Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Daftar isi.......................................................................................................................... 1

BAB X

10.1 Momentuk Linier dan Anguler............................................................................... 2

10.1.1 Momentum Linear............................................................................................... 2

10.1.2 Momentum Angular............................................................................................ 4

10.2 Prinsip Impuls dan momentum............................................................................... 5

10.2.1 Momentum........................................................................................................... 5

10.2.2 Impuls.................................................................................................................. 6

10.2.3 Hubungan Impuls Dan Momentum..................................................................... 7

10.2.4 Prinsip Impuls Dan Momentum........................................................................... 8

10.2.5 Penerapan Prinsip Impuls Dan Momentum......................................................... 8

10.3 Konservasi Momentum........................................................................................... 9

10.3.1 Contoh Hukum Kekekalan Momentum................................................... 11

10.4 Eccentric Impact..................................................................................................... 11

10.4.1 Momentum dan Koefisien Restitusi..................................................................... 12

10.4.2 kekekalan momentum sudut............................................................................... 12

1
10.1 Momentuk Linier dan Angular

10.1.1 Momentum Linear

a. Definisi Momentum Linear

Momentum Linear adalah suatu besaran yang menyatakan tingkat kesukaran suatu benda
yang sedang bergerak translasi untuk dihentikan. Semalda besar momentum linear suatu
benda, semakin susah untuk menghentikannya. Pada umumnya, momentum linear hanya
disebut sebagal momentum saja. Secara matematis, momentum adalah perkallan antara massa
benda dengan kecepatannya.

→ →
p=mv

Atau jika dalam besarannya

p = mv

Dimana p adalah simbol dari momentum. Perhatikan bahwa ini berlaku untuk sebuah benda
yang berbentuk massa titik. Untuk suatu benda tegar, momentum nya adalah perkalian antara
massanya dengan kecepatan pusat massanya

Untuk suatu sistem yang terdiri dari banyak partikel (partikela adalah masa titik), momentum
totalnya adalah berjumlah dari momentum masing-masing partikel.

Momentum bisa di proyeksikan dalam dua dimensi (maupun tiga dimensi). Dalam dua
dimensi bisa dinyatakan sebagai

Ataupun dalam tig dimensi

2
Dimana vx , vy. dan vz, adalah komponen kecepatan benda titik tersebut (komponen kecepatan
pusat massa jika berupa benda tegar) pada sumbu x, y, dan z

a. Energi Kinetik Partikel

Energi kinetik partikel bermassa m dan kecepatan v adalah

1
EK = m v 2
2

Atau bisa kita nyatakan dalam momentum yaitu

2 2
EK=2(mv) =2 m v

Untuk sistem yang terdiri dari banyak partikel energy kinetik totalnya adalah jumlah energi
kinetik masing-masing partikel

N
1
EK = ∑ m v2
2 i=1 i i

Untuk suatu benda tegar, energi kinetiknya hanyalah berupa energi kinetik pusat massa (jika
dia tidak berotasi)

1
EK = M V cm 2
2

b. Hukum 2 Newton untuk sistem yang melakukan gerak translat

Bentuk Umum Hukum II Newton sebenarnya bukanlah ma Gaya di sini sebenarnya adalah
perubahan momentum partikel terhadap waktu. Perhatikan pula, bahwa gaya F ini adalah
gaya eksternal (gaya yang berasal dari luar sistem)

Kasus khusus dimana dm/dt sama dengan nol (perubahan massa terhadap waktu bernilai no!
atau massa benda konstan) akan kita dapatkan hukum newton yang umum kita temui yaitu



dv →
F ekt = m =ma
dt

3
c. Hukum Kekekalan Momentum Linear

Ketika gaya eksternal yang bekerja pada suatu benda atau sistem bernilai, maka laju
perubahan momentum akan bernilai not

Artinya momentum akan bernilai konstan

Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Kekekalan Momentum (Konservasi Momentum


Linear). Ingat bahwa momentum adalah vektor, sehingga arah dari kecepatan setiap benda
harus diperhatikan. Untuk sistem khusus yang terdiri dari dua benda dan bergerak dalam satu
dimensi, akan kita dapatkan

1i 2i 1f 2f
p + p =p + p

Hal yang perlu diingat di sini adalah syarat berlakunya Hukum di atas. Agar persamaan di
atas berlaku, Gaya eksternal total yang bekerja pada benda (atau sistem) haruslah bernilai nol.

