2022
07.20 WIB Jam 07.25 WIB Jam 07.45 Jam: 07.55 Jam 11.30
D.0022 Hipervolemi b.d gangguan I.03114 Manajemen S:Pasien mengatakan
3. Monitor intake-output
L.03020 tidak ada keluhan
mekanisme regulasi d.d Hipervolemia cairan masuk
Keseimbangan Cairan O:
DS: c. Monitor intake-output DS : Pasien mengatakan
Setelah dilakukan i. Pasien tampak
e. Pasien mengatakan tidak cairan hari ini jumlah air putih
intervensi keperawatan lemas.
ada keluhan. d. Tinggikan kepala yang diminum 200
selama 4 jam, j. UF Goal 3500
f. BB naik 2,5 Kg. tempat tidur 30-40o DO : Intake cairan masuk
diharapkan ml
DO: I.03112 Manajemen 200ml
keseimbangan cairan k. UF Volume 120
q. Tampak tenang Hemodialisis 4. Tinggikan kepala tempat
meningkat dengan ml
r. BB kering 81 o. Identifikasi kesiapan tidur 30-40o
kriteria hasil: l. BB post HD saat
s. BB post HD sebelumnya hemodialisis DS : Pasien mengatakan
i. Asupan cairan ini 83,5Kg
81,2 Kg p. Monitor tanda-tanda ingin posisi bagian kepala
meningkat (1500- A:Masalah
t. BB saat ini 57 Kg vital tanda lebih tinggi
3500 ml) hipervolemia teratasi.
u. TD: 150/80 mmHg perdarahan, dan DO : Posisi semi fowler
j. Keluaran urin P: HD rutin 2x
v. N: 75x/menit. respon selama Jam 08.00
meningkat seminggu
w. Jumlah urine 24 jam dialisis. 15. Mengidentifikasi
(frekuensi buang
: 400 cc q. Siapkan peralatan kesiapan hemodialisis.
air kecil 4-7x
x. Jumlah intake cairan 24 hemodialisis. DS: Pasien mengatakan
dalam 24 jam, dari
jam: 500 cc r. Lakukan prosedur siap
urine 400 menjadi
dialisis dengan DO: Kelebihan BB Shyntia
800-2000 ml)
prinsip aseptic. 2,5Kg.
k. Tekanan darah s. Atur filtrasi sesuai Jam 08.25
membaik (90/60 - kebutuhan penarikan 16. Memonitor tanda-tanda
120/80 mmHg) kelebihan cairan. vital tanda perdarahan,
l. Berat badan t. Ajarkan pembatasan dan respon selama
membaik (45-46 cairan. (edukasi dialisis.
kg) batasi cairan DS: Pasien mengatakan
maksimal 1050 cc/24 tidak pusing dan lemas.
jam) DO:
Shyntia
u. Kolaborasi 7) Nadi: 75 ×/menit.
pemberian heparin. 8) Suhu: 36 C.
Shyntia 9) RR: 20 ×/menit.
Jam 08.40
17. Menyiapkan peralatan
hemodialisis.
DS : -
DO : Peralatan sudah

Shntia siap sebelum pasien


masuk ruangan.

Jam 08.49
18. Melakukan prosedur
dialisis dengan prinsip
aseptic.
DS : -
DO : Melakukan 5
moment cuci tangan dan
selalu menggunakan yas
serta sarung tangan saat
berada di dekat pasien.

Jam 09.00
19. Mengatur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan.
DS : -
DO : Kelebihan BB 2,5
kg
UF Goal 3500 ml
20. Memberi heparin.
DS: -
DO: Heparin 1000 iu

Jam 09.15
21. Mengajarkan
pembatasan cairan.
(edukasi batasi cairan
maksimal 1050 cc/24
jam)
DS: Pasien mengatakan
sudah melakukan
pembatasan cairan.
DO: Dapat menjawab
pertanyaan, berapa
jumlah cairan maksimal
yang boleh dikonsumsi
dalam sehari.

