Anda di halaman 1dari 19

SIGNIFIKASI PERAWATAN ROHANI ISLAM

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
Mata Kuliah. Dasar-Dasar Perawatan Rohani Islam

Judul Makalah :

Signifikasi Perawatan Ruhani Islam

Dosen Pengampu :

Basron Bachtiar, S. Psi., M. Si

Kelas / Semester :

BPI C – 1852C / Semester 3

Anggota Kelompok : Kelompok 8

Ayu Puteri Anrie (1830502070)

Heni Rahma Destari (1830502081)

Inayah Ayu Ningtyas (1830502085)

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Puji syukur atas kehadirat
Allah subhanahuwata’ala atas berkat rahmat karunia dan hidayah dari-Nya kami
dapat membuat salah satu tugas Dasar-Dasar Perawat Pasien dengan judul
makalah “Signifikasi Perawatan Rohani Islam”. Shalawat serta salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita Nabi Muhammad
Shalallahu‘alaihi wa sallam beserta para keluarga dan sahabatnya.
Harapan penulis agar makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi
bagi pembaca.
Tak lupa, pemakalah mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen
pengajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Pearawat Rohani Pasien yaitu Bapak Basron
Bachtiar, S. Psi., M. Si yang sudah memberikan tugas makalah ini.
Akhir kata, kami meminta maaf apabila makalah ini masih memilki
banyak kekurangan. Dan kami selaku penulis mengharapkan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca. Kritik yang baik ialah kritik yang selalu
menyertakan saran setelahnya.
Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Spiritualitas mempunyai pengaruh terhadap semua sisi kehidupan manusia,
salah satunya adalah sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.
Manusia yang hidup di dunia ini tidak selalu dalam keadaan sehat, tetapi pada
masa tertentu datangnya gangguan fisik atau kesehatan yang akhirnya juga
dapat menganggu kondisi psikologis

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh spiritualitas dalam keadaan seseorang itu tengah sakit ?
2. Bagaimana perawatan ruhani terhadap orang sakit itu dilakukan ?
3. Sebutkan dan jelaskan metode utama pendekatan sufistik !

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini kami buat bukan hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Diri, melainkan juga untuk kami pahami.

4
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Asuhan dan Perawatan Ruhani


Penggunaan istilah spiritual atau keruhanian saat ini meluas hingga
memasuki hampir semua disiplin ilmu dan sisi kehidupan. Spiritualitas
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang. Dalam keadaan
sakit, seseorang dapat mengalami distress spiritual.

Distress spiritual merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok


mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau
sistem nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan arti kehidupan yang
ditandai dengan pasien mengungkapkan adanya adanya keraguan dalam
sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan
hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah
hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda
seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, ditunjang dengan tanda-
tanda fisik seperti nafsu makan tergangu, kesulitan tidur dan tekanan darah
meningkat (Hidayat, 2006).

Distress spiritual muncul ditandai dengan adanya gangguan penyesuaian


terhadap penyakit yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
merekonsiliasi penyakit dengan keyakinan spiritual.

Defisit spiritual adalah kondisi ketidakseimbangan yang diakibatkan


kekurangan asupan spiritual (S. Hamid, 2000:56) ditandai dengan
kemunculan pernyataan-pernyataan negatif seperti putus asa, tidak berdaya,
tidak peduli apatis, pernyataan kesepian dan kondisi lainnya yang
menggambarkan kehampaan dan kekososongan spiritual.

5
6

Dalam keadaan distress spiritual tubuh akan mengeluarkan hormon


Adenocorticotropic Hormon (ACTH) dan kemudian meningkat yang dapat
mengaktifkan korteks adrenal untuk mensekresi hormon glukokortikoid
terutama kortisol. Kortisol berperan sebagai penekan sintesis protein. Dosis
kortisol yang tinggi dalam darah dapat menimbulkan atropi jaringan limfosit
yang akibatnya daya tahan tubuh akan semakin turun. Namun, jika seseorang
memiliki komitmen agama yang kuat saat ditimpa musibah atau sakit maka
amigdala (pusat emosi dalam otak) menstimulasi hipothalamus agar
mensekresi corticotropic releasing factor (CRF). CRF akan mengaktifkan
pituitari anterior untuk mensekresi opiat alamiah disebut enkephalin dan
endorphin yang berperan sebagai penghilang rasa sakit dan nyeri dan sekresi
ACTH akan menurun, kemudian ACTH akan memberi umpan balik kepada
adrenal korteks untuk mengendalikan sekresi kortisol dan ini akan membuat
respon imun meningkat.

