I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu memahami reaksi pembentukan biodiesel
- Angka Setana
Untuk bahan bakar motor diesel digunakan acuan Angka Setana, yaitu
dengan bahan referensi normal cetane (C16H34) yang tidak memiliki
keterlambatan menyala dan aromat methyi naphtalene (C1oH7CHs) yang
keterlambatannya besar sekali. Angka Setana dari biodiesel sebesar
minimal 51 sedangkan standar dari solar sebesar 48, berarti angka
setana biodiesel 1,05 lebih rendah daripada solar. Tetapi angka setana
dari biodiesel yang dihasilkan masih termasuk dalam kisaran standar
biodiesel yaitu minimal 51. Pada mesin diesel udara dimampatkan
sampai tekanan 30 sampai 40 kg/cm2, akibat pembakaran maka tekanan
yang ada di dalam ruang bakar mencapai 60 sampai 65 kg/cm2. Disini
diharapkan tidak ada keterlambatan dari nyala agar kenaikan tekanan
tidak terlalu tinggi. Kenaikan tekanan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan detonasi. Hambatan lain yaitu proses pembakaran tidak
sempurna sehingga terbentuk jelaga. Pada bahan bakar biodiesel yang
memiliki angka setana 46,95 berarti bahan bakar tersebut mempunyai
kecenderungan menyala pada campuran 46,95 bagian normal angka
setana dan 53,05 bagian methyI naphtalena. Apabila dilihat dari angka
setana biodiesel yaitu 51 maka dapat digolongkan sebagai bahan bakar
mesin diesel jalan cepat (mesin diesel jalan cepat pada angka cetane 40
sampai 70). Makin tinggi angka setananya maka makin rendah titik
penyalaannya.
Perhitungan CI menggunakan ASTM D-976:
CCI = 454,74 - 1641,416 D + 774,74 D2 - 0,554 Tso +97,803 (logTso)2
Dimana:
CCL = Calculate Cetane Index
M = mid-boilling temperature, ° F
D = densitas pada 15 ° C. s/ml
- Kinematyc Viscosity
Standar kinematyc viscosity dari biodiesel adalah sebesar 2,3 cSt
sampai 6 cSt. Jika harga viskositas terlalu tinggi maka akan besar
kerugian gesekan di dalam pipa, kerija pompa akan berat,
penyaringannya sulit dan kemungkinan kotoran ikut terendap besar,
serta sulit mengabutkan bahan bakar. Sebaliknya jika viskositas terialu
rendah berakibat pelumasan yang tipis, jika dibiarkan terus menerus
akan mengakibatkan keausan.
- Spesific Gravity
pecific gravity dari biodiesel masih masuk dalam kisaran so
antara 0,82 sampai 0,95. Dari pengujian spesific gravity pada 60 oF ini
juga dapat ditentukan derajat API.
- Nilai Kalor
Standar minimal kalori yang dihasilkan oleh biodiesel adalah 17,65
Btu/lb. (Dyah P, Shintawati. 2011)
Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas biodiesel antara lain:
- Viskositas
adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi, untuk
aliran gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding
engan kerapatan cairan. Satuan viskositas dalam cgs adalah c
detik (Stokes). Satuan SI untuk viskositas m? per detik (104 St). Lebih
sering digunakan centistokes (cSt) (1cSt=102 St = 1 mm2/s)
- Pour point
adalah titik suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat mengalir.
Pour point yang tinggi akan menyebabkan mesin sulit dihidupkan pada
suhu rendah.
- Flash point
adalah temperatur terendah yang harus dicapai dalam biodiesel untuk
menimbulkan uap yang dapat terbakar dalam jumlah pemanasan
yang cukup, untuk nyala atau terbakar sesaat ketika disinggungkan
dengan suatu nyala uap. Apabila flash point bahan bakar tinggi, akan
memudahkan dalam penanganan dan penyimpanan bahan bakar tersebut karena
bahan bakar tidak perlu disimpan rendah, sebaliknya jika flash point terlalu
rendah, akan berbahaya pada temperatur sehingga karena menimbulakn resiko
tinggi bagi penyalaan, harus disimpan pada suhu rendah.