10.1.2 Momentum Angular

a. Definisi Momentum Angular

Momentum angular atau yang disebut juga sebagal momentiom sudut adalah bisa di artikan
sebagal suatu tingkat kesulitan dari suatu benda yang berotasi terhadap suatu poros untuk
dihentikan gerak rotasi. Jika suatu benda memiliki momentum sudut yang besar, tentulah
diperlukan torsi yang besar untuk menghentikan gerakannya (di dunia rotasi kita akan
terhubung dengan torsi). Secara matematis, momentum sudut (biasa disimbolkan dengan )
adalah perkalian silang antara lengan momen (jarak tegak lurus dari poros rotasi dengan
vektor momentum) dan momentum linear atau

→ → →
L= r × p

Persamaan diatas berlaku secara umum untuk semua sistem.

b. Momentum Angular Partikel dan Renita Tegar

4
Kita tinjau untuk kasus sederhana. Tinjau suatu partikel bermassa m yang bergerak dengan
kecepatan v pada sumbu x sepanjang garis y = r. momentum terhadap titik koodinat


p=mv i^


Kemudian lengan momen partikel ini relatif titik asal koordinat adalah p=r ^j sehingga

→ → →
L= r × p

Momentum partikel ini memiliki arah masuk ke bidang gambar.

Arah lengan momen r adalah diukur dari titik acuan menuju garis perpanjangan lintasan
partikel yang tegak lurus. Secara sederhana kita dapatkan bahwa momentum partikel terhadap
suatu titik adalah

L = mvr


Dimana v adalah kecepatan yang tegak lurus dengan vector r .

10.2 Prinsip Impuls dan Momentum

10.2.1 Momentum

Momentum adalah hasil kali antara massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut.
Semakin besar massa benda, semakin besar momentumnya. Dalam fisika, momentum ini
dilambangkan dengan huruf“P”. Secara matematis, rumusnya dapat dituliskan sebagai
berikut:

P=m.v

Dengan keterangan :

P : Momentum Momentum (kg.m/s) (kg.m/s)

5
M : Massa benda (kg)

V : Kecepatan Kecepatan (m/s)

Dari rumus yang tertulis diatas dapat disimpulkan bahwa momentum suatu benda akan
semakin besar jika massa dan kecepatannya juga semakin  besar. Begitupun sebaliknya,
semakin  besar. Begitupun sebaliknya, semakin kecil massa d kecil massa dan kecepatan dari
suatu an kecepatan dari suatu  benda maka akan semakin kecil juga momentumn  benda maka
akan semakin kecil juga momentumnya.

Momentum berhubungan erat dengan gaya. Gaya diperlukan untuk mengubah momentum
benda, misalnya untuk menambah momentum, mengurangi momentum ataupun untuk
mengubah arahnya. Itu berarti Itu berarti gaya dan momentum berjalan berdampingan
ataupun sebanding nilainya.

Bunyi Hukum Newton II “Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja  padanya dan berbanding  padanya dan berbanding terbalik dengan terbalik dengan
massanya. Arah massanya. Arah percepatan sama percepatan sama dengan arah gaya total
yang bekerja padanya”.

