Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fara Dina Rob’atul A’ida

NIM : 041814985
Kelas : Akuntansi semester 5
UPBJJ : Malang

1. Para investor sangat membutuhkan manfaat Studi Kelayakan Bisnis untuk


menanamkan modalnya secara langsung dalam suatu proyek investasi untuk
mendapatkan konpensasi dari penanaman modalnya tersebut berupa dividen.
Jelaskan manfaat SKB bagi calon investor sendiri, pemilik proyek dan pihak ketiga

A. MANFAAT BAGI INVESTOR


Investor dalam hal ini bisa suatu lembaga domestik atau asing, bisa pula
individu pemilik modal domestik maupun asing. Investor adalah orang atau lembaga
yang memiliki sejumlah dana dan menanamkan dananya secara langsung dalam suatu
proyek investasi dengan mendapatkan kompensasi berupa dividen. Investor dalam
Perseroan Terbatas (PT) disebut pemegang saham. Dengan menanamkan dananya
secara langsung di dalam kegiatan investasi, investor bisa berperan aktif dalam
pengendalian dan pengoperasian perusahaan.
Investor (sebagai pemilik perusahaan nantinya atau sebagai pemegang saham)
akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Pengertian prospek di sini adalah
tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari investasi tersebut beserta
risikonya. Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan dan risiko investasi.
Semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta oleh
para investor.
Para investor dalam menanamkan dananya menggunakan prinsip bahwa
proyek yang akan dibiayainya harus benar-benar dipersiapkan dan harus layak dari
segi teknis, ekonomis, dan keuangan. Hal ini karena mereka tidak menginginkan
proyeknya gagal. Oleh karena itu, diperlukan studi yang serius dalam merencanakan
suatu proyek yang disebut studi kelayakan perusahaan/proyek. Studi kelayakan
tersebut bisa dibuat oleh calon investor itu sendiri, pemilik proyek yang masih
membutuhkan penanam modal lain atau pihak ketiga, misalnya konsultan.
Apabila studi kelayakan dilakukan oleh calon investor itu sendiri, fungsinya
adalah untuk meyakinkan dirinya bahwa keputusan investasi yang akan dilakukan
adalah keputusan yang telah diperhitungkan dengan matang dan proyeknya akan
menghasilkan keuntungan yang memadai.
Jika studi kelayakan dilakukan oleh pemilik proyek yang masih membutuhkan
penanam modal lainnya, fungsinya adalah untuk menarik minat penanam modal lain
dan meyakinkan para calon penanam modal tersebut bahwa proyek memiliki prospek
keuntungan yang baik. Jadi, calon penanam modal tidak perlu ragu untuk
menanamkan dananya dalam proyek tersebut.
Penyusun studi kelayakan oleh pihak ketiga, misalnya konsultan, dilakukan
karena berbagai pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain
adalah ketidakmampuan pemilik proyek melakukan studi kelayakan (misalnya karena
proyek berskala besar sehingga membutuhkan orang-orang yang berpengalaman
dalam melakukan studi proyek) atau agar penilaian proyek bisa dilakukan seobjektif
mungkin karena dilakukan oleh pihak ketiga yang independen.
Dengan mempelajari studi kelayakan suatu proyek yang telah dilakukan
dengan baik, investor akan memutuskan apakah akan menanamkan dananya atau
tidak dalam proyek tersebut. Dari studi kelayakan, calon investor akan mengetahui
kekuatan dan kelemahan proyek. Berapakah perkiraan keseluruhan biaya proyek dan
berapa yang bisa dipenuhi dengan modal sendiri, kalau perlu sumber dana apa saja
yang paling efektif bagi proyek. Sejauh mana proyek bisa bertahan jika terjadi hal
yang tidak dikehendaki. Misalnya jika terjadi kenaikan bahan baku, biaya tenaga kerja
atau penurunan penjualan dari rencana semula. Selain itu, seorang investor akan
memutuskan menanamkan dananya dalam proyek tersebut jika proyek yang
bersangkutan memiliki risiko seminimal mungkin. Andaikata diperkirakan akan
terjadi risiko, risiko apa saja yang diperkirakan akan timbul dan bagaimana cara
penanggulangannya.