Optimalisasi kesembuhan pasien sangat ditunjang oleh aspek spiritual


sesuai dengan pernyataan Sheril Larson (1998) yaitu terdapat korelasi antara
kesehatan dan agama, di mana penyakit seperti kanker serviks, colitis dan
enteritis, penyakit jantung, hipertensi, stroke, AIDS, napza serta penyakit
menua akan mudah proses penyembuhannya apabila orang tersebut memiliki
komitmen agama yag kuat. Sehingga perawat bukan hanya fokus pada
masalah fisiologis semata, namun juga pada kebutuhan spiritual sehingga
menggabungkan holistic care termasuk asuhan spiritual ke dalam praktek
keperawatan.inilah yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Spiritual.
Dan dalam konsep keperawatan yang mengacu pada keyakinan bahwa
manusia itu terdiri dari aspek bio-psiko-sosial dan spiritual.

B. Dasar-Dasar Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Standar sehat secara internasional saat ini adalah bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual. Semua aspek ini dalam masalah kesehatan harus mendapatkan
pelayanan yang sejajar termasuk pemenuhan aspek spiritual. Dasar-dasar
pemenuhan aspek-aspek diatas termasuk aspek spiritual adalah :

6
7

1. Dasar Etis dan Yuridis


Keharusan pemenuhan terhadap kebutuhan spiritual pasien di rumah
sakit memiliki dasar-dasar antara lain:
a. Kesepakatan Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983
menyebutkan : keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencangkup
seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksnakan
kegiatan hidup sehaari-hari secara mandiri.
b. Dalam Kode Etik Keperawatan Internasional tahun 2000 disebutkan:
perawat harus memberikan lingkungan dimana hak-hak manusia, nilai-
nilai, budaya, adaptasi dan kepercayaan spiritual dari keluarga dan
masyarakat tetap dihormati.
c. Dalam Kode Etik Keperawatan Indonesia tahun2000 disebutkan :
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang dihormati nilai-nilai, budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan individu, keluarga dan
masyarakat.
d. Menurut standar sehat internasional WHO menyempurnakan batasan
sehat dari tiga aspek yaitu bio-psiko-sosial menjadi empat spek yaitu
menambahkan satu elemen spiritual sehingga menjadi bio-psiko-sosio-
spiritual.
e. The Joint Commision on Accreditation for Healthcare Organization
(USA) telah menetapkan bahwa: setiap klien harus dilakukan
pengkajian terhadap keyakinan spiritual dan praktik-pratiknya serta
memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan spritual.

7
8

Selain aspek-aspek di atas, pemenuhan dan tindakan spiritual dapat pula


dilihat dari tujuan keperawatan itu sendiri. Menurut Jean Watson (1999)
dalam Teory of Human Carring, tujuan keperawatan membantu orang-orang
untuk mencapai tingkat keharmonisan tertinggi dalam mind, body and soul
yang menghasilkan sikap carring meliputi: kesadaran diri, penghargaan diri,
kesehatan diri dan kepedulian terhadap diri. Sikap carring ini merupakan
suatu tindakan spiritual yang membantu pasien mencapai kesadaran diri dan
keharmonisan ketidak harmonisan antara body, mind and seoul dapat
mengakibatkan distress dan sakit.
Keyakinan spiritual seseorang juga berpengaruh positif terhadap sikap
seseorang dalam menghadapi sakit dan kematian. Beberapa fungsi keyakinan
spiritual diantaranya adalah :
a. Sumber koping ketika berhadapan dengan situasi kritis, stress atau
kondisi sakit.
b. Dapat memandang sakit sebagai suatu bentuk ujian kehidupan,
penembus dosa, sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan sehingga
dapat mengurangi stress dan beban
c. Kondisi spiritual yang positif akan sangat berarti dalam membantu
proses penyembuhan atau mempersiapkan sesornag dalam kondisi kritis
seperti sakaratul maut. Meskipun begitu ada juga keyakinan spiritual yang
dapat menimbulkan konflik dengan praktik kesehatan seperti dalam
masalah donor darah, transplantasi organ, aborsi dan lain-lain.

