Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER KEWARGANEGARAAN TAHUN 2021

DOSEN PENGAMPU : Dr.Agustiana, MP


-----------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Bagaimana menurut pendapat anda apakah pembelajaran Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi dapat menjadi acuan dalam menghadapai era globalisasi dimasa akan datang
untuk mempertahankan integritas Bangsa terhadap perkembangan bangsa, berikan
alasan dan solusi pemecahan dan cara implementasinya.
Jawaban:
Pembelajaran Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dapat menjadi acuan dalam
menghadapi era globalisasi dimasa yang akan datang untuk mempertahankan integritas
bangsa terhadap perkembangan bangsa, integritas bangsa sendiri adalah suatu mutu, sifat,
atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Integritas pun sering diidentikkan dengan
sikap jujur atau kejujuran. Oleh karena itu, pada dasarnya melalui pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi solusi dalam pembinaan setiap warga negara
untuk memiliki kesadaran sosial, selain itu agar setiap individu yang ada di Indonesia
merupakan seorang individu yang tidak hanya cerdas namun mempunyai karakter dan
sosial yang baik. Suatu negara demokratis harus bersandar pada pengetahuan,
keterampilan dan kebajikan dari warga negaranya dan orang-orang yang mereka pilih
untuk menduduki jabatan publik. Kewarganegaraan bertujuan untuk menjadikan warga
negara yang baik, memiliki komitmen yang kuat dalam mempertahankan kebhinekaan di
Indonesia, dan mempertahankan integritas nasional. Diharapkan akan memberikan
pemahaman dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan mahasiswa dan lebih jauhnya
akan dapat mendorong mahasiswa untuk ikut berperan serta dalam kegiatan
kewarganegaraan dalam lingkup kecil seperti di kampus maupun dalam lingkup yang
lebih luas yaitu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cara
mengimplementasikan kewarganegaraan yaitu seperti ikut aktif dalam organisasi
kemasyarakat, profesi maupun politik, menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ikut serta dalam
pemilihan umum, dan berpartisipasi dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Sehingga mahasiswa akan sadar mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan sadar bahwa dirinya memiliki rasa tanggung jawab untuk mempertahankan kesatuan
Republik Indonesia.

2. Bagaimana menurut anda tentang HAK Kewajiban warga negara dan negara sekarang ini
di Indonesia yang banyak sekali terjadi penuntutan hak negara kepada warganya dan
kewajiban warga negara terhadap negara?
Jawaban:
Hak kewajiban warga negara sekarang ini banyak sekali terjadi penuntutan hak negara
kepada warganya, dimana hak ini merupakan kuasa untuk menerima atau melakukan
sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat
dilakukan oleh pihak lain, karena pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa. Hak dan
kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang, bahwa setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi
lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Jika hak dan kewajiban seimbang
dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di
Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD
1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan
sebagainya, lalu syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan
bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi.
Warga negara memiliki hak, tugas, dan tanggung jawab, seperti hak politik penuh,
termasuk hak untuk memilih dan memegang jabatan publik, didasarkan atas
kewarganegaraan. Tanggung jawab kewarganegaraan seperti kesetiaan, perpajakan, dan
dinas militer. Setiap warga negara Indonesia mempunyai tugas dan kewajiban yang sama
yang terdapat pada UUD 1945. Diantaranya seperti hak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak, hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan, hak untuk membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, hak atas kelangsungan
hidup. Seluruh hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasa 27
sampai pasal 34 UUD 1945. Sementara kewajiban warga negara indonesia diantaranya
seperti wajib menaati hukum dan pemerintahan, wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara, wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Contoh kewajiban warga negara Indonesia:
a) Kewajiban untuk membayar pajak dan retribusi yang ditetapkan pemerintah baik
pusat maupun daerah.
b) Kewajiban untuk menaati, tunduk, dan patuh pada peraturan hukum yang berlaku di
wilayah negara Indonesia
c) Kewajiban untuk menghargai orang lain
d) Kewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar
e) Kewajiban untuk melakukan pembelaan kedaulatan negara
f) Kewajiban untuk tunduk kepada pembatasan atas hak kebebasan

3. Bagaimana menurut anda pelaksanaan Hak Asasi Manusia Di Indonesia diera Reformasi.
Era Orde Baru dan Orde lama ?
Jawaban:
a) Pelaksanaan HAM atau hak asasi manusia di Indonesia pada era orde baru, dimana
pada era ini dalam hal sebagai sistem pemerintahan berada di bawah kepemimipinan
Presiden Soekarno sejak tahun 1945-1967. Dalam periode itu banyak terjadi kasus-
kasus pelanggaran yang bersifat hak asasi manusia, dan adanya kebijakan-kebijakan
yang dinilai banyak terjadi atas kepentingan-kepentingan Soekarno, dimana ia yang
sejak muda menganut pendirian bahwa kekuasaan rakyat Indonesia bertumpu pada
kombinasi kekuatan Idiologi Nasionalisme, Islamisme dan Komunisme, yang
kemudian membuatnya masuk ke dalam doktrin Nasakom yang meresapi hampir
seluruh kebijakan pemerintahan setelah Soekarno menjadi Presiden, hal ini ditinjau
dari konteks sejarah, dimana obsesi presiden Soekarno mengenai paradigma Nasakom
ini dapat dipahami pada perang dingin antara blok Barat yang kapitalis dan blok
Timur yang komunis, hal ini terjadi antara tahun 1949-1989. Pada periode ini dunia
terkagum-kagum oleh keperkasaan negara-negara komunis, dalam suasana itulah
Soekarno melindungi dan memberi kesempatan luas bagi jajaran partai komunis di
Indonesia. Pendiriannya dalam hal ini yang sedemikian kuatnya, sehingga sulit bagi
Soekarno untuk menerima kenyataan bahwa terdapat banyak indikasi yang
menunjukan bahwa partai yang dipuji-pujinya itu di duga keras berada dibalik
rangkaian kekerasan masa antara tahun 1959-1965 dan juga merancang pembunuhan
beberapa pimpinan TNI angkatan darat. Soekarno banyak mengucapkan pidato
setelah peristiwa tragis tersebut, tetapi hal tersebut malah dianggap menantang MPR-
S, yang berdasar Undang-undang Dasar 1945 merupakan pemegang kedaulatan
tertinggi di dalam suatu negara. Tidak dapat dihindarkan bahwa suatu konflik
konstitusional dan konflik politik akan terjadi, yang kemudian berakhir dengan
dicabutnya kekauasaan pemerintah Negara dari Presiden Soekarno.