B. MANFAAT BAGI KREDITOR


Kreditor dalam kaitan dengan pembangunan proyek-proyek menengah dan
besar, biasanya bank, bank pembangunan atau lembaga keuangan bukan bank, baik
domestik maupun asing yang pendiriannya sah menurut hukum dan peraturan yang
berlaku di negara tempat bank atau lembaga keuangan bukan bank tersebut berada.
Kreditor memerlukan studi kelayakan proyek karena ia harus menilai prospek proyek
guna menentukan akan memberikan pinjaman pembiayaan atau tidak. Kreditor asing,
misalnya Bank Dunia, perlu mengadakan penilaian terhadap proyek yang diajukan
untuk mendapatkan bantuan keuangan, untuk memutuskan apakah pinjaman akan
diberikan atau tidak.
Studi kelayakan atau dalam lingkungan perbankan disebut dengan penilaian
proyek atau penilaian kredit, bertujuan untuk menilai proyek yang mengajukan
permohonan pinjaman. Biasanya studi kelayakan terhadap proyek tersebut dilakukan
sendiri oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank, atau jika dilaksanakan oleh
konsultan, konsultan yang ditunjuk adalah yang telah direkomendasi oleh bank atau
lembaga keuangan yang bersangkutan. Jadi, keputusan dicairkan atau tidaknya
pinjaman akan didasarkan pada standar penilaian dan kebijaksanaan masing-masing
bank atau lembaga keuangan bukan bank. Contoh, tingkat bunga pinjaman investasi
Bank “A” adalah 20% per tahun, sedangkan tingkat kredit investasi Bank “B” adalah
22% per tahun. Perbedaan tingkat bunga ini tentu saja akan mempengaruhi
perhitungan proyeksi keuntungan dari proyek “X”, jika proyek “X” mengajukan
permohonan kredit proyek “X” ke bank “B” dan bank “A”. Sekalipun perlu dicatat
bahwa pertimbangan dalam pengambilan keputusan disetujui atau tidaknya suatu
permohonan kredit semata-mata tidak hanya dilihat profitabilitas komersialnya,
melainkan juga profitabilitas ekonomi nasional dan faktor-faktor lain. Hal ini
dikaitkan dengan fungsi bank sebagai bank komersial sekaligus sebagai bank
pembangunan.
Sebagai investor, kreditor juga tidak mengharapkan proyek gagal.
Perbedaannya, kepentingan kreditor dengan proyek terbatas selama periode utang
belum lunas, sedangkan investor memiliki kepentingan selama modalnya tertanam di
proyek, atau selama hidup proyek.
Para kreditor akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang akan
dipinjamkan. Dengan demikian, mereka mengharapkan agar pembayaran bunga dan
angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan oleh pemilik proyek tepat pada waktunya.
Karena itu, para kreditor sangat memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu
pinjaman. Tentu saja hal ini tidak berarti para kreditor tidak memperhatikan prospek
usaha tersebut, melainkan mereka lebih memperhatikan periode pengembalian
pinjaman.
Salah satu bentuk kreditor adalah Lembaga Keuangan Pembangunan.
Lembaga Keuangan Pembangunan memiliki tujuan menyediakan dana pinjaman
jangka panjang dan menengah bagi investasi produktif. Lembaga Keuangan
Pembangunan merupakan kombinasi antara lembaga perantara keuangan dan lembaga
pembangunan. Sebagai lembaga keuangan, tugas utamanya adalah memindahkan
modal lokal dan asing, terutama yang bersifat jangka panjang. Sebagai lembaga
pembangunan, kegiatan perantaraannya mengandung dimensi yang lebih luas. Artinya
lembaga pembangunan tersebut harus menyalurkan modal kepada proyek-proyek
yang mempunyai nilai kelayakan dan manfaat yang tinggi, ditinjau dari segi
kepentingan nasional. Bantuan pembiayaan kepada suatu usaha atau proyek harus
langsung dihubungkan dengan tingkat optimasi dampak proyek terhadap usaha-usaha
pembangunan negara secara keseluruhan. Kombinasi dari kedua tujuan ganda, yaitu
keuntungan dan manfaat sosio-ekonomis, merupakan falsafah dari suatu lembaga
keuangan pembangunan. Lembaga keuangan pembangunan tersebut dan lembaga-
lembaga keuangan lain berkepentingan dalam mengevaluasi proyek sehubungan
dengan pengambilan keputusan pemberian bantuan keuangan.