Dilihat dari bunyi hukum newton yang kedua, tertulis jelas bahwa laju perubahan momentum
yaitu percepatan sebuah benda, sebanding atau  berbanding lurus  berbanding lurus dengan
gaya dengan gaya total yang dikenakan yang dikenakan pada benda. pada benda. Sehingga
Sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan dalam sebuah persamaan :

∑ F = ∆p/∆t

Dengan keterangan :

∑F  : Resultan Resultan gaya (N)

∆p : Perubahan Perubahan momentum momentum (kg.m/s) (kg.m/s)

∆t  : Perubahan Perubahan waktu (s)

10.2.2 Impuls

Impuls merupakan gaya yang bekerja pada suatu be Impuls merupakan gaya yang bekerja
pada suatu benda dalam waktu dalam waktu yang singkat. Dalam fisika, Impuls ini
dilambangkan dengan huruf “I”. Sebuah benda menerima momentum melalui pemakaian

6
suatu impuls. Impuls merupakan suatu gaya yang dikalikan dengan waktu lamanya gaya yang
bekerja. Jadi, hasil perkalian gaya dalam waktu yang singkat menyebabkan adanya suatu
perubahan dari momentum.

Karena impuls merupakan hasil perkalian antara gaya dengan interval waktu, maka secara
matematis rumus impuls dapat dituliskan sebagai berikut:

I = F.∆t

Dengan keterangan :

I : Impuls (N.s)

F : Gaya (N)

∆t : Interval Interval waktu

10.2.3 Hubungan Impuls Dan Momentum

Bunyi dari salah satu hukum newton mengatakan “gaya yang  bekerja  bekerja pada sebuah
benda sama dengan perkalian perkalian dari massa dan  percepatannya”. Karena adanya
pernyataan tersebut dapat diperoleh rumus sebagai berikut:

I= F. ∆t 

I = m.a.(t2-t1)

I = m. v/t  .(t2 –  t1)

I = m.v1 –  m.v2

Dari rumus diatas, terlihat F = m.a yang disubtitusikan ke dalam rumus I = F. ∆t  dapat
memberikan kesimpulan bahwa besarnya impuls memberikan kesimpulan bahwa besarnya
impuls yang  bekerja  bekerja pada sebuah benda sama besarnya besarnya dengan perubahan
momentum. perubahan momentum. Tetapi jika tidak ada gaya luar yang mempengaruhi
benda, maka jumlah dari momentum akan tetap sama karena momentum awal dan akhir akan
sama. dapat disimpulkan bahwa impuls dan momentum memiliki hubungan jika terdapat
gaya dari luar yang dapat mempengaruhi suatu benda

7
10.2.4 Prinsip Impuls Dan Momentum

 Jika selang waktu kontak antara benda dan gaya luar lebih singkat, maka gaya yang
dihasilkan akan menjadi lebih besar.
 Jika selang waktu kontak antara benda dan gaya luar lebih panjang, maka gaya yang
bekerja juga akan semakin lebih kecil.

10.2.5 Penerapan Prinsip Impuls Dan Momentum

 Mobil

Desain mobil mudah berubah bentuk (penyok) ketika terkena benturan dikarenakan
untuk memperbesar ataupun memperpanjang waktu sentuh antara mobil dan objek yang
terbentur 9 atau tertabrak. Waktu sentuh yang cukup lama menimbulkan gaya yang diterima
oleh mobil baik yang diterima oleh mobil baik badan mobil atapun pe badan mobil atapun
pengemudi yang ngemudi yang di dalamnya lebih kecil sehingga keselamatan pengemudi
dapat lebih terjamin.

 Palu

Pangkal pada palu terbuat dari besi at Pangkal pada palu terbuat dari besi ataupun baja
di aupun baja dikarenakan karenakan  bentuk  bentuk fisiknya fisiknya yang keras sehingga
sehingga tepat bila digunakan digunakan untuk memukul. Tetapi selain dari bentuk fisiknya
yang keras ataupun  padat,  padat, tujuan digunakannya digunakannya bahan besi maupun
baja ialah untuk mepersingkat waktu kontak antara palu dengan objek yang dipalu sehingga
gaya yang bekerja pada palu bisa lebih besar dan objek yang dipalu pun dapat tertancap lebih
dalap dengan cepat.

