Anda di halaman 1dari 18

METIL ESTER

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu memahami reaksi pembentukan biodiesel

II. DASAR TEORI


Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam asam lemak rantai panjang
yang terkandung dalam minyak nabati untuk digunakan sebagai alternatif
yang paling tepat untuk menggantikan bahan bakar mesin diesel. Biodiesel
bersifat biogradeable, dan hampir tidak mengandung sulfur. Alternatif bahan
bakar terdiri dari metil atau etil ester, hasil transesterifikasi baik dari
trialkilgliserida (TG) atau esterifikasi dari asam lemak bebas (FFA).
Bahan bakar berbentuk cairan yang memiliki sifat seperti solar ini sangat
prospek untuk dikembangkan. Biodiesel juga memiliki kelebihan lain
dibandingkan dengan solar seperti:
- Ramah lingkungan, karena emisi yang dihasilkan jauh lebih baik
(free sulfur, smoke number rendah)
- Pembakaran lebih baik karena cetane number yang lebih tinggi
- Dapat terurai (biodegradeable), dan sifat pelumasan terhadap
piston mesin
- Renewable energi dan dapat diproduksi secara lokal

Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar)


dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun
demikian, biodiesel lebih sering digunakan sebagai campuran untuk diesel
petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang
yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling tepat untuk menggantikan
bahan bakar fossil sebagai umber energi transportasi utama dunia, karena
biodiesel merupakan bahn bakar terbaharui yang dapat menngantikan diesel
petrol pada mesin dan dapat diangkut serta dijual dengan menggunakan
infrastruktur yang ada sekarang ini (Aldi, 2011).
Sifat-sifat penting dari bahan bakar mesin diesel:
- Viskositas
Viskositas (kekentalan) merupakan sifat intrinsik fluida yang menunjukkan
resistensi fluida terhadap alirannya, karena gesekan didalam bagian cairan yang
berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain mempengaruhi pengatoman
bahan bakar dengan injeksi kepada ruang pembakaran, akibatnya terbentuk
pengendapan pada mesin.Viskositas yang tinggi atau fluida yang masih lebih
kental akan mengakibatkan kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga proses
derajat atomisasi bahan bakar akan terlambat pada ruang bakar. Untuk
mengatasi hal ini perlu dilakukan proses kimia yaitu proses transesterifikasi
untuk menurunkan nilai viskositas minyak nabati itu sampai mendekati
viskositas biodiesel Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Solar. Pada
umumnya viskositas minyak nabati jauh lebih tinggi dibandingkan viskositas
solar, sehingga biodiesel turunan minyak nabati masih mempunyai hambatan
untuk dijadikan sebagai bahan bakar pengganti solar.
- Densitas (Rapat Massa)
Massa jenis menunjukkan perbandingan massa persatuan volume,karakteristik
ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel
persatuan volume bahan bakar. Kerapatan suatu fluida (p) dapat didefenisikan
sebagai massa per satuan volume.
m
ρ= … … … … … … … …(1)
v
p = rapat massa (kg/m?)
m = massa (kg)
v = volume (m3)

- Titik Kabut (Cloud Point) dan Titik Tuang (Puor Point)