C. MANFAAT BAGI PEMERINTAH


Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi
perekonomian, yaitu apakah proyek membantu menghemat devisa, menambah devisa
atau memperluas lapangan kerja. Manfaat tersebut terutama dikaitkan dengan
penanggulangan masalah-masalah yang sedang dihadapi pemerintah. Misalnya,
pemerintah sedang menggalakkan ekspor nonmigas maka proyek-proyek yang akan
mengekspor hasil produksinya dan tidak menggunakan komponen impor akan lebih
diterima oleh pemerintah sehingga biasanya, perusahaan-perusahaan yang menggarap
sektor yang sedang diprioritaskan akan lebih mudah mendapatkan berbagai fasilitas.
Pemerintah mengadakan penilaian terhadap proyek-proyek untuk membantu
dalam pengambilan keputusan pemberian kemudahan fasilitas-fasilitas terhadap
proyek. Misalnya, pemberian keringanan pembebasan pajak, subsidi, jaminan, dan
insentif lain.
Misalnya, suatu proyek diperkirakan memiliki profitabilitas ekonomi yang
tinggi dibandingkan tingkat profitabilitas komersialnya, dengan kata lain proyek
diperkirakan memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian nasional, tetapi
memberikan tingkat keuntungan relatif rendah kepada perusahaan. Pemerintah akan
memberikan berbagai kemudahan fasilitas agar banyak pengusaha swasta yang
tertarik menangani proyek sejenis. Artinya proyek-proyek yang diperkirakan akan
memberikan sumbangan besar terhadap masyarakat akan diprioritaskan
pembangunannya oleh pemerintah dengan memberikan berbagai kemudahan fasilitas.
Sebaliknya, apabila tingkat profitabilitas komersial proyek jauh lebih tinggi
daripada profitabilitas ekonomi nasionalnya, berarti terlalu banyak dana yang
tertanam dalam proyek-proyek yang dimanfaatkan oleh beberapa orang saja, misalnya
para pengusaha proyek yang bersangkutan dan bukan dimanfaatkan oleh masyarakat
banyak. Contohnya proyek yang terlalu berorientasi pada padat modal atau terlalu
banyak menggunakan bahan baku, bahan penolong atau barang modal lainnya atau
bahkan barang dagangan yang diimpor. Hal ini tentu saja akan banyak mengeluarkan
devisa untuk pembelian barang-barang yang diimpor tersebut.
Tindakan pemerintah untuk meningkatkan profitabilitas ekonomi dari proyek
semacam itu antara lain dengan mengeluarkan larangan impor bagi barang-barang
tertentu, meningkatkan bea masuk barang-barang impor dan tindakan-tindakan lain
untuk mencegah tingginya pengeluaran devisa.
Selain itu, penilaian proyek membantu pemerintah memutuskan pengalokasian
devisa, yaitu yang akan mengalokasikan untuk mengimpor barang-barang modal,
bahan penolong atau bahan baku. Penilaian proyek oleh pemerintah juga
dimaksudkan untuk membantu pengambilan keputusan di dalam menentukan
pemberian pinjaman oleh pemerintah kepada proyek, ikut serta dalam patungan (joint-
ventures) atau menanamkan dananya langsung sebagai pemegang saham dalam suatu
proyek pemerintah.