 Pemain Karate / Karateka

Ketika seorang karateka sedang memukul musuhnya, ia pasti akan menarik tangannya
lebih cepat. Tujuan penarikan tangan tersebut ialah untuk mempersingkat waktu sentuh antara
tangan dengan tubuh lawannya sehingga gaya yang diterima oleh musuh lebih besar dan
menimbulkan rasa sakit yang cukup parah pada tubuhnya.

8
 Sarung Tinju

Para petinju pastinya menggunakan sarung tinju saat latihan latihan maupun saat
berada di dalam ring pertandingan. Sarung tinju yang dikenakan tersebut berfungsi untuk
menghambat gaya impuls yang  bekerja  bekerja ketika petinju petinju memukul memukul
lawannya lawannya sehingga sehingga waktu kontak yang terjadi antara tinju yang terjadi
antara tinju dengan tubuh lawan berlan dengan tubuh lawan berlangsung lebih lama gsung
lebih lama 10 dibandingkan tanpa mengenakan sarung tinju. Karena waktu kontak yang lebih
lama tersebut, maka gaya yang bekerja semakin lebih kecil sehingga sakit yang dirasakan
oleh lawan lebih ringan.

 Roket

Roket yang bergerak menuju luar angkasa akan mengalami gaya dorong yang sesuai
dengan prinsip perubahan momentum. Perubahan momentum itu menyebabkan roket
memberikan gaya vertikal pada udara dalam roket. Udara dalam roket tersebut menghasilkan
gaya dengan besar yang sama, namun arahnya  berlawanan  berlawanan sehingga sehingga
gaya yang dikerjakan dikerjakan udara dalam roket menimbulkan gaya dorong vertikal ke
atas dan roket dapat bergerak naik menuju luar angkasa.

10.3 hukum kekekalan momentum

Hukum kekekalan momentum seperti halnya kekekalan energi, Momentum juga


kekal. Bahwasanya momentum awal benda sama dengan momentum akhir benda.

Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa:

“Ju  mlah momentum sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum setelah


tumbukan”. 

Hal ini berlaku apabila tidak ada gaya luar alias gaya eksternal total yang bekerja
pada benda yang bertumbukan. Jadi analisis kita hanya terbatas pada dua benda
yang bertumbukan, tanpa ada pengaruh dari gaya luar.

Momentum suatu benda (dilambangkan dengan huruf P) yang bermula dari


hasil perkalian dari massa dan kecepatan. Perkalian antara besaran skalar dengan
besaran vektor akan menghasilkan besaran vektor. Jadi, momentum merupakan
besaran vektor.

9
Persamaan Hukum Kekekalan Momentum dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Ket: 

P = momentum awal (N.s)

P’  = momentum akhir (N.s) m1


= massa benda 1 (kg)

m2 = massa benda 2 (kg) 

v1 = kecepatan awal benda 1 (m/s)

v2 = kecepatan awal benda 2 (m/s)

v1 = kecepatan akhir benda 1 (m/s)

v2‘ = kecepatan akhir benda 2 (m/s)

Hukum kekekalan momentum memegang peranan penting dalam peristiwa


tumbukan. Perhatikan ilustrasi benda yang bertumbukan dibawah ini:

Berdasarkan Gambar diatas menunjukkan bola dengan massa 1 ( m1 ) dan massa
2 ( m2) yang bergerak berlawanan arah dalam satu garis lurus dengan kecepatan
berturut-turut sebesar V1 dan V2.

10
setelah keduanya bertumbukan masing-masing kecepatannya berubah menjadi
V1′ dan V2’ momentum kedua bola sebelum tumbukan adalah

P = p1 + p2 = m1 v1 + m2 v2

Jumlah momentum kedua bola setelah tumbukan adalah

Ṕ= Ṕ1 + Ṕ2=m1 v´1 +m 2 v́ 2

Berdasarkan hukum kekekalan momentum, P = P’ . dengan demikian,


m1 v1 + m2 v2 = m1 v́1 + m2 v́ 2
Hukum kekekalan momentum hanya berlaku jika jumlah gaya luar pada benda-
benda yang bertumbukan sama dengan nol.