Titik kabut adalah temperatur saat bahan bakar mulai tampak berkeruh
bagaikan kabut (berawan = cloudy). Hal ini terjadi karena munculnya Kristal-
kristal (padatan) di dalam bahan bakar. Meski bahan bakar masih dapat mengalir
pada suhu ini, keberadaan kristal dalam bahan bakar dapat mempengaruhi
kelancaran aliran bahan bakar di dalam filter,pompa dan injektor. Titik kabut
dipengaruhi oleh bahan baku biodiesel. Titik tuang adalah temperatur terendah
yang masih memungkinkan bahan bakar masih dapat mengalir atau temperatur
dimana bahan bakar mulai membeku atau mulai berhenti mengalir, di bawah
titik tuang bahan bakar tidak dapat lagi mengalir karena terbentuknya kristal
yang menyumbat aliran bahan bakar. Titik tuang ini dipengaruhi oleh derajat
ketidakjenuhan (angka iodium), jika semakin tinggi ketidakjenuhan maka titik
tuang akan semakin rendah dan juga dipengaruhi oleh panjangnya rantai karbon,
jika semakin panjang rantai karbon maka titik tuang akansemakin tinggi.
- Bilangan lod
bilangan lod menunjukkan tingkat ketidakjenuhan atau banyak ikatan
rangkap asam-asam lemak penyusun biodiesel. Kandungan
senyawa asam lemak tak jenuh meningkatkan performansi biodiesel pada
temperatur rendah karena senyawa ini memiliki titik leleh (MeltingPoint) yang
lebih rendah sehingga berkorelasi terhadap cloud point dan puor point yang
rendah. Namun disisi lain, banyaknya senyawa lemak tak jenuh di dalam
biodiesel memudahkan senyawa tersebut bereaksi dengan oksigen di atmosfer.
Biodiesel dengan kandungan bilangan iod yang tinggi akan mengakibatkan
tendensi polimerisasi dan pembentukan deposit pada injector noozle dan cincin
piston pada saat mulai pembakaran. Nilai maksimum harga angka lod yang
diperbolehkan untuk biodiesel yaitu 115 (g 12/100 g) berdasarkan Standart
Biodiesel Indonesia.
- Kadar air
Kadar air dalam minyak merupakan salah satu tolak ukur mutu minyak.
Makin kecil kadar air dalam minyak maka mutunya makin baik, hal ini dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan
kenaikan kadar asam lemak bebas, kandungan air dalam bahan bakar dapat juga
menyebabkan turunnya panas pembakaran, berbusa dan bersifat korosif jika
bereaksi dengan sulfur karena akanmembentuk asam (Aldi, 2011).
Dari peraturan pengujian biodiesel berdasarkan peraturan DIRJEN
migas No.002/P/DM/MIGAS/1979 tanggal 25 Mei 1979 tentang spesifikasi
bahan bakar minyak dan gas dan standar pengujian SNI (Standart Nasional
Indonesia) dapat dianalisa:

- Angka Setana
Untuk bahan bakar motor diesel digunakan acuan Angka Setana, yaitu
dengan bahan referensi normal cetane (C16H34) yang tidak memiliki
keterlambatan menyala dan aromat methyi naphtalene (C1oH7CHs) yang
keterlambatannya besar sekali. Angka Setana dari biodiesel sebesar
minimal 51 sedangkan standar dari solar sebesar 48, berarti angka
setana biodiesel 1,05 lebih rendah daripada solar. Tetapi angka setana
dari biodiesel yang dihasilkan masih termasuk dalam kisaran standar
biodiesel yaitu minimal 51. Pada mesin diesel udara dimampatkan
sampai tekanan 30 sampai 40 kg/cm2, akibat pembakaran maka tekanan
yang ada di dalam ruang bakar mencapai 60 sampai 65 kg/cm2. Disini
diharapkan tidak ada keterlambatan dari nyala agar kenaikan tekanan
tidak terlalu tinggi. Kenaikan tekanan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan detonasi. Hambatan lain yaitu proses pembakaran tidak
sempurna sehingga terbentuk jelaga. Pada bahan bakar biodiesel yang
memiliki angka setana 46,95 berarti bahan bakar tersebut mempunyai
kecenderungan menyala pada campuran 46,95 bagian normal angka
setana dan 53,05 bagian methyI naphtalena. Apabila dilihat dari angka
setana biodiesel yaitu 51 maka dapat digolongkan sebagai bahan bakar
mesin diesel jalan cepat (mesin diesel jalan cepat pada angka cetane 40
sampai 70). Makin tinggi angka setananya maka makin rendah titik
penyalaannya.
Perhitungan CI menggunakan ASTM D-976:
CCI = 454,74 - 1641,416 D + 774,74 D2 - 0,554 Tso +97,803 (logTso)2
Dimana:
CCL = Calculate Cetane Index
M = mid-boilling temperature, ° F
D = densitas pada 15 ° C. s/ml

- Kinematyc Viscosity
Standar kinematyc viscosity dari biodiesel adalah sebesar 2,3 cSt
sampai 6 cSt. Jika harga viskositas terlalu tinggi maka akan besar
kerugian gesekan di dalam pipa, kerija pompa akan berat,
penyaringannya sulit dan kemungkinan kotoran ikut terendap besar,
serta sulit mengabutkan bahan bakar. Sebaliknya jika viskositas terialu
rendah berakibat pelumasan yang tipis, jika dibiarkan terus menerus
akan mengakibatkan keausan.
- Spesific Gravity
pecific gravity dari biodiesel masih masuk dalam kisaran so
antara 0,82 sampai 0,95. Dari pengujian spesific gravity pada 60 oF ini
juga dapat ditentukan derajat API.
- Nilai Kalor
Standar minimal kalori yang dihasilkan oleh biodiesel adalah 17,65
Btu/lb. (Dyah P, Shintawati. 2011)
Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas biodiesel antara lain:

- Viskositas
adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi, untuk
aliran gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding
engan kerapatan cairan. Satuan viskositas dalam cgs adalah c
detik (Stokes). Satuan SI untuk viskositas m? per detik (104 St). Lebih
sering digunakan centistokes (cSt) (1cSt=102 St = 1 mm2/s)
- Pour point
adalah titik suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat mengalir.
Pour point yang tinggi akan menyebabkan mesin sulit dihidupkan pada
suhu rendah.
- Flash point
adalah temperatur terendah yang harus dicapai dalam biodiesel untuk
menimbulkan uap yang dapat terbakar dalam jumlah pemanasan
yang cukup, untuk nyala atau terbakar sesaat ketika disinggungkan
dengan suatu nyala uap. Apabila flash point bahan bakar tinggi, akan
memudahkan dalam penanganan dan penyimpanan bahan bakar tersebut karena
bahan bakar tidak perlu disimpan rendah, sebaliknya jika flash point terlalu
rendah, akan berbahaya pada temperatur sehingga karena menimbulakn resiko
tinggi bagi penyalaan, harus disimpan pada suhu rendah.
- Densitas
adalah massa biodiesel per satuan volume pada suhu tertentu. Jika
densitasnya rendah kemampuan bahan bakar minyak tinggi
- Cetane number
menunjukkan kemampuan bahan bakar motor diesel
menyala dengan sendirinya (auto ignition ) dalam ruang bakar motor
diesel. Fungsinya untuk mengetahui kecenderungan bahan bakar motor
diesel membentuk ketukan (knocking), Untuk analisa indeks setana ini
harus dilakukan destilasi pada produk biodiesel untuk mendapatkan nilai
mid boiling point yaitu temperatur pada saat 50% volume destilat
biodiesel tertampung pada saat destilasi. Selain itu angka cetane juga
sangat bergantung pada nilai densitas biodiesel. Proses destilasi ini
merujuk pada metode tes ASTM D-86 hingga temperatur 300℃
(Mahfud, dkk., 2012)

Ester ialah turunan asam karboksilat yang gugus-OH-nya digantikan


oleh gugus -OR. Kebanyakan ester merupakan zat yang berbau enak dan
menyebabkan cita rasa dan harum dari banyak buah-buahan dan bunga.
Diantaranya yang lazim ialah pentil asetat (pisang), oktil asaetat (jeruk), etil
butanoat (nanas), dan pentil butanoat (aprikot) (Suminar, 2003)
biodiesel didefinisikan sebagai BBN yang dibuat dari minyak baik itu baru
maupun bekas penggorengan, melalui proses transesterifikasi dan esterifikasi
(Aldi, 2011).

Proses pembuatan biodiesel dari minyak dengan kandungan FFA


dah secara keseluruhan terdiri dari reaksi transesterifikasi, pemisahan gliserol
dari metil ester, pemurnian metil ester (netralisasi, pemisahan methanol,
pencucian dan pengeringan/dehidrasi), pengambilan gliserol sebagai produk
samping (asidulasi dan pemisahan metanol) dan pemurnian metanol tak bereaksi
secara destilasi atau rectification. Proses esterifikasi dengan katalis asam
diperukan jika minyak nabati mengandung FFA di atas 5%. Jika minyak
berkadar FFA tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan katalis basa
maka FFA akan bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Terbentuknya sabun
dalam jumlah yang cukup besar dapat menghambat pemisahan gliserol dari metil
ester dan berakibat terbentuknya emulsi selama proses pencucian. Jadi
esterifikasi digunakan sebagai proses pendahuluan untuk mengkonversikan FFA
menjadi metil ester sehingga mengurangi kadar FFA dalam minyak nabati dan
selanjutnya ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk mengkonversikan
trigliserida menjadi metil ester.