2. Dasar Teologis
Dasar teologis adalah tinjauan agama dalam konteks kajian ini adalah
tinjauan dari dasar-dasar Al-Quran dan As-Sunnah terkait dengan, bagaimana
pandangan islam tentang perawatan terhadap orang sakit ?. Orang sakit dalam
islam memiliki dua hal pokok yaitu hak dan kewajiban.
a. Hak untuk di urus (mendapat perawatan), disini terutama keluarga
hingga Rumah Sakit. Hak ini secara substantif terkait dengan Maqdshid al-
Syar’iy, yaitu lima tujuan pokok agama yang mewajibkan menjaga (1)

8
9

Nilai hidup, (2) Agama, (3) Akal, (4) Keturunan, (5) Harta. Berdasarkan
hak ini, maka yang sehat memiliki kewajiban untuk memenuhinya.
b. Wajib menjaga pelaksanaan ibadah selama sakit sesuai dengan
batas kemampuanya selama masih memiliki unsur kesadaran. Kewajiban
pelaksanaan ibadah bagi yang sakit termasuk pasien dirumah sakit hukum
asalnya terletak pada diri pasien itu sendiri, batasnya yaitu selagi masih
memiki kesadaran. Akan tetapi karena yang sakit memiliki sebab-sebab
tertentu (‘illat hukum) sebagai kendala, maka lingkungan yang ada
disekitarnya memiliki kewajiban fardu kifayah untuk ikut membantu
tertunaikanya kewajibab ibadah pasien. Pengertian fardu kifayah adalah:
(1) kewajiban yang dapat diwakilkan, (2) kewajiban yang harus
di”gotong” bersama. Karena itu jika pasien ingin melaksanakan ibadah,
tetapi ia memiliki kendala, sedang kondisi lingkungan membiarkanya
sampai ia tidak dpat melaksanakan ibadah, maka lingkunganya menjadi
ikut berdosa. Diantara surat dan ayat Al-Quran, terutama:

“Dan berinfaklah kamu sekalian dijalan Allah dan janganlah kamu


sekalian membiarkan diri kamu berada dalam kebinasaan, dan berbuat
baik, sungguh Allah itu mencintai orang-orang yang berbuat baik”.
(QS.Al-Baqarah : 195)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu sekalian dan (diri)
keluargamu dari (terjerumusan) kedalam api neraka”. (QS. At-Tahrim : 6)

Sedangkan dalam As-Sunnah terdapat puluhan hadits yang


memberikan perintah untuk melakukan perawatan dan pengobatan
terhadap yang sakit yang langsung dikeluarkan oleh Rasullah SAW baik
yang sifatnya preventif, kuratif maupun develomental, misalnya:
Hadist riwayat Imam Ahmad dari Usamah bin Syarik yang menceritakan
seorang lelaki Badul (sakit) mendatangi Rasulullah dan bertanya : “Ya
Rasulullah, apakah kami harus berobat?, Beliau menjawab” benar wahai

9
10

hamba Allah, berobatlah melainkan Dia juga menurunkan obatnya, kecuali


satu penyakit,....yaitu tua.”

“Abu Musa meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: Beri makanlah orang


yang lapar dan ziarahilah orang yang sakit” (HR. Bukhari, Shahih)

Berdasarkan kepada fakta-fakta di atas maka perawatan dan


pemenuhan terhadap kebutuhan spiritual dan keruhanian manusia mutlak
dipentingkan, jika melihat dari asalnya maka pemenuhan kebutuhan ruhani
ini bukan hanya untuk orang sakit, melainkan juga dibutuhkan bagi orang
sehat atau manusia umumnya. Itulah sebabnya dalam ruang lingkup
disiplin ilmu dasar perawatan ruhani islam ini dapat meliputi perawatan
ruhani bagi orang sehat dan juga bagi orang yang dalam keadaan sakit.

C. Perawatan Ruhani Bagi Orang Sehat


Dilingkungan orang-orang sehat saat ini dikenal berbagai ragam
perawatan spiritual yang disebut Spritual Maintenance dengan sumber
dari luar agama dan dari agama. Di lingkungan Islam sumber paling utama
untuk Spiritual Maintenance adalah penyembuhan dari ilmu Tasawuf yang
disebut Sufi Healing. Metode utama dari pendekatan sufistik ini terdiri dari
tiga tahap yaitu1 :
1. Metode takholly adalah metode membersihkan dan mengosongkan
diri dari berbagai kotoran dan penyakit spiritual (ruhani dan nafsani)
yang menjadi hijab dan beban diri, salah satunya adalah dosa dan
kelalaian.takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap
ketergantungan terhadap kelezatan dan nikmat duniawi. Jika hati telah
dihinggapi penyakit atau sifat-sifat tercela, maka ia harus diobati.
Penyakit hati itu ada dua ; pertama maksiat lahir atau dilakukan oleh
anggota fisik, kedua maksiat batin ialah sifat tercela yang ada dalam
hati. Metode takhalliy ini memiliki beberapan teknik yaitu:
1
Hlm. 35-36