- Densitas
adalah massa biodiesel per satuan volume pada suhu tertentu. Jika
densitasnya rendah kemampuan bahan bakar minyak tinggi
- Cetane number
menunjukkan kemampuan bahan bakar motor diesel
menyala dengan sendirinya (auto ignition ) dalam ruang bakar motor
diesel. Fungsinya untuk mengetahui kecenderungan bahan bakar motor
diesel membentuk ketukan (knocking), Untuk analisa indeks setana ini
harus dilakukan destilasi pada produk biodiesel untuk mendapatkan nilai
mid boiling point yaitu temperatur pada saat 50% volume destilat
biodiesel tertampung pada saat destilasi. Selain itu angka cetane juga
sangat bergantung pada nilai densitas biodiesel. Proses destilasi ini
merujuk pada metode tes ASTM D-86 hingga temperatur 300℃
(Mahfud, dkk., 2012)
Pertukaran bagian alkohol dari suatu ester dapat dicapai dalam larutan asam atau
basa oleh suatu reaksi reversible antara ester dan alkohol. Reaksi
transesterifikasi ini beranologi langsung dengan hidrolisis dalam asam atau basa.
Karena reaksi itu reversible, biasanya digunakan alkohol awal secara beriebihan.
(Fessenden dan Fessenden. 1992)
- Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan
reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius :
− Ea
K = A t ( RT ).....................................................(3)
Dimana,
T = Suhu absolute (℃ )
R = Konstanta gas umum (cal/gmol)
E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A = Faktor tumbukan (t −1)
Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta
kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting
mengingat larutan minyak-katalis metanol merupakan larutan yang
immiscible.
- Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu
reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi
semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya
menggunakan konsentrasi katalis antara 1%- 4% berat sampai 10
berat campuran pereaksi.
- Suhu Reaksi
emakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konve
ng dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. B
maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan
konversi makin besar (Hikmah, dkk., 2010).
Analisa produk
Pengujian densitas
No. Sampel uji Ma Mb Mc
1 Metil ester (1) 33,6 gr 59,2 gr 56,0 gr
2 Metil ester (2) 33,6 gr 59,2 gr 56,0 gr
Keterangan : Ma = massa parameter kosong
Mb = massa piknometer + massa air
Mc = massa piknometer + massa metil ester
Pengujian viskositas
No. Sampel uji Bola penguji k Pb t1 t2 t3
1 Metil ester Nickel iron Alloy 0,09 8,1 4,69 4,27 4,57
(1) Nickel iron Alloy 0,7 8,1 1,43 1,56 1,56
0,09 2,2 1,39 1,35 1,35
2 Metil ester Nickel iron Alloy 0,09 8,1 13,45 13,38 13,38
(2) Nickel iron Alloy 0,7 8,1 2,55 2,43 2,43
4,5 8,1 0,75 0,74 0,74
Stokiometri
(C17 H33 COO)3( 33H5 + 3CH30H (OH)3C3H5 + 3(17H33COOH3)
M : 0,2004mol 1,0134mol - -
B : 0,2004mol 0,6012mol - 0,2004mol 0,6012mol +
S :- 0,4122mol 0,2004mol 0,6012mol
178,248 gr−141,75 gr
. (kesalahan) :
178,248 gr
.100 %
: 20,47%
gr metil ester
. Rendemen (teori) : gr minyak jelantah .100 %
178,248 gr
: .100 %
186,8000 gr
: 95,42%
gr metil ester
. Rendemen (praktikum) : gr minyak jelantah .100 %
141,75 gr
: .100 %
186,800 gr
: 75,88%
95,42 %−75,88 %
Erorr Lendeman : 100%
95,42 %
: 20,47%
177,471 gr
- mol trigliserida = = 0,2004 mol
885,432 gr /mol