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap


konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi
dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Reaksi
transesterifkasi trigliserida menjadi metil ester adalah: (Hikmah, dkk.,,2010)

Pertukaran bagian alkohol dari suatu ester dapat dicapai dalam larutan asam atau
basa oleh suatu reaksi reversible antara ester dan alkohol. Reaksi
transesterifikasi ini beranologi langsung dengan hidrolisis dalam asam atau basa.
Karena reaksi itu reversible, biasanya digunakan alkohol awal secara beriebihan.
(Fessenden dan Fessenden. 1992)

Proses transesterifikasi bertujuan untuk menurukan viskositas


(kekentalan) minyak, sehingga mendekati nilai viskositas solar. Nilai
viskositas yang tinggi akan menyulitkan pemompaan atau pemasukan
bahan bakar dari tangki ke ruang bahan bakar mesin dan menyebabkan
atomisasi lebih sukar terjadi. Hal ini mengakibatkan pembakaran kurang
sempurna dan menimbulkan endapan pada nosel (Hambali, Eriza., dkk.2008).

Tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu


menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumiah yang
maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta
perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut :

- Pengaruh air dan asam lemak bebas


Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar
kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua
bahan yang akan digunakan harus bebas dani air. Karena air akan bereaksi
dengan katalis, sehingga jumiah katalis menjadi berkurang. Katalis harus
terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air
dan karbon dioksida.
- Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah
3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester
dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1
dapat menghasilkan konversi 98%. Secara umum ditunjukkan bahwa
semakin banyak jumiah alkohol yang digunakan, maka konversi yang
diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam
konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1
adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena
dapat memberikan konversi yang maksimum.
Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1 , metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengan menggunakan etanol atau butanol (Dyah P,
Shintawati., 2011). Methanol dipilih sebagai alkohol yang digunakan
dalam transesterifikasi karena biayanya rendah (Nur Alam Syah, Andi.
2006).
- Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi
bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer
untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium
hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida
(KOCHs). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat
(metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang
maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah
katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk
natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
- Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati
refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak
yang telah dihilangkan getahnya dan disaring.
- Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 ℃ -65 C
(titik didih methanol sekitar 65℃ ). Semakin tinggi temperatur, konversi
yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat
(Dyah P, Shintawati., 2011).

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi


ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Reaksi
esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester adalah: (Hikmah, dkk.,2010)
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain:
- Waktu Reaksi
semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat
semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika
kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya
waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.

- Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan
reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius :
− Ea
K = A t ( RT ).....................................................(3)
Dimana,
T = Suhu absolute (℃ )
R = Konstanta gas umum (cal/gmol)
E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A = Faktor tumbukan (t −1)
Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta
kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting
mengingat larutan minyak-katalis metanol merupakan larutan yang
immiscible.

- Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu
reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi
semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya
menggunakan konsentrasi katalis antara 1%- 4% berat sampai 10
berat campuran pereaksi.
- Suhu Reaksi
emakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konve
ng dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. B
maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan
konversi makin besar (Hikmah, dkk., 2010).

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Bahan yang digunakan :
a. Minyak jelantah atau minyak kelapa curah
b. NaOH p.a
c. Metanol p.a
d. Etanol pencuci
e. NaOH 0,1 N
f. Indikator phenophtalin
Alat yang digunakan:
1. Gelas piala 600 ml 9. Piala gelas 250 ml
2. Gelas ukur 50 ml 10. Hot plate dan stirrer
3. Corong pemisah 11. Piknometer
4. Viskometer Ostwald 12. Pipet ukur 10 ml
5. Neraca analitik 13. Thermometer
6. Stop watch 14. Labu Erlenmeyer 500 ml
7. Gelas ukur 500 ml 15. Pipet tetes
Buret 16. Statif dan klem

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Pembuatan Metil Ester (Minggu Pertama)
1. Timbang 1 gr NaOH yang telah dihaluskan dan masukkan ke dalam
gelas kimia 250 ml, kemudian larutkan dengan 41 ml methanol.
Aduk dengan menggunakan stirrer hingga semua NaOH larut.
2. Panaskan 200 ml sampel minyak di atas hot plate, aduk dengan
magnetic stirrer dengan kecepatan 100 rpm pada temperature 45 -
550C
3. Tambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada
Langkah 1 ke dalam minyak yang telah dipanaskan sedikit demi
sedikit, dan pertahankan suhu pengaduk 550C. Setelah
natrium metoksida bercampur lakukan pengadukan hingga 45 menit.
4. Pindahkan metil ester ke dalam corong pisah dan diamkan se
menit hing#a terbentuk dua lapisan lalu keluarkan lapisan bawahnya
5. Hitung volume metil ester dengan menggunakan gelas ukur
kemudian lakukan pemurnian dengan cara memanaskan aquadest
sebanyak 50% dari volume metil ester hingga suhu 600C, lalu
tuangkan metil ester ke dalam aquadest dan aduk secara perlahan
selama 10 menit
6. Pindahkan campuran metil ester dan aquadest ke dalam corong
pisah, diamkan hingga terbentuk dua lapisan, dan keluarkan
lapisanbawahnya
7. Hitung volume yield yang didapat

b. Analisa Produk (Minggu Kedua)