10
11

a. Teknik Pengenalan Diri


b. Teknik Pembersihan Diri
i. Taubat : Shalat taubat, muhasabah dan istighfar, tafakur
ii. Dzikrullah : Dzikir jahar, dzikir sir
iii. Al-Ihtida’ bi-al-Qur’an, menurut pemakalah Al-ihtida’ bi
Al-Qur’an ialah usaha untuk mentadabburi ayat Al-Qur’an.
c. Teknik Pengembangan Kontrol Diri
i. Puasa
2. Metode Tahalliy adalah bagaimana mengisi diri setelah dibersihkan
dalam tahap takholliy sehingga tahap ini adalah merupakan tahapan:
a. Pengisi diri dengan sifat-sifat dan perbuatan terpuji
b. Internalisasi nilai-nilai kebaikan kedalam diri
c. Pembangan diri
Teknik – teknik yang dikembangkan adalah:
a. Internalisasi Asmaul Husna
b. Teknik Teladan Rasulullah
c. Teknik Hablum Minannas
3. Teknik Tajalliy, jika teknik tahalli fokusnya adalah pengisian dengan
internalisasi keteladan dan hablum minannas, maka tajalliy fokusnya
adalah peningkatan kualitas hubungan dengan Allah. Teknik Tajalliy
ini adalah teknik bagaimana mengejawantahkan seluruh sifat-sifat
terpuji yang telah diinternalisasikan dalam tahp tahalliy. Sehingga
tiga tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisakan. Secara keseluruhan tiga tahapan pemeliharaan ruhani
diatas dapat diringkaskan dlam kata kunci: “bersihkan, isi,
munculkan...”
Peningkatan kualitas hubungan dengan Allah melalui teknik dan cara:
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah (syari’at)
b. Peningkatan hubungan keakraban dengan Allah melalui berbagai
metode, cara dan jalan (tharikat)

11
12

c. Peningkatan pemahaman dan pelajarann mencintai Allah (hakikat


dan ma’rifat)
D. Perawatan Ruhani bagi Orang Sakit
Pada saat manusia mengalami satu chapter dalam hidup yang harus
dilalui yaitu sakit, maka akan terdapat berbagai kemungkinan, (1)
menerima kondisi sakit dengan penuh kesadaran spiritual bahwa itu harus
terjadi dan dijalani, (2) menolak kondisi sakit karena tidak
menyenangkan, (3) menjalani sakit tanpa mendapatkan ‘nilai’ apapun
karena tidak berdaya.
Pada saat manusia memasuki peranannya sebagai orang sakit, Islam
memberikan tuntunan bagimana cara menyikapinya, apa makna hakikat
sakit dan penyakit, sehingga bagaimana cara mengobatinya. Sedangkan
hal yang penting dan ditekankan dalam Islam adalah bagaimana si sakit
ketika sedang sakit tidak menimbulkan kewajibannya untuk
melaksanakan ibadah terutama ibadah pokok seperti shalat. Hal ini
menimbulkan dua konsekuensi logis. Diantaranya (Kondisi ini juga
menghadirkan konsekuensi bagimana seorang muslim harus memiliki
ilmu dan keterampilan membimbing ibadah bagi orang sakit, yaitu Fiqih
Rumah Sakit) :
1. Menekankan betapa pentingnya nilai ibadah dalam islam sehingga
dalam keadaan sakit sekalipun bagaiman kewajiban ibadah itu tetap
berlangsung dan terjaga sesuai dengan kapasitas kemampuan si sakit.
Batasnya adalah kesadaran si sakit, yaitu ketika si sakit masih
memiliki kesadaraan, maka kewajiban ibadah pokok tetap harus
dijalankan sesuai dengan kemampuannya meski hanya dengan isyarat
sekalipun. Tujuan dari perintah agamaa ini sama sekaali bukan untuk
memberatjan orang skit tetaap memiliki koneksitas dengan kesadaran
spiritualnya agar jika sakit dan penyakitnya itu ternyata membawanya
kepada pintu kematian, maka diharapkan ia berada dalam keadaan
kesadaran spiritual menghadap Tuhannya.