32,472 gr
- mol methanol = = 1,0134 mol
32,042 gr /mol
Viskositas
Ƞ = K (P1-P2).t
= 0,7 m .Pa.s cm3/g.s (8,1 g/cm3 . 0,875gr/cm3).15167 s
= 7,671 mPa.s
Ƞ = K (P1-P2).t
= 0,7 m .Pa.Scm3/g.s (8,1 g/cm3 . 0,875gr/cm3).2,433 s
= 12,355 m.Pa.s
Kadar FFA
N . V .200 gr /ek
Kel(1) = . 100%
W
0,1 N .35,567 L.200 gr /ek
= . 100%
5 gr .1000
0,1 ek /l.35,567 L .200 gr /ek
=
5 gr .1000
= 14,2268%
N . V .200 gr /ek
Kel(2) = . 100%
W
−3
0,1 N .30,067 . 10 L .200 gr /ek
= . 100%
5 gr
0,1 ek /l.30,067 L .200 gr /ek
= . 100%
5 gr .1000
= 12,0268%
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa metil ester itu
merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak
dengan methanol . Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah minyak
jelantah karena memiliki asam lemak trigliserida
Pembuatan metil ester dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu pencampuran dan
penggunaan secara langsung mikroemulsi,piroksis,dan transesterifikasi. Metode yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah transesterifikasi.
Pada proses pembuatan terjadi reaksi organic dimana suatu senyawa ester dirubah
menjadi senyawa ester lain melakukan melalui pertukaran gugus alkohol dari ester
dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain
Pada saat larutan natrium metoksida dilarutkan ke dalam minyak jelantah terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan bawah berwarna putih dan lapisan atas berwarna kuning. Pada
saat pengadukan kecepatannya lebih digunakan 75-150 rpm,karena apabila
kecepatannya lebih dari itu maka larutan akan mengemulsi sehingga metil ester tdk
terbentuk.
Kemudian setelah itu metil ester dimasukkan ke dalam corong pisah , dan terbentuk
dua lapisan,untuk lapisan bawah dibuang sedangkan lapisan atas yg mengandung metil
ester dilakukan pemurnian dgn memanaskan aquadest dan kemudian mencampurkannya
Setelah itu campuran yg telah terbentuk dua lapisan dipisahkan ke dalam corong
pisah yang dimana senyawa metil ester (minyak) akan berada di atas karena berat
jenisnya lebih rendah dari aquadest , setelah dipisahkan senyawa metil ester disimpan
dan dilakukan analisa kadar asam lemak,densitas,dan viskositas.
IX. KESIMPULAN
Pada praktikum yang kita lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa metil ester dihasilkan dari mereaksikan asam lemak dengan methanol
2. Metil ester yg didapat sebanyak 162 ml
3. Hasil yang didapat
a. Densitas = 0,875gr/ml
b. Viskositas = 7,6874 (kel1)
c. Kadar FFA =
Kel 1 = 14,2268%
Kel 2 = 12,0268%
X. DAFTAR PUSTAKA
Mixing
Cylone Metil ester
Reactor Mixer
Separato T : 10
T 55 C0
r
t = 45 menit
ve vn
Heat
Exchanger Control
value Pump
T : 600c
Stronge Cylone
Metil Ester Separato
Tank
r
H20
Stronge
Tank
Uraian proses :
1. Masukkan 1gr NaOH halus ke mixer bersama 41ml Methanol aduk hingga
homogen bisa menggunakan stirrer
2. Panaskan minyak 200ml dengan 100 rpm dan suhu 450C-550C
3. Tambahkan natrium metoksida ke dalam minyak sedikit demi sedikit, dengan
suhu 550C selama 45 menit
4. Memindahkan metil ester ke corong pisah dan diamkan selama 15 menit
5. Lalu untuk pemurniaan gunakan aquadest 50% dari voume metil ester yang
dipanaskan dengan suhu 600C dalam 15 menit
6. Terakhir pindahkan metil ester dan aquadest ke corong yang terpisah
pipet ukur
Spatula