10.3.1 Contoh Hukum Kekekalan Momentum


Contoh kekekalan momentum linear berlimpah dalam kehidupan sehari-hari. Di
manapun ada tumbukan, prinsip kekekalan sedang bekerja. Sebagai contoh:

1. Tumbukan dua benda


2. Peluru yang ditembakkan dari senapan, yaitu senapan mendorong peluru ke
depan dan peluru mendorong senapan ke belakan
3. Gerak majunya sebuah roket, yaitu roket mendorong gas ke belakang dan gas
mendorong roket ke depan.
4. Orang yang bermain baseball, yaitu ketika bola bisbol bertabrakan dengan
tongkat pemukul.

10.4 Eccentrict Impact


Dalam artikel sebelumnya saya berbicara tentang dampak pusat dan miring pada
sebuah partikel. Selain jenis dampak tersebut, dampak eksentrik dapat terjadi. Tumbukan
eksentrik akan terjadi bila garis yang menghubungkan pusat massa dua benda tegar tidak
bertepatan dengan garis tumbukan. Tumbukan eksentrik juga akan terjadi jika salah satu atau
kedua benda tersebut terkekang sehingga akan berputar pada sumbu tetap. Akhirnya, dampak
eksentrik akan mempengaruhi kecepatan sudut kedua benda.

10.4.1 Momentum dan Koefisien Restitusi

Benturan akan menyebabkan momentum satu benda berpindah ke benda lainnya.


Dengan asumsi bahwa tidak ada gaya atau momen eksternal yang bekerja pada benda, maka
kekekalan momentum dapat digunakan.

(Persamaan 1) m1(v1)=m2(v2)

11
kekekalan momentum linier

(Eq 2) I1(ϖ1)=I2(ϖ2)

10.4.2 kekekalan momentum sudut

Persamaan 1 dan 2 mewakili bentuk umum kekekalan momentum antara dua benda. Namun,
persamaan di atas tidak mempertimbangkan apa yang terjadi selama tumbukan. Ketika dua
benda bersentuhan satu sama lain akan ada impuls deformasi serta impuls restitusi. Impuls
deformasi (P) akan menyebabkan kedua benda mengalami deformasi ketika saling
bersentuhan. Sebaliknya impuls restitusi (R) akan terjadi ketika kedua benda kembali ke
bentuk semula setelah tumbukan terjadi.

(Persamaan 3) Io(ϖB)1+r∫Pdt=Ioϖ

(Persamaan 4) Ioϖ+r∫Rdt=Io(ϖB)2

Io = momen inersia massa di sekitar sumbu rotasi

r = jarak tumbukan dari sumbu rotasi

(ϖB)1 = kecepatan sudut awal

(ωB)2 = kecepatan sudut akhir

Persamaan 3 dan 4 menunjukkan bagaimana impuls deformasi dan restitusi akan


mempengaruhi momentum sudut benda tegar yang berputar di sekitar sumbu tetap. Terakhir,
koefisien restitusi menunjukkan seberapa elastis dampak tersebut. Ada dua ekstrem yang bisa
terjadi. Pertama, koefisien restitusi bisa sama dengan 1. Jika hal ini terjadi, tumbukannya
elastis sempurna. Sebaliknya koefisien restitusi akan menyebabkan kedua benda saling
menempel setelah tumbukan menciptakan satu benda. Penentuan rasio deformasi dan impuls
restitusi akan menghasilkan koefisien restitusi.

(Persamaan 5) e=∫Rdt∫Pdt=r(ϖB)2−rϖrϖ−r(ϖB)1=vB)2−vv−(vB)1

atau

12
(Persamaan 6) e=(vB)2−(vA)2(vA)1–(vB)1

Setelah dua benda saling bertabrakan, Anda harus menentukan kecepatan yang dihasilkan
dari kedua benda tersebut. Akibatnya, Anda perlu menggunakan kombinasi kekekalan
momentum, persamaan energi, kinematika, dan koefisien restitusi.

13

Anda mungkin juga menyukai