A. Kompetensi
Siswa dapat menerapkan roti tawar
Sub Kompetensi
Siswa dapat:
1. Memahami pengertian dari roti tawar
2. Menentukan alat dan bahan dalam pembuatan roti tawar
3. Menjelaskan cara pembuatan roti tawar
4. Menjelaskan kriteria hasil dari roti tawar
5. Menjelaskan cara penyajian roti tawar
6. Menentukan cara penyimpanan roti tawar
B. Materi
1. Pengertian Roti Tawar
Roti tawar adalah satu produk roti yang terbuat dari bahan tepung terigu
protein tinggi, air, yeast, lemak dan garam yang melalui peragian dengan ragi
roti dan kemudian roti dipanggang. (Suburi, 2010)
Jenis roti yang umumnya memiliki warna putih dengan kandungan gula dan
lemak rata-rata dibawah 10% dan bertekstur empuk/ soft.
Roti tawar adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun sehingga
rasanya tawar. Pada umumnya dalam penyajiannya bisa ditambahkan isian
sesuai dengan selera seperti parutan keju, selai, sprinkle dan berbagai bahan
isian.
2. Komponen Bahan Roti Tawar
Pembuatan roti tawar memerluka beberapa komponen sebagai berikut:
a. Tepung terigu/ flour
Tepung adalah bahan utama dalam pembuatan roti. Jenis
tepung yang digunakan yaitu tepung protein tinggi atau hard flour yang
memiliki kandungan gluten sebanyak 11%-12%, karena kandungan
gluten yang tinggi berperan membentuk jaringan elastis selama proses
pengadukan atau mixing. Peran gluten yang terbentuk ini dapat
memerangkap gas saat proses fermentasi yang akan membuat adonan
roti mengembang menjadi besar dan memiliki tekstur yang empuk.
Tepung terigu mengandung pati dan protein. Pati mengandung
amilosa dan amilopektin, sedangkan protein mengandung gliadin dan
gluten yang nantinya akan berperan dalam pembuatan roti. Gliadin
memiliki kemampuan roti untuk mengembang saat dipanggang,
sedangkan gluten memiliki peran atas elastisitas adonan. Kandungan
gluten pada tepung ini nantinya berperan penting dalam proses
fermentasi yaitu menangkap gas CO2 yang dihasilkan oleh yeast,
kemudian akan mengalami pengembangan dan siap untuk dilakukan
dividing atau penimbangan.
b. Air atau Cairan
Mentega
Margarin
Lemak atau shortening digunakan dalam pembuatan roti karena
memiliki peran sebagai berikut:
1) Mempertinggi rasa
Penggunaan lemak pada adonan roti akan berpengaruh pada
hasil akhir roti yang lebih mudah untuk ditelan saat dikunyah
dan mengurangi rasa seret karena peranan lemak yang mampu
memperpendek (to short) bentuk jaringan zat gluten tepung.
Maka dari itu lemak biasa disebut shortening.
2) Memperkuat jaringan zat gluten tepung
Zat gluten tepung akan membentuk jaringan yang menyerupai
spiral apabila bersinggungan dengan air. Pembentukan jaringan
ini tidak memiliki kekuatan apa-apa terutama dalam menerima
gas CO2, jika bercampur begitu saja dengan air. Maka apabila
dalam jaringan hadir lemak di dalamnya menjadikan jaringan
gluten semakin kuat, elastis, dan sanggup untuk memperlebar
sewaktu menerima gas CO2 sebagai hasil kerja yeast tanpa
mengalami pemutusan dibagian manapun. Jaringan gluten
tepung yang terbentuk dalam adonan dapat diibaratkan sebagai
macam balon karet.
3) Hasil jadi roti tidak cepat menjadi keras atau stalling
Tepung terigu selain mengandung zat gluten juga mengandung
zat hidrat arang yang terdiri dari amylose dan amylopectine
yang berbanding sama. Sewaktu proses pembakaran roti
berlangsung, amylose dari zat hidrat arang meleleh dan
membentuk daging roti yang mengembang. Pada saat roti pada
proses pendinginan, perlahan amylose akan mengalami
kristalisasi dan roti akan berubah menjadi kering dan keras.
Adanya penambahan lemak di adonan akan melapisi amylose
yang meleleh akibat kristalisasi menjadi lambat dan akan
menyebabkan proses kristalisasi menjadi lambat dan daya
keempukannya lebih lama. Dengan begitu apabila akan
memotong roti menjadi lebih mudah. Lemak dapat menahan
gas CO2 keluar dari gluten sehingga diperoleh volume roti
yang lebih besar. Untuk mendapatkan rasa yang lezat,
disarankan menggunakan butter, sedangkan margarin
menjadikan roti beraroma lebih ringan.
g. Telur
e. Scalling
Menimbang adonan setelah fermentasi dengan menggunakan
timbangan baker, bagi adonan menjadi beberapa bagian dengan berat
yang sama, sesuai dengan produk yang dibuat.
Selama penimbangan, penyisihan dibuat untuk penurunan berat adonan
karena penguapan kelembaban dalam oven. Penurunan berat badan ini
kira-kira 10 hingga 13% dari berat dari adonan.
f. Rounding
Membentuk adonan menjadi bulat atau digulung setelah ditimbang.