Shyntia
Intra HD 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022
Jam 09.20 Jam 09.25 Jam 09.30 Jam 09.35 Jam 11.30
D.0039 Risiko syok d.b kekurangan L.03032 Tingkat Syok I.03121 Pemantauan Jam 09.30, 09.45, 10.50
volume cairan Setelah dilakukan cairan 7. Memonitor tekanan darah S:Pasien mengatakan
DS: Pasien mengatakan sedikit tindakan selama 4 jam 9. Monitor tekanan darah DS: tidak ada keluhan
pusing diharapkan tingkat syok 10. Identifikasi faktor - Tidak ada keluhan O:
DO: menurun dengan risiko DO: - TD:156/80
i. KU baik kriteria hasil: ketidakseimbangan - Jam 09.30 TD 145/70 mmHg
j. Composmentis 5. Tekanan darah cairan (penyakit mmHg - UFG 3500
k. UF Goal 3500 ml sistolik membaik ginjal) - Jam 09.35 pasien - N: 70 x/menit
l. UF rate 875 ml/h (90-120 mmHg) 11. Dokumentasi hasi tidur A: Masalah risiko syok
6. Tekanan darah pemantauan - Jam 10.10 TD 145/70 teratasi
diastolik membaik 12. Informasikan hasil mmHg P:Intervensi
(60-80 mmHg) pemantauan Jam 10.15 dihentikan
8. Mengidentifikasi faktor
risiko ketidakseimbangan
cairan
Shyntia DS: -
DO:
- Tidak terdapat tanda-
tanda
Shyntia Shyntia
ketidakseimbangan
Shyntia Shyntia
cairan
Jam 09.35, 09.35, 10.15
9. Mendokumentasikan
hasil pemeriksaan
DS: tidak ada keluhan
DO:
- Jam 08.30 TD 145/70
mmHg
- Jam 09.35 pasien
tidur
- Jam 10.15 TD 147/72
mmHg

Shyntia
Post HD 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022 21 Juli 2022
Jam 11.00 Jam 11.10 Jam 11.20 Jam 11.25 Jam 11.30
D.0012 Risiko perdarahan L.02017 Tingkat I.02067 Pencegahan Jam 11.25
dibuktikan dengan efek agen Perdarahan Perdarahan 7. Memonitor tanda dan S: Pasien mengatakan
farmakologis selama 4 jam 7. Monitor tanda dan gejala perdarahan tidak ada keluhan
DS: Pasien mengatakan tidak ada diharapkan tingkat gejala perdarahan DS: - O:
keluhan perdarahan menurun 8. Jelaskan tanda dan DS: - Kesadaran
DO: dengan kriteria hasil: gejala perdarahan - Pasien tenang compos mentis
e. Terpasang AV Shunt pada 5. Hemoglobin 9. Anjurkan segera 8. Menjelaskan tanda dan - UFG 3500
tangan kiri. membaik (13,2 – melapor jika terjadi gejala perdarahan - Tidak ada
f. Diberikan heparin 1000 iu 17,3 g/dL)) perdarahan DS: - perdarahan
6. Tekanan darah DO: Pasien tampak - BB post HD saat
membaik (90/60 - memahami ini : 82,3 kg
120/80 mmHg) A:
Jam 11.25
- Masalah risiko
9. Menganjurkan segera
perdarahan
melapor jika terjadi
teratasi
perdarahan
Shyntia P: Intervensi
Shyntia DS:
dihentikan
Shyntia - Pasien mengatakan
akan segera melapor
jika terjadi
perdarahan
DO:
- Tidak terdapat tanda-
tanda perdarahan

Shyntia
Shyntia

OBSERVASI
Out-Take
Intake(ml)
(ml)
(ml/mnt)

UF Rate

UF Hepari
(ml)
QB

Observasi Jam TD Nadi Suhu RR AP/VP TMP CBV EBV


Goal n Makan/ Lain

NaCl
0,9%

40%
Dex
UF Volume
minum Lain
Pre 13.00 138/57 72 36 20 250 875 3500 -60/80 80 0,7 231 15 - - - - 1600

Intra 14.00 145/70 65 36,2 20 250 875 3500 -60/80 80 10,8 215 10 - - 300 - 1682

15.00 - - 36,2 20 250 875 3500 -60/80 80 21,1 229 7 - - - - 2333

16.00 138/63 75 36 19 250 875 3500 -60/80 80 34,1 226 5 - - - - 3211


Post 17.30 112/59 67 36,3 20 250 0 3500 -60/80 80 53,4 144 3 Wash - - - 3500
out

100

Penyulit selama HD: Total Intake (sisa priming, makan Jumlah (UF
[ ] Masalah Akses minum, wash out, transfuse darah dan Volume)
[ ] Kram otot lainnya):
[ ] Aritmia 3500 cc
[ ] Perdarahan Sisa priming : 50
[ ] Hipotensi
[ ] Demam Makan minum : 300 ml
[ ] Hipertensi
Wash out : 100
[ ] menggigil/dingin
[ ] Sakit Kepala Transfusi darah : -
[ ] Hiperkalemia
[ ] Gatal-gatal 200 + 100 + 50 = 450cc
[ ] Mual dan muntah
[ ] Nyeri dada Uf Goal (data sesuai dengan mesin di
[ ] Lain-lain…… awal )

Uf Goal : 3500 cc

Balance Cairan (Intake+kenaikan Balance UF


BB-Outake) Goal (UF
Goal-UF
450+ 2500-3500 = -550 Volume):

3500 – 3500
= 0 cc

Anda mungkin juga menyukai