1. Pengujian densitas
- Timbang piknometer kosong dan kering sebagai a gram
- Timbang piknometer yang berisi dengan aquadest hingga penuh sebagai b gram
- Hitung volume piknometer
- Dengan cara yang sama, piknometer dibersihkan dan diisi dengan metil ester
- Hitung densitas metil ester (gr metal ester / volume piknometer)
2. Pengujian Viskositas
- Bersihkan terlebih dahulu alat Ostwald
- Memipet 5 mI sampel dan masukkan ke dalam alat Ostwald
- Menetapkan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan cara
menghisapnya hingga melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit
perhitungan dimulai lagi dengan tandagaris bawah
- Pengamatan dilakuka berulang sebanyak 3 kali
- Catat suhu pada saat pengamatan
- Ulangi Langkah diatas dengan menggunakan aquadest

3. Pengujian Asam Lemak Bebas (FFA)


- Menimbang 5 gram metil ester, tambahkan 50 ml larutan methanol 95% dan
tambahkan 3 tetes indicator PP
- Melakukan titras dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda
- Mencatat NaOH yang digunakan
N X V X 200
Kadar FFA (% ¿= X 100%
W X 1000
Keterangan :
N : Konsentrasi NaOH (N)
V : Volume NaOH terpakai (ml)
W : Massa sample minyak goreng jelantah
200: Mr. Asam Laurat (C11H23COOH)
Pembuatan larutan :
- NaOH 0,1 N 500 ml (Timbang NaOH sebanyak 2 gr kemudian larutan ke dalam
500 ml aquadest)
- Indikator PP (larutkan 0,5 gr fenoftalin ke dalam 100 ml etanol)

VI. DATA PENGAMATAN

Data Pengamatan Pembuatan metil ester


No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. 1 gr NaOH + 41 ml NaOH dicampurkan dengan
methanol methanol ,larutan menjadi homogen
2. Pemanasan 200ml sampel
minyak dengan suhu 45°C- -Sebelum diaduk larutan tidak tercampur
55°c+natrium metoksida -Setelah diaduk larutan menjadi homogen
3 Memasukkan larutan ke -Warna larutan kuning telur
corong pisah -Terbentuk dua lapisan
-Lapisan bawah dibuang
4. Lapisan atas + 50% volume -Terbagi menjadi 2 lapisan :
metil ester (aquadest)yang -Warna larutan menjadi kuning bening
telah di panaskan dengan
suhu 60°C
Pembuatan metil ester
Metil
Bahan baku
No. Bahan baku ester(produk) Keterangan
mBB VBB mME VME
Minyak Minyak jelantah
jelantah keruh berwarna gelap dan
gelap (minyak berbau busuk
jelantah (1)) sementara produk
1 186,8gr 200ml 141,75gr 162ml
metil esternya warna
kuning keemasan dan
bau minyak pada
umumnya
Minyak Minyak jelantah
jelantah oranye dengan sedikit
oranye(minya bau busuk namun
k jelantah (2)) produk metil esternya
2 185,2gr 200ml 147,0gr 168ml
berwarna kuning
keemasan dan berbau
minyak pada
umumnya

Analisa produk
Pengujian densitas
No. Sampel uji Ma Mb Mc
1 Metil ester (1) 33,6 gr 59,2 gr 56,0 gr
2 Metil ester (2) 33,6 gr 59,2 gr 56,0 gr
Keterangan : Ma = massa parameter kosong
Mb = massa piknometer + massa air
Mc = massa piknometer + massa metil ester

Pengujian viskositas
No. Sampel uji Bola penguji k Pb t1 t2 t3
1 Metil ester Nickel iron Alloy 0,09 8,1 4,69 4,27 4,57
(1) Nickel iron Alloy 0,7 8,1 1,43 1,56 1,56
0,09 2,2 1,39 1,35 1,35
2 Metil ester Nickel iron Alloy 0,09 8,1 13,45 13,38 13,38
(2) Nickel iron Alloy 0,7 8,1 2,55 2,43 2,43
4,5 8,1 0,75 0,74 0,74