D. MANFAAT BAGI PIHAK MANAJEMEN PERUSAHAAN


Studi kelayakan dapat dibuat baik oleh pihak eksternal maupun internal
(perusahaan itu sendiri). Hal ini merupakan upaya dalam rangka merealisasi ide dan
berujung pada peningkatan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project
leader, tentunya pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan untuk
mengetahui berapa dana yang perlu dialokasikan, rencana pendanaan dari investor,
dan dari kreditur.

E. MANFAAT BAGI TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI


Dalam penyusunan studi kelayakan, perlu juga dianalisis manfaat yang akan di
dapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional.
Studi kelayakan yang dibuat perlu dikaji demi tujuan pembangunan ekonomi
nasional.

SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 1 Halaman 1.23 –
1.26
2. Untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan klasifikasi standar industri
(standart indusrial clasification) sekarang sesuai dengan standar yang ditetapkan,
maka perlu produk-produk baru dilakukan inovasi dengan kreativitas penciptaan
produk baru supaya laku dipasar nasional/internasional.
Jelaskan apa tindakan yang harus dilakukan oleh produsen supaya produk baru
dapat sesuai dengan standar standar yang ditetapkan!

Daftar industri seperti klasifikasi standar industri (standard industrial


classification) sangat membantu bagi inovasi produk-produk baru yang mempunyai kaitan
dengan produk yang sudah ada atau produk yang benar-benar baru. Terdapat beberapa
tindakan untuk membantu proses kreativitas penciptaan produk baru, yaitu:
1) modifikasi, produk yang sudah ada dalam beberapa segi, seperti warna, ketajaman,
suara, gerak, manfaat;
2) menyusun kembali, dalam hal komponen, skedul, pola rangkaian, langkah;
3) memperbesar, jumlah unit, tindakan, harga, lebih besar, lebih tinggi;
4) mengurangi, yang dapat dilakukan dengan cara: menghilangkan, memperpendek,
membagi atau memperkecil produk yang sudah ada;
5) kombinasi, unit, ide-ide, ensembles, campuran, golongan/macam-macam campuran;
6) substitusi, power, pendekatan proses, bahan-bahan, atau unsur yang dipergunakan
dalam pembuatan produk;
7) mengubah, secara keseluruhan, hubungan, antarproduk atau memunculkan kembali
produk baru, manfaat baru.

Dengan mempelajari klasifikasi standar industri, dimungkinkan untuk melakukan


beberapa hal di atas sehingga seseorang akan memperoleh kesempatan mengembangkan
produk jenis baru atau produk yang sifatnya hampir sama dengan produk lama

SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 2 Halaman 2.9

3. Jelaskan teknik-teknik permintaan suatu barang yang digunakan untuk


meningkatkan penjualan suatu produk oleh penjual untuk mengestimasi besarnya
penjualan yang akan datang