12
13

2. Jika si sakit masih memiliki kesadaran, akan tetapi ia tidak dapat


melaksanakan kewajiban ibadah karena hambatan akibat sakit, maka
kondisi ini mengharuskan bagaimana orang yang sehat disekitarnya
memberikan bantuan. Seperti keluarga jika yang sakit berada dirumah,
atau pihak rumah sakit khususnya perawat jika si sakit dirawat di
rumah sakit memberikan bantuan agar si sakit tetap dapat
melaksanakan kewajiban ibadahnya, dan jika hal ini tidak dilakukan
oleh orang sehat disekitarnya, maka hal ini mengakibatkan dosa dan
kesalahan bagi yang mengabikannya.

E. Mengenal Fiqh Rumah Sakit dan Fiqh bagi Orang Sakit


Rumah sakit salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang harus
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas, rumah sakit
harus berupaya mempercepat kesembuhan dan memuaskan pasiennya.
Pengertian rumah sakit menurut Soekidjo Notoatmodjo adalah:
“Salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang sudah ditentukan.”
Fiqh rumah sakit adalah pembahasan hukum-hukum mengenai masalah
kehidupan keberagaman manusia mukallaf (berakal dan telah sampai usia
dewasa sehingga wajib beribadah) dalam ruang lingkup rumah sakit. Secara
keseluruhan bahasanya meliputi empat komponen yaitu:
1. Dokter (Fiqh kedokteran), pembahasan berbagai masalah hukum yang
berkaitan dengan kehidupan keberagamaan makallaf sebagai dokter. Hal ini
terkait dengan profesi dan pekerjaan seorang dokter yang dalam pandangan
ajaran Islam memiliki nilai spiritual-religius.
2. Perawat (Fiqh Keperawatan) adalah pembahasan berbagai masalah hukum
yang berkaitan dengan kehidupan keberagamaan mukallaf sebagai perawat.

13
14

3. Pasien (Fiqh Maridh/Fiqh bagi orang sakit), adalah pembahasan berbagai


masalah hukum yang berkaitan dengan kehidupan keberagamaan mukallaf
seorang muslim yang sedang sakit. Fokus Fiqh li al-Maridh ini adalah
bagaimana menjaga hak dan kewajiban ketika seseorang menderita sakit, dan
bagaimana yang sehat memperlakukan orang sakit. Berbagai persoalan
fiqhiyyah yang perlu diketahui seorang muslim mukallaf ketika ia sakit antara
lain adalah:
a. Bagaimana teknik bersuci ketika sakit,
b. Bagaimana menjalankan berbagai keringanan (rukhshah) dalam
beribadah ketika sakit seperti menjama’ dan mengqoshorshalat,
c. Bagaimana jika ‘impire’ akibat sakitnya hingga membuat ia tidak
berdaya sedang ia ingin melaksanakan kewajiban ibadah,
d. Bagaimana cara berfidyah karena tidak dapat puasa,
e. Bagaimana cara berwashiyat dan membagikan harta kekayaan ketika
penyakitnya akan membagikan harta kekayan ketika penyakitnya akan
membawa kemtian,
f. Bagaimana jika ia harus berobat dengan hal-hal yang bertentangan
dengan keyakinan agama. Hal ini akan sangat berkaitan dengan masalah
obat dan proses pengobatan seperti bolehkah kita mengkonsumsi obat
yang mengandung baha-bahan yang haram karena berbagai hal,
bagaimana jika berprofesi sebagai seorang ahli membuat obat ketika
harus menggunakan bahan obat-obatan yang haram karena belum dapat
memproduksi dari bahan yang jelas halal, inilah kawasan kajian dari
Fiqh li al-Maridh.

Orang yang sakit secara fisik biasanya akan terganggu juga psikisnya. Hal
ini dikarenakan kondisi psikis yang baik dalam ajaran agama Islam, manusia
dituntut bersabar dan bertawakal kepada Allah SWT, dan untuk mencapainya
tentu memerlukan bantuan orang lain. layanan bimbingan Islami merupakan
sebuah layanan yang dapat menimbulkan rasa optimis dalam menghadapi
cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.