Keterangan = k = konstanta ( mpa-s.cm3/gr s)


Pb = massa jenis bola (gr/cm3)
t = waktu jatuh bola (detik)

Stokiometri
(C17 H33 COO)3( 33H5 + 3CH30H (OH)3C3H5 + 3(17H33COOH3)
M : 0,2004mol 1,0134mol - -
B : 0,2004mol 0,6012mol - 0,2004mol 0,6012mol +
S :- 0,4122mol 0,2004mol 0,6012mol

Gr Metil Ester : Mol metil ester X mr metil ester


: 0,6012 mol X 296,488 gr/mol
: 178,7548 gr
. Secara Praktikum : ( minyak jelantah (1) )
: gr metil ester = 141,75 gr
: v metil ester = 162 ml

gr metil ester ( teori )−grmetil ester ( prak )


Sehingga diperoleh : .100 %
gr mertil ester (teori)

178,248 gr−141,75 gr
. (kesalahan) :
178,248 gr
.100 %
: 20,47%

gr metil ester
. Rendemen (teori) : gr minyak jelantah .100 %

178,248 gr
: .100 %
186,8000 gr
: 95,42%

gr metil ester
. Rendemen (praktikum) : gr minyak jelantah .100 %
141,75 gr
: .100 %
186,800 gr
: 75,88%

95,42 %−75,88 %
Erorr Lendeman : 100%
95,42 %
: 20,47%

- Secara teori ( minyak jelantah (2) )


kandungan trigriserida dalam minyak jelantah adalah 96,006 %
Maka : Massa trigriserida = 95,006 % X 185<2 gr
= 175,951 gr
Mr trigriserida = 885,432 gr/mol
Massa Methanol = 0,792 gr/ml X 41 ml
= 32,472 gr
Mr Methanol = 32,042 gr/mol
175,951 gr
Mol trigriserida = = 0,19872 mol
885 , 432 gr /mol
32,472 gr
Mol Methanol = =1,0134 mol
32,0142 gr /mol
Stokiometri
(C17 H33 COO)3( 33H5 + 3CH30H (OH)3C3H5 + 3(17H33COOH3)
M : 0,19872 1,0134mol - -
B : 0,19872 0,59616mol 0,19872mol 0,59616mol
S :- 0,41724mol 0,19872mol 0,59616mol

. Gr Metil Ester : Mol metil ester X mr metil ester


: 0,59616 mol X 296,4889 gr/mol
: 176,7548 gr

Pegujian Asam Lemak Bebas (FFA)

No Sampel uji N titran (NaOH) W me V1 V2 V3


1 Metil Ester 0,1 N 5 gr 35,6 ml 35,5 ml 35,6 ml
(1)
2 Metil Eater 0,1 N 5 gr 30 ml 30,1 ml 30,1 ml
(2)

VII. DATA PERHITUNGAN

Pembuatan metil ester


1. Secara teori ( minyak jelantah (1))
Kandungan trigliserida = 95,006%
Maka - massa trigliserida = 95,006% . 186,8 gr
= 177,471 gram
- Mr trigliserida = 885,432 gr/mol
- massa methanol = 0,792 gr/mol × 41 ml
= 32,042 gr/mol
(C17H33 COO)3C3H5 + 3CH5OH > < (OH)3C3H5 + 3C17H33COOCH3

177,471 gr
- mol trigliserida = = 0,2004 mol
885,432 gr /mol
32,472 gr
- mol methanol = = 1,0134 mol
32,042 gr /mol

2. Secara pratikum ( minyak jelantah (2))


gr metil ester = 147,0 gr
v metil ester = 168 ml
sehingga diperoleh ( kesalahan)
gr metil ester ( teori )−gr metil ester ( praktek)
= × 100%
gr metil ester (teori)
176,754 gr −147,0 gr
= × 100%
176,754
= 16,83%
gr metil ester
> Rendemen (teori) = × 100%
gr minyak jelantah
176,754 gr
= × 100%
185,200 gr
= 95,43%
gr metil ester
> Rendemen (pratikum) = × 100%
gr minyak jelantah
147,0 gr
= × 100%
185,200 gr
= 79,37%
95,43−79,37
> Error rendemen = × 100%
95,43
= 16,83%
Densitas
22,4 gr
PmE = = 0,875 gr/ml
25,6 gr