Peramalan produksi dan penjualan suatu produk yang permintaannya stabil dari
waktu ke waktu dan tidak ada persaingan relatif lebih mudah dibandingkan dengan
peramalan produksi atau penjualan produk yang memiliki kondisi sebaliknya. Pada
kenyataannya, dalam sebagian besar pasar, permintaan pasar keseluruhan, dan permintaan
produk perusahaan sangat tidak stabil. Oleh karena itu, peramalan menjadi suatu hal yang
penting sekali.
Teknik-teknik peramalan yang ada dibuat atas dasar segala sesuatu yang
dikatakan, dikerjakan, atau yang telah dilakukan masyarakat. Teknik peramalan atas dasar
segala suatu yang dikatakan masyarakat, misalnya peramalan berdasarkan pendapat
wiraniaga (salesmen), pendapat konsumen/pembeli, dan pendapat para ahli.
Salah satu contoh teknik peramalan atas dasar segala sesuatu yang dikerjakan
masyarakat adalah Metode Tes Pasar. Metode Tes Pasar biasanya dilakukan untuk
meramalkan dan mendapatkan reaksi pembeli atas produk baru atau produk yang sudah
ada di pasar, tetapi menggunakan saluran distribusi baru atau memasuki daerah
pemasaran baru.
Terakhir, teknik peramalan atas dasar segala sesuatu yang telah dilakukan
masyarakat, misalnya analisis catatan perilaku pembelian para pembeli di masa lalu dan
teknik peramalan dengan metode statistik, misalnya analisis runtut waktu.
Teknik peramalan bisa pula dikelompokkan ke dalam analisis kualitatif dan
kuantitatif. Teknik kualitatif biasanya merupakan peramalan berdasarkan pendapat suatu
pihak, dan datanya tidak bisa dibuat dalam angka. Teknik peramalan tersebut, misalnya
peramalan pendapat (judgment forecast) dan peramalan dengan menggunakan survei,
misalnya survei pembeli, pendapat para wiraniaga, pendapat pimpinan, pendapat para
ahli, dan tes pasar.
Sebaliknya, teknik peramalan kuantitatif merupakan teknik peramalan yang
mendasarkan pada data masa lalu, dapat dikuantitaskan dalam angka, dan diasumsi bahwa
keadaan masa lalu akan berulang kembali di masa yang akan datang.
Teknik peramalan kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1)
peramalan sederhana dan (2) peramalan statistik. Perhitungan dalam peramalan sederhana
adalah perhitungan matematis sederhana. Sebagai contoh, jumlah penjualan tahun A
adalah Rp1 juta setahun dengan kenaikan 20% setahun. Jadi, penjualan tahun B adalah
Rp1.200.000,00 (120% × Rp1.000.000,00), sedangkan peramalan statistik meliputi
Analisis Runtut Waktu (time series analysis) dan Analisis Regresi-Korelasi.

Beberapa teknik peramalan tersebut akan dibahas secara ringkas sebagai berikut.
a. Survei pembeli (survey of buyers intentions)
Teknik peramalan ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan yang akan
dilakukan oleh para pembeli dalam menghadapi keadaan tertentu. Survei ini bisa
bermanfaat jika pembeli memiliki sikap yang jelas dan dapat diformulasikan dan
diinformasikan kepada pihak yang mengadakan survei. Untuk barang konsumsi, hal-
hal yang perlu diketahui, antara lain adalah skala kemungkinan pembeli (purchase
probability scale) termasuk mengetahui kondisi keuangan dan ekonomi calon
pembeli, tingkat ketidaksenangan serta tingkat kesenangan terhadap produk yang
ditawarkan.