14
15

F. Tentang Darurat Obat


Selain bertawakal, dalam proses pengobatan hendaknya seorang muslim
harus menggunakan saran-sarana pengobatan yang diperbolehkan oleh Allah.
Menggunakan saran-sarana pengobatan yang dianjurkan seperti itu
hakikatnya adalah mempercayai keputusan Allah, karena ia adalah bagian
dari takdir-Nya. Setiap penyakit yang diciptakan oleh Allah pasti ada
obatnya. Jika obat dan penyakitnya cocok maka dengan izin Allah ia akan
sembuh.
Lalu bagiamana hukum membuka, menyentuh dan melihat aurat untuk
kepentingan pengobatan?. Menurut Ibn Najim, seorang dokter itu hanya boleh
melihat pada bagian aurat yang diperlukan saja.
Persoalan berobat dengan sesuatu yang haram misalnya, arak. Menurut
pendapat uggulan di kalangan ulama Madzhab Syafi’i dan Hanafi boleh
hukumnya berobat dengan mengunakan arak kalau memang hal itu membantu
pengobatan dengan syarat sudah tidak ada lagi obat halal yang
menggantikannya, tidak boleh menikmati arak yang diminum, harus atas
saran seorang dokter dan tidak boleh melewati jumlah yang ditentukan
dokter. Menurut Abu Bakar Al-Arabi, Ibnu Syihab juga cenderung pada
pendapat tersebut.

1.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa fungsi keyakinan spiritual diantaranya adalah :
a. Sumber koping ketika berhadapan dengan situasi kritis, stress atau
kondisi sakit.
b. Dapat memandang sakit sebagai suatu bentuk ujian kehidupan,
penembus dosa, sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan sehingga
dapat mengurangi stress dan beban
c. Kondisi spiritual yang positif akan sangat berarti dalam membantu
proses penyembuhan atau mempersiapkan sesornag dalam kondisi kritis
seperti sakaratul maut. Meskipun begitu ada juga keyakinan spiritual yang
dapat menimbulkan konflik dengan praktik kesehatan seperti dalam
masalah donor darah, transplantasi organ, aborsi dan lain-lain.

Di lingkungan Islam sumber paling utama untuk Spiritual Maintenance


adalah penyembuhan dari ilmu Tasawuf yang disebut Sufi Healing.
1. Metode takholly adalah metode membersihkan dan mengosongkan
diri dari berbagai kotoran dan penyakit spiritual (ruhani dan nafsani)
yang menjadi hijab dan beban diri, salah satunya adalah dosa dan
kelalaian.
2. Metode Tahalliy adalah bagaimana mengisi diri setelah dibersihkan
dalam tahap takholliy.
3. Teknik Tajalliy, jika teknik tahalli fokusnya adalah pengisian
dengan internalisasi keteladan dan hablum minannas, maka tajalliy
fokusnya adalah peningkatan kualitas hubungan dengan Allah.

13
B. Penutup
Kami sebagai penyusun makalah ini hanya manusia biasa yang tak luput
dari salah dan khilaf, maka dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran
yang sifatnya membangun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky. Hamdani Bakran. 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam (Penerapan


Metode Sufistik. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Erhamwilda. 2009. Konseling Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu

Dimyati, Ayat dan Riyadi, Hendar. 2008. Fiqh Rumah Sakit. Bandung : Kalam
Mujahidin

Arifin, Isep Zaenal. 2006. Program Pengembangan Asuhan Keperawatan


Spiritual Muslim. Bandung : Akper Aisyah

Arifin, Isep Zaenal. 2009. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah


Melalui Psikoterapi. Jakarta : Rajawali Press

Arifin H. M. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.


Jakarta : Golden Terayon Press

Az-Zaharani, Musfir bin Said. 2006. Konseling Terapi. Terj. Sari Narulita.
Miftahul Jannah. Jakarta : Gema Insani Press

Enjang, AS. 2007. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung:


KP-Hadid Fakultas Dakwah

Fortinash, Katherine M. 2000. Psychiatric Mental Health Nursing. Sint Louise


Missouri : Mosby

Faqih, Aunur Rahim (Penyunting). 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam.
Yogyakarta: LPPAI UII Press

Fatimah, Nur. 2014. “Urgensi Layanan Unit Pelayanan Islami Terhadap Pasien
Operas pada RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh”. Aceh: UIN Ar-Raniry
Darussalaam

15
Hasan, Ismail. “Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan.”. 2014. STAI Madiun
Vol. 1, No. 1, Juli

Bin Muhammad Ath-Thariqy, Abdullah. Fiqh Darurat. Terj. Abdul Rosyad


Shiddiq. 2001. Jakarta Selatan : Pustaka Azzam

15

Anda mungkin juga menyukai