Viskositas
Ƞ = K (P1-P2).t
= 0,7 m .Pa.s cm3/g.s (8,1 g/cm3 . 0,875gr/cm3).15167 s
= 7,671 mPa.s
Ƞ = K (P1-P2).t
= 0,7 m .Pa.Scm3/g.s (8,1 g/cm3 . 0,875gr/cm3).2,433 s
= 12,355 m.Pa.s
Kadar FFA
N . V .200 gr /ek
Kel(1) = . 100%
W
0,1 N .35,567 L.200 gr /ek
= . 100%
5 gr .1000
0,1 ek /l.35,567 L .200 gr /ek
=
5 gr .1000
= 14,2268%
N . V .200 gr /ek
Kel(2) = . 100%
W
−3
0,1 N .30,067 . 10 L .200 gr /ek
= . 100%
5 gr
0,1 ek /l.30,067 L .200 gr /ek
= . 100%
5 gr .1000
= 12,0268%

V11I. ANALISIS DATA

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa metil ester itu
merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak
dengan methanol . Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah minyak
jelantah karena memiliki asam lemak trigliserida
Pembuatan metil ester dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu pencampuran dan
penggunaan secara langsung mikroemulsi,piroksis,dan transesterifikasi. Metode yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah transesterifikasi.
Pada proses pembuatan terjadi reaksi organic dimana suatu senyawa ester dirubah
menjadi senyawa ester lain melakukan melalui pertukaran gugus alkohol dari ester
dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain
Pada saat larutan natrium metoksida dilarutkan ke dalam minyak jelantah terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan bawah berwarna putih dan lapisan atas berwarna kuning. Pada
saat pengadukan kecepatannya lebih digunakan 75-150 rpm,karena apabila
kecepatannya lebih dari itu maka larutan akan mengemulsi sehingga metil ester tdk
terbentuk.
Kemudian setelah itu metil ester dimasukkan ke dalam corong pisah , dan terbentuk
dua lapisan,untuk lapisan bawah dibuang sedangkan lapisan atas yg mengandung metil
ester dilakukan pemurnian dgn memanaskan aquadest dan kemudian mencampurkannya
Setelah itu campuran yg telah terbentuk dua lapisan dipisahkan ke dalam corong
pisah yang dimana senyawa metil ester (minyak) akan berada di atas karena berat
jenisnya lebih rendah dari aquadest , setelah dipisahkan senyawa metil ester disimpan
dan dilakukan analisa kadar asam lemak,densitas,dan viskositas.

IX. KESIMPULAN
Pada praktikum yang kita lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa metil ester dihasilkan dari mereaksikan asam lemak dengan methanol
2. Metil ester yg didapat sebanyak 162 ml
3. Hasil yang didapat
a. Densitas = 0,875gr/ml
b. Viskositas = 7,6874 (kel1)
c. Kadar FFA =
Kel 1 = 14,2268%
Kel 2 = 12,0268%

X. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Praktikum Kimia Organik.”METIL ESTER” Palembang.POLITEKNIK


NEGERI SRIWIJAYA .2021
Diagram Blok

41 Methanol 200 ml minyak

Mixer Heat Exchanger V : 100 rp


T : 45-55
NaOCH3 + H Minyak 45-550C

Mixing
Cylone Metil ester
Reactor Mixer
Separato T : 10
T 55 C0
r
t = 45 menit

ve vn

Heat
Exchanger Control
value Pump
T : 600c
Stronge Cylone
Metil Ester Separato
Tank
r
H20
Stronge
Tank
Uraian proses :

1. Masukkan 1gr NaOH halus ke mixer bersama 41ml Methanol aduk hingga
homogen bisa menggunakan stirrer
2. Panaskan minyak 200ml dengan 100 rpm dan suhu 450C-550C
3. Tambahkan natrium metoksida ke dalam minyak sedikit demi sedikit, dengan
suhu 550C selama 45 menit
4. Memindahkan metil ester ke corong pisah dan diamkan selama 15 menit
5. Lalu untuk pemurniaan gunakan aquadest 50% dari voume metil ester yang
dipanaskan dengan suhu 600C dalam 15 menit
6. Terakhir pindahkan metil ester dan aquadest ke corong yang terpisah

VIII. GAMBAR ALAT

Gelas kimia 250 ml Hot Plate

pipet ukur
Spatula

Bola karet erlenmeyer

Anda mungkin juga menyukai