Untuk barang industri, survei lebih dititikberatkan pada masalah peralatan,


bahan baku dan kepabrikan lainnya. Survei sikap pembeli barang industri lebih mudah
dilakukan karena jumlah pembeli industri tidak sebanyak pembeli eceran serta
pembeli memiliki sikap yang jelas dan mau mengemukakan sikapnya.
b. Peramalan berdasarkan pendapat tenaga pemasaran (composite of sales-force
opinions)
Jika survei pembeli secara langsung tidak bisa dijalankan, perusahaan dapat
menggunakan tenaga pemasaran sebagai sumber informasi untuk mengadakan
peramalan.
Kelemahan metode ini adalah terlalu optimis atau pesimisnya peramalan oleh
tenaga pemasaran tersebut sehingga dapat menyebabkan peramalan yang terlalu tinggi
atau sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan dapat memberikan insentif
kepada tenaga pemasaran yang mengajukan ramalan terbaik. Dengan demikian
diharapkan prestasi tenaga pemasaran dapat lebih terpacu untuk menghasilkan yang
lebih baik.
c. Pendapat para ahli (expert opinion)
Para ahli yang dilibatkan dalam peramalan di sini meliputi dealer, distributor,
pemasok, konsultan pemasaran dan asosiasi dagang. Misalnya, secara periodik, dealer
diminta menentukan target penjualan yang ingin dicapai atau setiap periode tertentu
perusahaan membeli paket peramalan industri dari sebuah konsultan.
d. Tes pasar (market test)
Tujuan mengadakan tes pasar adalah untuk mempelajari reaksi konsumen dan
dealers dalam menangani, menggunakan, dan membeli ulang produk-produk secara
nyata dan untuk mengetahui luas permintaan.
Metode tes pasar antara produk konsumen berbeda dengan produk industri.
Dalam mengadakan tes pasar produk konsumen, perusahaan memiliki empat periode
yang akan diukur, yaitu percobaan, percobaan pertama, adopsi, dan frekuensi
pembelian. Terdapat empat metode tes pasar, yakni penelitian gelombang penjualan
(Sales-wave Research), teknik toko tiruan (Simulated Store Technique), Controlled
Test Marketing, dan Market Test.
Dalam Sales-wave Research, konsumen diberi produk percobaan secara cuma-
cuma atau dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk pesaing (jika
barang tersebut sudah ada di pasaran) selama tiga sampai lima kali.
Metode Simulated Store Technique membutuhkan biaya yang lebih besar
daripada metode sebelumnya. Perusahaan memilih beberapa toko atau pusat
pembelanjaan untuk disaring (screening). Kemudian, konsumen diberikan sejumlah
uang dan diundang di salah satu toko tersebut sehingga mereka bisa membelanjakan
atau memilih produk baru di antara produk-produk lainnya. Beberapa minggu
kemudian, konsumen tersebut dimintai keterangan (lewat telepon) untuk mendapatkan
alasannya mengapa mereka membeli atau tidak. Metode ini meskipun membutuhkan
biaya yang tidak sedikit, tetapi memberikan hasil yang tepat.
Controlled Test Marketing (Minimarket Testing) mengadakan wawancara
terhadap beberapa konsumen untuk mengumpulkan informasi mengenai kesadaran
mereka terhadap produk.
Tes pasar (Market Test) biasanya dilakukan dengan bekerja sama dengan
perusahaan riset pasar dan mengadakan tes pasar di berbagai kota atau daerah tujuan
pasar perusahaan.
Tes pasar produk industri biasanya dilakukan sepenuhnya di laboratorium
untuk mengukur penampilannya, kecocokan kegunaan, disain, dan biaya operasi.
Metode tes pasar produk industri yang umum dilakukan adalah Product-use Test,
yaitu dengan memilih beberapa konsumen potensial untuk diminta mencoba produk
yang bersangkutan. Metode lain adalah dengan memperkenalkan produk baru tersebut
melalui pameran dagang.

SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 2 Halaman 2.39 –
2.42

4. Salah satu metode untuk menentukan besarnya skala produksi adalah dengan
pendekatan titik impas (Break Even Point). Misalnya untuk memproduksi suatu
barang elektronik diperlukan biaya tetap Rp 100.000,00 dan biaya variabel sebesar
Rp.20.000,00 per unit barang yang diproduksi. Jika harga jual perunit barang Rp.
25.000,00.

Hitunglah:
1) Jumlah barang yang harus terjual agar terjadi BEP.

BEP unit Produk  = Fixed Cost / (Price – Variabel Cost)


= Rp. 100.000 / ( Rp. 25.000 – Rp. 20.000)
= 20 Barang

2) Jumlah uang penjualan yang diterima agar terjadi BEP.

BEP nilai penjualan  = Fixed Cost / (1 – (Variabel Cost/Price))


= Rp. 100.000 / (1 – ( Rp. 20.000 / Rp. 25.000) = Rp. 500.000

Maka harus memperoleh keuntungan (omset) sebesar Rp 500.000 untuk mencapai


BEP. Untuk membuktikan apakah hitungan tersebut benar adalah dengan mengalikan
unit BEP x harga jual per unit.
BEP = 20 x Rp 25.000 = Rp 500.000

3) Jumlah produk yang harus dijual supaya dapat menutupi biaya tetapnya

Persamaan untuk menentukan jumlah produk yang harus di jual supaya bisa menutupi
biaya tetap, adalah

Unit Penjualan = Biaya Tetap (fixed cost) / Harga Jual Per unit
= Rp. 100.000 / Rp. 25.000
= 4 Barang

SUMBER :
 BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 3 Halaman 3.4
 https://www.jurnal.id/id/blog/analisa-break-even-point-penjelasan-dan-contoh-
soal/

Anda mungkin juga menyukai