b) Pelaksanaan HAM atau hak asasi manusia di Indonesia pada era orde lama, pada era
ini kasus yang sama juga dialami oleh persiden kedua, yaitu Letjen TNI Soeharto.
Jika paradigma kenegaraan Soekarno berpusat pada konsep Nasakom, maka
paradigma Soeharto berdasar pada konsep rencana pembangunan nasional lima
tahunan. Dalam tataran konseptual tampaknya pemerintah presiden Soeharto
menyelenggarakan tata pemerintahan yang demokratis, akan tetapi bila dilihat secara
empiris, dalam praktiknya sistem pemerintahan orde baru bersifat totaliter yang
bertentangan dengan nilai-nilai universal demokrasi. Sistem politik yang kuat dan
bersifat militerstik telah mampu menopang pembangunan ekonomi dan nation
building selama lebih dari 30 tahun. Pada tahap awal pembangunan orde baru banyak
yang menilai era ini sebagai era baru kebebasan dalam berpolitik. Namun, sistem
politik orde baru secara perlahan mulai berubah, sejak Golkar, partai politik yang
dimotori pemerintah, memenangkan pemilu secara mayoritas pada tahun 1971,
perilaku politik pemerintah mulai menunjukan regulasi politik yang ketat. Setelahnya,
ketidak puasan di kalangan masyarakat mulai muncul, terutama ketika melihat proses
pembangunan ekonomi yang kapitalis dengan masuknya modal asing khususnya
jepang di Indonesia. Sejak saat itu perkembangan politik mengalami reprensi, dan
baru mulai menunjukan perkembangan yang membaik pada tahun 1980-an. Orde baru
berhasil memegang peranan penting dalam proses akumulasi modal serta penataan
politik, pemerintah orde baru secara perlahan juga berhasil mendorong proses
transformasi kultural dan idiologis, sehingga semakin memperkuat kekuasaan rezim
orde baru. Dalam era orde baru banyak persepsi buruk terutama dalam hal kebebasan
berpendapat, seperti mulai timbulnya diskriminatif terhadap ide dan gagasan yang
muncul dan di anggap bertolak belakang dengan paham pemerintahan pada saat itu.
Pada rezim orde baru ini hukum dijadikan alat kontrol untuk mempertahankan
kekuasaan, keadilan sangat sulit ditemukan, hal ini mebuat kondisi menjadi bertolak
benakang dengan cita-cita Negara hukum, yaitu cita keadilan, cita ketertiban, dan cita
kepastian, namun setiap kepemimpinan dalam sebuah negara tentunya memiliki gaya
dan karakteristik khas dari setiap kepemimpinanya terutama dalam menunjukan jati
diri seorang pemimpin yang berkuasa pada saat itu.
c) Pelaksanaan HAM atau hak asasi manusia di Indonesia pada era Reformasi
merupakan salah satu agenda utama di era tersebut. Pada era ini, masyarakat sipil
bergerak mengusung pentingnya penegakan HAM yang berdampingan dengan proses
demokratisasi telah mampu diwujudkan dalam berbagai hukum dan konsep kebijakan
pemerintah melalui Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia. Cita-cita yang
diinginkan adalah penyelesaian berbagai pelanggaran HAM di masa lalu, mencegah
terjadinya pengulangan pelanggaran HAM, serta memenuhi dan memajukan HAM
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Gelapnya masa lalu bangsa Indonesia di
masa Orde Baru maupun Orde Lama telah memicu kesadaran masyarakat sipil untuk
menuntut dan mendorong upaya perlindungan, penghormatan, pemenuhan, dan
pemajuan HAM yang lebih baik. Kesadaran tersebut bersama-sama dengan gerakan
demokrasi telah berhasil meruntuhkan kekuasaan rejim Orde Baru dan melahirkan
baru, yaitu era reformasi. Berbagai kasus pelanggaran HAM masa lalu disuarakan
untuk segera diselesaikan. Di era reformasi juga muncul kesadaran bahwa praktik
pelanggaran HAM yang telah banyak terjadi tidak semata-mata karena faktor-faktor
penguasa yang melakukan pelanggaran HAM atau membiarkan terjadinya
pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM terjadi secara kasat mata dan tidak pernah
diselesaikan secara hukum karena perangkat hukum itu sendiri tidak mencukupi untuk
mencegah dan menindak pelanggaran HAM. Pada dua periode pemerintahan di
bawah empat Presiden belum dapat membawa kemajuan yang signifikan. Bangsa
Indonesia masih dibayangi oleh masa lalu yang serba gelap tentang apa yang terjadi
dan bagaimana bisa terjadi pelanggaran HAM dalam berbagai peristiwa. Dalam
konteks yang lebih luas, berbagai pelanggaran HAM masih terus terjadi dengan model
dan legitimasi baru. Kebebasan beragama dan berkenyakinan belum sepenuhnya
dapat dinikmati oleh seluruh warga negara.

Anda mungkin juga menyukai