1. Apabila seorang Pegawai Negeri Sipil berkeberatan untuk mengucapkan sumpah karena
keyakinannya tentang agama atau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka ia
mengucapkan janji.
2. Kalimat “Demi Allah, saya bersumpah atau berjanji” dapat diganti dengan kalimat: “Demi Tuhan
Yang Mahaesa, saya menyatakan dan berjanji dengan sungguh-sungguh”.
3. Bagi mereka yang beragama Kristen, maka pada akhir sumpah atau janji ditambahkan dengan
kalimat yang berbunyi : “Kiranya Tuhan menolong saya”.
4. Bagi mereka yang beragama Hindu, maka kata-kata “Demi Allah”, diganti dengan “Om Atah
Paramawisesa”.
5. Bagi mereka yang beragama Budha, maka kata-kata "Demi Allah" diganti dengan "Demi Sang
Hyang Adi Budha".
6. Bagi mereka yang berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa selain dari agama Islam,
Kristen, Hindu, dan Budha, maka kata-kata “Demi Allah” dapat digantikan dengan kata-kata lain
yang sesuai dengan kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa tersebut.
Seorang pejabat dapat juga menunjuk Pejabat lain dalam lingkungan kekuasaannya untuk
mengambil Sumpah/ Janji Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan kekuasaannya masing-masing.
Berita acara yang dimaksud dalam ayat (1) dibuat rangkap 3 (tiga), yaitu satu rangkap untuk
pegawai Negeri Sipil yang mengangkat sumpah/janji, satu rangkap untuk arsip instansi yang
bersangkutan, dan satu rangkap untuk arsip Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek perjanjian),
pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan
dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1603 a yang
berbunyi :
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan
ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja meninggal dunia maka
perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja
yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan yang diperjanjikan. Di sinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya.
Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, perjanjian kerja harus memenuhi
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan juga
pada Pasal 1 angka 14 Jo Pasal 52 ayat 1 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, definisi perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak
dan kewajiban para pihak. Dalam Pasal 52 ayat 1 menyebutkan bahwa :
2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat
dibatalkan.
3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi
hukum.
Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut kesepakatan bagi yang
mengikatkan dirinya, bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian kerja harus
setuju/sepakat, seia-sekata mengenai hal-hal yang diperjanjikan.
Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak yang membuat perjanjian harus
haruslah cakap membuat perjanjian (tidak terganggu kejiwaan/waras) ataupun cukup umur
minimal 18 Tahun (Pasal 1 angka 26 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan).
Adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dalam istilah Pasal 1320 KUHPerdata adalah hal
tertentu. Pekerjaan yang diperjanjikan merupakan objek dari perjanjian. Objek perjanjian
haruslah yang halal yakni tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban
umum dan kesusilaan.
Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru
dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah. Syarat kemauan bebas kedua belah pihak
dan kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak dalam membuat perjanjian dalam
hukum perdata disebut sebagai syarat subjektif karena menyangkut mengenai orang yang
membuat perjanjian.
d. Tempat pekerjaan;
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;
Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja, kesungguhan dan
keahlian seorang pekerja. Lama masa percobaan adalah 3 (tiga) bulan, dalam masa
percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak. Ketentuan yang
tidak membolehkan adanya masa percobaan dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu
karena perjanjian kerja berlansung relatif singkat. Dalam hal ini pengusaha dilarang
membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.
PKWTT dapat dibuat secara tertulis maupun secara lisan dan tidak wajib
mendapatkan pengesahan dari instansi ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat
secara lisan, maka klausul-klausul yang berlaku di antara mereka (antara pengusaha
dengan pekerja) adalah klausul-klausul sebagaimana yang di atur dalam UU
Ketenagakerjaan.
PKWTT dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
Selama masa percobaan pengusaha wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut
tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang berlaku.
1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah
menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja;
2. Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam jenis pekerjaan yang dipersyaratkan, maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja;
3. Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
produk baru menyimpang dari ketentuan jangka waktu perpanjangan, maka
PKWT berubah menjadi PKWTT sejak dilakukan penyimpangan;
4. Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga
puluh) hari setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan
lain, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat
PKWT tersebut;
5. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja dengan
hubungan kerja PKWT sebagaimana dimaksud dalam angka (1), angka (2),
angka (3) dan angka (4), maka hak-hak pekerja dan prosedur penyelesaian
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan bagi PKWTT.
a. Kewajiban Buruh/Pekerja
b. Kewajiban Pengusaha