Setelah scaling, potongan adonan dibentuk menjadi bulat dengan
permukaan yang halus. Prosedur ini membentuk semacam kulit dengan
meregangkan gluten di bagian luar adonan menjadi lapisan halus.
Pembulatan menyederhanakan pembentukan adonan selanjutnya dan
juga membantu menahan gas yang dihasilkan oleh ragi.
g. Benching
Mengembangkan adonan beberapa menit selama 10-20 menit. Tujuan
benching adalah melemaskan gluten agar adonan lebih mudah
dibentuk. Namun, pada tahap ini fermentasi masih terus berlanjut.
Proses ini bisa dilakukan pada proofing box untuk skala industri,
sedangkan untuk skala kecil bisa dilakukan secara sederhana dengan
ditempatkan pada loyang yang ditutup dengan napkin.
h. Make up and panning
Make up and panning ini menempatkan adonan pada loyang atau
cetakan. Adonan dibentuk menjadi roti atau gulungan dan kemudian
ditempatkan pada loyang. Pada saat menempatkan adonan, bagian
yang tidak rapi harus berada di tengah bawah agar tidak pecah saat
dipanggang. Ukuran dan berat adonan harus disesuaikan dengan
loyang yang akan digunakan.
i. Proofing
Proofing adalah proses peningkatan volume setelah difermentasi.
Proofing merupakan kelanjutan dari proses fermentasi ragi yang
meningkatkan volume dari adonan berbentuk. Sebaliknya ,
underproofing akan menghasilkan volume yang buruk dan tekstur
padat. Hasil overproofing dalam tekstur kasar dan sedikit kehilangan
rasa.
j. Baking
Baking merupakan proses pematangan atau oven. Pada saat
pengovenan ini terjadi perubahan terpenting sebagai berikut:
1) Pegas oven yang merupakan kenaikan cepat dalam oven karena
produksi dan ekspansi gas yang terperangkap sebagai akibat
dari panas oven. Ragi sangat aktif pada awalnya tetapi terbunuh
ketika suhu di dalam adonan mencapai 140°F(60°C).
2) Koagulasi protein dan gelatinisasi pati. Dengan kata lain,
produk menjadi kokoh dan mempertahankan bentuknya.
3) Pembentukan dan pencoklatan kerak. Untuk mengontrol proses
memanggang, faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan.
k. Cooling
Pendinginan setelah proses pematangan. Setelah dipanggang, roti harus
dikeluarkan dari loyang dan didinginkan di atas rak untuk
memungkinkan proses penguapan karena kelebihan kelembaban dan
alkohol yang dibuat selama fermentasi. Gulungan kecil yang
ditempatkan di atas loyang sering kali didinginkan di atas loyang saat
udara sirkulasi memadai. Di sisi lain, jika kondensasi cenderung
membuat bagian bawah gulungan basah, lebih baik mendinginkannya
di rak. Jika menginginkan kulit yang lembut, roti dapat diolesi dengan
mentega cair sebelum pendinginan. Jangan mendinginkan roti dalam
keadaan draft karena keraknya bisa retak.
l. Storing
Roti yang akan disajikan dalam waktu 8 jam dapat dibiarkan di rak.
Untuk penyimpanan lebih lama, bungkus roti dingin dalam kantong
tahan lembab untuk mencegah basi. Roti harus benar-benar dingin
sebelum dibungkus atau uap air akan terkumpul di dalam kantong.
Pembungkusan dan pembekuan mempertahankan kualitas untuk waktu
yang lebih lama. Pendinginan, di sisi lain juga dapat meningkatkan
staling. Roti berkulit keras tidak boleh dibungkus (kecuali dibekukan)
karena kerak akan melunak dan menjadi kasar.
Volume adalah keseluruhan isi roti atau volume dari roti yang
dihasilkan
2) Warna Kulit
Warna coklat keemasan atau golden brown rata, bebas dari
bitnik-bintik hitam atau bergaris
3) Keserasian bentuk
4) Kerataan pemanggangan
5) Karakteristik kulit
Kualitas kulit roti yang harus memiliki ciri-ciri tipis dan mudah
untuk dirobek. Kulit roti tidak boleh tebalm keras, atau liat
(mengaret)
6) Pecahan dan Sobekan
b. Penilaian Internal
1) Pori-pori
2) Warna pori-pori
Umumnya warna pori roti yang diharapkan harus berwarna
cerah. Warna permukaan pori seharusnya seragam tanpa
adanya bercak berwarna gelap atau garis
3) Aroma
Aroma roti yang fresh berbau asam, logam, atau berbau jamur.
Roti yang baik diharapkan memiliki aroma yang enak dan
berbau khas gandum.
4) Rasa
Kualitas roti yang terbaik harus memiliki rasa roti yang khas
dan enak
5) Tekstur
Tekstur roti dapat dinilai dengan menggunakan indra peraba.
Tekstur roti yang ideal harus memiliki tekstur yang halus,
kemampuan kembali pada kondisi semula saat di tekan dan
tidak mudah menggumpal
6. Penyajian Roti Tawar
a. Langsung dikonsumsi
b. Ditambahkan selai